Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN KEGIATAN HASIL MEMBACA BUKU

CERPEN & PUISI (FIKSI)

DISUSUN

O
L
E
H
NURUL RAHMA

17567

XII MIPA 4

SMAN 1 PINRANG

TAHUN PELAJARAN 2018/2019


LAPORAN KEGIATAN MEMBACA

I. Identitas Buku

Judul Buku : Dari Ave Maria Ke Jalan Lain Ke Roma


Pengarang : Idrus
Penerbit/Tahun Terbit : Balai Pustaka/2000
Kota Terbit : Jakarta
Jenis Buku : Kumpulan Cerpen (Fiksi)
Tebal Buku : 171 halaman
Cetakan : Ke-17 (Terakhir)

II. Deskripsi Buku (Daftar Isi)

Kata Pengantar ....................................................................................................... 5


Pendahuluan .......................................................................................................... 6
ZAMAN JEPANG ................................................................................................ 11
Ave Maria......................................................................................................... 13
Kejahatan Membalas Dendam.......................................................................... 21
CORAT-CORET DI BAWAH............................................................................... 77
Kota Harmoni .................................................................................................. 79
Jawa Barat ...................................................................................................... 85
Pasar Mlam Zaman Jepang .............................................................................. 89
Sanyo ............................................................................................................... 93
Fujinkain ......................................................................................................... 97
Oh…Oh…Oh .................................................................................................. 102
Heiho ............................................................................................................... 108
SESUDAH 17 AGUSTUS 1945 ........................................................................... 113
Kisah Sebuah Celana Pendek ......................................................................... 115
Surabaya .......................................................................................................... 119
Jalan Lain Ke Roma ........................................................................................ 152
III. Analisis Buku

Judul Cerpen Sinopsis Analisis

1. Fujinkai
Nyonya Sastra akan mengadakan rapat a. Tema : Rapat
di kampung A sehingga ia terlihat
sangat sibuk. Nyonya Sastra b. Alur : Alur Linear karna ceritanya berdasarkan urutan
mempersilahkan para anggota rapat waktu terjadinya (kronologi) yaitu saat dimulainya rapat
untuk mengambil tempat duduk agar sampai selesai. Adapun bagian-bagian dari cerpen
merasa nyaman pada saat proses rapat. tersebut, yaitu :
Nyonya Sastra membicarakan banyak  Pengenalan : Nyonya Sastra adalah ketua dari organisasi
hal dalam rapat tersebut hingga banyak fujinkai yang juga sebagai pimpinan rapat yang digelar di
anggota yang mulai merasa bosan. Para kampong A. Ia adalah seseorang yang disiplin dan memiliki
anggota rapat mulai merasa bosan karna hati nurani yang tulus.
Nyonya Sastra yang begitu bertele-tele
dalam rapat. Nyonya Waluyo langsung  Konflik : Nyonya Sastra mempersilahkan para anggota
mengundurkan diri mengikuti rapat rapat untuk mengambil tempat duduk agar merasa nyaman
yang terlalu lama dan ia keluar sambil pada saat proses rapat. Nyonya Sastra membicarakan
mengejek Nyonya Sastra yang banyak hal dalam rapat tersebut hingga banyak anggota
membawakan rapat. Akhirnya Nyonya yang mulai merasa bosan.
Sastra mengatakan tujuannya
 Klimaks : Para anggota rapat mulai merasa bosan karna
mengadakan rapat yaitu untuk meminta
Nyonya Sastra yang begitu bertele-tele dalam rapat. Nyonya
sumbangan untuk diberikan kepada
Waluyo langsung mengundurkan diri mengikuti rapat yang
yang lebih membutuhkan. Banyak
terlalu lama dan ia keluar sambil mengejek Nyonya Sastra
anggota rapat yang menyetujui ada pula
yang membawakan rapat.
yang tidak setuju.

 Penyelesaian : Akhirnya Nyonya Sastra mengatakan


tujuannya mengadakan rapat yaitu untuk meminta
sumbangan untuk diberikan kepada yang lebih
membutuhkan. Banyak anggota rapat yang menyetujui ada
pula yang tidak setuju.

c. Penokohan
 Nyonya Sastra, pimpinan rapat : wanita berusia 36 tahun
dengan rambut pendek
 Nyonya Waluyo, anggota rapat : wanita berusia 38 tahun
dengan kulit coklat manis
 Nyonya Salim, anggota rapat : wanita berusia 40 tahun
yang tidak pernah memakai riasan wajah dan berpakaian
sederhana
 Nyonya Joko, anggota rapat : wanita berusia 36 tahun,
memiliki warna kulit kuning langsat dan berhijab
 Nyonya Surya, anggota rapat : wanita berusia 30 tahun,
dengan warna rambut pirang dan memakai riasan yang
berlebihan

d. Karakter
 Nyonya Sastra : disiplin dan memiliki hati nurani yang
tulus
 Disipln : tersirat dalam cerita nyonya sastra yang
mematuhi perintah atasannya untuk mengadakan rapat
bersama anggotanya.
 Hati nurani yang tulus : terlihat pada saat Nyonya
Sastra meminta sumbangan untuk diberikan kepada yang
membutuhkan.
 Nyonya Waluyo : tidak sabaran dan suka mengejek.
 Tidak sabaran : terlihat saat Nyonya Waluyo yang
langsung mengundurkan diri mengikuti rapat yang terlalu
lama.
 Suka mengejek : dan ia keluar sambil mengejek Nyonya
Sastra yang membawakan rapat.
 Nyonya Salim : kekurangan ekonomi.
 Kekurangan ekonomi : tergambar dalam cerita saat
Nyonya Salim mengundurkan diri sebagai anggota
fujinkai karna permintaan Nyonya Sastra untuk memberi
seperlima liter setiap harinya, ia merasa itu terlalu berat,
karna kondisi ekonomi keluarganya.
 Nyonya Joko : simpatik.
 Simpatik : terlihat saat ia menceritakan anaknya yang
bekerja keras setiap hari dan mesti harus ditambah
menanggung karna putusan rapat fujinkai.
 Nyonya Surya : sombong.
 Sombong : terlihat saat ia menceritakan anaknya dengan
sombongnya saat anaknya pulang dan membawa segala
hasil dari pekerjaannya

e. Sudut pandang : orang ketiga

f. Latar

Nyonya Sastra mengadakan rapat dengan anggota fujinkai di


rumahnya mulai dari pagi hingga sore dalam suasana yang
hening.

g. Amanat

Amanat yang disampaikan dalam cerpen ini yaitu kita harus


memusyawarahkan hal penting untuk mendapatkan keputusan.
Dan jangan menilai orang dari apa yang kita lihat, tapi kitapun
harus belajar mendengarkan apa yang diutarakan orang itu.

2. Ave Maria
a. Tema : Percintaan
Zulbahri adalah sosok laki-laki yang
gemar membaca buku dan kurang
memperhatikan penampilan. Karna b. Alur yang digunakan yaitu : alur maju dan alur mundur
itulah istrinya Wartini lebih menyukai  Alur maju karna dari awal cerita yang mempertemukan
adik dari Zulbahri yaitu Syamsu. antara Zulbahri dengan ayah dan ibu hingga Zulbahri
menyadari kesalahan yang telah dilakukannya, lalu
Usia pernikahan Wartini dan Zulbahri
menatap masa depannya untuk menjadi manusia yang
sudah 8 bulan tetapi mereka tidak
lebih baik, lebih berguna bagi nusa dan bangsanya.
kunjung memiliki keturunan. Pada suatu
 Alur mundur dapat diketahui ketika Zulbahri
hari Zulbahri menerima surat bahwa
menceritakan kisahnya (antara Zulbahri, Wartini dan
adiknya Syamsu akan tinggal dengan
Syamsu) secara runtut kepada ayah dan ibu. Adapun
mereka untuk sementara waktu.
bagian-bagian dari cerpen yaitu :
Zulbahri merasa takut karna di masalalu
 Pengenalan : Zulbahri adalah sosok laki-laki yang gemar
Wartini dekat dengan Syamsu.
membaca buku dan kurang memperhatikan penampilan.
Hal yang paling ditakuti oleh Zulbahri Karna itulah istrinya Wartini lebih menyukai adik dari
akhirnya terjadi. Wartini sering bermain Zulbahri yaitu Syamsu.
musik bersama Syamsu. Wartini yang  Konflik : Usia pernikahan Wartini dan Zulbahri sudah 8
sebelumnya tidak pernah memainkan bulan tetapi mereka tidak kunjung memiliki keturunan.
pianonya kembali memainkannya karna Pada suatu hari Zulbahri menerima surat bahwa adiknya
Syamsu. Syamsupun terpikat oleh Syamsu akan tinggal dengan mereka untuk sementara
Miarti, dan perasaan Miarti kembali waktu. Zulbahri merasa takut karna di masalalu Wartini
muncul terhadap Syamsu dekat dengan Syamsu.
 Klimaks : Hal yang paling ditakuti oleh Zulbahri
akhirnya terjadi. Wartini sering bermain musik bersama
Zulbahri yang berada di dalam kamar
Syamsu. Wartini yang sebelumnya tidak pernah
memberanikan diri keluar menghampiri
memainkan pianonya kembali memainkannya karna
Wartini dan Syamsu lalu berkata “Tidak
Syamsu. Syamsupun terpikat oleh Miarti, dan perasaan
syam, bukan maksudku hendak
Miarti kembali muncul terhadap Syamsu
mengatakan kelakuanmu kurang
 Penyelesaian : Zulbahri yang berada di dalam kamar
senonoh. Tapi aku hanya hendak
memberanikan diri keluar menghampiri Wartini dan
mengatakan bahwa perasaan hatiku
Syamsu lalu berkata “Tidak syam, bukan maksudku
benar adanya Wartini adalah hakmu.”
hendak mengatakan kelakuanmu kurang senonoh. Tapi
Dengan berat hati Zulbahri
aku hanya hendak mengatakan bahwa perasaan hatiku
menjodohkan Wartini dan Syamsu.
benar adanya Wartini adalah hakmu.” Dengan berat hati
Akhirnya ia masuk kedalam barisan
Zulbahri menjodohkan Wartini dan Syamsu. Akhirnya ia
jibaku untuk mengabdi demi nusa dan
masuk kedalam barisan jibaku untuk mengabdi demi nusa
bangsa.
dan bangsa.

c. Penokohan
 Zulbahri, suami Wartini : seorang laki-laki yang memakai
jas robek-robek
 Wartini, istri dari Zulbahri : seorang wanita berparas
cantik dengan warna kulit putih
 Syamsu, adik Zulbahri : seorang laki-laki yang tinggi dan
selalu membawa biola

d. Karakter
 Zulbahri
 Suka membaca buku : Kami menoleh dan tampaklah
kepada kami seorang laki-laki, sedang asyik membaca
buku sambil berjalan.
 Berpenampilan tidak rapi : Baju jasnya sudah robek-
robek, dibagian belakang tinggal hanya benang-benang
saja, terkulai seperti ekor kuda.
 Mudah mengakui kesalahan : Perlu pula kuterangkan,
bahwa selama aku kawin dengan Wartini, sekali-sekali
ada timbul perasaan kepadaku, bahwa perbuatanku
kepada Syamsu salah adanya. Syamsulah yang
sebenarnya berhak mendapat Wartini.
 Ikhlas : Tidak, Lastri. Bacalah sendiri suratnya ini.
Semua terasa keluar dari hati yang tulus ikhlas hendak
berkurban untuk nusa dan bangsa.
 Wartini
 Licik : kepiawaiannya bermain piano ia salah gunakan
untuk membuat orang lain jatuh cinta.
 Tidak setia : wanita tipe ini berbahaya karna tidak
pernah mengadakan hubungan yang kekal. Dia dengan
mudah berpindah dari pria yang satu ke pria lain
 Syamsu
 Mudah terpikat : ketika Syamsu melihat kepiawaian
Wartini memainkan piano dengan indahnya, ia mulai
jatuh cinta kepadanya.

e. Sudut pandang : orang pertama

f. Latar
 Latar 1 :Malam bulan purnama raya. Kami duduk di
beranda depan. Ayah dan ibu bercakap sebentar-sebantar.
Tapi percakapn itu sudah lancar rupanya. Keindahan alam
yang demikian, membawa kami dalam suasana yang
mengenangkan kami pada suatu kejadian. Perpisahan
dengan Zulbahri.
 Latar 2 :Kami sedang duduk-duduk pula di depan
beranda di pekarangan rumah kami. Hari panas alang
kepalang. Tiba tiba seorang pria masuk ke dalam
pekarangan kami. Lalu, memberi hormat kepada ayah dan
ibu kemudian duduk di sebelah kursi dekat meja bundar
di tengah beranda itu. Ibu sudah ketakutan saja.

g. Amanat

kita harus setia dengan teman hidup kita dan jangan mudah
terpikat dengan rayuan para penggoda yang berusaha merusak
hubungan kita.

3. Heiho Kartono adalah seorang karyawan yang


rajin di kantornya dan tetap semangat a. Tema : Perjuangan
walaupun gajinya kecil ia tidak pernah
membolos dan tak pernah sekalipun b. Alur : Alur maju karna menceritakan perjalanan
mendapatkan penghargaan perjuangan seseorang untuk menjadi heiho. Adapun
Kartono mencalonkan diri untuk bagian-bagian dari cerpen tersebut, yaitu :
menjadi heiho sampai akhirnya pak pos
memberikannya surat pernyataan bahwa  Pengenalan : Kartono adalah seorang karyawan yang
ia resmi diterima menjadi anggota rajin di kantornya dan tetap semangat walaupun gajinya
heiho. Lalu ia meminta kepada kepala kecil ia tidak pernah membolos dan tak pernah sekalipun
kantor untuk menuliskan penghargaan mendapatkan penghargaan
kepada kartono dengan menggunakan  Konflik : Kartono mencalonkan diri untuk menjadi heiho
bahasa Nippon, yang membuat kepala sampai akhirnya pak pos memberikannya surat
kantor tersinggung dan sangat marah. pernyataan bahwa ia resmi diterima menjadi anggota
heiho. Lalu ia meminta kepada kepala kantor untuk
Di asrama heiho, Kartono mendapatkan
menuliskan penghargaan kepada kartono dengan
pakaian heiho. Ia pulang dengan wajah
menggunakan bahasa Nippon, yang membuat kepala
gembira dan sesampainya di rumah
kantor tersinggung dan sangat marah.
Kartono menyampaikan pada sitrinya,
 Klimaks : Di asrama heiho, Kartono mendapatkan
ia berharap istrinya akan ikut bahagia
pakaian heiho. Ia pulang dengan wajah gembira dan
mendengar hal tersebut namun nyatanya
sesampainya di rumah Kartono menyampaikan pada
Miarti hanya memberikan pilihan
sitrinya, ia berharap istrinya akan ikut bahagia mendengar
kepada suaminya yaitu, meminta
hal tersebut namun nyatanya Miarti hanya memberikan
Kartono memilih antara dirinya atau
pilihan kepada suaminya yaitu, meminta Kartono
menjadi seorang heiho untuk membela
memilih antara dirinya atau menjadi seorang heiho untuk
Negara dan tanah air. membela Negara dan tanah air.
 Penyelasaian : Kartono menjelaskan niat baiknya kepada
istrinya Miarti bahwa ia sangat ingin menjadi seorang
heiho dan membela Negara dan tanah air. Dengan berat
hati Miarti melepas kepergian suaminya.

c. Penokohan
 Kartono, karyawan dan suami dari Miarti : seorang laki-
laki dengan tinggi badan 172 cm memiliki rambut
berwarna hitam yang tebal dan warna kulit coklat manis
 Kepala kantor, pimpinan dalam sebuah kantor: laki-laki
berusia 56 tahun dengan perut yang buncit
 Miarti, istri Kartono : wanita dengan warna kulit kuning
langsat dan berambut lurus

d. Karakter
 Kartono : sabar, rajin, dan pejuang keras
 Sabar : terlihat saat ia ingin menjadi pejuang heiho
dengan sabar mendengar ocehan atasannya, yang kesal
karna mendengar permintaan Kartono yang meminta
menulis penghargaan menggunakan bahasa Nippon
 Rajin : terlihat dalam kutipan “Kartono adalah sosok
orang yang rajin di kantornya dan tetap semangat
walaupun gajinya kecil ia tidak pernah membolos dan tak
pernah sekalipun mendapatkan penghargaan”
 Pejuang keras : ia rela meninggalkan keluarganya hanya
untuk membela tanah air

 Kepala kantor : pemarah


 Pemarah : terbukti saat ia merasa kesal terhadap Kartono
dan ia marah karna Kartono memintanya untuk
menuliskan penghargaan menggunakan bahasa Nippon.

 Miarti : tegas
 Tegas : terlihat saat Miarti meminta Kartono memilih
antara dirinya atau menjadi seorang heiho untuk membela
Negara dan tanah air

e. Sudut pandang : orang ketiga


f. Latar
 Latar 1 : Di kantor kartono pada saat pagi hari, Kartono
mendapatkan kiriman surat yang berisi bahwa ia resmi
diterima menjadi anggota heiho kemudian ia meminta
atasannya untuk menulis penghargaan dengan
menggunakan bahasa Nippon. Kepala kantor tersebut
marah sehingga suasana menjadi memanas.
 Latar 2 : Kartono pergi ke markas heiho pada siang hari.
Di sana ia mendapatkan pakaian heiho dan suasananya
menjadi menggembirakan
 Latar 3 : Pada sore hari, setelah dari markas heiho
Kartono langsung pulang kerumah untuk menyampaikan
hal tersebut kepada istrinya, dalam suasana yang
mengharukan dan dengan berat hati Miarti melepas
suaminya untuk menjadi heiho

g. Amanat

Amanat dalam cerpen tersebut yaitu kita sebagai penerus bangsa


yang baik, harus lebih bersemangat untuk berjuang mendapatkan
hal yang menjadi impian kita jika itu memang bersifat positif

Komentar terhadap isi buku : Menurut saya di dalam buku ini terdapat berbagai macam judul cerpen dengan topic yang berbeda
sehingga pembaca kesulitan untuk memahami ceritanya. Dan menurut saya isi dari buku ini kurang jelas karena menggunakan bahasa
yang tidak lasim di dengar telinga.

LAPORAN KEGIATAN MEMBACA

I. Identitas Buku

Judul Buku : Empat Kumpulan Sajak

Pengarang : Rendra

Penerbit/Tahun Terbit : Pustaka Jaya/2004


Jenis Buku : Kumpulan Puisi (Fiksi)

Tebal Buku : 164 halaman

Cetakan : Ke-9 (Terakhir)

II. Deskripsi Buku (Daftar Isi)

KAKAWIN KAWIN

ROMANSA

Surat Cinta .............................................................................................................................................13

Sarenada Hijau .......................................................................................................................................17

MALAM STANZA

Kali Hitam .............................................................................................................................................53

Batu Hitam ............................................................................................................................................54

Lagu Ibu .................................................................................................................................................60

Stanza ....................................................................................................................................................62
Ibunda ....................................................................................................................................................65

Tamu ......................................................................................................................................................79

LELAKI

Lelaki Sendirian .....................................................................................................................................103

Pisau di Jalan .........................................................................................................................................108

III. Analisis Buku

Judul Puisi Isi Analisis

1. Batu Hitam Batu hitam di kali berdiri tanpa mimpi a. Tema : Keangkuhan
Arus merintih oleh anak tak berhati
Betapa tegar tanpa rindu dan damba b. Tipografi : Pada puisi ini Rendra membuat puisi dengan
Betapa sukar hancur anak tak berbunda tipografi huruf besar di awal kalimat tapi tidak
menggunakan tanda baca, bentuknya rapi, terdiri dari dua
Angin Agustus tiba dan bulan senyum bait, bait pertama dan kedua terdiri dari empat baris.
padanya
Tapi anak tak berhati tak berjantung pula c. Nada/Suasana :
Angkuh dan dingin si batu hitam  Nada : Nada yang digunakan penulis dalam puisi ini adalah
Beku dan lumutan dendamnya terpendam nada melankolik atau nada murung. Tekanan suara lebih
rendah dan perlahan.
 Suasana : Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut
menggambarkan tentang suasana hati yang sedih.

d. Rima : Bait pertama menggunakan rima AABB dan bait


kedua juga menggunakan rima AABB

e. Majas : Personifikasi, Hiperbola


 Personifikasi : Dimana dalam puisi tersebut penulis
menggambarkan benda mati yang bersifat hidup seperti
manusia
o Batu hitam di kali berdiri tanpa mimpi
o Arus merintih oleh anak tak berhati
o Angin Agustus tiba dan bulan senyum padanya
 Hiperbola : Dimana dalam puisi tersebut penulis melebih-
lebihkan suatu peristiwa
o Beku dan lumutan dendamnya terpendam

2. Kali Hitam Kali hitam lewat dengan keluh kesah a. Tema : Kesunyian
kawanan air dari tanah tak bernama
Kali hitam lewat di tanah rendah b. Tipografi : Pada puisi ini Rendra membuat puisi dengan
Kali hitam beralur di dasar dada tipografi huruf besar di awal kalimat dan menggunakan
tanda baca, bentuknya rapid an terdiri dari dua bait, bait
Mengalir ia. Mengalir. Entah dari mana pertama dan kedua terdiri dari empat baris.
rahasia pertapa dan nestapa
Sunyi yang lahir dari tanya c. Nada/Suasana :
Betapa menjalar ia, lidah yang berbisa  Nada : Nada yang digunakan penulis dalam puisi ini adalah
nada melankolik atau nada murung. Tekanan suara lebih
rendah dan perlahan.
 Suasana : Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut
menggambarkan tentang suasana hati yang
sedih
d. Rima : Bait pertama menggunakan rima ABAB, dan bait
kedua menggunakan rima AAAA
e. Majas : Personifikasi, Tautologi, Simbolis
 Personifikasi : Dimana dalam puisi tersebut penulis
menggambarkan benda mati yang bersifat hidup seperti
manusia yaitu pada kutipan di bawah ini :
o Kali hitam lewat dengan keluh kesah
o Kali hitam lewat di tanah rendah
(dimana penulis menggambarkan kata Kali hitam sebagai
benda mati dan kata lewat merupakan sifat yang dilakukan
oleh manusia)
 Tautologi : Dimana dalam puisi tersebut penulis
menegaskan kata yang sama atau pengulangan kata yang
memiliki makna yang sama
o Mengalir ia. Mengalir. Entah dari mana
 Simbolis : Dalam puisi tersebut penulis menggabarkan suatu
hal dengan simbol-simbol seperti hewan, tumbuhan, dan lain
sebagainya
o Betapa menjalar ia, lidah yang berbisa
3. Lagu Ibu Angin kencang datang tak terduga a. Tema : Ketidak adilan bagi seorang ibu
Angin kencang mengandung pedas merica
Bagai kawanan lembu langit tanpa b. Tipografi : Pada puisi ini Rendra membuat puisi dengan
perempuan tipografi huruf besar di awal kalimat dan menggunakan
Kawanan arus sedih dalam pusaran tanda baca, bentuknya rapid an terdiri dari dua bait, bait
pertama dan kedua terdiri dari empat baris.
Ditumbukinya pedas dan batu-batuan
Tahu kefanaan, ia pergi tanpa tinggalan c. Nada/Suasana :
Angin kencang adalah birahi, sepi dan  Nada : Nada yang digunakan penulis dalam puisi ini adalah
malapetaka nada protes. Tekanan suara lebih tinggi dan pantas.
Betapa kencang bak putraku yang jauh tak  Suasana : Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut
terduga menggambarkan tentang suasana hati yang penuh
pertentangan atau pemberontakan.

d. Rima : Rima yang digunakan dalam puisi karya rendra pada


bait pertama dan kedua yaitu AABB

e. Majas : Personifikasi, Metafora, Asosiasi (perumpamaan)


 Personifikasi : Dimana dalam puisi tersebut penulis
menggambarkan benda mati yang bersifat hidup seperti
manusia
o Angin kencang datang tak terduga
o Angin kencang mengandung pedas merica
o Kawanan arus sedih dalam pusaran
 Metafora : Dimana dalam puisi ini penulis menggambarkan
sesuatu dengan kiasan berdasarkan persamaan.
o Angin kencang adalah birahi, sepi dan malapetaka
 Asosiasi (perumpamaan) : Dimana dalam puisi ini penulis
menggambarkan sesuatu dengan menggunakan
perumpamaan atau peribahasa dalam perbandingannya, yaitu
pada kata bagai dan bak
o Bagai kawanan lembu langit tanpa perempuan
o Betapa kencang bak putraku yang jauh tak terduga

4. Ibunda Engkau adalah bumi, Mama a. Tema : Kasih sayang


Aku adalah angin yang kembara
Engkau adalah kesuburan b. Tipografi : Pada puisi ini Rendra membuat puisi dengan
Atau restu atau kerbau bantaian tipografi huruf besar di awal kalimat dan tanpa tanda baca,
bentuknya rapi, terdiri dari dua bait, bait pertama terdiri dari
Kuciumi wajahmu wangi kopi empat baris yang berima AABB dan bait kedua terdiri dari
Dan juga kuinjaki sambil pergi empat baris yang berima AAAA.
Karna wajah bunda adalah bumi
Cinta dan korban tak bisa dibagi c. Nada/Suasana :
 Nada : Nada yang digunakan penulis dalam puisi ini adalah
nada romantik. Tekanan suara agak tinggi dan diselangi oleh
tekanan suara rendah dan perlahan.
 Suasana : Suasana yang terdapat dalam puisi tersebut
menggambarkan tentang suasana hati yang tenang,
menyenangkan atau menggembirakan.

d. Rima : Pada bait pertama penulis menggunakan rima


AABB, dan pada bait kedua penulis menggunakan rima
AAAA

e. Majas : Simbolik, Metafora

 Simbolik : Dalam puisi tersebut penulis menggabarkan


suatu hal dengan simbol-simbol seperti hewan, tumbuhan,
dan lain sebagainya
o Atau restu atau kerbau bantaian

 Metafora : Dimana dalam puisi ini penulis menggambarkan


sesuatu dengan kiasan berdasarkan persamaan.
o Engkau adalah bumi, Mama
o Aku adalah angin yang kembara
o Engkau adalah kesuburan
o Karna wajah bunda adalah bumi

5. Tamu Darimula hadir dan semerbak a. Tema : Kegundahan


Aku percaya bukan racun dupa dan sedap
malam b. Tipografi : Pada puisi ini Rendra membuat puisi dengan
Duka lembut yang datang dari luka tersibak tipografi huruf besar di awal kalimat dan menggunakan
Kenangan yang menang karna diri tanda baca, bentuknya rapi, terdiri dari dua bait, bait pertama
terbenam terdiri dari lima baris dan bait kedua terdiri dari tiga baris.
(Kenangan malam, tak bias ku tidur bila
kau datang!) c. Nada/Suasana :
 Nada : Nada dalam puisi ini yaitu ketenangan, dapat dilihat
Ah, candu kenikmatan dari luka! dari bagaimana penyair membuat perandaian pada akhir
Duka itu bagai orang tua yang tenang puisi “Willy sedang nulis Malam Stanza”
berkata :  Suasana : Suasana merupakan efek yang dirasakan pembaca
“Willy sedang nulis Malam Stanza” setelah membaca puisi. Ada pun dalam puisi ini, penyair
mampu membuat pembaca merasa tenang setelah merasakan
luka yang dalam atau ibarat kata mereka telah pulih.

d. Rima : Pada bait pertama penulis menggunakan rima


ABAB, dan pada bait kedua menggunakan rima AAAA

e. Majas : Asosiasi, Paradoks


 Asosiasi : Dimana dalam puisi ini penulis menggambarkan
sesuatu dengan menggunakan perumpamaan atau peribahasa
dalam perbandingannya, yaitu pada kata bagai
o Duka itu bagai orang tua yang tenang berkata
 Paradoks : Dimana penulis mengungkapkan dua hal yang
saling bertentangan dalam satu kalimat namun kedua hal
tersebut menyatakan suatu kebenaran
o Kenangan yang menang karna diri terbenam
o Ah, candu kenikmatan dari luka!
Komentar terhadap isi buku : Menurut saya puisi yang ditulis oleh Rendra dalam buku Empat Kumpulan Sajak ini sangat bagus
karena penulis menceritakan keindahan perjuangan hidup manusia seperti percintaan dan kesedihan yang sangat amat bisa ditularkan
oleh susunan kata yang ia tulis, sehingga pendengar dan pembaca dapat hanyut dalam cerita yang ia tuliskan, namun terdapat pula
kekurangan didalamnya karena adanya beberapa kata yang tidak dimengerti oleh pendengar dan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai