HEMATOLOGI I
2020
a. Pengertian
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah disebabkan karena adanya hemoglobin dalam eritrosit
,keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang
banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan
jalan pernapasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembongkaran atau
metabolisme di dalam tubuh.
Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu:
a. Bahan intraseluler adalah cairan yang disebut dengan plasma. Plasma darah adalah cairan
berwarna kuning yang bersifat sedikit alkali. Kandungan dari plasma terdiri dari gas
O2 dan CO2, hormon-hormon, enzim, antigen.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau
kira-kira 5 liter. Sekitar 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya dari sel darah. Dan
jumlah ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang
berkisar antara 40-47. Volume darah dalam kondisi sehat adalah konstan dan sampai batas
tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. Susunan
darah, serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Fungsi Darah
Keberadaan darah dalam tubuh mempunyai arti penting bagi kehidupan seseorang. Hal
ini disebabkan darah mempunyai beberapa fungsi penting sebagai berikut.
a. Sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, O 2, dan zat
makanan yang diperlukan untuk tubuh fungsinya normal dapat dijalankan
dan menyingkirkan CO2 dan hasil buangan lainnya.
b. Mengantarkan O2 ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida.
c. Sel darah putih menyediakan bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari
beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
d. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menstabilkan
cairan jaringan karena melalui cairan sel tubuh menerima makanannya dan sebagai
pengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.
e. Hormon, dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
1. Proses Pembentukan Darah (Hematopoiesis)
a. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.
berbeda.
a. Mesoblastik
Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah
HbG1, HbG2, dan Hb Portland.
b. Hepatik
Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi pada
umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.
c. Mieloid
Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup
terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi
terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya adalah
asam amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, dan faktor- faktor
perangsang hematopoietik.
a. Plasma Darah
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi
medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup, yang berbentuk butiran-butiran darah.
Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin/fibrinogen yang berguna untuk menutup
luka yang terbuka. Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, dimana
besar volumenya 55% dari volume darah yang terdiri dari 90% berupa air dan 10%
berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon
dioksida. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah
selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar
70% cairan plasma bertukaran dengan cairan interstisial.
Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut:
a. Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida,
asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral.
c. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran sehingga tidak
dapat menembus dinding kapiler. Contoh:
d. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
e. 02, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.
Fungsi plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa
sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum
merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan
cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung
zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk
ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.
Berdasarkan cara kerjanya, antibodi dalam plasma darah dapat dibedakan sebagai
berikut.
Antigen yang terdapat dalam sel darah dikenal dengan nama aglutinogen,
sedangkan antibodi terdapat di dalam plasma darah dinamakan aglutinin.
Aglutinogen membuat sel-sel darah peka terhadap aglutinasi (penggumpalan).
Adanya aglutinogen dan aglutinin di dalam darah ini pertama kali ditemukan oleh
Karl Landsteiner (1868–1943) dan Donath.
Sel darah merah disebut juga eritrosit. Eritrosit sendiri berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung sel. Sel darah merah
adalah jenis sel darah yang paling banyak.
1. Pembentukan Eritrosit
1. Penghancuran Eritrosit
Eritrosit ini memiliki waktu hidup yang relatif pendek. Hal ini disebabkan
gangguan mekanis dan kondisi internal eritrosit itu sendiri. Eritrosit tidak
mampu mensintesis protein untuk tumbuh, atau untuk memperbanyak diri.
Eritrosit lama kelamaan akhirnya menjadi tua dan kehilangan fleksibilitasnya.
Eritrosit menjadi kaku dan rapuh.
Rata – rata umur eritrosit kurang lebih 120 hari. sel dipindahkan ke
ekstravaskular oleh makrofag system retikuloendotelial (RE), teristimewa dalam
sumsum tulang tetapi juga dalam hati dan limpa. Metabolisme sel darah merah
perlahan – lahan memburuk karena enzim tidak diganti, sampai sel menjadi tidak
mampu.
2. Fungsi Eritrosit
Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Walaupun fungsi Hb yang utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida,
Hb juga memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-
basa dalam tubuh.
Eritrosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah
mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel
darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding
dan membran sel patogen, serta membunuhnya.
Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih
.Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening
(tidak berwarna).
1. Karakteristik Leukosit
a. Jumlah
Jumlah normal sel darah putih adalah 5000 – 10000 sel/mm3 . Infeksi atau
kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit
b. Fungsi
c. Diapedesis
d. Gerakan amuboid
e. Kemampuan kemoktasi
Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak
mendekati atau menjauhi sumber zat.
f. Fagositosit
Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada
neutrofil dan monosit
g. Rentang kehidupan.
Setelah diproduksi disumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari
dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan
selama beberap hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis
leukositnya.
1. Jenis-jenis Leukosit
a. Agranulosit
a. Limposit
e. Sel T supresor menekan respon kekebalan tubuh ketika hal itu tidak
lagi diperlukan, untuk melindungi sel-sel normal tubuh
2. Monosit
Tiap mm3 darah mengandung 100-700 butir, Dapat bergerak cepat, Monosit dapat
memperbesar dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag merupakan sel fagositik
terbesar dan berumur panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfe(getah bening).
Monosit berfungsi menghancurkan dan menghapus sel-sel mati yang tua dan rusak dari
tubuh. Monosit tetap dalam aliran darah selama 10-12 jam, setelah itu mereka masuk ke
jaringan dan tinggal disana selama beberapa hari.
3. Granulosit
Neutrofil
Tiap mm3 darah mengandung 3000-7000 butir, Diameter dari sekitar 10-12 mikro meter,
Plasmanya bersifat netral dan terdapat bintik-bintik, Mencapai 60-70% dari jumlah total
leukosit, Neutrofil membunuh bakteri dengan langsung menelannya, yang dikenal
fagositosis. Ini dapat ditemukan pada nanah dalam luka. Neutrofil juga memakan jaringan
tubuh yang rusak atau mati. Jangka hidupnya 6 jam sampai beberapa hari
f. Eosinofil
g. Basofil
a. Setiap mm3 darah mengandung 20-50 butir
f. Pergeseran ke kiri (Shift To The Left), Peningkatan jumlah leukosit muda dalam darah
tepi. Misalnya peningkatan jumlah netrofil batang > 10 % dalam darah tepi.
g. Netrofilia, Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari normal, ini bisa
disebabkan :
d. Selain itu ada juga Netrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olahraga
yang berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.
c. Sesudah penyinaran
a. Penyakit infeksi
b. Demam thypoid, Hepatitis, Influenza, campak, malaria, juga tiap jenis
infeksi akut.
c. Bahan kimia dan fisika misal pada radiasi dan obat, Hiperspleenisme,
penyakit hati.
Trombosit (juga disebut Platelet atau keping darah) adalah sel-sel berbentuk oval
kecil yang dibuat di sumsum tulang. Trombosit membantu dalam proses pembekuan.
Ketika pembuluh darah pecah, trombosit berkumpul di daerah dan membantu
menutup kebocoran. Trombosit bertahan hidup hanya sekitar 9 hari dalam aliran
darah dan secara konstan akan digantikan oleh sel-sel baru.
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
a. Persiapan Pasien
1. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak 800 kalori volume plasma akan
meningkat, sebaliknya setelah gerak badan volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma tersebut akan menyebabkan
perubahan jumlah sel/ul maupun susunan plasma.
2. Obat
3. Waktu pengambilan
4. Posisi pengambilan
b. Persiapan alat
a. bersih, kering
a. tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen
b. Antikoagulan
c. Heparin
d. Oksalat
b. Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium
oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis
dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease
sehingga kadar glukosa darah stabil.
a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena
cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur
infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula
a. Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis
tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki
pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan
pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil.
2. Daerah edema
3. Hematoma
b. Kapas steril
c. Plester
d. Terniquit (pembendung)
Prosedur kerja
e. Tusuk jarum ke dalam vena, posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut 15-30 °.
h. Lepaskan jarum perlahan-lahan dan segera tekan dengan kapas selama 3-5
menit.
Catatan :
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
c. Penusukan
d. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma.
e. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan
pada pasien ketika dilakukan penusukan.
DASAR TEORI :
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk
pengambilan darah kapiler adalah :
2. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi
telapak kaki atau ibu jari kaki.
3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran,
seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb),
kongesti atau sianosis setempat.
b. Kapas streril
Prosedur Kerja:
f. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering.
g. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.
h. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus
diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah
oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol,
tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam
wadah.
i. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas
kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan
rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar
haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin
yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino
pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering
dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemoglobinsianida. Cara Sahli kurang baik,
karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk
pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang
dapat dicapai hanya ±10%.
Hemoglobin berfungsi sebagai :
1. Cara Sahli
Prinsip
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam
setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1 N dan diencerkan dengan aquadest,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam
alat itu.
a. Hemolet/lanset
b. Hemoglobinometer (hemometer)
a. Selang pengisap
a. Tabung pengencer
b. Batang pengaduk
b. Pipet hb
c. Pipet tetes
d. HCl 0,1 N
e. Aquades
Cara Kerja
d. Segera alirkan darah dari pipet ke dalam daar tabung pengencer. Catat
waktu/saat darah mulai tercampur kedalam HCl
e. Isap kembali isi tabung ke dalam pipet kemudian tiupkan kembali isi pipet
kedalam pipet. Lakukan hal ini 2 samapai 3 kali agar sisa-sisa darah terbilas
kedalam tabung
f. Campur isi tabung dengan baik-baik kemudian diamkan 5-10 menit. Warna
cairan dalam tabung menjadi coklat
g. Tambahkan aquadest, tetes demi tetes, sambil mengadukisi tabungsamapai
diperoleh warna isi tabung sama dengan warna standar yang ada di
komparator. Baca kadar HB (lihat pada dasar meniskusi). Laporkan hasil dalam
gram % (=gram/100 ml= gram/dl).
Nilai Rujukan
Laki-laki : 14 – 18 gr/dl
Perempuan : 12 – 16 gr/dl
(LED)
LED adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sampel darah yang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. LED juga sering
diistilakan dalam bahasa asingnya; BBS (Blood Bezenking Suelheid), BSR (Blood
Sedimentation Rate), BSE (Blood Sedimetation Erythrocyte), ESR (Erythrocyte
Sedimetation Rate). Penentuan LED ada 2 cara, menurut westergren dan menurut
wintrobe Oxalate.
LED juga merupakan salah satu parameter dalam darah rutin. Pada pemeriksaan
LED sering dilakukan secara manual atau terpisah. Adapun metode yang biasa
digunakan dalam pemeriksaan LED adalah westergren, wintrobe, setavuge, dan
mikrosedimentation. Namun metode westergren merupakan metode yang
direkomendasikan oleh Internasional Committee for Standardiszation in Hematology
(ICSH). Secara umum hal-hal yang biasa mempengaruhi LED adalah kondisi eritrocit,
komposisi plasma, dan faktor fisiologi. LED menggambarkan komposisi plasma dan
perbandingan antara eritrosit dan plasma darah. Pengendapan sel plasma bertambah
cepat bila berat sel bertambah cepat bila berat sel meningkat, tetapi kecepatannya
berkurang apabila permukaan sel lebih luas. Sel-sel kecil ini mengendap lebih lambat
daripada sel yang menggumpal karena sel yang menggumpal mengalami peningkatan
berat lebih besar dari luas permukaanya. Dalam darah normal nilai LED relatif kecil
karena pengendapan eritrosit akibat tarikan grautsi diimban oleh tekanan ke atas
akibat perpindahan plasma. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan
penggumpalan atau perlekatan sel satu setiap keadaan yang meningkatkan hasil LED.
Mekanisme yang terjadi pada pemeriksaan LED yaitu tahap penggumpalan tahap
sedimentasi dan tahap pemadatan.
Konsentrasi fibrinogen
Kolesterol serum.
Peningkatan LED
b. Luas permukaan sel darah merah: mikrosit mengendap lebih lambat dari pada
makrosit
a. Kehamilan
b. Hiperglubunimenia
c. Hiperfibrinogenemia
a. Viskositas darah
b. Jumlah eritrosit
c. Pembentukan roulleaux
d. Bentuk eritrosit
e. Besar eritrosit
f. Temperatur
h. Penampang pipet.
c. Diarkan tabung wintrobe itu dalam keadaan tegak-lurus pada satu tempat yang
tak banyak angin selama 60 menit.
d. Dibaca hasil yaitu dengan membaca tingginya lapisan plasma dengan milimeter
dan laporkanlah angka itu sebagai laju endap darah.
a. Dihisap darah dengan semprit steril 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8% yang
steril juga
b. Dilakukan pungsi vena dengan semprit itu dan diisaplah 1,6 ml darah sehingga
mendapatkan 2,0 ml campuran.
d. Diisap darah itu kedalam pipet westergren sampai baris tanda 0 mm, kemudian
biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak westergren selama 60 menit.
e. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan dilaporkan angka itu
sebagai laju endap darah.
1. METODE WINTROBE
PRINSIP :
b. Pipet kapilter
PROSEDUR KERJA :
Nilai Rujukan
Laki-laki : 0 – 20 mm/jam
Perempuan : 0 – 15 mm/jam
1. METODE WESTERGREEN
PRINSIP :
a. Pipet westergreen
c. Natrium sitrat
PROSEDUR KERJA :
a. Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah
citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah
EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1
bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran
maupun sinar matahari langsung.
Nilai rujukan
Laki-laki : 0 – 20 mm/jam
Perempuan : 0 – 15 mm/jam
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan
lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah
leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu
jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit
berkisar antara 4500- 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang
dewasa berkisar antara 5000 — 10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah
melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan
jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah
leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu
cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan
cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut
leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik.
Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi,
kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.
Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang
akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat
juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit
kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena
pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh
obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide,
haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin,
kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.Leukopenia adalah
keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah. Karena pada hitung jenis
leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia
disebabkan netropenia.
Prinsip
Darah di encerkan dengan larutan asam lemak, sel-sel eritrosit akan mengalami
hemolisis serta darah menjadi encer sehingga sel-sel leukosit lebih mudah
dihitung.
Alat :
c. Pipet pasteur
d. Mikroskop
e. Larutan Turk
f. HCl 1%
g. Asam asetat 2%
Prosedur kerja
a. Isaplah darah kapiler (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai pada garis tanda “0,5″
tepat.
e. Kocoklah pipet tadi selama 15-30 detik. jika tidak segera akan dihitung letakkan
pipet dalam posisi horizontal.
a. Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang
terpasang mendatar di atas meja.
b. Kocoklah pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan samapai
ada cairan yang terbuang dari pipet saat mengocok)
c. Buang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 – 4 tetes) dan
kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung
pinggir kaca penutup pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi
cairan perlahan-lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri.
d. Biarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit agar
leukkosit-leukosit mengendap. jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar
hitung tersebut dalam cawan peti tertutup yang berisi kapas basah.
a. Pakailah lensa objektif kecil (pembesaran 10x). turunkan lensa kondensor atau
kecilkan diafragma mikroskop. meja mikroskop harus datar,
b. Kamar hitung dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus
mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tersebut. Dengan sendirinya leukosit-
leukosit akan jelas terlihat.
c. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada
sudut-sudut “seluruh permukaan yang dibagi”.
d. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke
bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung
garis suatu bidang, sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis
atas haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis sebelah
kanan dan bawah tidak boleh dihitung.
e. Perhitungan
Pengenceran yang dilakukan pada pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung
dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 ul. Kalikan
angka tersebut dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk
mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 ul darah. Singkatnya : Jumlah sel yang terhitung
dikali 50 = jumlah leukosit per ul darah.
Catatan :
Nilai Rujukan
Dewasa : 4000-10.000/ µL
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu
manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung
leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada
hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit adalah darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian
dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume
tertentu ; dengan menggunakan faktor konversi, jumlah eritrosit per ul darah
dapat diperhitungkan. Larutan Pengencer yang digunakan adalah
a. Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid
0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak
dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein,
rouleaux, aglutinasi.
b. Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml,
aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Alat :
f. Pipet pasteur
g. Mikroskop
h. Larutan Hayem
i. Larutan Gower
Cara Kerja
a. Mengisi Pipet Eritrosit
b. Atur fokus terlebih dahulu dengan memakai lensa objektif kecil (10 x), kemudian
lensa tersebut diganti dengan lensa objektif besar (40x), sampai garis-garis bagi
dalam bidang besar tengah jelas terlihat.
c. Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16
bidang kecil (misalnya ; pada keempat sudut bidang besar di tambah dengan satu
bidang di bagian tengah). Cara dan ketentuan menghitung sel sama dengan cara
menghitung leukosit.
a. Perhitungan
Letakkan bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (10x). Cari
kotak penghitungan yang berada di tengah. Kotak tersebut terbagi dalam 25 kotak kecil
dan setiap kotak kecil terbagi menjadi menjadi 16 kotak kecil-kecil. Sel eritrosit
dihitung dalam 5 kotak kecil, yaitu 4 kotak di sudut dan 1 kotak lagi di tengah. Jumlah
eritrosit dihitung dengan rumus :
Catatan :
Nilai Rujukan
A, B, C, D, & E = Eritrosit
Ket : A. Lempeng kaca
D. kaca penutup
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUS
Persiapan sampel :
a. Darah kapiler segar akan memberikan morfologi dan hasil pewarnaan yang
optimal pada sediaan apus
b. Darah EDTA (etilen diamin tetra asetat). EDTA dapat dipakai karena tidak
berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan leukosit serta mencegah
trombosit bergumpal. Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 12 jam.
Tiap 1 ml EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena.
PRINSIP
Prinsip pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang
bersifat asam kan bereaksi dengan komponen sel yang besifat alkailis, demikian
pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menggunakan prinsip romanosky
yaitu menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri dari azure B
(trimethylthionin) yang bersifat basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang
bersifat asam seperti dianjurkan oleh The International Coucncil For
Standardization in Hematology, dan pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright-
Giemsa dan May Grunwald-Giemsa (MGG).
Alat :
a. Kaca objek 25 x 75 mm
b. Batang gelas
d. Pipet pasteur
Bahan :
a. Metanol absolut dengan kadar air kurang dari 4 %, disimpan dalam botol
yang tertutup rapat untuk mencegah masuknya uap air dari udara.
a. Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai ‘kaca
penghapus’ sudut kaca objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk
dapat menghasilkan sediaan apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek
b. Satu tetes darah diletakkan pada ± 2-3 mm dari ujung kaca objek. Kaca
penghapus diletakkan dengan sudut 30-45 derajat terhadap kaca objek
didepan tetes darah
c. Kaca penghapus ditarik kebelakang sehingga tetes darah, ditunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut.
a. Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai dua
pertiga panjang kaca
b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu
eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan
1. Pewarnaan Wright
a. Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat
pewarnaan
c. Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan.
Larutan Giemsa yang dipakai adalah 5 %, diencerkan dulu dengan
larutan dapar. Biarkan selama 20 – 30 menit.
b. Genangi sediaan apus dengan zat warna May Grunwald yang telah siap
pakai, selama 2 menit.
f. Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih
kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan sediaan apus dalam rak dengan posisi tegak dan dibiarkan
mengering sendirinya.
HITUNG JENIS LEUKOSIT
(DIFFERENSIAL COUNT)
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah
yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah
mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel
darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan
persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.
Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah
dibakukan adalah Basofil, Eosinofil, Netrofil batang, dan Neutrofil segemen, limfosit,
monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna
sitoplasma serta granula didalamnya. Proporsi jumlah masing-masing jenis leukosit
tersebut dapat arti klinik yang penting.
Basofil
Sel ini tidak selalu dapat dijumpai, bentuk dan ukurannya menyerupai neutrofil,
sitoplasmanya mengandung granula bulat besar tidak sama besar, berwarna biru tua,
granula dapat menutupi inti. Kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuola kecil di
sitoplasma.
Eosinofil
Bentuk dan ukurannya sama dengan netrofil, akan tetapi sitoplasmanya dipenuhi oleh
granula yang besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna kemerahan.
Netrofil
Berukuran lebih besar dari limfosit kecil, berbentuk bulat dengan sitoplasma yang
banyak agak kemerahan. Intinya berwarna ungu, berbentuk batang atau segmen.
Dikatakan berbentuk batang apabila lekukan inti melebihi setengah diameter inti;
berbentuk segmen bila inti terbagi mejadi beberapa bagian yang saling dihubungkan
dengan benang kromatin. Sitoplasma bergranula warna keunguan.
Limfosit
Dikenal beberapa macam limfosit yang antara lain limfosit kecil dan limfosit besar.
b. Limfosit besar berukuran 12 – 16 µm, berbentuk bulat atau agak tak beraturan;
berinti oval atau bulat, terletak ditepi sel. Sitoplasmanya relatif lebih banyak
dibandingkan limfosit kecil, biru muda atau dapat mengandung granula azurofil
yang berwarna merah.
Monosit
Merupakan sel yang paling besar dibandingkan yang lain, berukuran 14 -20 µm,
berbentuk tak beraturan, mempunyai inti yang bentuknya macam-macam, umumnya
berbentuk seperti ginjal berwarna biru ungu dengan kromatin seperti girus otak.
Sitoplasma berwarna keabu-abuan, mengandung granula halus kemerahan dan kadang-
kadang bervakuol
Differential Cell Counter
Bila alat Differential Cell Counter tidak tersedia buatlah kolom-kolom berikut :
Basofil -
Eosinofil 4
Batang 4
Segmen 65
Limfosit 34
Monosit 3
Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100
Basofil :0–1%
Eosinofil :1–3%
Segmen : 50 – 70 %
Limfosit : 20 – 40 %
Monosit :2–8%
Lampiran Gambar
Dibawah ini adalah morfologi leukosit normal yang dapat dijumpai pada sediaan apus
darah :
a. Eritrosit b. Trombosit
HITUNG RETIKULOSIT
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya mengandung sejumlah
besar sisa-sisa ribosom dan RNA, dan berasal dari sisa inti dari bentuk penuh
pendahulunya. Ribosom mempunyai kemampuan utnuk bereaksi dengan cat tertentu
seperti briliant cresyl blue atau new methylene blue untuk membentuk endapan grnaula
atau filament yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel
yang masih hidup dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital.
Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosom terbanyak.
Sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosom. Hitung
retikulosit dinyatakan sebagai prosentase jumlah retikulosit per 1000 eritrosit.
PRINSIP
Darah dicampur dengan karutan brilliant cresyl blue atau larutan new methylene
blue, lalu dibuat sediaan apus dan jumlah retikulositnya dihitung di bawah mikroskop.
Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %.
e. Penangas air
f. Reagen :
PROSEDUR KERJA
SEDIAAN KERING :
a. Ke dalam tabung reaksi kecil teteskan 2 tetes larutan brilliant cresyl blue dalam
natrium citrat atau new methylene blue.
c. Inkubasi 37°Celcius selama 15 menit, tabung tersebut kocok sekali lagi dan ambil
setetes dengan pipit pasteur untuk dibuatn sediaan darah apus. Keringkan di
udara dan periksalah dengan mikroskop.
d. Periksalah dengan perbesaran obyektif 100 kali. Carilah daerah yang cukup tipis
di mana eritrosit tidak membuat reuleaux. Eritrosit biru muda dan retikulasit
akan tumpak sebagai sel yang mengandung granula / filament biru. Bila kurang
jelas bisa di counterstain (dicat lagi) dengan cat wright
f. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.
SEDIAAN BASAH
a. Dibuat campuran antara darah dan larutan BCB sama banyak dalam
b. Diambil 1 tetes dari campuran diatas , diletakkan pada gelas obyek dan ditutup
dengan gelas penutup
e. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.
g. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.