Anda di halaman 1dari 54

Bahan Ajar

HEMATOLOGI I

OLEH : WIDARTI, S.Si.,Apt.,M.M.KES

UNTUK KALANGAN SENDIRI

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

2020
a. Pengertian

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah disebabkan karena adanya hemoglobin dalam eritrosit
,keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang
banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya O2 dalam darah diambil dengan
jalan pernapasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembongkaran atau
metabolisme di dalam tubuh.

Darah merupakan jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu:

a. Bahan intraseluler adalah cairan yang disebut dengan plasma. Plasma darah adalah cairan
berwarna kuning yang bersifat sedikit alkali. Kandungan dari plasma terdiri dari gas
O2 dan CO2, hormon-hormon, enzim, antigen.

b. Sel-sel darah. Sel darah terdiri atas tiga jenis:

1. Eritrosit (sel darah merah)

2. Lekosit (sel darah putih)

3. Trombosit (keeping-keping darah)

Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau
kira-kira 5 liter. Sekitar 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya dari sel darah. Dan
jumlah ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang
berkisar antara 40-47. Volume darah dalam kondisi sehat adalah konstan dan sampai batas
tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan. Susunan
darah, serum darah atau plasma terdiri atas:

a. Air terdiri dari 91 %.


b. Protein terdiri dari 8 % (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
c. Mineral terdiri dari 0,9 % (NaCl, Na2CO3, garam dari kalsium,fosfor, Mg dan Fe, dan
seterusnya).
Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic, yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat,
kreatinin, cholesterol, dan asam amino.

1. Fungsi Darah

Keberadaan darah dalam tubuh mempunyai arti penting bagi kehidupan seseorang. Hal
ini disebabkan darah mempunyai beberapa fungsi penting sebagai berikut.

a. Sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, O 2, dan zat
makanan yang diperlukan untuk tubuh fungsinya normal dapat dijalankan
dan menyingkirkan CO2 dan hasil buangan lainnya.
b. Mengantarkan O2 ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari karbon dioksida.
c. Sel darah putih menyediakan bahan pelindung dan karena gerakan fagositosis dari
beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.
d. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menstabilkan
cairan jaringan karena melalui cairan sel tubuh menerima makanannya dan sebagai
pengangkut bahan buangan ke berbagai organ exkretorik untuk dibuang.
e. Hormon, dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
1. Proses Pembentukan Darah (Hematopoiesis)

Hematopoiesis merupakan proses pembentukan komponen sel darah, dimana terjadi


Proliferasi, Maturasi dan Diferensiasi sel yang terjadi secara serentak.

a. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan jumlah sel, dari satu sel
hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah.

b. Maturasi merupakan proses pematangan sel darah.


c. Diferensiasi menyebabkan beberapa sel darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang

berbeda.

Hematopoiesis pada manusia terdiri atas beberapa periode :

a. Mesoblastik

Dari embrio umur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk sac. Yang dihasilkan adalah
HbG1, HbG2, dan Hb Portland.

b. Hepatik

Dimulai sejak embrio umur 6 minggu terjadi di hati Sedangkan pada limpa terjadi pada
umur 12 minggu dengan produksi yang lebih sedikit dari hati. Disini menghasilkan Hb.

c. Mieloid

Dimulai pada usia kehamilan 20 minggu terjadi di dalam sumsum tulang, kelenjar
limfonodi, dan timus. Di sumsum tulang, hematopoiesis berlangsung seumur hidup
terutama menghasilkan HbA, granulosit, dan trombosit. Pada kelenjar limfonodi
terutama sel-sel limfosit, sedangkan pada timus yaitu limfosit, terutama limfosit T.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembentukan sel darah di antaranya adalah
asam amino, vitamin, mineral, hormone, ketersediaan oksigen, dan faktor- faktor
perangsang hematopoietik.

1. Komponen Penyusun Darah


Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula (sel-sel darah) yang membentuk 45%
bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk
medium cairan darah yang disebut plasma darah.

Berikut ini akan di bahas komponen penyusun darah:

a. Plasma Darah
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi
medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup, yang berbentuk butiran-butiran darah.
Di dalamnya terkandung benang-benang fibrin/fibrinogen yang berguna untuk menutup
luka yang terbuka. Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, dimana
besar volumenya 55% dari volume darah yang terdiri dari 90% berupa air dan 10%
berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon
dioksida. Karena dinding kapiler permiabel bagi air dan elektrolit maka plasma darah
selalu ada dalam pertukaran zat dengan cairan interstisial. Dalam waktu 1 menit sekitar
70% cairan plasma bertukaran dengan cairan interstisial.

a. Komponen penyusun Plasma Darah:

Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut:

a. Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida,
asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral.

b. Enzim, hormon, dan antibodi sebagai zat-zat hasil produksi sel.

c. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran sehingga tidak
dapat menembus dinding kapiler. Contoh:

a. Album, berguna untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik darah.


b. Globulin, berperan dalam pembentukan g-globulin, merupakan komponen
pembentuk zat antibodi.

c. Fibrinogen, berperan penting dalam pembekuan darah.

d. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.

e. 02, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.

f. Fungsi Plasma Darah

Fungsi plasma darah adalah mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa
sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan serta menghasilkan zat kekebalan
tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.

Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum
merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan
cara memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung
zat antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk
ke dalam tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.

Fungsi lain dari plasma adalah:

1. Merupakan cadangan air untuk tubuh

2. Mencegah mengkerutnya dan tersumbatnya pembuluh darah

3. Membantu mempertahankan tekanan darah dan sirkulasi ke seluruh tubuh

Berdasarkan cara kerjanya, antibodi dalam plasma darah dapat dibedakan sebagai
berikut.

a. Aglutinin : menggumpalkan antigen.

b. Presipitin : mengendapkan antigen.

c. Antitoksin : menetralkan racun.


d. Lisin : menguraikan antigen.

Antigen yang terdapat dalam sel darah dikenal dengan nama aglutinogen,
sedangkan antibodi terdapat di dalam plasma darah dinamakan aglutinin.
Aglutinogen membuat sel-sel darah peka terhadap aglutinasi (penggumpalan).
Adanya aglutinogen dan aglutinin di dalam darah ini pertama kali ditemukan oleh
Karl Landsteiner (1868–1943) dan Donath.

e. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah disebut juga eritrosit. Eritrosit sendiri berasal dari Bahasa Yunani,
yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung sel. Sel darah merah
adalah jenis sel darah yang paling banyak.

1. Pembentukan Eritrosit

Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Dari minggu-minggu


pertama kehidupan embrio, eritrosit primitif yang berinti dihasilkan dalam
kantong kuning telur. Selama 3 bulan kedua (trimester pertengahan) dari
kehamilan, hati merupakan organ utama membentuk eritrosit dan pada saat yang
sama eritrosit juga dibentuk di limpa dan kelenjar limfe, Produksi eritrosit ini
dirangsang oleh hormon eritropoietin. Selanjutnya dalam tiga bulan terakhir
kehamilan dan setelah lahir, eritrosit semata-mata dibentuk oleh sumsum tulang.

Pembentukan eritrosit diatur oleh suatu hormon glikoprotein yang disebut


eritropoietin, berikut ini beberapa tahap eritropoiesis manusia:

a. Tahap Proeritroblas yaitu: Tahap pertama setelah koloni eritroit membentuk


unit suatu sel dengan nukleus yang sangat besar. Proeritoblas kemudian akan
membelah beberapa kali.

b. Tahap eritroblasbasofilikyaitu; Tahap dimana mulainya sintesis hemoglobin.


c. Tahap eritroblaspolikromatik(tahap normoblas)yaitu: Tahap akhir dari
sintesis DNA, dan pembelahan sel.

d. Tahap eritroblasortokromatik yaitu: Menunjukkan pengisutan dan autolisis


nukleus. Nukleus sisa akan disingkirkan dan dipisahlkan dari sel.

e. Tahap Retikulosityaitu: Sel ini tidak memiliki nukleus dan memasuki


sirkulasi tempat ia menjadi eritrosit matang. Eritrosit berbentuk diskus atau
lempengan yang mana selnya dapat bergerak dalam ruang yang rapat untuk
mengambil atau melepaskan oksigen.

1. Penghancuran Eritrosit

Eritrosit ini memiliki waktu hidup yang relatif pendek. Hal ini disebabkan
gangguan mekanis dan kondisi internal eritrosit itu sendiri. Eritrosit tidak
mampu mensintesis protein untuk tumbuh, atau untuk memperbanyak diri.
Eritrosit lama kelamaan akhirnya menjadi tua dan kehilangan fleksibilitasnya.
Eritrosit menjadi kaku dan rapuh.

Rata – rata umur eritrosit kurang lebih 120 hari. sel dipindahkan ke
ekstravaskular oleh makrofag system retikuloendotelial (RE), teristimewa dalam
sumsum tulang tetapi juga dalam hati dan limpa. Metabolisme sel darah merah
perlahan – lahan memburuk karena enzim tidak diganti, sampai sel menjadi tidak
mampu.

Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan


sebagai protein dan jaringan – jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin
dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem
dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan
biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau – hijauan yang dapat dilihat pada
perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

2. Fungsi Eritrosit
Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Walaupun fungsi Hb yang utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida,
Hb juga memerankan bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-
basa dalam tubuh.

Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit


akan melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk
berelaksasi dan melebar.

Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin


terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan
melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan
oksigen.

Eritrosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah
mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel
darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding
dan membran sel patogen, serta membunuhnya.

Eritrosit terlibat dalam tranpor oksigen dan karbondioksida ke seluruh


tubuh. Di dalam paru, hemoglobin dalam eritrosit dengan mudah bergabung
dengan oksigen dan menjadi oksihemoglobin. Oksihemoglobin kemudian
menyerahkan oksigennya kepada jaringan tubuh, dan darah yang kehilangan
oksigennya kembali ke paru untuk mendapat oksigen lagi. Eritrosit juga terlibat
dalam transport karbondioksida dari jaringan ke paru; fungsi ini bergantung pada
kandungan enzim anhidrase karbon.
f. Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte)
adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk
membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem
kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara
amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan
normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah
manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap
milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih
.Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes.

Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat


dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen
seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan
berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme
penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan
cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang.

Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat di
bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat
bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening
(tidak berwarna).

Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil,


dan fagosit termasuk makrofaga,neutrofil, dan sel dendritik.

1. Karakteristik Leukosit
a. Jumlah

Jumlah normal sel darah putih adalah 5000 – 10000 sel/mm3 . Infeksi atau
kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit

b. Fungsi

a. Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi benda asing,


termasuk bakteri dan virus.

b. Sebagai pengangkut yaitu mengangkut atau membawa zat lemak dari


dinding usus melalui limfa ke pembuluh darah.

c. Diapedesis

Leukosit memiliki sifat diapedesis, yaitu kemampuan untuk menembus pori-


pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan.

d. Gerakan amuboid

Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid. Beberapa sel mampu


bergerak tiga kali panjang tubuh dalam satu menit.

e. Kemampuan kemoktasi

Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak
mendekati atau menjauhi sumber zat.

f. Fagositosit

Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada
neutrofil dan monosit

g. Rentang kehidupan.

Setelah diproduksi disumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari
dalam sirkulasi darah sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan
selama beberap hari, beberapa minggu, atau beberapa bulan, tergantung jenis
leukositnya.

1. Jenis-jenis Leukosit

a. Agranulosit

Sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya,


sitoplasmanyahomogendenganintibentukbulatataubentukginjal.

Terdapatduajenisleukositagranulosit :yang terdiri dari:

a. Limposit

Tiap mm3 mengandung 1.500-3000 butir, Limfosit dapat bergerak


bebas, Ukurannya ada yang besar dan ada yang kecil. Limfosit berfungsi
untuk membentuk antibodi.

Ada beberapa jenis limfosit yaitu:

a. Limfosit B berfungsi memproduksi antibodi


b. sel T helper mengaktifkan dan mengarahkan sistem ekebalan tubuh
terhadap mikroorganisme

c. sel T sitoksik melepaskan bahan kimia untuk menghancurkan patogen.

d. Sel T memori membantu sistem kekebalan tubuh untuk mengenali


patogen tersebut.

e. Sel T supresor menekan respon kekebalan tubuh ketika hal itu tidak
lagi diperlukan, untuk melindungi sel-sel normal tubuh

2. Monosit

Tiap mm3 darah mengandung 100-700 butir, Dapat bergerak cepat, Monosit dapat
memperbesar dan berkembang menjadi makrofag. Makrofag merupakan sel fagositik
terbesar dan berumur panjang. Monosit diproduksi pada jaringan limfe(getah bening).
Monosit berfungsi menghancurkan dan menghapus sel-sel mati yang tua dan rusak dari
tubuh. Monosit tetap dalam aliran darah selama 10-12 jam, setelah itu mereka masuk ke
jaringan dan tinggal disana selama beberapa hari.

3. Granulosit

Granulosit, mempunyaigranulaspesifik, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan


setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi.Terdapat
tiga jenis leukosit granulosit, yang terdiri dari :

Neutrofil
Tiap mm3 darah mengandung 3000-7000 butir, Diameter dari sekitar 10-12 mikro meter,
Plasmanya bersifat netral dan terdapat bintik-bintik, Mencapai 60-70% dari jumlah total
leukosit, Neutrofil membunuh bakteri dengan langsung menelannya, yang dikenal
fagositosis. Ini dapat ditemukan pada nanah dalam luka. Neutrofil juga memakan jaringan
tubuh yang rusak atau mati. Jangka hidupnya 6 jam sampai beberapa hari

f. Eosinofil

Tiap mm3 darah mengandung 100-400 butir,Diameter 10-12


mikrometer , Mencapai 4 % dari total leukosit, Plasmanya bersifat asam dan
terdapat bintik-bintik biru, Peningkatan jumlah eosinofil biasanya terkait
dengan alergi, asam, dan demam.Eosinofil juga bertugas untuk memerangi
infeksi parasit dan oleh karena itu, infeksi parasit juga dapat menyebabkan
jumlah eosinofil mningkat dalam darah.Rata-rata masa hidup eosinofil adalah
8-12 hari.

g. Basofil
a. Setiap mm3 darah mengandung 20-50 butir

b. Diameter basofil sekitar 12-15 mikrometer.

c.  1 % dalam tubuh manusia

d. Plasmanya bersifat basa dan terdapat bintik-bintik biru yang


mengandung histamin

e. Basofil mngandung antikoagulan yaitu heparin. Mereka melepaskan


histamin kimia selama reaksi alergi, yang menghasilkan tanda-tanda
khas alergi seperti gatal-gatal.

1. Kelainan pada Leukosit

f. Pergeseran ke kiri (Shift To The Left), Peningkatan jumlah leukosit muda dalam darah
tepi. Misalnya peningkatan jumlah netrofil batang > 10 % dalam darah tepi.

g. Netrofilia, Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari normal, ini bisa
disebabkan :

a. Infeksi akut contoh : radang paru, pneumonia, meningitis

b. Infeksi lokal yang disertai dengan produksi dan penimbunan nanah

c. Intoksikasi, missal pada zat-zat kimia, uremia.

d. Selain itu ada juga Netrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olahraga
yang berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.

a. Eosinofilia, Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah tepi, ditemukan pada :


a. Penyakit alergi (Urticaria, Asthma bronchiale).

b. Infeksi parasit misal pada : Schistosomiasis, Trichinosis, Cacing


tambang)

c. Sesudah penyinaran

d. Hodgkin’s disease, Poli arthritis nodosa,dll

e. Keganasan, penyakit kulit misal Eksim

f. Basofilia, Peningkatan jumlah basofil dalam darah, ditemukan pada :

a. Infeksi oleh virus (Smallpox, Chickenpox)

b. Kadang-kadang sesudah Spleenektomi, Anemia hemolitik kronis

c. Monositosis, Peningkatan jumlah monosit dalam darah, ditemukan pada :

a. Infeksi Basil (TBC, Endocarditis sub akut)

b. Infeksi Protozoa (Malaria, dysentri amoeba kronik)

c. Hodgkin’s disease, Artritis Rheumatoid

d. Limpositosis, Peningkatan jumlah limposit dalam darah, ditemukan pada :

a. Infeksi akut (Pertusis, hepatitis, Mononucleusis infeksiosa) dan Infeksi


menahun

b. Pada infant (bayi dan anak-anak)

c. Radang kronis misal Kolitis Ulseratif

d. Kelainan metabolic (Hipertiroidisme)

e. Neutropenia, Penurunan jumlah netrofil dalam darah tepi, penyebabnya :

a. Penyakit infeksi
b. Demam thypoid, Hepatitis, Influenza, campak, malaria, juga tiap jenis
infeksi akut.

c. Bahan kimia dan fisika misal pada radiasi dan obat, Hiperspleenisme,
penyakit hati.

d. Limfopenia, Penurunan jumlah limposit dalam darah tepi, penyebab :

a. Kematian kortikosteroid misalnya akibat terapi dengan obat Steroid.

b. Penyakit berat misal : Gagal jantung, gagal ginjal, TBC berat.

c. Agranulositosis, Menghilangnya granulosit dalam darah tepi secara


mendadak pada seseorang yang sebelumnya normal. Pada agranulositosis
yang umum jumlah leukosit rendah dan limposit matang merupakan satu-
satunya jenis leukosit yang ada dalam darah tepi. Penyebabnya : Penyakit
autoimmune, juga obat contoh obat : Antalgin dan sulfonamide

d. Reaksi Leukemoid, Leukositosis reaktif yang bukan proses keganasan


(Benigna) dengan sel-sel leukosit belum matang dan matang yang memasuki
sirkulasi dalam jumlah berlebihan .

1. .Pembentukan Sel Darah Putih(Leukopoiesis)

Leukopoiesis adalah proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh adanya


colony stimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi
(perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa.
Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya pembelahan
sel batang temopoitik menjadi sel “blas” seperti berikut ini.

a. Mieloblas yang akhirnya berkembang menjadi leukosit granular (granulosit) yaitu


eosinofil, neutrofil, dan basofil.

b. Monoblas berkembang menjadi monosit.


c. Limfoblas akan berkembang menjadi limfosit.

4. Keping Darah (Trombosit)

Trombosit (juga disebut Platelet atau keping darah) adalah sel-sel berbentuk oval
kecil yang dibuat di sumsum tulang. Trombosit membantu dalam proses pembekuan.
Ketika pembuluh darah pecah, trombosit berkumpul di daerah dan membantu
menutup kebocoran. Trombosit bertahan hidup hanya sekitar 9 hari dalam aliran
darah dan secara konstan akan digantikan oleh sel-sel baru.
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI

Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium


klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti kadar hemoglobin,
hitung leukosit, eritrosit, trombosit, laju endap darah (LED), sediaan hapus,
hematokrit, retikulosit dan pemeriksaan hemostasis. Untuk pemeriksaan tersebut
perlu diperhatikan beberapa hal :

a. Persiapan Pasien

1. Puasa

Dua jam setelah makan sebanyak 800 kalori volume plasma akan
meningkat, sebaliknya setelah gerak badan volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma tersebut akan menyebabkan
perubahan jumlah sel/ul maupun susunan plasma.

2. Obat

Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi


misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dan sebagainya. Pada pemberian
kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan
meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah
akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan
morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.
Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.

3. Waktu pengambilan

Beberapa pemeriksaan hematologi seperti jumlah eosinofil dan kadar besi


serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang dapat dipengaruhi oleh
waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih tinggi pada pagi hari dan
lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-100 ug/dl. Jumlah eosinofil
akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai malam hari dan lebih rendah
dari tengah malam sampai pagi.

4. Posisi pengambilan

Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 %


demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita
adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai
sopan santun atau etika sehingga membuat penderita atau keluarganya
tidak merasa asing atau menjadi obyek.

b. Persiapan alat

Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. bersih, kering

a. tidak mengandung deterjen atau bahan kimia

a. terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

a. sekali pakai buang (disposable)

a. steril (terutama untuk kultur kuman)

a. tidak retak/pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan
volume spesimen

b. Antikoagulan

Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara


mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang
diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan. Jika tes membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus
dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-
antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk
mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting
untuk mencegah hemolisis.

Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis


pemeriksaan tertentu :

a. EDTA ( ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2 )

Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau


potassium (kalium), mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau
mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki keunggulan disbanding dengan
antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga
ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, LED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit, apusan
darah, dsb. Takaran penggunaan sebagai antikoagulan adalah 1mg untuk
1 ml darah

b. Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 •2 H2O )

Citrat bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Trisodium


sitrat dihidrat 3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L)
direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan agregasi trombosit.
Penggunaannya adalah 1 bagian citrate + 9 bagian darah. Secara
komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa
udara dengan tutup berwarna biru terang.

Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan


erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau LED cara Westergreen.
Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat + 4 bagian darah.

c. Heparin

Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja


dengan cara menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin
sehingga menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen. Ada tiga
macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan sodium heparin.
Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin paling banyak
digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa
beberapa macam ion dalam darah.

d. Oksalat

a. Natrium Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat


kalsium. Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan
untuk pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis.

b. Kalium Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium
oksalat berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis
dengan cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease
sehingga kadar glukosa darah stabil.

c. Pemilihan Lokasi Pengambilan Spesimen

Tentukan lokasi pengambilan spesimen sesuai dengan jenis spesimen yang


diperlukan, seperti :

a. Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena
cephalic, atau vena basilic). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur
infus atau transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, canula, fistula

a. Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan),


arteri brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

a. Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis
tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki
pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh
memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti sianosis atau pucat.

a. Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang


sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.

a. Pengambilan Darah Vena


Dasar Teori :

Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil


dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf
besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi
pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-
hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.

Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka
pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan
pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang
ukurannya lebih kecil.

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

1. Lengan pada sisi mastectomy

2. Daerah edema

3. Hematoma

4. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan

5. Daerah bekas luka

6. Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

7. Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat


menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau
menurunkan kadar zat tertentu.

Alat dan Bahan

a. Antiseptik dan desinfektan : alkohol 70 %

b. Kapas steril

c. Plester
d. Terniquit (pembendung)

e. Antikoagulan : EDTA, Heparin, Na. Sitrat, NH₄-oksalat.

Prosedur kerja

a. Pilih bagian yang akan dilakukan tusukan vena (venipuncture), yaitu :


antecubitus lengan, pilih vena yang besar dan tidak mudah bergerak.

b. Desinfektan area venipuncture dengan kapas alkohol dengan gerakan


memutar dari tengah ke tepi, biarkan 30 detik untuk pengeringan alkohol.

c. Pasang terniquit 7,5 – 10 cm di atas bagian venipuncture disertai pengepalan


tangan pasien membantu penampakan vena.

d. Keluarkan semprit dari plastik, tarik jarum tarik penghisap untuk


memeriksa kelancaran.

e. Tusuk jarum ke dalam vena, posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan
sudut 15-30 °.

f. Lepaskan terniquit setelah darah mengalir (jangan biarkan terniquit


terpasang lebih 1 menit).

g. Tarik perlahan-lahan penghisap (plunger) dan biarkan semprit terisi darah.

h. Lepaskan jarum perlahan-lahan dan segera tekan dengan kapas selama 3-5
menit.

i. Masukkan darah ke dalam tabung sudah berisi antikogulan.

Catatan :

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :

a. Pemasangan turniket (tali pembendung)


Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)

b. Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma

c. Penusukan

Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan


sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.

d. Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma.

e. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel
akibat kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan
pada pasien ketika dilakukan penusukan.

f. PENGAMBILAN DARAH KAPILER

DASAR TEORI :

Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk
pengambilan darah kapiler adalah :

1. Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.

2. Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi
telapak kaki atau ibu jari kaki.
3. Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran,
seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb),
kongesti atau sianosis setempat.

Alat dan Bahan:

a. Antiseptik dan desinfektan : Alkohol 70%

b. Kapas streril

c. Lanset steril atau hemolet

d. Penampung darah (tabung/pipet kapiler)

Prosedur Kerja:

e. Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.

f. Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering.

g. Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya
rasa nyeri berkurang.

h. Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus
diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah
oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol,
tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam
wadah.

i. Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas
kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.

j. Tampung darah yang keluar ke dalam tabung/pipa kapiler sesuai


permintaan pemeriksaan dengan menempelkan tabung/pipa kapiler
langsung pada bagian kulit dimana darah keluar
k. Bila diperlukan sediaan apus, ambil posi pertama sebelum tabung
antikoagulan : 1 – 2,5 cm pada ujung kaca objek, diameter tetes 1 - 2 mm.

PENETAPAN KADAR HEMOGLOBIN

Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan
rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar
haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin
yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino
pada rantai beta, gama dan delta.

Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering
dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemoglobinsianida. Cara Sahli kurang baik,
karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk
pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang
dapat dicapai hanya ±10%.
Hemoglobin berfungsi sebagai :

a. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbodioksida didalam jaringan tubuh.

b. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan-


jerinagn tubuh untuk dipakai sebagai bahan baker

c. Membawa karbodioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme


ke paru-paru untuk dibuang.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar


hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,
mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%. Berhubung ketelitian
masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang
dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada
bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar
antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin menurun dan pada umur 3 tahun
dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar
hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu
berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar
antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl. Pada
perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan
10 g/dl.

Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal,


pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat
seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida,
primaquin, rifampin, dan trimetadion.

Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung


kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa
dan gentamicin.

1. Cara Sahli

Prinsip
Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam
setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1 N dan diencerkan dengan aquadest,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam
alat itu.

Alat dan bahan

a. Hemolet/lanset

b. Hemoglobinometer (hemometer)

a. Selang pengisap
a. Tabung pengencer

b. Batang pengaduk
b. Pipet hb

c. Pipet tetes

d. HCl 0,1 N

e. Aquades

Cara Kerja

a. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung pengencer sampai tanda 2

b. Isaplah darah kapiler dengan pipet Hb sampai tanda 20 µl

c. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujng pipet

d. Segera alirkan darah dari pipet ke dalam daar tabung pengencer. Catat
waktu/saat darah mulai tercampur kedalam HCl

e. Isap kembali isi tabung ke dalam pipet kemudian tiupkan kembali isi pipet
kedalam pipet. Lakukan hal ini 2 samapai 3 kali agar sisa-sisa darah terbilas
kedalam tabung

f. Campur isi tabung dengan baik-baik kemudian diamkan 5-10 menit. Warna
cairan dalam tabung menjadi coklat
g. Tambahkan aquadest, tetes demi tetes, sambil mengadukisi tabungsamapai
diperoleh warna isi tabung sama dengan warna standar yang ada di
komparator. Baca kadar HB (lihat pada dasar meniskusi). Laporkan hasil dalam
gram % (=gram/100 ml= gram/dl).

Nilai Rujukan

Laki-laki : 14 – 18 gr/dl

Perempuan : 12 – 16 gr/dl

PEMERIKSAAN LAJU ENDAP DARAH

(LED)

LED adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dari suatu sampel darah yang
diperiksa dalam suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. LED juga sering
diistilakan dalam bahasa asingnya; BBS (Blood Bezenking Suelheid), BSR (Blood
Sedimentation Rate), BSE (Blood Sedimetation Erythrocyte), ESR (Erythrocyte
Sedimetation Rate). Penentuan LED ada 2 cara, menurut westergren dan menurut
wintrobe Oxalate.

LED juga merupakan salah satu parameter dalam darah rutin. Pada pemeriksaan
LED sering dilakukan secara manual atau terpisah. Adapun metode yang biasa
digunakan dalam pemeriksaan LED adalah westergren, wintrobe, setavuge, dan
mikrosedimentation. Namun metode westergren merupakan metode yang
direkomendasikan oleh Internasional Committee for Standardiszation in Hematology
(ICSH). Secara umum hal-hal yang biasa mempengaruhi LED adalah kondisi eritrocit,
komposisi plasma, dan faktor fisiologi. LED menggambarkan komposisi plasma dan
perbandingan antara eritrosit dan plasma darah. Pengendapan sel plasma bertambah
cepat bila berat sel bertambah cepat bila berat sel meningkat, tetapi kecepatannya
berkurang apabila permukaan sel lebih luas. Sel-sel kecil ini mengendap lebih lambat
daripada sel yang menggumpal karena sel yang menggumpal mengalami peningkatan
berat lebih besar dari luas permukaanya. Dalam darah normal nilai LED relatif kecil
karena pengendapan eritrosit akibat tarikan grautsi diimban oleh tekanan ke atas
akibat perpindahan plasma. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan
penggumpalan atau perlekatan sel satu setiap keadaan yang meningkatkan hasil LED.
Mekanisme yang terjadi pada pemeriksaan LED yaitu tahap penggumpalan tahap
sedimentasi dan tahap pemadatan.

Faktor Yang Mempengaruhi Laju Endap Darah

1. Faktor plasma (Faktor yang mengurangi potensial zeta)

Konsentrasi fibrinogen

Konsentrasi globulin, trauma globulin gamma

Kolesterol serum.

2. Faktor Sel Darah Merah

Peningkatan LED

a. Anemia (trauma hematokrit dengan rentang 0,3-0,4

b. Luas permukaan sel darah merah: mikrosit mengendap lebih lambat dari pada
makrosit

c. Sel sabit gagal membentuk rouleaux sehingga LEDnya rendah

Keadaan yang Menyebabkan peningkaan LED

a. Kehamilan

b. Hiperglubunimenia

c. Hiperfibrinogenemia

(Sumber : Sacher dan McPherson, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhi LED :

a. Viskositas darah

b. Jumlah eritrosit

c. Pembentukan roulleaux

d. Bentuk eritrosit

e. Besar eritrosit

f. Temperatur

g. Letak posisi pipet

h. Penampang pipet.

LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux


formation) dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan
sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.

Cara Pemeriksaan (Gandasoebrata, 2010) :

1. Penetapan LED Menurut Wintrobe

a. Diambil darah oksalat atau darah EDTA


b. Dengan memakai pipet Wintrobe, dimasukkan darah darah itu kedalam tabung
wintrobe setinggi garis tanda 0 mm. dijaga jangan sampai terjadi gelembung
udara atau busa.

c. Diarkan tabung wintrobe itu dalam keadaan tegak-lurus pada satu tempat yang
tak banyak angin selama 60 menit.

d. Dibaca hasil yaitu dengan membaca tingginya lapisan plasma dengan milimeter
dan laporkanlah angka itu sebagai laju endap darah.

1. Penetapan Laju Endap Darah Menurut Westergren

a. Dihisap darah dengan semprit steril 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8% yang
steril juga

b. Dilakukan pungsi vena dengan semprit itu dan diisaplah 1,6 ml darah sehingga
mendapatkan 2,0 ml campuran.

c. Dimasukkan campuran itu kedalam tabung dan dihomogenkan dengan baik.

d. Diisap darah itu kedalam pipet westergren sampai baris tanda 0 mm, kemudian
biarkan pipet itu dalam sikap tegak lurus dalam rak westergren selama 60 menit.

e. Bacalah tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan dilaporkan angka itu
sebagai laju endap darah.

a. Manfaat Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED)

Laju endap darah memiliki tiga penggunaan utama :

a. Sebagai alat bantu untuk mendeteksi suatu proses peradangan.

b. Sebagai pemantau perjalanan atau aktivitas penyakit.

c. Sebagai pemeriksaan penapisan untuk peradangan atau neoplasma yang


tersembunyi.

1. METODE WINTROBE

PRINSIP :

Mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuannya mm/jam.

ALAT DAN BAHAN :


a. Tabung wintrobe

b. Pipet kapilter

PROSEDUR KERJA :

a. Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium


oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

b. Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur


sampai tanda 0.

c. Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.

d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit dalam


mm/jam.

Nilai Rujukan

Laki-laki : 0 – 20 mm/jam

Perempuan : 0 – 15 mm/jam

1. METODE WESTERGREEN

PRINSIP :

Mengukur kecepatan sedimentasi sel eritrosit di dalam plasma. Satuanya mm/jam

ALAT DAN BAHAN :

a. Pipet westergreen

b. Rak untuk pipet westergreen

c. Natrium sitrat

PROSEDUR KERJA :
a. Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah
citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah
EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1
bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

b. Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam


tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.

c. Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran
maupun sinar matahari langsung.

d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

Nilai rujukan

Laki-laki : 0 – 20 mm/jam

Perempuan : 0 – 15 mm/jam

HITUNG JUMLAH LEUKOSIT

WHITE BLOOD CELL COUNT(WBC)

Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau


mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh,
terhadap benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah
leukosit merupakan indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap
infeksi.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan
lain-lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah
leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu
jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit
berkisar antara 4500- 11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang
dewasa berkisar antara 5000 — 10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah
melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan
jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis, sedangkan penurunan jumlah
leukosit di bawah normal disebut lekopenia.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu
cara automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan
cara manual dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut
leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik.
Leukositosis yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi,
kejang, takhikardi paroksismal, partus dan haid.

Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses infeksi atau radang
akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis, dll. Dapat
juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit
kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena
pembedahan ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh
obat-obatan, misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide,
haparin, digitalis, epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin,
kanamisin, metisilin, tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.Leukopenia adalah
keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah. Karena pada hitung jenis
leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir selalu leukopenia
disebabkan netropenia.

Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu,


terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan penyakit
hemopoetik(anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan
penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi
kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin,
fenotiazin, dan antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)

Prinsip
Darah di encerkan dengan larutan asam lemak, sel-sel eritrosit akan mengalami
hemolisis serta darah menjadi encer sehingga sel-sel leukosit lebih mudah
dihitung.

Alat dan bahan

Alat :

a. Pipet leukosit atau clinipet 20µl, pipet volumetrik 0,5 ml

b. Kamar hitung improved neubauer dan kaca penutup

c. Pipet pasteur

d. Mikroskop

Bahan atau reagensia :

Larutan pengencer dapat menggunakan salah satu dari larutan berikut :

e. Larutan Turk

f. HCl 1%

g. Asam asetat 2%

Prosedur kerja

a. Mengisi pipet Leukosit

a. Isaplah darah kapiler (kapiler, EDTA, atau oxalat) sampai pada garis tanda “0,5″
tepat.

b. Hapus kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet

c. Masukkan ujung pipet kedalam larutan TURK sambil mempertahankan darah


tetap pada garis tan tadi. pipet dipegang dengan sudut 45 derajat dan larutan
TURK dihisap perlahan-lahan sampai garis tanda “11″ tepat. Hati-hati jangan
sampai terjadi gelembung udara.
d. Angkatlah pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari kemudian
lepaskan karet penghisap.

e. Kocoklah pipet tadi selama 15-30 detik. jika tidak segera akan dihitung letakkan
pipet dalam posisi horizontal.

f. Mengisi kamar hitung

a. Letakkan kamar hitung yang telah benar-benar bersih dengan kaca penutup yang
terpasang mendatar di atas meja.

b. Kocoklah pipet yang berisi tadi selama 3 menit terus menerus (jangan samapai
ada cairan yang terbuang dari pipet saat mengocok)

c. Buang semua cairan yang ada pada batang kapiler pipet (3 – 4 tetes) dan
kemudian sentuhkan ujung pipet (sudut 30 derajat) dengan menyinggung
pinggir kaca penutup pada kamar hitung. Biarkan kamar hitung tersebut terisi
cairan perlahan-lahan dengan gaya kapilaritasnya sendiri.

d. Biarkan kamar hitung yang sudah terisi tersebut selama 2-3 menit agar
leukkosit-leukosit mengendap. jika tidak akan dihitung segera, simpan kamar
hitung tersebut dalam cawan peti tertutup yang berisi kapas basah.

e. Cara Menghitung Sel

a. Pakailah lensa objektif kecil (pembesaran 10x). turunkan lensa kondensor atau
kecilkan diafragma mikroskop. meja mikroskop harus datar,

b. Kamar hitung dengan bidang bergaris diletakkan di bawah objektif dan fokus
mikroskop diarahkan pada garis-garis bagi tersebut. Dengan sendirinya leukosit-
leukosit akan jelas terlihat.

c. Hitunglah semua leukosit yang terdapat dalam keempat “bidang besar” pada
sudut-sudut “seluruh permukaan yang dibagi”.
d. Mulailah menghitung dari sudut kiri atas, terus ke kanan, kemudian turun ke
bawah dan dari kanan ke kiri dan seterusnya. Kadang ada sel yang menyinggung
garis suatu bidang, sel-sel yang menyinggung garis batas sebelah kiri atau garis
atas haruslah di hitung. Sebaliknya sel-sel yang menyinggung garis sebelah
kanan dan bawah tidak boleh dihitung.

e. Perhitungan

Pengenceran yang dilakukan pada pipet adalah 20 kali. Jumlah semua sel yang dihitung
dalam keempat bidang itu dibagi 4 menunjukkan jumlah leukosit dalam 0,1 ul. Kalikan
angka tersebut dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengenceran) untuk
mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 ul darah. Singkatnya : Jumlah sel yang terhitung
dikali 50 = jumlah leukosit per ul darah.

Catatan :

Pengenceran yang lazim digunakan untuk menghitung leukosit adalah


20 kali, tetapi menurut keadaan (leukositosis tinggi atau leukopenia)
pengenceran dapat diubah sesuai keadaan tersebut, lebih tinggi pada
leukositosis dan lebih rendah pada leukopenia. Sedian darah dengan
oxalat yang tidak segera dipakai ada kemungkinan terjadi
penggumpalan leukosit. Jika darah tepi banyak mengandung sel darah
merah berinti maka sel tersebut akan diperhitungkan seperti leukosit,
untuk koreksi dapat dilakukan pemeriksaan sedian hapus yang dipakai
untuk hitung jenis leukosit, persentase sel darah merah berinti di catat.
misalnya ; didapatkan 10.000 leukosit per ul darah dan dari hitung
jenis didapatkan tiap 100 leukosit ada 25 sel darah merah berinti,
maka jumlah leukosit yang sebenarnya adalah :

Nilai Rujukan

Dewasa : 4000-10.000/ µL

Bayi / anak : 9000-12.000/ µL


Bayi baru lahir : 9000-30.000/ µL

MENGHITUNG JUMLAH ERITROSIT

RED BLOOD CELL COUNT(RBC)

Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu
manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung
leukosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada
hitung leukosit.

Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi


kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan,
hidrasi berlebihan.

Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran


tinggi, penyakit kardiovaskuler.
PRINSIP

Prinsip hitung eritrosit adalah darah diencerkan dalam pipet eritrosit, kemudian
dimasukkan kedalam kamar hitung. Jumlah eritrosit dihitung dalam volume
tertentu ; dengan menggunakan faktor konversi, jumlah eritrosit per ul darah
dapat diperhitungkan. Larutan Pengencer yang digunakan adalah

a. Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid
0.25 g, aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak
dapat dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein,
rouleaux, aglutinasi.

b. Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml,
aquadest 200 ml. Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.

c. Natrium klorid 0.85 %

Alat dan Bahan

Alat :

d. Pipet leukosit atau clinipet 20µl, pipet volumetrik 0,5 ml

e. Kamar hitung improved neubauer dan kaca penutup

f. Pipet pasteur

g. Mikroskop

Bahan atau reagensia :

Larutan pengencer dapat menggunakan salah satu dari larutan berikut :

h. Larutan Hayem

i. Larutan Gower

j. Larutan Formal Sitrat

Cara Kerja
a. Mengisi Pipet Eritrosit

Tindakan-tindakan sama seperti mengisi pipet leukosit ; darah dihisap samapai


tanda “0,5″ dan larutan pengencer samapa tanda “101″.

a. Mengisi Kamar Hitung

Sama dengan metoda yang digunakan untuk menghitung leukosit.

a. Menghitung Jumlah Sel

a. Turunkan lensa kondensor atau kecilkan diafragma. meja mikroskop harus


dalam posisi rata air.

b. Atur fokus terlebih dahulu dengan memakai lensa objektif kecil (10 x), kemudian
lensa tersebut diganti dengan lensa objektif besar (40x), sampai garis-garis bagi
dalam bidang besar tengah jelas terlihat.

c. Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16
bidang kecil (misalnya ; pada keempat sudut bidang besar di tambah dengan satu
bidang di bagian tengah). Cara dan ketentuan menghitung sel sama dengan cara
menghitung leukosit.

a. Perhitungan

Letakkan bilik hitung di bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (10x). Cari
kotak penghitungan yang berada di tengah. Kotak tersebut terbagi dalam 25 kotak kecil
dan setiap kotak kecil terbagi menjadi menjadi 16 kotak kecil-kecil. Sel eritrosit
dihitung dalam 5 kotak kecil, yaitu 4 kotak di sudut dan 1 kotak lagi di tengah. Jumlah
eritrosit dihitung dengan rumus :

Hitung eritrosit = N x 10.000

Catatan :

Pengenceran yang lazim dipakai untuk menghitung eritrosit adalah 200 x;


tetapi menurut keadaan (eritrositosis atau anemia) dapat diubah sesuai dengan
keadaan itu. untk mengecilkan kesalahan sekurang-kurangnya harus 400
eritrosit dihitung dalam kamar hitung. Menghitung eritrosit dengan kamar
hitung lebih sukar dibanding dengan menghitung leukosit dan dibutuhkan
ketelitian yang lebih

Nilai Rujukan

Laki-laki :4,3 jt – 5,9 jt/ml

Perempuan :3,9 jt – 4,8 jt/ml

Bayi : 5,0 jt – 7.0 jt/ml

10-12 tahun : 4,0 jt – 5,4 jt/ml

Kamar hitung (Improved neubauer)

A, B, C, D, & E = Eritrosit
Ket : A. Lempeng kaca

B. permukaan yang bergaris bagi

C. loji-loji pendukung kaca penutup

D. kaca penutup
PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUS

Pembuatan preparat merupakan upaya untuk mempermudah pengamatan suatu


bahan. Sediaan apusan merupakan pembuatan preparat dengan menggunkan bahan
berupa zat cair. Fungsi pembuatan preparat apusan adalah untuk mengamati sel-sel
dalam cairan tubuh, misalnya pada darah.

Persiapan sampel :

a. Darah kapiler segar akan memberikan morfologi dan hasil pewarnaan yang
optimal pada sediaan apus

b. Darah EDTA (etilen diamin tetra asetat). EDTA dapat dipakai karena tidak
berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan leukosit serta mencegah
trombosit bergumpal. Tes sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 12 jam.
Tiap 1 ml EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena.

PRINSIP

Prinsip sediaan apus : dibuat apusan darah pada kaca objek.

Prinsip pewarnaan didasarkan pada sifat kimiawi dalam sel. Zat warna yang
bersifat asam kan bereaksi dengan komponen sel yang besifat alkailis, demikian
pula sebaliknya. Pewarnaan sediaan apus menggunakan prinsip romanosky
yaitu menggunakan dua zat warna yang berbeda yang terdiri dari azure B
(trimethylthionin) yang bersifat basa dan eosin Y (tetrabromoflourescein) yang
bersifat asam seperti dianjurkan oleh The International Coucncil For
Standardization in Hematology, dan pewarnaan yang dianjurkan adalah Wright-
Giemsa dan May Grunwald-Giemsa (MGG).

Alat Dan Bahan

Alat :

a. Kaca objek 25 x 75 mm

b. Batang gelas

c. Rak kaca objek

d. Pipet pasteur

Bahan :

a. Metanol absolut dengan kadar air kurang dari 4 %, disimpan dalam botol
yang tertutup rapat untuk mencegah masuknya uap air dari udara.

b. Zat warna Wright.

c. Zat warna Giemsa

d. Zat warna May – Grunwald

Cara Membuat Sediaan Apus

a. Dipilih kaca objek yang bertepi rata untuk digunakan sebagai ‘kaca
penghapus’ sudut kaca objek yang dipatahkan, menurut garis diagonal untuk
dapat menghasilkan sediaan apus darah yang tidak mencapai tepi kaca objek

b. Satu tetes darah diletakkan pada ± 2-3 mm dari ujung kaca objek. Kaca
penghapus diletakkan dengan sudut 30-45 derajat terhadap kaca objek
didepan tetes darah
c. Kaca penghapus ditarik kebelakang sehingga tetes darah, ditunggu sampai
darah menyebar pada sudut tersebut.

d. Dengan gerak yang mantap, kaca penghapus didorong sehingga terbentuk


apusan darah sepanjang 3-4 cm kaca objek. Darah harus habis sebelum kaca
penghapus mencapai ujung lain kaca objek. Apusan darah tidak boleh terlalu
tipis ataupun terlalu tebal.

e. Apusan darah dibiarkan mengering di udara.

Sediaan yang Baik Mempunyai Ciri-ciri :

a. Tidak melebar sampai tepi kaca objek, panjangnya setengah sampai dua
pertiga panjang kaca

b. Mempunyai bagian yang cukup tipis untuk diperiksa, pada bagian itu
eritrosit terletak berdekatan tanpa bertumpukan

c. Rata, tidak berlubang-lubang dan tidak bergaris-garis

d. Mempunyai penyebaran leukosit yang baik, tidak berhimpun pada pinggir-


pinggir atau ujung-ujung sediaan.

Cara Mewarnai Sediaan Apus

1. Pewarnaan Wright

a. Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas

b. Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit

c. Genangi sediaan apus dengan zat warna Wright biarkan 3 – 5 menit

d. Tambahkan larutan dapar tercampur rata dengan zat warna. Biarkan


selama 5 -10 menit

e. Bilas dengan air mengalir, mula-mula dengan aliran lambat kemudian


lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan sediaan apus dalam rak dengan posisi tegak dan dibiarkan
mengering.
1. Pewarnaan Giemsa

a. Letakkan sediaan apus pada dua batang gelas di atas bak tempat
pewarnaan

b. Fiksasi sediaan apus dengan metanol absolut 2 – 3 menit

c. Genangi sediaan apus dengan zat warna Giemsa yang baru diencerkan.
Larutan Giemsa yang dipakai adalah 5 %, diencerkan dulu dengan
larutan dapar. Biarkan selama 20 – 30 menit.

d. Bilas dengan air mengalir, mula-mula dengan aliran lambat kemudian


lebih kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan sediaan apus dalam rak dengan posisi tegak dan dibiarkan
mengering.

1. Pewarnaan May Grunwald – Giemsa (MGG)

a. Letakkan sediaan apus yang telah difiksasi diatas rak pewarnaan

b. Genangi sediaan apus dengan zat warna May Grunwald yang telah siap
pakai, selama 2 menit.

c. Tambahkan larutan buffer pH 6,4 sama banyak dengan larutan MGG


yang telah diberikan sebelumnya. Tiup agar dapat tercampur rata
dengan zat warna. Biarkan selama 2 menit.

d. Bilas dengan air (buang kelebihan zat warna)

e. Genangi dengan larutan Giemsa 5 % (larutan buffer pH 6,4 10 ml +


Giemsa 0,5 ml) biarkan selama 10 -15 menit.

f. Bilas dengan air ledeng, mula-mula dengan aliran lambat kemudian lebih
kuat dengan tujuan menghilangkan semua kelebihan zat warna.
Letakkan sediaan apus dalam rak dengan posisi tegak dan dibiarkan
mengering sendirinya.
HITUNG JENIS LEUKOSIT

(DIFFERENSIAL COUNT)

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis


leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang
khusus dalam melawan patogen. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang
lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya
menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah
absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit
total (sel/μl).

Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah
yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah
mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel
darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan
persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.

Dalam keadaan normal leukosit yang dapat dijumpai menurut ukuran yang telah
dibakukan adalah Basofil, Eosinofil, Netrofil batang, dan Neutrofil segemen, limfosit,
monosit. Keenam jenis sel tersebut berbeda dalam ukuran, bentuk, inti, warna
sitoplasma serta granula didalamnya. Proporsi jumlah masing-masing jenis leukosit
tersebut dapat arti klinik yang penting.

Basofil

Sel ini tidak selalu dapat dijumpai, bentuk dan ukurannya menyerupai neutrofil,
sitoplasmanya mengandung granula bulat besar tidak sama besar, berwarna biru tua,
granula dapat menutupi inti. Kadang-kadang dapat dijumpai adanya vakuola kecil di
sitoplasma.

Eosinofil

Bentuk dan ukurannya sama dengan netrofil, akan tetapi sitoplasmanya dipenuhi oleh
granula yang besar, bulat, ukurannya sama besar dan berwarna kemerahan.

Netrofil

Berukuran lebih besar dari limfosit kecil, berbentuk bulat dengan sitoplasma yang
banyak agak kemerahan. Intinya berwarna ungu, berbentuk batang atau segmen.
Dikatakan berbentuk batang apabila lekukan inti melebihi setengah diameter inti;
berbentuk segmen bila inti terbagi mejadi beberapa bagian yang saling dihubungkan
dengan benang kromatin. Sitoplasma bergranula warna keunguan.

Limfosit

Dikenal beberapa macam limfosit yang antara lain limfosit kecil dan limfosit besar.

a. Limfosit kecil berukuran 8 – 10 µm, berbentuk bulat, berinti kira-kira sebesar


ukuran eritrosit normal, inti limfosit mengisi sebagian besar dari ukuran sel
dengan kromatin yang padat bergumpal berwarna biru ungu tua, dan
sitoplasmanya tidak mengandung granula.

b. Limfosit besar berukuran 12 – 16 µm, berbentuk bulat atau agak tak beraturan;
berinti oval atau bulat, terletak ditepi sel. Sitoplasmanya relatif lebih banyak
dibandingkan limfosit kecil, biru muda atau dapat mengandung granula azurofil
yang berwarna merah.

Monosit

Merupakan sel yang paling besar dibandingkan yang lain, berukuran 14 -20 µm,
berbentuk tak beraturan, mempunyai inti yang bentuknya macam-macam, umumnya
berbentuk seperti ginjal berwarna biru ungu dengan kromatin seperti girus otak.
Sitoplasma berwarna keabu-abuan, mengandung granula halus kemerahan dan kadang-
kadang bervakuol
Differential Cell Counter

Bila alat Differential Cell Counter tidak tersedia buatlah kolom-kolom berikut :

Macam sel Jumlah

Basofil -

Eosinofil 4

Batang 4

Segmen 65

Limfosit 34

Monosit 3

Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Nilai rujukan hasil hitung jenis leukosit :

Basofil :0–1%

Eosinofil :1–3%

Netrofil batang :2–6%

Segmen : 50 – 70 %

Limfosit : 20 – 40 %

Monosit :2–8%
Lampiran Gambar

Dibawah ini adalah morfologi leukosit normal yang dapat dijumpai pada sediaan apus
darah :

a. Eritrosit b. Trombosit

HITUNG RETIKULOSIT
Retikulosit adalah eritrosit muda yang sitoplasmanya mengandung sejumlah
besar sisa-sisa ribosom dan RNA, dan berasal dari sisa inti dari bentuk penuh
pendahulunya. Ribosom mempunyai kemampuan utnuk bereaksi dengan cat tertentu
seperti briliant cresyl blue atau new methylene blue untuk membentuk endapan grnaula
atau filament yang berwarna biru. Reaksi ini hanya terjadi pada pewarnaan terhadap sel
yang masih hidup dan tidak difiksasi. Oleh karena itu disebut pewarnaan supravital.
Retikulosit paling muda (imatur) adalah yang mengandung ribosom terbanyak.
Sebaliknya retikulosit tertua hanya mempunyai beberapa titik ribosom. Hitung
retikulosit dinyatakan sebagai prosentase jumlah retikulosit per 1000 eritrosit.

Pada pewarnaan Wright retikulosit tampak sebagai eritrosit yang berukuran


lebih besar dan berwarna lebih biru daripada eritrosit. Retikulum terlihat sebagai
bintik-bintik abnormal. Polikromatofilia yang menunjukkan warna kebiru-biruan dan
bintik-bintik basofil pada eritrosit, sebenarnya disebabkan oleh bahan ribosome
tersebut.

Hitung retikulosit merupakan indikator aktivitas sumsum tulang dan digunakan


untuk mendiagnosis anemia. Banyaknya retikulosit dalam darah tepi menggambarkan
eritropoesis yang hampir akurat. Peningkatan jumlah retikulosit di darah tepi
menggambarkan akselerasi produksi eritrosit dalam sumsum tulang. Sebaliknya, hitung
retikulosit yang rendah terus-menerus dapat mengindikasikan keadan hipofungsi
sumsum tulang atau anemia aplastik.

PRINSIP

Darah dicampur dengan karutan brilliant cresyl blue atau larutan new methylene
blue, lalu dibuat sediaan apus dan jumlah retikulositnya dihitung di bawah mikroskop.
Jumlah retikulosit dihitung per 1000 eritrosit dan dinyatakan dalam %.

ALAT DAN BAHAN

a. Kaca obyek dan kaca penggeser

b. Tabung reaksi kecil

c. Pipet pasteur atau tabung mikrohematokrit


d. Mikroskope

e. Penangas air

f. Reagen :

a. Brilliant Cresyl Blue

b. New Methylene Blue

c. Larutan sitrat salin

PROSEDUR KERJA

SEDIAAN KERING :

a. Ke dalam tabung reaksi kecil teteskan 2 tetes larutan brilliant cresyl blue dalam
natrium citrat atau new methylene blue.

b. Tembahkan 2 tetes darah, campurkan baik-baik dan biarkan selama15 menit


agar pewarnaan sempurna.

c. Inkubasi 37°Celcius selama 15 menit, tabung tersebut kocok sekali lagi dan ambil
setetes dengan pipit pasteur untuk dibuatn sediaan darah apus. Keringkan di
udara dan periksalah dengan mikroskop.

d. Periksalah dengan perbesaran obyektif 100 kali. Carilah daerah yang cukup tipis
di mana eritrosit tidak membuat reuleaux. Eritrosit biru muda dan retikulasit
akan tumpak sebagai sel yang mengandung granula / filament biru. Bila kurang
jelas bisa di counterstain (dicat lagi) dengan cat wright

e. Hitung dalam 1000 eritrosit dengan mempersempit lapangan pandang (letakkan


kertas dengan lubang di dalam okuler)

f. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.
SEDIAAN BASAH

a. Dibuat campuran antara darah dan larutan BCB sama banyak dalam

tabung reaksi, diinkubasi dalam penangas air 37°C , selama 15 menit

b. Diambil 1 tetes dari campuran diatas , diletakkan pada gelas obyek dan ditutup
dengan gelas penutup

c. Diperiksa dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40 kali

d. Hitung dalam 1000 eritrosit dengan mempersempit lapangan pandang (letakkan


kertas dengan lubang di dalam okuler)

e. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.

f. Hitung dalam 1000 eritrosit dengan mempersempit lapangan pandang (letakkan


kertas dengan lubang di dalam okuler)

g. Jumlah retikulosit dapat dinyatakan persen / per mil terhadap jumlah eritrosit
total atau dilaporkan dalam jumlah mutlak.

Anda mungkin juga menyukai