Anda di halaman 1dari 43

INVENTARISASI PENYAKIT INFEKSI

A. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS


1. Demam berdarah dangue
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
 Patofisologi= Kedua nyamuk dapat menggigit di pagi hari sampai sore menjelang
petang. Penularan terjadi saat nyamuk menggigit dan menghisap darah
seseorang yang sudah terinfeksi virus dengue, ketika nyamuk tersebut mengigit
orang lain, maka virus akan tersebar. Hal tersebut terjadi karena nyamuk
berperan sebagai medium pembawa (carrier) virus dengue tersebut.
 Gejalanya = Gejala umumnya timbul 4-7 hari sejak gigitan nyamuk, dan dapat
berlangsung selama 10 hari. Beberapa gejala demam berdarah, yaitu:
 Demam tinggi mencapai 40 derajat Celsius;
 Nyeri kepala berat;
 Nyeri pada sendi, otot, dan tulang;
 Nyeri pada bagian belakang mata;
 Nafsu makan menurun;
 Mual dan muntah;
 Pembengkakan kelenjar getah bening;
 Ruam kemerahan sekitar 2-5 hari setelah demam;
 Kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening; dan
 Perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit.
 Pengobatan = Pengobatan yang spesifik untuk mengobati demam berdarah saat
ini belum ada. Pengobatan bertujuan untuk mengatasi gejala dan mencegah
infeksi virus semakin memberat. Beberapa upaya yang dianjurkan dokter, yaitu:
 Banyak minum cairan agar terhindar dari dehidrasi;
 Cukup istirahat;
 Konsumsi obat penurun panas yang relatif aman dan dianjurkan dokter;
 Menghindari konsumsi obat-obatan pereda nyeri. Hal ini dikarenakan
obat-obatan tersebut dapat menimbulkan komplikasi perdarahan.
 Pantau frekuensi buang air kecil dan jumlah urine yang keluar.
 Pencegahan =Terdapat berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
demam berdarah, yaitu:
 Anak usia 9-16 tahun seharusnya divaksinasi dengue, sebanyak 3 kali
dengan jarak 6 bulan;
 Memberantas sarang nyamuk yang dilakukan dalam dua kali pengasapan
insektisida atau fogging dengan jarak 1 minggu;
 Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi, minimal setiap
minggu;
 Menutup rapat tempat penampungan air;
 Melakukan daur ulang barang yang berpotensi menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti;
 Mengatur cahaya yang cukup di dalam rumah;
 Memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah;
 Menaburkan bubuk larvasida (abate) pada penampungan air yang sulit
dikuras;
 Menggunakan kelambu saat tidur;
 Menanam tumbuhan pengusir nyamuk;
 Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian;
 Menghindari wilayah daerah yang rentan terjadi infeksi;
 Mengenakan pakaian yang longgar; dan
 Menggunakan krim anti-nyamuk yang mengandung N-
diethylmetatoluamide (DEET), tetapi jangan gunakan DEET pada anak di
bawah 2 tahun.
 Kodefikasi penyakit demam berdarah dangue
= fever
-dengue (virus) A90
(A90) Dengue fever
2. Rabies
Sebuah penyakit akibat virus yang ditularkan kepada manusia melalui air liur hewan
yang terinfeksi virus rabies. Pada umumnya penyebaran terjadi melalui gigitan dan
hewan yang bersangkutan.
 Gejala Rabies
Gejala awal dari rabies menyerupai gejala flu hingga beberapa hari, namun
selanjutnya gejala akan berkembang semakin parah. Tanda dan gejala dari rabies
yang perlu diketahui antara lain adalah:
 Demam
 Nyeri kepala
 Mual
 Muntah
 Rasa gelisah dan tidak nyaman
 Rasa cemas berlebihan
 Kebingungan
 Hiperaktif
 Sulit menelan
 Air liur menjadi banyak
 Takut kepada air
 Halusinasi
 Insomnia
 Kelumpuhan sebagian anggota gerak
 Diagnosis Rabies
Diagnosis dapat diketahui melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Ketika
seseorang baru digigit oleh hewan, sulit untuk diketahui apabila hewan tersebut
menularkan virus rabies atau tidak. Hal yang dapat dilakukan dengan melakukan
pencegahan terjadinya infeksi sebelum tanda dan gejala muncul.
 Penyebab dan Faktor Risiko Rabies
=Infeksi ini disebabkan oleh virus rabies yang menyebar melalui air liur hewan
yang terinfeksi. Infeksi virus ini dapat menyebar kepada hewan lain maupun
kepada manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi. = Orang-orang yang
memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk terinfeksi virus ini antara lain adalah:
 Orang yang tinggal atau bepergian ke daerah negara berkembang seperti
Afrika dan Asia Tenggara saat virus rabies ini masih umum ditemukan
pada binatang.
 Orang yang senang beraktivitas di alam terbuka seperti kemping dan
berjelajah di gua-gua yang terdapat banyak kelelawar.
 Orang yang bekerja/meneliti virus rabies di laboratorium.
 Luka terbuka pada daerah kepala atau leher yang dapat mempermudah
penyebaran virus ke otak secara lebih cepat.
 Pengobatan rabies
= Belum ada metode yang secara pasti dapat mengatasi rabies yang telah
menimbulkan Penanganan yang dilakukan dapat berupa pemberian
imunogulobin (serum) atau vaksin anti rabies. Pemberian serum atau vaksin
bertujuan untuk membantu tubuh dalam melawan virus penyebab infeksi pada
otak dan sistem saraf.
 Kodefikasi Rabies
= Rabies (A90)
(A90) rabies , unspecified
3. Chikungunya
Infeksi virus yang ditandai dengan serangan demam dan nyeri sendi secara
mendadak. Virus ini menyerang dan menulari manusia melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti atau Aedes albopictus, dua jenis nyamuk yang juga dikenal sebagai
penyebab demam berdarah.
 Penyebab Chikungunya

Chikungunya disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus. Nyamuk tersebut mendapatkan virus chikungunya saat
menggigit seseorang yang telah terinfeksi sebelumnya. Penularan virus terjadi
bila orang lain digigit oleh nyamuk pembawa virus tadi. Perlu diketahui bahwa
virus chikungunya tidak menyebar secara langsung dari orang ke orang.

 Gejala Chikungunya

Pada beberapa kasus, chikungunya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan
tetapi, umumnya penderita chikungunya mengalami gejala, seperti:

 Demam hingga 39 derajat Celsius


 Nyeri pada otot dan sendi
 Sendi bengkak
 Nyeri pada tulang
 Sakit kepala
 Muncul ruam di tubuh
 Lemas
 Mual

Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk
pembawa virus. Pada umumnya, penderita akan membaik dalam seminggu. Tapi
pada sebagian penderita, nyeri sendi dapat berlangsung hingga berbulan-bulan.
Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian, gejala chikungunya yang parah
dapat menyebabkan kelumpuhan sementara.

 Diagnosis Chikungunya

Gejala chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dan virus zika. Oleh
karena itu, seseorang yang mengalami gejala di atas disarankan untuk segera
memeriksakan diri ke dokter, agar dapat diberikan penanganan yang tepat.

 Pengobatan Chikungunya
Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya, karena
penderita akan sembuh dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, gejala akan
mereda dalam seminggu. Meski demikian, nyeri sendi dapat berlangsung hingga
beberapa bulan. Dokter akan meresepkan obat antiradang atau obat flu tulang,
seperti paracetamol atau ibuprofen guna meredakan nyeri sendi dan demam. Di
samping itu, pasien juga akan disarankan banyak minum dan istirahat yang
cukup.

 Pencegahan Chikungunya

Pencegahan chikungunya sama seperti pencegahan penyakit lain yang


disebabkan oleh gigitan nyamuk. Cara yang utama adalah melakukan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan tindakan 3M Plus. 3M yang
dimaksud meliputi:

 Menutup rapat tempat penyimpanan air.


 Menguras tempat penampungan air.
 Mengubur barang bekas yang bisa menampung air.

Sedangkan tindakan Plus (tambahan) yang dapat dilakukan untuk membantu


3M, yaitu:

 Menaburkan bubuk abate pada tempat penampungan air.


 Memasang kawat anti-nyamuk di ventilasi rumah.
 Menggunakan kelambu saat tidur.
 Menanam tumbuhan pengusir nyamuk.
 Menghentikan kebiasaan menggantung pakaian.

Di samping sejumlah langkah di atas, Anda dapat melakukan beberapa langkah


pencegahan tambahan, terutama bila hendak bepergian ke daerah endemik
chikungunya, antara lain:
 Menggunakan losion anti-nyamuk dengan kandungan N,N-
diethylmetatolumide (DEET) secara rutin. Bila Anda mengenakan tabir
surya, oleskan losion setelah tabir surya.
 Menggunakan obat nyamuk bakar yang diletakkan di luar untuk
membantu mengusir nyamuk.
 Mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang setiap waktu.

 Kodefikasi penyakitnya :
= fever
- Chikungunya A92.2
(A92.2) venezualen aquien fever
4. Campak
Munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi virus. Campak
merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama
pada bayi dan anak-anak.
 Gejala Campak
Penderita campak awalnya mengalami gejala berupa batuk, pilek, dan demam.
Kemudian sering kali muncul bercak keputihan di mulut, diikuti timbulnya ruam
kemerahan di wajah. Seiring waktu, ruam bisa menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh.
Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa pengobatan khusus, dan
hilang kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
 Pengobatan Campak
Campak dapat sembuh sendiri secara bertahap dalam beberapa hari. Namun
untuk membantu meredakan gejala, penderita bisa banyak minum air putih dan
minum obat pereda nyeri. Asupan suplemen vitamin A juga bisa membantu
meredakan gejala.
 Komplikasi Campak
Campak bisa menyebabkan kondisi serius, seperti radang telinga, paru-paru basah,
dan infeksi atau radang otak. Sedangkan pada ibu hamil, campak bisa
menyebabkan kelahiran prematur hingga keguguran.
 Pencegahan Campak
Campak bisa dicegah dengan pemberian vaksin campak dan dilanjutkan dengan
vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan rubella (vaksin MMR). Pemberian
vaksinasi harus sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.
Selain imunisasi, penderita campak disarankan tetap di rumah sampai gejala
mereda, guna mencegah penularan penyakit.
5. Meningitis
Peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti
otak dan saraf tulang belakang.
 Gejalanya :
Dikutip dari Mayo Clinic, gejala awal radang selaput otak mirip dengan flu
(influenza). Gejalanya kemudian berkembang dalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari. 
Tanda dan gejala meningitis yang biasa muncul termasuk: 
 Demam dan menggigil, terutama pada bayi baru lahir dan anak-anak 
 Perubahan kondisi mental seperti kebingungan
 Mual dan muntah 
 Sensitif terhadap cahaya (fotofobia) 
 Sakit kepala parah 
 Leher kaku (kaku kuduk) 
 Sering pingsan 
Kebanyakan orang dengan meningitis virus ringan sembuh dengan sendirinya dalam
7-10 hari. Gejala awal meningitis virus mirip dengan radang selaput otak yang
disebabkan oleh bakteri. Namun, meningitis bakteri biasanya parah dan dapat
menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan otak, gangguan pendengaran,
dan ketidakmampuan belajar.
Patogen (kuman) yang menyebabkan meningitis bakteri juga dapat dikaitkan dengan
penyakit serius lainnya, yaitu sepsis. Tanpa perawatan segera, sepsis dapat dengan
cepat menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kematian.  
 Penyebabnya :

Faktor-faktor tertentu yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami


meningitis adalah:

 Tidak melakukan vaksinasi radang selaput otak.


 Usia. Sebagian besar kasus radang selaput otak akibat akibat virus terjadi
pada anak berusia lebih muda dari 5 tahun. 
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah.
 Orang yang baru saja menjalani transplantasi sumsum tulang
 .Diabetes 
 Hamil. Jika sedang hamil, Anda lebih berisiko tertular listeriosis (infeksi yang
disebabkan oleh bakteri listeria, yang juga dapat menyebabkan radang
selaput otak)

 Mengobati dan Mencegah Meningitis


Pengobatan meningitis umumnya berbeda-beda tergantung kepada
penyebabnya. Sebagai contoh, dokter bisa meresepkan obat antimikroba, atau
menjalankan terapi lain bila meningitis disebabkan oleh kanker atau lupus.
Penyakit ini bisa dicegah dengan menjalani gaya hidup sehat dan menghindari
kondisi yang dapat memicu penyebaran infeksi. Guna meningkatkan kekebalan
tubuh dari kuman penyebab meningitis, lakukan vaksinasi (termasuk vaksin PCV)
sesuai anjuran dokter.
 Kodefikasinya :
= meningitis (G03.9)
(G03.9) meningitis,unspecified
6. Herpes
nama kelompok virus herpesviridae yang dapat menginfeksi manusia. Infeksi virus
herpes dapat ditandai dengan munculnya lepuhan kulit dan kulit kering.
 Tahapan Infeksi Herpes
Infeksi herpes yang muncul biasanya terjadi dalam beberapa tahapan. Rincian
tahapan infeksi herpes adalah sebagai berikut:
 Stadium primer. Stadium primer terjadi pada hari kedua hingga kedelapan
setelah terjadinya infeksi herpes. Gejala yang muncul adalah blister (kulit yang
melepuh) berukuran kecil, namun menyakitkan. Blister biasanya berisi cairan
berwarna bening atau keruh, dan dapat pecah serta menimbulkan luka terbuka.
Daerah di sekitar blister akan berwarna kemerahan.
 Stadium laten. Pada stadium ini, gejala herpes seperti blister dan koreng akan
mereda. Tetapi pada stadium ini, sebetulnya virus sedang menyebar ke saraf
dekat saraf tulang belakang melalui kulit.
 Stadium peluruhan. Pada stadium ini, virus mulai berkembang biak pada ujung-
ujung saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang terinfeksi terletak pada organ
tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau vagina, virus herpes dapat
terkandung dalam cairan tubuh seperti semen dan lendir Biasanya tidak terjadi
gejala yang terlihat, namun sebenarnya sedang terjadi perkembangbiakan virus
di dalam tubuh.
 Stadium rekurensi (muncul kembali). Pada stadium ini, blister pada kulit yang
terjadi di stadium pertama dapat muncul kembali. Biasanya tidak separah
lepuhan dan koreng yang sebelumnya. Gejala yang umumnya muncul pada
stadium rekurensi ini adalah gatal, kesemutan, dan nyeri di daerah yang terkena
infeksi pada stadium pertama.
 Diagnosis Herpes
 Herpes dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik,
dokter akan mengecek koreng yang terbentuk akibat herpes serta menanyakan
gejala yang muncul pada pasien. Selain itu, untuk membantu diagnosis herpes
agar lebih akurat, dapat dilakukan pemeriksaan tambahan, seperti:
 Kultur virus herpes simplex. Kultur virus herpes bertujuan untuk mendiagnosis
adanya virus herpes. Kultur virus herpes dilakukan dengan cara mengusap area
kulit atau genital yang terinfeksi, mengambil cairan genital atau cairan tubuh
lainnya yang diduga mengalami herpes untuk kemudian diperiksa di
laboratorium.
 Tes antibodi. Tes antibodi spesifik virus HSV 1 dan HSV 2 dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya infeksi primer herpes, namun tidak dapat mendeteksi infeksi
herpes rekuren. Tes antibodi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
tubuh, kemudian dianalisis di lab untuk dicek keberadaan antibodi spesifik HSV 1
ataupun HSV 2. Perlu diingat bahwa tubuh memerlukan waktu sekitar 12-16
minggu untuk membentuk antibodi anti HSV 1 atau HSV 2, setelah virus HSV
masuk ke dalam tubuh pertama kali. Tes antibodi HSV 1 dan HSV 2 sangat
membantu diagnosis, terutama jika pasien tidak mengalami koreng atau
pelepuhan pada kulit.
 Pengobatan Herpes
Fokus pengobatan herpes adalah untuk menghilangkan blister, serta untuk
mencegah penyebaran herpes, meskipun koreng dan lepuhan akibat herpes
dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Selain itu, pemberian
obat-obatan antivirus juga dapat mengurangi komplikasi akibat herpes. Beberapa
obat-obatan antivirus yang dapat digunakan, antara lain adalah:
 Acyclovir.
 Valacyclovir.
 Famciclovir.
 Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini dapat
dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:
 Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.
 Mandi dengan menggunakan air suam
 Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
 Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
 Menggunakan pakaian longgar.
 Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.
 Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi
selama masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi. Jika ibu hamil diketahui
sedang atau pernah menderita herpes, diskusikan dengan doker mengenai
kemungkinan melahirkan bayi secara operasi Caesar.
 Komplikasi Herpes
Herpes simplex jarang menimbulkan komplikasi serius pada penderita. Herpes
simplex dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika penderita juga menderita
infeksi HIV. Penderita herpes simplex yang juga menderita HIV biasanya
menderita gejala herpes yang lebih parah dan lebih sering kambuh. Beberapa
komplikasi yang jarang, namun serius, yang dapat ditimbulkan oleh herpes
simplex adalah:
 Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.
 Radang otak dan selaputnya.
 Radang paru-paru.
 Hepatitis.
 Esofagitis.
 Kematian jaringan retina mata.
 Komplikasi dari infeksi virus varicella-zoster tidak selalu terjadi pada
penderita cacar air. Komplikasi seringkali terjadi pada anak-anak, lansia,
wanita hamil, dan orang yang kekebalan tubuhnya lemah. Beberapa
komplikasi yang dapat terjadi akibat cacar air adalah:
 Ruam menyebar ke bagian mata.
 Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala.
 Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah tersebut.
 Herpes zoster dapat menimbulkan komplikasi antara lain:
 Post herpetic neuralgia. Nyeri yang masih dirasakan walaupun lesi pada kulit
sudah menghilang.
 Infeksi bakteri. Infeksi bakteri dapat pada lokasi ruam akibat herpes, yang sering
menimbulkan gejala seperti kulit kemerahan, pembengkakan dan hangat jika
disentuh.
 Nyeri dan ruam pada mata. Ruam akibat herpes zoster yang penjalarannya di
sekitar mata dapat menginfeksi mata. Ruam di daerah ini membutuhkan terapi
antivirus yang lebih lama dan berisiko menimbulkan kerusakan mata permanen.
 Sindrom Ramsay-Hunt. Sindrom Ramsay-Hunt dapat terjadi sebagai komplikasi
dari herpes zoster. Gejala Sindrom Ramsay-Hunt antara lain adalah kehilangan
pendengaran, pusing, nyeri di salah satu telinga dan kehilangan kemampuan
mengecap rasa pada lidah.
 Jika komplikasi tersebut muncul, hendaknya segera diperiksakan ke dokter.
Komplikasi virus varicella-zoster dapat berbahaya terutama jika terjadi pada
wanita hamil. Jika wanita hamil menderita infeksi virus varicella-zoster, janin
yang dikandungnya dapat mengalami kelainan bawaan, seperti:
 Kelainan mata dan masalah penglihatan lainnya.
 Disabilitas intelektual (retardasi mental).
 Pertumbuhan yang lambat.
 Kepala yang berukuran lebih kecil dari ukuran normal.
 Pencegahan Herpes
Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut ini:
 Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
 Mencuci tangan secara rutin.
 Mengoleskan obat antivirus topikal, misalnya acyclovir topikal, menggunakan
kapas agar kulit tangan tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus, seperti
gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
 Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya, selama
munculnya gejala penyakit herpes.
 Kodefikasinya :
= herpes,herpatic (B00.9)
(B00.9) herpesviral infection

B. PENYAKIT YANG DISESABKAN OLEH BAKTERI


1. Tetanus
penyakit serius yang disebabkan oleh toksin bakteri yang mempengaruhi sistem
saraf.
 Penyebab Tetanus disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh spora bakteri,
Clostridium tetani. Penyakit ini tidak menular antar manusia. Biasanya, orang
yang mengalami tetanus belum pernah mendapatkan vaksin sebelumnya. Lalu,
bagaimana bakteri penyebab tetanus menginfeksi manusia? Spora bakteri
tetanus masuk ke aliran darah melalui luka di kulit dan kemudian tumbuh di
dalam tubuh manusia. Saat bertumbuh, spora bakteri menghasilkan racun yang
disebut tetanospasmin. Racun tersebut bisa menganggu sistem saraf. Infeksi ini
bisa menyebar ke sumsum tulang belakang dan otak. Dalam waktu lima hingga
10 hari, infeksi tetanus menunjukan gejala lockjaw atau kejang di area leher dan
rahang. Ketika racun menyebar, pasien mengaami kejang otot dan gejala
tambahan seperti sakit kepala dan demam. Hingga saat ini, belum ada obat
untuk mengatasi tetanus. Namun, penyakit ini bisa dicegah dengan vaksin.
 Pencegahan Belum ada obat untuk mengatasi tetanus. Namun, penyakit ini bisa
dicegah lewat vaksin. Vaksin tetanus biasanya diberikan saat usia kanak-kanak
sebagai bagian dari vaksin DTap (difteri, toksoid tetanus dan aselular pertusis).
Vaksinasi ini memberikan perlindungan terhadap tiga penyakit, yakni infeksi
tenggorokan dan pernapasan (difteri), batuk rejan (pertusis) dan tetanus. Vaksin
DTaP terdiri dari serangkaian lima suntikan, yang biasanya diberikan di lengan
atau paha untuk anak-anak pada usia: 2 bulan 4 bulan 6 bulan 15 hingga 18
bulan 4 hingga 6 tahun. Setelah itu, kita membutuhkan vaksin ulang atau booster
yang biasanya diberikan dalam kombinasi dengan booster vaksin difteri (Td).
Vaksin booster sebaiknya diberikan setiap 10 tahun sekali untuk
mempertahankan tingkat perlindungan yang diperlukan.
 Kodefikasinya :
= Tetanus (A35)
(A35) Other tetanus

2. Difteri
Infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak selalu menimbulkan gejala,
penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan amandel.
 faktor Risiko dan Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheria, yang dapat
menyebar dari orang ke orang.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan
air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi
melalui benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas atau
sendok.
Difteri dapat dialami oleh siapa saja. Namun, risiko terserang difteri akan lebih tinggi
bila tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih
berisiko terjadi pada orang yang:
 Hidup di area padat penduduk atau buruk kebersihannya.
 Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri.
 Memiliki kekebalan tubuh yang rendah, seperti menderita AIDS.

 Gejala Difteri

Gejala difteri muncul 2 sampai 5 hari setelah seseorang terinfeksi. Meskipun


demikian, tidak semua orang yang terinfeksi difteri mengalami gejala. Apabila
muncul gejala, biasanya berupa terbentuknya lapisan tipis berwarna abu-abu yang
menutupi tenggorokan dan amandel penderita.

Selain muncul lapisan abu-abu di tenggorokan, gejala lain yang dapat muncul
meliputi:

 Sakit tenggorokan
 Suara serak
 Batuk
 Pilek
 Demam
 Menggigil
 Lemas
 Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening

 Diagnosis dan Pengobatan Difteri


Dokter dapat menduga pasien terkena difteri jika terdapat lapisan abu-abu di
tenggorokan atau amandelnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan
mengambil sampel lendir dari tenggorokan pasien (pemeriksaan usap atau swab
tenggorok), untuk diteliti di laboratorium.
Difteri tergolong penyakit serius dan harus diatasi sesegera mungkin. Menurut data
statistik, 1 dari 10 pasien difteri meninggal dunia meski telah mendapat pengobatan.
Beberapa jenis pengobatan yang dilakukan untuk menangani difteri, antara lain:
Suntikan antiracun
Dokter akan memberikan suntikan antiracun (antitoksin) difteri guna melawan racun
yang dihasilkan oleh bakteri difteri. Sebelum suntik dilakukan, pasien akan menjalani
tes alergi kulit untuk memastikan tidak ada alergi terhadap antitoksin.
Obat antibiotik
Untuk membunuh bakteri difteri dan mengatasi infeksi, dokter akan memberikan
antibiotik, seperti penisilin atau erythromycin. Antibiotik perlu dikonsumsi sampai
habis sesuai resep dokter, guna memastikan tubuh sudah bebas dari penyakit difteri.
Dua hari setelah pemberian antibiotik, umumnya penderita sudah tidak lagi bisa
menularkan penyakit difteri.
Penanganan difteri dilakukan di rumah sakit, guna mencegah penularan difteri ke
orang lain. Apabila diperlukan, dokter juga akan meresepkan antibiotik pada
keluarga pasien.
Bagi pasien yang mengalami sesak napas akibat selaput di tenggorokan yang
menghalangi aliran udara, dokter THT akan melakukan prosedur pengangkatan
selaput.
 Komplikasi Difteri
Bakteri penyebab difteri menghasilkan racun yang bisa merusak jaringan di hidung
dan tenggorokan, hingga menyumbat saluran pernapasan. Racun tersebut juga bisa
menyebar melalui aliran darah dan menyerang berbagai organ.
Pada jantung, kerusakan jaringan akibat racun dapat menimbulkan radang otot
jantung (miokarditis). Pada ginjal, menyebabkan gagal ginjal. Dan pada saraf,
menyebabkan kelumpuhan.
Oleh karena itu, penanganan yang tepat sangat penting dilakukan untuk mencegah
dan mengurangi keparahan komplikasi difteri.
 Pencegahan Difteri
Difteri dapat dicegah dengan imunisasi DPT, yaitu pemberian vaksin difteri yang
dikombinasikan dengan vaksin tetanus dan batuk rejan (pertusis). Imunisasi DPT
termasuk dalam imunisasi wajib bagi anak-anak di Indonesia. Pemberian vaksin
ini dilakukan pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan, serta pada usia 5 tahun.
Guna memberikan perlindungan yang optimal, vaksin sejenis DPT (Tdap atau Td)
akan diberikan pada rentang usia 10-12 tahun dan 18 tahun. Khusus untuk vaksin
Td, pemberian dilakukan setiap 10 tahun.
Tak hanya pada anak-anak, vaksin difteri juga perlu diberikan pada orang
dewasa.
Bagi anak-anak berusia di bawah 7 tahun yang belum pernah mendapat
imunisasi DPT atau tidak mendapat imunisasi lengkap, dapat diberikan imunisasi
kejaran sesuai jadwal yang dianjurkan dokter anak. Khusus bagi anak-anak yang
sudah berusia 7 tahun ke atas dan belum mendapat imunisasi DPT, dapat
diberikan vaksin Tdap.

3. Sifilis
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Gejala sifilis diawali dengan
munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.
 Gejala Sifilis
Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan
penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah
penjelasannya:
 Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
 Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
 Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
 Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau jantung.
 Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan seksual
dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga bisa
menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita.
Melihat penularannya, sifilis rentan tertular pada seseorang yang sering
bergonta-ganti pasangan seksual.
 Diagnosis Sifilis
Untuk mengetahui seseorang menderita sifilis, dokter akan melakukan
pemeriksaan berupa tes darah dan pengambilan cairan luka. Tes darah untuk
mengetahui adanya antibodi untuk melawan infeksi, sementara pemeriksaan
cairan luka guna mengetahui keberadaan bakteri penyebab sifilis (sipilis).
 Pengobatan Sifilis
Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika tahap
awal. Sifilis dapat diatasi dengan antibiotik penisilin. Selama masa pengobatan,
penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter
memastikan infeksi sudah sembuh.
 Pencegahan Sifilis
Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada
1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau
skrining terhadap penyakit sifilis atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara rutin
pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit ini.
 Kodefikasinya :
= syphilis (A53.9)
(A53.9) syphilis,unspecified

4. Gonorhoe
salah satu penyakit menular seksual. Pada pria, gonore akan menimbulkan gejala berupa
keluarnya nanah dari penis. Selain itu, penderita gonore akan merasakan perih saat
buang air kecil.
 Penyebab Gonore
Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini paling
sering menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal.
Seseorang lebih mudah terkena gonore apabila sering bergonta-ganti pasangan
seks atau bekerja sebagai pekerja seks.
 Gejala Gonore
Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun gejala yang muncul pada
pria dan wanita berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria berupa
keluarnya nanah dari penis dan rasa sakit saat buang air kecil. Sedangkan pada
wanita, gonore sering kali tidak menimbulkan gejala.
Di samping itu, gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari ibunya
selama proses persalinan. Bayi yang terkena gonore akan mengalami keluhan
pada mata.
 Diagnosis Gonore
Untuk mendiagnosis gonore, dokter akan menanyakan tentang aktivitas seksual
dan melakukan pemeriksaan fisik. Bila diperlukan, dokter juga akan mengambil
sampel cairan tubuh penderita, terutama cairan dari vagina, penis dan dubur.
Cairan ini akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
 Pengobatan Gonore
Pengobatan utama untuk penyakit gonore adalah pemberian antibiotik, karena
penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Perlu diingat bahwa tidak hanya
penderita saja yang perlu diobati, tetapi pasangan seksual dari penderita juga
perlu diobati, karena kemungkinan besar juga menderita gonore. Setelah
sembuh dari gonore, tidak tertutup kemungkinan seseorang bisa terkena gonore
lagi.
 Komplikasi Gonore
Gonore yang tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan komplikasi. Wanita
lebih mudah terkena komplikasi gonore dibanding pria. Komplikasi gonore yang
dapat muncul pada pria adalah epididimitis dan luka pada saluran kencing.
Sedangkan komplikasi gonore yang dapat muncul pada wanita adalah penyakit
radang panggul dan sumbatan pada saluran telur. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya hamil anggur atau kehamilan ektopik.
 Pencegahan Gonore
Penyakit ini menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral atau anal. Oleh
karena itu, cara pencegahan penyakit ini adalah melakukan hubungan intim yang
aman, yaitu dengan menggunakan kondom atau tidak bergonta-ganti pasangan.
 Kodefikasinya :
= Gonorrhea (A54.9)
(A54.9) Gonococcal infection,unspecified
5. Kholera
Diare akibat infeksi bakteri yang bernama Vibrio cholerae. Penyakit ini dapat terjadi
pada orang dewasa maupun anak-anak dan diare yang ditimbulkan dapat parah hingga
menimbulkan dehidrasi.
 Penyebab Kolera
Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Bakteri kolera hidup di
alam bebas, terutama di lingkungan perairan seperti sungai, danau, atau sumur.
Sumber penyebaran utama bakteri kolera adalah air dan makanan yang
terkontaminasi bakteri kolera.
 Bakteri kolera dapat masuk bersama makanan jika makanan tersebut tidak
dibersihkan dan dimasak dengan baik sebelum dimakan. Contoh jenis makanan
yang dapat menjadi sarana penyebaran bakteri kolera adalah:
 Makanan laut seperti kerang dan ikan.
 Sayuran dan buah-buahan.
 Biji-bijian seperti beras dan gandum.
 Meskipun di dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi sehari-hari
terdapat bakteri kolera, orang yang mengonsumsi makanan tersebut tidak
langsung terkena penyakit kolera. Dibutuhkan bakteri kolera dalam jumlah yang
banyak di dalam makanan atau minuman untuk membuat seseorang terkena
penyakit kolera.
 Ketika infeksi bakteri kolera terjadi, bakteri akan berkembang biak di dalam usus
kecil. Perkembangbiakan bakteri kolera ini akan mengganggu pencernaan
manusia dengan cara mengganggu penyerapan air dan mineral. Gangguan ini
menyebabkan seseorang mengalami diare, yang menjadi gejala utama penyakit
kolera.
Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di atas, ada juga
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit bakteri kolera, yaitu:
 Hidup di lingkungan yang tidak bersih.
 Tinggal serumah dengan penderita kolera.
 Bergolongan darah O.
Perlu diingat, meskipun tinggal serumah dengan penderita kolera dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kolera, penyakit kolera tidak
menular dari orang ke orang secara langsung. Hal ini dikarenakan bakteri kolera
tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan, kecuali bersama makanan atau
air.
 Gejala Kolera
Gejala utama penyakit kolera adalah diare. Diare yang terjadi akibat kolera dapat
dikenali dari tinja penderita yang cair dan berwarna pucat keputihan seperti susu
atau air cucian beras. Beberapa penderita kolera mengalami diare parah, berkali-
kali, hingga kehilangan cairan tubuh dengan cepat (dehidrasi).
 Selain diare, gejala lain yang dapat dirasakan penderita kolera adalah:
 Mual
 Muntah
 Kram perut
Gejala kolera pada anak-anak seringkali lebih berat dibandingkan dengan dewasa.
Anak-anak yang terkena kolera lebih rentan terkena gula darah rendah
(hipoglikemia) yang bisa menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
 Kapan harus ke dokter
Kolera dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Segera temui dokter
jika mengalami gejala dehidrasi untuk mendapatkan penanganan lanjutan yang
tepat. Gejala-gejala dehidrasi akibat kolera yang harus diperhatikan antara lain:
 Mulut terasa kering
 Merasa sangat haus
 Tubuh terasa lesu
 Mudah marah
 Jantung berdebar
 Mata tampak cekung
 Kulit berkerut dan kering
 Urine yang keluar hanya sedikit atau bahkan tidak ada
Anak-anak yang menderita kolera lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding
orang dewasa. Oleh karena itu, segera temui dokter jika anak Anda mengalami
gejala-gejala berikut ini:
 Diare yang tidak kunjung sembuh setelah 24 jam.
 Demam tinggi diatas 39 C
 Popok bayi tidak basah 3-4 jam setelah diganti.
 Tinja berwarna hitam atau mengandung darah.
 Terlihat lemas dan mengantuk.
 Mulut atau lidah kering.
 Pipi, perut, dan mata terlihat cekung.
 Diagnosis Kolera
Sebagai langkah awal, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait gejala yang
dialami penderita dan penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Dokter juga
akan menanyakan mengenai kesehatan anggota keluarga dan kondisi lingkungan
tempat penderita tinggal, makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes lanjutan.
Tes lanjutan dilakukan dengan mengambil sampel tinja untuk dicek di
laboratorium, guna menemukan adanya bakteri kolera di dalam tinja.
 Pengobatan Kolera
Penanganan utama untuk penderita kolera adalah mencegah dehidrasi. Dokter
akan memberikan larutan oralit untuk mengganti cairan serta ion mineral di
dalam tubuh. Bila penderita terus muntah-muntah sehingga tidak bisa minum,
penderita perlu dirawat dan diberikan cairan infus.
Selain mempertahankan cairan tubuh, dokter dapat memberikan obat-obatan
lain untuk mengatasi kolera, yaitu:
 Obat antibiotik
Untuk mengurangi jumlah bakteri sekaligus mempercepat penyembuhan
diare, dokter akan memberikan antibiotik, seperti tetracycline, doxycycline,
ciprofloxacin, erythromycin, atau azithromycin.
 Suplemen zinc
 Zinc (seng) juga sering diberikan untuk mempercepat penyembuhan diare
pada anak-anak.
 Komplikasi Kolera
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar akibat kolera bisa berakibat
fatal. Dehidrasi berat hingga syok dan merupakan komplikasi kolera yang paling
berbahaya. Selain itu, ada komplikasi lain yang bisa muncul akibat kolera, yaitu:
 Gagal ginjal.
 Hipokalemia, atau kekurangan kalium.
 Hipoglikemia, atau rendahnya kadar gula darah.
 Pencegahan Kolera
Risiko terjangkit kolera dapat diminimalkan dengan menjaga kebersihan diri,
misalnya dengan rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun,
terutama sebelum makan dan setelah dari toilet.
Selain kebersihan diri, kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi juga
perlu diperhatikan. Caranya adalah dengan:
 Tidak membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya
 Tidak mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang
 Tidak mengonsumsi susu segar yang belum diolah
 Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga mendidih
 Mencuci bersih sayur dan buah sebelum dimakan
 Agar lebih terlindungi dari penyakit ini, Anda bisa menjalani vaksinasi kolera,
terutama bila Anda tinggal di daerah yang banyak kasus kolera. Vaksin kolera
diminum 2 kali dengan jarak waktu 7 hari sampai dengan 6 minggu, untuk
memberikan perlindungan selama 2 tahun.
 Kodefikasinya :
= cholera (A00.9)
(A00.9)
6. Tifus
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhii. Tifus dapat menular
dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah
terkontaminasi tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhii.
 Penyebab Tifus
Sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses air bersih, diyakini merupakan
penyebab utama berkembangnya penyakit tipes. Selain itu, anak-anak lebih
sering terserang tifus karena belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang
akan meninggal karena tifus. Selain itu, tifus juga berisiko menimbulkan
komplikasi.
 Gejala Tifus
Secara umum, berikut ini adalah gejala-gejala penyakit tipes:
Demam yang meningkat secara bertahap tiap hari hingga mencapai 39°C–40°C
dan biasanya akan lebih tinggi pada malam hari
 Nyeri otot
 Sakit kepala
 Merasa tidak enak badan
 Sakit perut
 Berat badan menurun
 Pengobatan Tifus
Penanganan penyakit tifus dilakukan dengan pemberian obat antibiotik.
Pengobatan bisa dilakukan di rumah atau perlu dilakukan di rumah sakit.
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit tipes yang
dialami pasien.
 Vaksinasi Tifoid
Salah satu langkah untuk mencegah penyakit tipes adalah dengan vaksinasi tifoid.
Di Indonesia, vaksin tifoid termasuk imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah,
namun belum termasuk ke dalam kategori wajib. Vaksin tifoid diberikan kepada
anak-anak berusia lebih dari 2 tahun, dan diulang tiap 3 tahun.
Seperti vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak menjamin perlindungan 100%
terhadap infeksi tifus. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi,
namun infeksinya tidak seberat pada pasien yang belum mendapat vaksin tifoid.
 Kodefikasinya
= typus(fever) (A75.9)
(A75.9) typus fever, unspecified

C. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH PROTOZOA


1. Amoebiasis
Amoebiasis merupakan suatu kondisi infeksi akibat parasit pada usus yang
disebabkan oleh protozoa Entamoeba histolytica.
 Penyebab Amoebiasis
Entamoeba histolytica merupakan suatu protozoa yang dapat masuk ke dalam
tubuh manusia saat seseorang mengonsumsi bentuk kista dari parasit tersebut
melalui makanan atau minuman. Selain itu, kuman ini juga dapat masuk ke dalam
tubuh melalui kontak langsung dengan feses.
Di usus besar, trofozoit dapat menggali ke dalam dinding usus, yang kemudian
menyebabkan terjadinya buang air besar cair yang disertai darah, radang usus, dan
kerusakan jaringan. Orang yang terinfeksi lalu dapat menyebarkan penyakit
tersebut dengan kista baru yang keluar ke lingkungan melalui feses.
Orang yang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami amebiasis adalah:
 Orang yang berkunjung ke lokasi tropis dengan fasilitas sanitasi yang kurang
memadai
 Orang yang tinggal di institusi dengan fasilitas sanitasi yang kurang memadai
 Orang yang melakukan hubungan seksual anal
 Orang dengan penurunan fungsi sistem daya tahan tubuh atau berbagai
kondisi kesehatan lainnya
 Gejala Amebiasis
Tanda dan gejala dari amebiasis dapat tampak sekitar 1 hingga 4 minggu setelah
kista tertelan. Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
hanya sekitar 10 hingga 20 persen dari orang dengan amebiasis menunjukkan
tanda dan gejala yang jelas. Tanda dan gejala pada tahap tersebut umumnya ringan
dan dapat diamati sebagai buang air besar yang cair serta kram pada perut.
Pada saat trofozoit telah menembus dinding usus, mereka dapat masuk ke aliran
darah dan menuju berbagai organ internal. Beberapa organ yang dapat dijangkau
mencakup hati, jantung, paru-paru, otak, serta berbagai organ lainnya.
Bila trofozoit menginvasi organ internal, kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya:
 Abses
 Infeksi
 Penyakit yang berat
 Kematian
 Bila parasit menginvasi lapisan permukaan dari usus, kondisi ini dapat
menyebabkan penyakit yang disebut sebagai disentri amuba. Disentri amuba
merupakan bentuk yang lebih berat dari amebiasis, di mana didapatkan buang
air besar yang cair dan disertai darah serta kram perut yang berat.
Hati merupakan salah satu organ yang dapat terlibat pada amebiasis. Tanda dan
gejala dari penyakit hati akibat amuba dapat mencakup demam dan rasa nyeri
pada perut bagian kanan atas.
 Diagnosis Amebiasis
Dokter dapat mencurigai terdapatnya amebiasis setelah bertanya mengenai
tanda dan gejala yang dialami serta riwayat kesehatan dan bepergian pada
seorang orang. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
untuk mendeteksi terdapatnya Entamoeba histolytica, di mana diambil sampel
feses selama beberapa hari untuk diamati adanya kista dari parasit tersebut.
 Penanganan Amebiasis
Penanganan pada amebiasis yang tanpa komplikasi umumnya mencakup
konsumsi pengobatan anti-parasit secara oral, yang dapat dilakukan selama
sepuluh hari. Selain itu, dokter juga dapat meresepkan pengobatan untuk
mengatasi keluhan lain yang dialami oleh pasien, seperti obat anti-mual, anti-
diare, dan anti-nyeri, apabila dibutuhkan..
 Pencegahan Amebiasis
Sanitasi yang baik merupakan kunci dari pencegahan amebiasis. Secara umum,
mencuci tangan secara saksama menggunakan sabun dan air sebelum dan setelah
ke kamar kecil dan sebelum menyentuh makanan sangat disarankan.
Pada orang yang akan berkunjung ke tempat di mana amebiasis cukup sering
terjadi, juga disarankan untuk mencuci buah dan sayur dengan saksama sebelum
mengonsumsinya, memastikan kualitas air yang dikonsumsi, dan menghindari
konsumsi makanan yang status kebersihannya tidak diketahui.
 Kodefikasinya :
= amebiasis (A06.9)
(A06.9) Amoebiasi , unspecified

2. Toksoplasmosis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit jenis protozoa dari kelas Toxoplasmea. Infeksi
parasit ini menyebabkan peradangan bada beberapa oran tubuh seperti kulit, kelenjar
getah bening, jantung, paru-paru, bahkan otak dan selaput otak.
 Gejalanya :
Gejala yang timbul antara lain:
 pembesaran kelenjar getah bening di leher berukuran < 3 cm dan tidak
nyeri
 demam, rasa tidak enak badan, keringat malam, dan pegal – pegal, dapat
disertai nyeri tenggorokan
 nyeri perut akibat pembesaran kelenjar getah bening di sekitar usus
 bintik – bintik merah pada kulit.
Pada orang dengan gangguan imun (AIDS, kanker, orang dengan konsumsi obat
penekan sistem imun), gejala dapat berupa:
 kejang, gangguan keseimbangan, kelumpuhan sebelah anggota gerak,
gangguan saraf, gangguan kesadaran, nyeri kepala (toksoplasmosis otak)
 gangguan penglihatan berupa pandangan buram, nyeri mata, silau, mata
merah, gelap pada sebagian lapang pandang (retinochoroiditis)
 batuk, sesak, nyeri dada, demam (penumonitis toksoplasma)
 pembesaran kelenjar getah bening.
Pada bayi dengan toksoplasmosis turunan, gejala berupa kepala yang besar
(hidrosefalus) atau sangat kecil (mikrosefalus), pengkapuran pada otak, dan
gangguan penglihatan.
 Penularannya
Toxoplasma gondii mempunyai inang mutlak, yaitu kucing. Kucing dapat terinfeksi
oleh T. gondii akibat memakan daging mentah yang terkontaminasi, burung liar,
atau tikus. T. gondii kemudian berkembang biak dalam usus kucing dan ikut keluar
bersama feses kucing. Feses yang mengandung parasit ini dapat mencemari tanah
dan air. Manusia dapat terinfeksi saat berkontak dengan tanah atau feses kucing
tersebut atau melalui konsumsi air / makanan yang terkontaminasi. Ibu hamil yang
menderita toksoplasmosis dapat menularkan penyakit ini pada janin yang
dikandungnya. Adapun beberapa cara lain penularan penyakit ini diantaranya :
 Melalui tinja kucing atau kotoran hewan perantara lain yang terkontaminasi
ookista toxoplasma.
 Kontak langsung kulit dengan hewanperantara yang terluka.
 Penularan dari ibu hamil kepada bayi yang masih dikandungnya.
 Penanganannya
 Pada penderita tanpa gangguan imun, pengobatan cukup secara rawat
jalan, sedangkan pada penderita gangguan imun mungkin perlu dirawat
inap untuk beberapa hari. Obat anti-parasit pilihan adalah obat tablet
kombinasi pyrimethamine dan sulfadiazine (atau clindamycin) selama 6
minggu, ditambah dengan asam folat.
Pengobatan toksoplasmosis pada ibu hamil adalah spiramisin selama 3 minggu
diikuti dengan pyrimetamine – sulfadiazine selama 3 minggu; atau dengan
pyrimetamine dan sulfadiazine sampai waktu melahirkan.
Adapun cara – cara lain dalam penanganan penyakit ini diantaranya :
 Memasak makanan dan minuman dengan sempurna
 Mengobati atau menghindari hewan perantara yang sakit
 Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar
 Kodefikasinya
= toxoplasma , toxoplasmosis (B58.9)
B58.9 Toxoplasmosis , unspecified

D. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH JAMUR


1. Tinea Pedis (Kutu air)
penyakit yang juga dikenal dengan istilah athlete’s foot. Penyakit ini
menyebabkan munculnya kerak, kulit yang bersisik/berkerak atau
melepuh, serta rasa gatal pada area kaki yang terinfeksi.
 Penyebab Tinea Pedis
Tinea pedis umumnya disebabkan oleh jamur dari genus trichophyton,
yakni jamur epidermophyton floccosum, T. mentagrophytes, T.
rubrum, dan T. tonsurans. Jamur dapat menginfeksi kaki melalui
berbagai cara. Tempat-tempat atau fasilitas umum yang berada di
lokasi yang lembap merupakan tempat jamur-jamur ini berkembang
biak, menjadikan orang-orang yang tinggal di lokasi seperti ini memiliki
risiko terinfeksi jamur.
 Gejala Tinea Pedis

Untuk mengenali gejala jika terserang tinea pedis, kamu wajib mengetahui
juga beberapa klasifikasi yang dimiliki oleh kondisi ini. Klasifikasi tinea
pedis yang berbeda bisa memiliki gejala yang berbeda juga, seperti:

 Interdigital tinea pedis, biasanya menginfeksi daerah lembut antara


jari-jari kaki. Infeksi ini dapat menimbulkan gejala berupa gatal,
kemerahan, atau peradangan kulit di antara jari-jari kaki yang
terlihat selalu tampak basah.
 Chronic hyperkeratotic tinea pedis, merupakan kondisi telapak kaki
kemerahan dengan kerak yang kronis pada pengidap tinea pedis.
Pengidap infeksi jamur ini dapat merasakan gatal atau tidak
merasakan gejala sama sekali. Kerak terdiri atas tumpukan-
tumpukan sel kulit dan tampak berwarna putih.
 Acute ulcerative tinea pedis, adalah kondisi munculnya bintik-bintik
berisi nanah dan lepuhan-lepuhan berisi cairan yang berkembang
cepat disertai dengan adanya luka dan erosi pada kulit. Kondisi ini
umumnya terjadi pada ruang antar jari. Selain itu, bisa juga terjadi
infeksi jaringan lunak dan pembuluh limfe di sekitar lesi.
 Vesiculobullous athlete’s foot. Gejala yang dapat ditimbulkan oleh
penyakit ini adalah kulit yang melepuh atau adanya kantung
berongga (bula) pada lapisan kulit yang memerah di area telapak
kaki.
 Jamur yang menyebabkan tinea pedis umumnya mendiami lapisan
kulit mati dan menghancurkan protein berserat bernama keratin,
sehingga dalam prosesnya dapat menimbulkan gejala-gejala seperti
di atas. Temui dokter untuk mengetahui jenis infeksi apa yang
menyerang serta untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
 Diagnosis Tinea Pedis
Untuk mendiagnosos penyakit ini sebetulnya cukup sederhama.
Dokter hanya akan mengajukan beberapa pertanyaan terjait faktor
terkait risiko dan mengamati gejala yang muncul di kakimu. Namun,
untuk lebih memastikannya, dokter bisa melakukan tes kerokan kulit,
dengan mengambil sampel dari kulut yang terinfeksi. Sampel yang
telah diambil ini kemudian akan diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
 Pengobatan Tinea Pedis
Sekitar seper tiga kasus tinea pedis sembuh tanpa obat. Namun,
pemberian obat topikal antijamur pada kulit dapat sangat membantu
meredakan infeksi. Beberapa pengobatan alami juga dapat dilakukan di
rumah, seperti rajin mencuci kaki, begitu juga dengan menjaga
kebersihan kaos kaki dan sepatu. Hindari iklim lembap dalam ruangan
penyimpanan sepatu dan tambahkan larutan pemutih untuk mencuci
kaos kaki atau sepatu. Sepatu yang sudah terinfeksi sebaiknya tidak
digunakan lagi untuk mencegah kaki terinfeksi kembali saat
menggunakan sepatu tersebut.
Usahakan juga agar kaki selalu berada dalam keadaan kering dan bersih
selama dalam masa pengobatan. Oleskan obat topikal sesuai anjuran
dokter untuk mencegah infeksi datang kembali atau menyebar ke
bagian tubuh lainnya. Beberapa infeksi jamur yang parah dapat
memerlukan obat topikal tambahan atau obat antijamur oral. Obat-
obatan dapat terus digunakan selama 2-6 minggu atau lebih.
2. Tinea Unguium (Jamur Kuku)
infeksi jamur yang terjadi pada kuku tangan maupun kuku kaki. Kondisi
yang juga dikenal dengan nama tinea unguium atau onkomikosis ini
dapat dialami oleh siapa saja, terutama lansia. Umumnya, jamur kuku
bukanlah kondisi yang berbahaya.
 Penyebab Jamur Kuku
Penyebab jamur kuku atau onkomikosis adalah infeksi jamur. Jamur
yang menyebabkan infeksi umumnya adalah jamur dermatofit.
Terdapat beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih rentan
terkena jamur kuku.
Salah satu faktor risikonya adalah pertambahan usia. Jamur kuku lebih
rentan terjadi pada lansia sebab kuku lansia cenderung rapuh dan
kering. Hal ini menyebabkan kuku mudah retak, sehingga dapat
dimasuki oleh jamur.
Selain karena faktor usia, ada beberapa faktor lain yang dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena jamur kuku, yaitu:
 Sirkulasi darah yang buruk, misalnya pada penyakit arteri perifer.
 Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita
HIV/AIDS atau diabetes.
 Berkeringat banyak.
 Menderita kutu air.
 Menderita psoriasis, karena sering mengalami luka pada kulit di
sekitar kuku.
 Sering berjalan tanpa alas kaki di tempat yang lembab dan penuh
kerumunan orang, seperti di kamar mandi umum atau area
sekitar kolam renang.
 Memiliki pekerjaan atau hobi yang sering bersentuhan dengan air.
 Gejala Jamur Kuku
Jamur kuku atau tinea unguium dapat menyerang kuku tangan, namun
kondisi ini lebih sering muncul pada kuku kaki. Beberapa kelainan pada
kuku di bawah ini bisa menandakan adanya jamur kuku:
 Kuku menebal.
 Muncul bintik-bintik putih pada kuku.
 Kuku berubah warna menjadi putih, kuning kecoklatan, atau
kehitaman.
 Kuku menjadi kasar dan rapuh.
 Kuku terpisah dengan kulit jari tempatnya menempel.
 Timbul bau yang tidak sedap pada kuku.
 Kapan harus ke dokter
Bila timbul kelainan pada kuku seperti yang telah disebutkan di atas,
konsultasikan dengan dokter kulit untuk mendapatkan pengobatan.
Pengobatan jamur kuku membutuhkan waktu yang lama. Selama
pengobatan, pasien perlu terus kontrol ke dokter untuk mengetahui
perkembangan penyakit dan mengevaluasi pengobatan.
Penderita diabetes perlu rutin berobat ke dokter untuk mencegah
komplikasi diabetes lebih lanjut, seperti infeksi jamur kuku.

 Diagnosis Jamur Kuku


Dari kelainan kuku yang muncul, dokter akan melakukan pemeriksaan
kuku untuk mendiagnosis jamur kuku. Dokter juga akan melakukan
pemeriksaan penunjang kerokan kuku untuk memastikan diagnosis.
Sampel kerokan kuku tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk
diteliti lebih lanjut.
 Pengobatan Jamur Kuku
Jenis dan lamanya pengobatan jamur kuku dapat berbeda-beda,
tergantung seberapa parah infeksi jamur kuku dan kondisi kesehatan
pasien secara keseluruhan. Untuk mengobati jamur kuku, dokter dapat
meresepkan obat antijamur dalam bentuk:
 Obat pelapis kuku
 Dokter dapat memberikan ciclopirox yang berbentuk seperti kuteks.
Obat pelapis kuku ini digunakan dengan cara dioleskan pada kuku
dan kulit di sekitarnya, satu kali sehari.
Setiap 7 hari pasien perlu membersihkan lapisan kuku tersebut dengan
alkohol sebelum melapisinya lagi dengan ciclopirox. Jika diperlukan,
obat pelapis kuku ini dapat digunakan setiap hari selama setahun
sesuai anjuran dokter.
 Obat krim kuku
Dokter dapat memberikan krim antijamur untuk dioleskan. Namun
sebelum mengoleskan krim antijamur, penderita perlu menipiskan
kuku terlebih dahulu dengan losion khusus ataupun dengan kikir kuku.
Kuku juga perlu direndam dulu agar lunak.
 Obat oral antijamur
Obat antijamur yang diminum dapat menyembuhkan infeksi lebih
cepat daripada obat oles. Contoh obat ini adalah terbinafine dan
itraconazole. Obat antijamur diminum selama 6-12 minggu, namun
dibutuhkan waktu lebih dari 4 bulan hingga kondisi kuku kembali
normal.
Pengobatan jamur kuku dapat berlangsung lama, hingga beberapa
bulan. Walaupun kondisinya sudah membaik, tidak menutup
kemungkinan infeksi jamur kuku dapat berulang.
Selain hanya dengan obat-obatan, pengobatan jamur kuku dapat
dikombinasikan dengan pembedahan. Dokter akan mengangkat kuku
yang bermasalah terlebih dahulu, sehingga obat antijamur dapat
dioleskan langsung ke bagian bawah kuku yang terinfeksi. Selain itu,
bila infeksinya semakin parah, dokter juga dapat merekomendasikan
untuk menghilangkan kuku secara permanen.
 Komplikasi Jamur Kuku
Jamur kuku yang sudah parah dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada kuku. Kerusakan itu dapat menyebabkan infeksi serius
yang bisa menyebar ke kulit kaki atau tangan (selulitis), terutama jika
penderitanya memiliki daya tahan tubuh yang melemah, misalnya
akibat penggunaan obat-obatan imunosupresan dan diabetes.
 Pencegahan Jamur Kuku
Karena lebih berisiko mengalami infeksi jamur, penderita diabetes
perlu lebih sering memeriksa kakinya untuk melihat apakah ada luka,
robek, atau perubahan pada kuku. Selain itu, ada beberapa langkah
yang dapat dilakukan penderita diabetes untuk mencegah jamur kuku,
antara lain:
 Rutin berolahraga
 Mengonsumsi makanan sehat
 Minum sesuai dengan resep dokter
 Rutin memeriksa kadar gula darah
Untuk mencegah kembalinya infeksi jamur kuku, Anda bisa melakukan
beberapa langkah di bawah ini:
 Rutin mencuci tangan dan kaki. Jangan lupa untuk segera cuci
tangan bila menyentuh kuku yang terinfeksi dan gunakan
pelembab pada kuku.
 Potong kuku dengan rata, haluskan tepi kuku dan dan daerah
kuku yang menebal dengan kikir. Setelah selesai, cuci gunting
kuku sampai bersih.
 Hindari berbagi penggunaan barang pribadi, seperti handuk,
sepatu, atau gunting kuku, dengan orang lain.
 Buang sepatu yang sudah usang, serta taburkan desinfektan atau
bubuk antijamur ke sepatu yang sudah lama tidak dipakai.
 Gunakan kaos kaki yang menyerap keringat dan ganti kaus kaki
setiap hari.
 Hindari telanjang kaki di ruang publik, seperti ruang ganti umum
atau area kolam renang.
 Hindari menggunakan kuteks atau kuku palsu.
 Pilih salon kuku yang menggunakan alat manikur yang disterilisasi.

3. Panu
Panu adalah infeksi pada kulit yang ditandai dengan munculnya bercak
putih hingga cokelat yang bersisik halus. Penyakit ini sering ditemukan
pada daerah tropis dan subtropis yang bersuhu hangat dan lembap.
Orang dari semua umur bisa terkena panu, terutama remaja.
 Diagnosis Panu
Untuk mendiagnosis panu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada
bercak yang bersisik. Selain itu, ada juga pemeriksaan mikroskopis
terhadap sampel kerokan sisik halus.
 Gejala Panu
Gejala yang ditimbulkan dari panu antara lain:
 Bercak yang berwarna lebih muda dari warna kulit sekitarnya
pada orang dengan kulit berwarna, atau tampak sebagai bercak
lebih gelap pada orang dengan kulit pucat.
 Bentuknya bulat atau tidak beraturan, dapat berbatas tegas atau
tidak tegas.
 Jika diraba, terasa ada sisik halus dan tipis.
 Bercak panu sering ditemukan pada kepala, muka, leher, bagian
atas dada, ketiak, lengan, perut, lipat paha, dan kaki. Biasanya
muncul pada daerah yang tertutup pakaian dan bersifat lembap.
 Di samping itu, panu juga bisa menyebabkan gatal- gatal ringan,
terutama saat berkeringat.
 Pengobatan Panu
Panu termasuk penyakit yang mudah kambuh. Oleh karena itu,
pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan panu tersedia dalam bentuk obat oles berupa krim, salep,
lotion, dan sampo. Anda dapat membeli obat oles yang dijual bebas di
apotek atau swalayan. Sebelum menggunakan obat, cuci dan keringkan
dahulu daerah panu. Oleskan obat secara tipis sebanyak 1- 2 kali
sehari, selama 2 minggu.
Sampo untuk panu harus mengandung selenium sulfida 1.8%.
Gosokkan sampo pada bercak panu dan diamkan selama 5- 10 menit
sebelum dibilas dengan air. Gunakan 2- 3 kali seminggu.
Bila pengobatan topikal tidak berhasil, obat minum bisa diberikan.
Umumnya obat minum perlu dikonsumsi setiap hari selama minimal 5-
10 hari, bergantung pada jenis obat. Jika panu tidak kunjung membaik
atau bahkan memberat, sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter
spesialis kulit.
 Penyebab Panu
Panu disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Jamur ini sebenarnya
dapat ditemukan pada kulit yang sehat. Namun, baru menyebabkan
infeksi bila tumbuh secara berlebihan. Pemicu tumbuhnya jamur secara
berlebihan antara lain:
 Kulit yang berkeringat dan berminyak
 Cuaca yang panas dan lembap
 Berusia remaja atau awal 20-an
 Mengalami penurunan sistem imun tubuh

E. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH KUTU
1. Lyme disease
merupakan penyakit yang penyebarannya melalui kutu. Melansir
Center for Disease Control and Prevention, kutu-kutu penyebar lyme
disease merupakan kutu yang sudah terinfeksi bakteri borrelia
burgdorferi atau borrelia mayonii.
 Gejala lyme disease
Beberapa tanda gejala awal berkisar 3 hingga 30 hari setelah digigit,
di antaranya demam, kedinginan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot,
dan persendian serta pembengkakan kelenjar getah bening dapat
terjadi jika tidak ada ruam.
Selain itu, muncul ruam Eritema Migrans (ruam EM):
 Terjadi sekitar 70-80 persen orang yang terinfeksi.
 Dimulai di lokasi gigitan kutu yang muncul dalam jangka waktu
3-30 hari.
 Melebar secara bertahap selama beberapa hari hingga
mencapai 12 inci atau sekitar 30 cm
 Terasa hangat saat disentuh tapi jarang gatal ataupun
menyakitkan Kadang-kadang membentuk seperti mata ikan
saat membesar. Dapat muncul di seluruh area tubuh.
Tanda selanjutnya, beberapa hari hingga bulan setelah gigitan kutu:
Sakit kepala parah dan kekakuan leher
 Ruam EM tambahan pada area lain dari tubuh
 Facial palsy (kehilangan tonus otot atau terkulai di satu atau
kedua sisi wajah)
 Arthritis dengan nyeri sendi yang parah dan pembengkakan,
terutama lutut dan sendi besar lainnya.
 Nyeri intermiten pada tendon, otot, sendi, dan tulang
 Jantung berdebar atau jantung berdetak tidak teratur ( Lyme
carditis )
 Pusing atau sesak napas
 Peradangan otak dan
 sumsum tulang belakang
 Sakit syaraf
 Mati rasa, atau kesemutan di tangan atau kaki
 Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit lyme atau lyme
disease. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan:
 Menjaga kebersihan hewan peliharaan
 Bersihkan pakaian dan perlengkapan seusai dari luar seperti
hutan atau semak-semak
 Menggunakan lotion anti serangga saat berada di luar
 Hindari kontak dengan kutu seperti menghindari berjalan
di semak-semak dan memilih berjalan di jalan setapak
 Segera mandi setelah berada di luar ruangan.

2. Scabies
penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei.
Scabies pada anak dapat menyebabkan kulitnya sangat gatal
dan luka akibat digaruk. Penyakit ini mudah sekali menular dan
perlu segera diobati.
 Gejala Scabies pada Anak
Ketika tertular, kutu penyebab scabies akan masuk ke dalam lapisan kulit untuk
hidup dan berkembang biak. Kotoran, air liur, dan telur yang mereka tinggalkan di
kulit akan menimbulkan berbagai gejala alergi, seperti:
 Gatal parah yang biasanya memburuk pada malam hari atau setelah
mandi air panas. Jika digaruk, akan terbentuk luka dan keropeng, serta
berisiko menyebabkan infeksi bakteri di kulit.
 Bentol-bentol atau lepuhan pada kulit tempat kutu bersembunyi.
 Kulit kemerahan dan muncul ruam.
 Kulit bersisik atau berkerak.
 Berbagai gejala tersebut baru akan muncul 4-6 minggu setelah kutu
penyebab scabies menyerang kulit anak.
 Pada anak umur 2 tahun ke atas, bentol kecil scabies biasanya muncul di
tangan, sela-sela jari, pergelangan tangan, pinggang, paha, pusar, daerah
selangkangan, dan ketiak. Sedangkan pada anak di bawah usia 2 tahun,
benjolan biasanya tumbuh di kepala, leher, telapak tangan, dan telapak
kaki.
 Mengobati Scabies pada Anak
Jika Si Kecil menunjukkan gejala scabies, segeralah bawa ke dokter untuk
menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan scabies.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melihat kondisi kulit Si Kecil untuk
menemukan tanda-tanda scabies. Bila perlu, dokter akan memeriksa sampel
kulitnya dengan mikroskop untuk mencari kutu scabies.
Jika Si Kecil sudah dipastikan menderita scabies, dokter akan meresepkan obat
berupa:
 Krim dan losion yang mengandung permethrin, lindane, sulfur, atau
crotamiton.
 Obat antihistamin luntuk membantu meringankan rasa gatal.
 Obat ivermectin untuk scabies yang luas dan berat.
 Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri pada kulit Si Kecil.
 Pengobatan scabies pada anak membutuhkan waktu kurang lebih 4-6
minggu, sampai penyakit ini sembuh dan gejalanya hilang. Oleh karena itu,
Ayah dan Bunda perlu bersabar dalam merawat anak dengan scabies, dan
jangan menghentikan pengobatan tanpa anjuran dokter.
 Selain pengobatan dari dokter, lakukan juga langkah-langkah berikut ini untuk
mengatasi scabies pada anak:

 Periksakan semua orang yang tinggal serumah dengan anak ke dokter agar
dapat diobati. Hal ini untuk mencegah scabies kambuh kembali.
 Mandikan Si Kecil dalam waktu 8-12 jam setelah ia diberikan obat oles
pembasmi kutu.
 Jangan mengoleskan salep pada mata, hidung dan mulut Si Kecil, kecuali jika
dianjurkan oleh dokter.
 Mandikan Si Kecil dengan air hangat.
 Cuci pakaian, handuk, boneka, dan alas tidur dengan air panas (setidaknya
pada suhu 60°C) untuk membunuh kutu dan telurnya. Untuk barang-barang
yang tidak dapat dicuci, masukkan ke dalam freezer atau wadah kedap udara
selama beberapa hari.
 Setrika pakaian, alas tidur, dan handuk Si Kecil.
 Jemur selimut, bantal, dan guling selama beberapa hari di bawah sinar
matahari untuk mematikan kutu.
 Potong kuku Si Kecil untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh garukan.

 Kodefikasinya :
= scabies ( B86,hal 585)
(B86, hal 159) [ Scabies]

Anda mungkin juga menyukai