Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS


PADA MATERI “MY CLASSROOM” SISWA KELAS 1 SD
MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Bahasa Inggris Kelas Rendah
Dosen Pengampu : Rima Rikmasari, S. S., M.Pd

Disusun Oleh:

Mulya Nurmalasari
(41182109180064)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM “45” KOTA BEKASI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak lepas dari apa yang disebut bahasa. Semua aspek kehidupan manusia
tidak lepas dari peranan Bahasa. Bahasa dipakai untuk bekerja sama, berinteraksi,
menyampaikan buah pikiran, mengungkapkan kata, dan mengidentifikasi diri. Bahasa
Inggris merupakan bahasa yang digunakan oleh lebih dari separuh penduduk dunia. Hal
tersebut menjadikan Bahasa Inggris sebagai bahasa global yang dapat menjembatani
segala kepentingan dalam berbagai bidang.
Bahasa Inggris diperkenalkan sejak dini karena anak-anak memiliki masa belajar
cemerlang yang disebut golden age, usia 6-12 tahun, yang memungkinkannya belajar
bahasa dengan cepat. Materi pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar diajarkan
dalam rangka mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
siswa terhadap Bahasa Inggris. Untuk itu, materi yang diberikan hendaknya tersaji secara
menarik, berkualitas, dan sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak SD. Melihat
kondisi demikian, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi pada
bagaimana siswa belajar menemukan sendiri informasi, menghubungkan topik yang
sudah dipelajari dan yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat
berinteraksi multi arah baik bersama guru maupun selama siswa dalam suasana yang
menyenangkan dan bersahabat. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagaimana
yang disarankan para ahli pendidikan adalah pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang memberikan
kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12).
Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya
setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang
lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus
membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir
ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok
dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari model pembelajaran kooperatif learning?
b. Apa saja langkah – langkah pembelajaran model kooperatif learning?
c. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif learning?
d. Apa pengertian dari keterampilan menulis?
e. Bagaimana indikator penilaian keterampilan menulis siswa SD kelas 1?
f. Bagaimana keterkaitan antara model pembelajaran dengan keterampilan menulis?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu model pembelajaran kooperatif learning?
b. Untuk mengetahui bagaimana langkah – langkah pembelajaran model kooperatif
learning?
c. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran
kooperatif learning?
d. Untuk mengetahui apa itu keterampilan menulis?
e. Untuk mengetahui indikator penilaian keterampilan menulis siswa SD kelas 1?
f. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara model pembelajaran dengan
keterampilan menulis?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Learning
A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Learning
Pembelajaran kooperatif bisa didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yang terstruktur. Yang termasuk dalam struktur ini adalah lima unsur pokok
yaitu saling ketergatungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal,
keahlian bekerja sama dan proses kelompok. Metode pembelajaran kooperatif disebut
juga metode pembelajaran gotong royong. Ironisnya model pembelajaran kooperatif
belum banyak diterapkan dalam pendidikan, walaupun orang Indonesia sangat
membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat. Kebanyakan
pengajar enggan menerapkan sistem kerja sama di dalam kelas karena beberapa
alasan. Alasan yang utama adalah kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di
kelas dan siswa tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam grup. Selain itu, banyak
orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam
kelompok.
Menurut Bannet (1991), cooperative learning adalah kerja kelompok, tetapi
tidak semua kerja kelompok merupakan pembelajaran kooperatif. Unsur dasar
pembelajaran kooperatif adalah :
1. Ketergantungan yang positif
2. Akuntabilitas individual
3. Interaksi tatap muka
4. Ketrampilan sosial
5. Prosesing
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran gotong royong harus diterapkan :
1. Saling ketergantungan positif
2. Tanggung jawab perseorangan
3. Tatap muka
4. Komunikasi antar anggota
5. Evaluasi proses kelompok
6. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk
mencapai kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian
rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar
yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik. Setiap siswa mendapat nilainya
sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap
anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai
rata-rata mereka. Misalnya nilai rata-rata si A adalah 65 dan kali ini dia mendapat 72,
maka dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka. Dengan
demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk memberikan
sumbangan. Beberapa siswa yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap
rekan-rekan mereka karena toh mereka enggan memberikan sumbangan. Malahan
merasa terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan
nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak akan merasa dirugikan
karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian sumbangan
mereka.
B. Langkah – Langkah Pembelajaran
Menurut Savage (1996:222) dalam pembelajaran kooperatif diperlukan
keputusan dari guru untuk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan topik yang akan digunakan dalam kerja kelompok.
2. Membuat keputusan tentang ukuran dan komposisi kelompok.
3. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.
4. Memantau kerja siswa dalam kelompok.
5. Memberikan saran penyelesaian masalah yang cocok.
6. Evaluasi serta memberikan saran-saran.
C. Kelebihan dan Kekurangan
1. Keunggulan pembelajaran cooperatif
Mulyadiana (Trianto, 2000:10) menyatakan bahwa keunggulan pembelajaran
kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya :
• Melalui pembelajaran kooperatif siswa diharapkan tidak terlalu berharap pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri
sehingga menemukan informasi dan berbagai sumber dan belajar dan siswa
yang lain.
• Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan
ide atau gagasan dengan kat-kata secara verbal dan membandingkannya dengan
ide-ide orang lain.
• Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain
dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
• Pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk
lebih bertanggung jawab dalam belajar.
• Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akadernik dan non akademik.
• Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
• Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan
informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).
2. Kekurangan Metode Kooperatif Learning
Mulyadiana (Trianto, 2007 : 16) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
memiliki keterbatasan, di antaranya :
• Untuk memahami dan mengerti filosofis pembelajaran kooperatif memang
butuh waktu karena terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kelebihan
dan siswa yang merasa kurang.
• Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling bekerjasama
dalam memecahkan permasalahan.
• Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada
hasil kerja kelompok.
• Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran
berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang.
• Kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan
kepada kemampuan secara individual.
2.2 Keterampilan Menulis
A. Pengertian Menulis
Menurut Tarigan (2008) menjelaskan, “Keterampilan menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain”. Senada dengan itu Dalman
(2015) menyatakan, “Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa
penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”. Suparno dan Yunus (2008)
berpendapat bahwa Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan
(komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman,
2015). Dengan harapan dapat dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat
sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Berdasarkan pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi secara tidak
langsung yang dilakukan seseorang untuk. menyampaikan pesan atau informasi
kepada orang lain melalui tulisan yang dibuatnya. menggunakan bahasa tulisan
sebagai alat dan medianya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan
menulis merupakan kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
menuangkan ide, gagasan, perasaan yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada para pembaca dengan memperhatikan langkah-langkah dalam
proses menulis dengan benar sesuai dengan hasil dan kondisi yang diharapkan.
Menurut Abidin dalam Nursyaidah (2012:190), setidaknya ada tiga faktor yang
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Pertama, rendahnya
peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis. Pembelajaran menulis yang
seharusnya membina para siswa untuk berlatih mengemukakan gagasan masih belum
secara optimal dikembangkan. Kedua, kurangnya sentuhan guru dalam hal
memberikan berbagai strategi menulis yang tepat. Kebanyakan guru masih
kebingungan mencari strategi yang tepat untuk mengembangkan kemampuan menulis
siswa. Ketiga, penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat.
B. Indikator Penilaian
Indikator : Menyalin dan mencocokkan kata dengan gambar yang sesuai
Teknik : Penugasan, Tes tertulis
Instrument :
• Penugasan : Bermain berkelompok melihat sebuah kata mengenai benda - benda
yang ada di dalam kelas dalam Bahasa Inggris, kemudian menyusun memilih
gambar yang sesuai
• Tes Tertulis : Estafet huruf, dimana setiap kelompok harus menyusun huruf – huruf
agar menjadi sebuah kosakata mengenai benda yang ada di dalam kelas

Rubrik Penilaian Menulis


ASPEK/ SKOR
NO
KRITERIA 4 3 2 1
1 Ketepatan Seluruh gambar Beberapa Beberapa Sangat sedikit
Pemilihan dipilih sesuai gambar dipilih gambar dipilih gambar yang
Gambar dengan kosakata sesuai dengan sesuai dengan dipilih sesuai
yang diberikan, kosakata yang kosa kata yang dengan kosakata
kelompok diberikan, diberikan, yang diberikan,
kompak kelompok kelompok kerja kelompok
mengerjakannya kompak kurang bekerja kurang terlihat
Bersama – sama mengerjakannya sama dalam
Bersama – sama pengerjaannya
2 Kesesuaian Huruf ditulis Huruf ditulis Huruf ditulis Huruf ditulis
Penulisan dengan lengkap dengan cukup dengan tidak dengan sangat
Ejaan dan benar, tidak lengkap dan lengkap namun tidak lengkap,
Kosakata ditemukan hamper benar, ejaan yang ada hamper semua
kesalahan ejaan masih ditulis dengan hurif salah
ditemukan benar, banyak
sedikit ditemukan
kesalahan ejaan kesalahan

C. Keterkaitan Model Pembelajaran Kooperatif Learning dengan Keterampilan


Menulis
Menulis merupakan kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
menuangkan ide, gagasan, perasaan yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada para pembaca dengan memperhatikan langkah-langkah dalam
proses menulis dengan benar sesuai dengan hasil dan kondisi yang diharapkan.
Menurut Abidin dalam Nursyaidah (2012:190), setidaknya ada tiga faktor yang
menyebabkan rendahnya kemampuan siswa dalam menulis. Pertama, rendahnya
peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis. Pembelajaran menulis yang
seharusnya membina para siswa untuk berlatih mengemukakan gagasan masih belum
secara optimal dikembangkan. Kedua, kurangnya sentuhan guru dalam hal
memberikan berbagai strategi menulis yang tepat. Kebanyakan guru masih
kebingungan mencari strategi yang tepat untuk mengembangkan kemampuan menulis
siswa. Ketiga, penggunaan pendekatan menulis yang kurang tepat.
Dalam ruang lingkup sekolah, hambatan – hambatan tersebut dapat diatasi
dengan bantuan penggunaan metode atau model yang sesuai dan menarik bagi siswa,
agar pembelajaran berjalan lebih efektif, salah satu model pembelajaran yang menarik
serta melatih keterampilan menulis adalah kooperatif learning. Kooperatif Learning
merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar dalam sebuah
kelompok, selain itu siswa juga diharuskan untuk ikut aktif dalam partisipasi
kelompok, belajar bersama – sama akan lebih efektif dari pada belajar perorangan,
pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan rasa sosialisai bagi peserta didik,
serta membangun rasa kekeluargaan dengan teman sekelas.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif learning ini langkah awal
yang akan dilakukan adalah mengajak siswa bermain untuk menentukan kelompok,
penentuan kelompok dengan hal biasa (dipilih oleh guru) akan membosankan bagi
siswa. Setelah kelompok terbentuk mereka akan duduk bersama teman
sekelompoknya, siswa akan dihadapkan pada sebuah kosakata mengenai benda yang
ada di dalam kelas, kemudian siswa harus mencocokkan kosakata yang ada dengan
gambar yang sesuai. Setelah itu siswa akan bermain estafet huruf, dalam setiap
kelompok siswa akan diberikan sebuah gambar, kemudian kelompok tersebut harus
menulis nama gambar yang disediakan, masing – masing anggota kelompok akan
menulis perhuruf, dipermisalkan “TABEL” maka anggota kelompok nomor 1 akan
menulis huruf “T” angota kelompok nomor 2 akan menulis huruf “A” anggota
kelompok nomor 2 akan menulis huruf “B” dan seterusnya. Selain itu mereka juga
akan diberikan sebuah kosa kata yang beberapa huruf nya rumpang, mereka harus
mengisi bagian yang rumpang tersebut dengan benar. Guru memberikan bimbingan
kepada masing – masing kelompok. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran Bahasa
inggris kelas 1 yaitu “Mengeja dan menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana
dalam konteks kelas”
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menulis merupakan kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
menuangkan ide, gagasan, perasaan yang bertujuan untuk menyampaikan pesan atau
informasi kepada para pembaca dengan memperhatikan langkah-langkah dalam proses
menulis dengan benar sesuai dengan hasil dan kondisi yang diharapkan. Ada beberapa
faktor yang menghambat keterampilan menulis siswa diantaranya adalah rendahnya
peran guru dalam membina siswa agar terampil menulis, kurangnya sentuhan guru dalam
hal memberikan berbagai strategi menulis yang tepat, dan penggunaan pendekatan
menulis yang kurang tepat.
Dalam ruang lingkup sekolah, hambatan – hambatan tersebut dapat diatasi dengan
bantuan penggunaan metode atau model yang sesuai dan menarik bagi siswa, agar
pembelajaran berjalan lebih efektif, salah satu model pembelajaran yang menarik serta
melatih keterampilan menulis adalah kooperatif learning. Kooperatif Learning
merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa belajar dalam sebuah
kelompok, selain itu siswa juga diharuskan untuk ikut aktif dalam partisipasi kelompok,
belajar bersama – sama akan lebih efektif dari pada belajar perorangan, pembelajaran
kooperatif juga dapat meningkatkan rasa sosialisai bagi peserta didik, serta membangun
rasa kekeluargaan dengan teman sekelas.
DAFTAR PUSTAKA

Neni Riyanti, Nisrohah. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips . JPGSD. Vol. 06, No. 04, 2018.
Website :
https://media.neliti.com/media/publications/254971-penerapan-model-pembelajaran-
kooperatif-38a605ee.pdf

Setyowati, Luluk. 2019. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Untuk Meningkatkan


Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Sekolah Dasar. 2019.
Website :
http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/simponi/article/view/458/389

Andriado, Ifan, DKK. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Siswa Kelas
4 Sd Negeri 03 Sambigede. Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanistik. Vol. 3, No. 1. 2018
Website :
http://journal2.um.ac.id/index.php/jsph/article/view/5836

Jaelani, Aceng. 2015. Pembelajaran Kooperatif, Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Di
Madrasah Ibtidaiyya (Mi). Jurnal Pendidikan Guru MI. Vol. 2, No. 1. 2015
Website :
https://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/view/189/170

Pebrianiani, Mira, Rosnaningsih, Asih. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Tebak Kata Terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris Siswa Kelas V Sdn Pasar
Kemis Ii Kabupaten Tangerang. IKRAITH – HUMANIORA. Vol. 2, No. 2. Juli 2018
Website :
https://www.researchgate.net/profile/Prana_Iswara/publication/303371521_Pengembangan_
Materi_Ajar_dan_Evaluasi_pada_Keterampilan_Menulis_dan_Berbicara_di_Sekolah_
Dasar/links/573ed07d08ae9ace841314f2.pdf
Martha Yehonala Situmorang, Nila. 2018. Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa melalui
Teknik Guiding Questions. Journal of Education Action Research. Vol. 2, No. 2. 2018
Website :
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEAR/article/download/12190/8837

Anda mungkin juga menyukai