Anda di halaman 1dari 10

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Pengertian Belajar

Istilah belajar merupakan istilah yang sudah lazim di kalangan masyarakat.

Banyak ahli telah memberi batasan atau definisi tentang belajar. Definisi belajar

sangat sulit untuk diformulasikan secara utuh atau memuaskan, karena melibatkan

semua aktifitas dan proses yang diharapkan untuk dimasukkan ataupun dihapus.

Witherington (Suyono & Hariyanto, 2011: 11) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola

respon baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan

kecakapan. Menurut Crow and Crow (Suyono & Hariyanto, 2011: 12) belajar

merupakan diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru.

Menurut Slameto (Haling, 2006:1) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya. Wingkel (Haling, 2006: 2) menjelaskan

bahwa belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologi yang berlangsung

dalam interaksi aktif subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat

konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang

segera nampak dalam perilaku nyata.


6

Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar dalam

penelitian ini adalah suatu kegiatan yang terjadi karena adanya proses perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dengan lingkungannya.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah serangkaian proses atau cara yang diselenggarakan

oleh guru untuk membelajarkan siswa, dimana belajar mencakup bagaimana

memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembelajaran

merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program

belajar tumbuh dan berkembang secara optimal.

Menurut AECT (Haling dkk, 2006: 14), pembelajaran adalah suatu proses

dimana lingkungan seseorang sengaja dikelola untuk memungkinkan terjadinya

belajar pada diri pebelajar. Selanjutnya yang dikemukakan Gagne (Haling dkk,

2006: 14), pengertian pembelajaran adalah usaha pembelajar yang bertujuan

untuk menolong pebelajar belajar yang merupakan seperangkat peristiwa yang

mempengaruhi terjadinya proses belajar pembelajar.

Selanjutnya, Fontana (Suherman dkk, 2003: 8) mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar

program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal menurut Trianto

(2010:17), pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan

siswa, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan

terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.


7

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah cara

yang diatur sedemikian rupa sehingga tercipta hubungan timbal balik antara

pendidik dan peserta didik di dalam kelas dengan tujuan tertentu.

3. Pengertian Matematika

Matematika adalah ilmu yang membahas pola atau keteraturan. Seperti

halnya tuntutan untuk memanfaatkan penalaran induktif pada awal proses

pembelajaran, perubahan definisi matematika di atas bertujuan agar para siswa

belajar mencerna ide-ide baru, mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan,

mampu menangani ketidakpastian, mampu menemukan keteraturan dan mampu

memecahkan masalah yang tidak lazim.

Secara etimologi kata matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh

dengan bernalar. Menurut pusat pembinaan dan pengembangan bahasa

matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan-hubungan antara

bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian persoalan

mengenai bilangan.

Menurut Soedjadi (2000: 11) beberapa definisi matematika berdasarkan

sudut pandang pembedanya sebagai berikut:

1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara

sistematik.

2) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan

dengan bilangan.
8

4) Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah

tentang ruang dan bentuk.

5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik.

6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka matematika adalah pengetahuan

tentang penalaran dalam memahami hubungan antar bilangan-bilangan, struktur-

struktur dan aturan-aturan yang digunakan dalam memecahkan masalah.

4. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan

salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar

aktif kepada siswa. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui

tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang

berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk

memecahkan masalah (Novika, 2014: 9).

Duch (Lestari & Yudhanegara, 2015: 42) mengemukakan bahwa Problem

Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa

untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari

solusi dari permasalahan dunia nyata. Arends (Lestari & Yudhanegara, 2015: 42)

mendefinisikan Problem Based Learning (PBL) sebagai suatu model

pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga

diharapkan dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan inkuiri


9

dan keterampilan tingkat tinggi, memandirikan siswa dan meningkatkan

kepercayaan dirinya.

Menurut Jodion Siburian, dkk (Nurdin, 2016: 223) dalam panduan materi

pembelajaran model pembelajaran sains, pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran yang

berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Pembelajaran artinya dihadapkan

pada suatu masalah, yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah, melalui

masalah tersebut siswa belajar keterampilan-keterampilan yang lebih mendasar.

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)

Fase Aktivitas Pendidik


Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa pada masalah menjelaskan logistik yang diperlukan dan
memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah
Fase 2 Membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa mengorganisasikan tugas belajar yang
untuk belajar berhubungan dengan masalah tersebut
Fase 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing pengalaman informasi yang sesuai, melaksanakan
individu/ kelompok eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
Fase 4 Membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
menyajikan hasil karya dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya
Fase 5 Membantu siswa melakukan refleksi atau
Menganalisis dan evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
mengevaluasi proses proses-yang mereka gunakan
pemecahan masalah.
Sumber: Rusman (2010: 243)
10

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

berbasis masalah (problem based learning) adalah model pembelajaran yang

dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah

kemudian melibatkan peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut yang

diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi

pembelajaran.

5. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan dalam

implementasinya, termasuk juga model Problem Based Learning (PBL).

Kelebihan model Problem Based Learning (PBL) dalam pemanfaatannya

adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan pemikiran kritis, keterampilan kreatif dan mandiri.

2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah.

3. Membantu peserta didik belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan

situasi baru.

4. Dengan pembelajaran problem based learning (PBL) akan terjadi

pembelajaran bermakna.

5. Dalam situasi pembelajaran problem based learning (PBL), peserta didik

mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

6. Model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan

berfikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi


11

internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal

dalam bekerja kelompok.

Sementara kekurangan model problem based learning (PBL) dalam

pemanfaatannya adalah sebagai berikut:

1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pendidik dengan model ini.

2. Kurangnya waktu pembelajaran.

3. Peserta didik tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi

mereka untuk belajar.

4. Seorang pendidik sulit untuk menjadi fasilitator yang baik.

B. Ringkasan Materi

1. Konsep Himpuna

Pengertian himpunan

2. Penyajian Himpunan

a. Menyebutkan anggotanya

b. Menuliskan sifat yang dimiliki angotanya

c. Notasi Pembentuk Himpunan

3. Himpunan Kosong dan Semesta

4. Diagram Venn

5. Sifat-sifat Himpunan

a. Kardinalitas Himpunan

b. Himpunan bagian

c. Himpunan Kuasa

d. Kesamaan dua himpunan


12

C. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu yang relevan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Tendy Novika.A pada tahun 2014

dengan judul Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dengan

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning ) Pada Pokok

Bahasan Segitiga Dan Segiempat Di Kelas VII SMP N 5 Kota Bengkulu

menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar setelah

mengikuti pembelajaran dengan model Problem-Based Learning , selain itu

peserta didik merespon positif terhadap pembelajaran dengan model tersebut.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ika santia dan Aprilia Dwi

Handayani pada tanggal 7 januari 2016 dengan judul ‘’pengaruh penerapan

model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL) dalam meningkatkan

hasil belajar peserta didik kelas VII SMP ditinjau dari kemampuan matematika

peserta didik pada pokok bahasan bilangan pecahan’’. Kesimpulan hasil

penelitian ini adalah (1) Terdapat pengaruh terhadap hasil belajar sesuai

tingkat kemampuan matematika tinggi peserta didik. (2) Terdapat pengaruh

peningkatan hasil belajar peserta didik sesuai kemampuan matematika sedang

peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan model PBL. (3)

Penerapan dengan menggunakan model PBL pada materi bilangan pecahan

terhadap hasil belajar sesuai tingkat kemampuan matematika rendah

menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan oleh Eka Putra pada tahun

2009 dengan judul “Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika


13

Peserta didik dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem-Based Learning

Dalam Pembelajaran Matematika Peserta didik Kelas IX SMPN 1 Pacitan”

menyimpulkan bahwa Setelah dilakukan pembelajaran matematika dengan

model pembelajaran kooperatif tipe Problem-Based Learning , pemahaman

konsep matematika peserta didik kelas IX SMPN 1 Pacitan mengalami

peningkatan dan telah mencapai kategori baik.

Dari ketiga hasil penelitian terdahulu seperti pemaparan di atas terdapat

kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu model

pembelajaran yang digunakan serta mata pelajaran yang akan di ajarkan oleh

pendidik. Akan tetapi dari ketiga penelitian tersebut tidak ada yang benar –

benar sama dengan masalah yang akan diteliti.

Dari pemaparan hasil penelitian di atas jelas mengenai persamaan dan

perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian –

penelitian yang sudah dilakukan. Oleh karena itu penelitian yang berjudul

“Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VIIL SMP Negeri

2 Samarinda, Melalui Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)

pada Materi Himpunan” dapat dilakukan karena masalah yang akan di teliti

bukan duplikasi dari penelitian – penelitian yang sebelumnya.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, maka hipotesis tindakan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:


14

“Bila diterapkan model pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)

dalam pembelajaran matematika maka dapat meningkatkan hasil belajar

Matematika dan aktivitas peserta didik kelas VIIL SMP Negeri 2 Samarinda.”

Anda mungkin juga menyukai