OLEH
1705552023
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
Judul : Meningkatnya Ancaman Cybercrime di Tengah Pandemi COVID-19
1. Pendahuluan
Pada bagian ini penulis menjelaskan para penjahat cyber memanfaatkan kepanikan
dan kehausan masyarakat akan informasi mengenai COVID-19. Berbagai elemen masyarakat
berlomba-lomba untuk berkenalan dengan virus dan penyakit yang disebabkannya, dan
biasanya masyarakat akan mencari informasi mengenai COVID-19 melalui internet. Rasa
haus akan informasi mengenai virus Corona ini turut dimanfaatkan penjahat siber atau
cybercriminals untuk melancarkan serangannya dan meraup pundi-pundi keuntungan yang
tentunya illegal. Para penjahat siber menargetkan miliaran orang yang was-was dan berperan
penting dalam menanggapi pandemi seperti pemerintah, dan lembaga terkait lainnya seperti
rumah sakit. Mereka juga turut menyerang perusahaan-perusahaan yang pekerjanya
diharuskan work from home akibat pandemi dengan memanfaatkan kerentanan keamanan
jaringan. Interpol dalam laporannya “Cybercrime: COVID-19 Impact” yang dipublikasikan
ada Agustus 2020 mengemukakan bahwa pandemi COVID-19 menjadi konteks berbagai
jenis serangan siber yang ditujukan untuk mencuri data, menyebabkan gangguan sampai
penghentian sistem untuk meminta tebusan, menipu korban, dan menyebarkan informasi
yang tidak benar (disinformasi). Di Indonesia, disinformasi terkait COVID-19 menjadi
perhatian khusus Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) pada tahun ini,
pasalnya, Interpol dalam “ASEAN Cyberthreat Assessment 2020” (Februari 2020)
mengungkapkan, Indonesia menjadi target serangan phishing tertinggi di ASEAN pada 2019.
Indonesia dilaporkan memiliki PDB gabungan lebih dari 2,7 triliun dolar AS dan
diperkirakan akan mencapai 4 triliun dolar AS pada 2022. Ekonomi digital Indonesia juga
diproyeksikan berpotensi menyumbang 1 triliun dolar AS terhadap PDB nasional dalam 10
tahun ke depan. Status Indonesia sebagai pasar terbesar ke tujuh dunia dengan kemajuan
infrastruktur dan teknologi dalam meningkatkan perekonomian, serta minimnya keamanan
siber dan kebersihan dalam berinternet menjadikannya destinasi berharga bagi kejahatan
siber.
2. Tinjauan Teoritis
Pada bagian ini penulis menjelaskan para penjahat cyber biasanya menggunakan
berbagai cara seperti web phising dan email phising untuk menyebarkan malware kepada
masyarakat. Tiga jenis malware yang mendominasi serangan siber terkait pandemi COVID-
19 yakni Emotet, Trickbot dan Ransomware. Web phishing merupakan suatu metode
penipuan daring yang dilancarkan dengan meniru situs-situs populer untuk menipu dan
mencuri informasi. Malware sendiri adalah perangkat lunak berbahaya yang dirancang untuk
memperoleh akses ke komputer seseorang. Serangan perangkat lunak jahat ini ditujukan
untuk mencuri informasi sensitif, mengalihkan uang dan membangun botnet. Malware juga
menjadi alternatif dalam serangan phishing melalui email karena dapat menyebarkan email
sampah atau spam. Teknisnya pun serupa dengan web phishing, alamat email juga akan
dibuat identik dengan email layanan publik terkait COVID-19 untuk mengelabuhi sang
korban. Trickbot dan Emotet merupakan jenis malware yang dirancang khusus untuk mencuri
data. Keduanya bahkan menjadi jenis malware yang paling sering digunakan dalam kejahatan
siber terkait pandemi. Umumnya, Trickbot dan Emotet dikirimkan sebagai lampiran dalam
email phishing.
Pada bagian ini penulis menjelaskan Pada ranah individu, setiap pengguna internet
harus lebih skeptis terhadap email atau domain beratasnamakan COVID-19. Periksa
keabsahan alamat domain dan email. Untuk domain pastikan ada ikon gembok di sisi kiri
bilah URL untuk memastikan koneksi HTTPS yang valid.
4. Kesimpulan