Chikungunya disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus. Nyamuk tersebut mendapatkan virus chikungunya saat
menggigit seseorang yang telah terinfeksi sebelumnya. Penularan virus terjadi
bila orang lain digigit oleh nyamuk pembawa virus tadi. Perlu diketahui bahwa
virus chikungunya tidak menyebar secara langsung dari orang ke orang.
Gejala Chikungunya
Pada beberapa kasus, chikungunya tidak menimbulkan gejala apa pun. Akan
tetapi, umumnya penderita chikungunya mengalami gejala, seperti:
Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk
pembawa virus. Pada umumnya, penderita akan membaik dalam seminggu. Tapi
pada sebagian penderita, nyeri sendi dapat berlangsung hingga berbulan-bulan.
Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian, gejala chikungunya yang parah
dapat menyebabkan kelumpuhan sementara.
Diagnosis Chikungunya
Gejala chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dan virus zika. Oleh
karena itu, seseorang yang mengalami gejala di atas disarankan untuk segera
memeriksakan diri ke dokter, agar dapat diberikan penanganan yang tepat.
Pengobatan Chikungunya
Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya, karena
penderita akan sembuh dengan sendirinya. Dalam banyak kasus, gejala akan
mereda dalam seminggu. Meski demikian, nyeri sendi dapat berlangsung hingga
beberapa bulan. Dokter akan meresepkan obat antiradang atau obat flu tulang,
seperti paracetamol atau ibuprofen guna meredakan nyeri sendi dan demam. Di
samping itu, pasien juga akan disarankan banyak minum dan istirahat yang
cukup.
Pencegahan Chikungunya
Kodefikasi penyakitnya :
= fever
- Chikungunya A92.2
(A92.2) venezualen aquien fever
4. Campak
Munculnya ruam kemerahan di seluruh tubuh akibat infeksi virus. Campak
merupakan penyakit menular dan dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama
pada bayi dan anak-anak.
Gejala Campak
Penderita campak awalnya mengalami gejala berupa batuk, pilek, dan demam.
Kemudian sering kali muncul bercak keputihan di mulut, diikuti timbulnya ruam
kemerahan di wajah. Seiring waktu, ruam bisa menyebar ke hampir seluruh bagian
tubuh.
Gejala campak akan mereda secara bertahap tanpa pengobatan khusus, dan
hilang kira-kira 10 hari setelah terinfeksi virus.
Pengobatan Campak
Campak dapat sembuh sendiri secara bertahap dalam beberapa hari. Namun
untuk membantu meredakan gejala, penderita bisa banyak minum air putih dan
minum obat pereda nyeri. Asupan suplemen vitamin A juga bisa membantu
meredakan gejala.
Komplikasi Campak
Campak bisa menyebabkan kondisi serius, seperti radang telinga, paru-paru basah,
dan infeksi atau radang otak. Sedangkan pada ibu hamil, campak bisa
menyebabkan kelahiran prematur hingga keguguran.
Pencegahan Campak
Campak bisa dicegah dengan pemberian vaksin campak dan dilanjutkan dengan
vaksin gabungan untuk campak, gondongan, dan rubella (vaksin MMR). Pemberian
vaksinasi harus sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh dokter.
Selain imunisasi, penderita campak disarankan tetap di rumah sampai gejala
mereda, guna mencegah penularan penyakit.
5. Meningitis
Peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti
otak dan saraf tulang belakang.
Gejalanya :
Dikutip dari Mayo Clinic, gejala awal radang selaput otak mirip dengan flu
(influenza). Gejalanya kemudian berkembang dalam waktu beberapa jam atau
beberapa hari.
Tanda dan gejala meningitis yang biasa muncul termasuk:
Demam dan menggigil, terutama pada bayi baru lahir dan anak-anak
Perubahan kondisi mental seperti kebingungan
Mual dan muntah
Sensitif terhadap cahaya (fotofobia)
Sakit kepala parah
Leher kaku (kaku kuduk)
Sering pingsan
Kebanyakan orang dengan meningitis virus ringan sembuh dengan sendirinya dalam
7-10 hari. Gejala awal meningitis virus mirip dengan radang selaput otak yang
disebabkan oleh bakteri. Namun, meningitis bakteri biasanya parah dan dapat
menyebabkan komplikasi serius, seperti kerusakan otak, gangguan pendengaran,
dan ketidakmampuan belajar.
Patogen (kuman) yang menyebabkan meningitis bakteri juga dapat dikaitkan dengan
penyakit serius lainnya, yaitu sepsis. Tanpa perawatan segera, sepsis dapat dengan
cepat menyebabkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, dan kematian.
Penyebabnya :
2. Difteri
Infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan. Meski tidak selalu menimbulkan gejala,
penyakit ini biasanya ditandai oleh munculnya selaput abu-abu yang melapisi
tenggorokan dan amandel.
faktor Risiko dan Penyebab Difteri
Difteri disebabkan oleh bakteri bernama Corynebacterium diphtheria, yang dapat
menyebar dari orang ke orang.
Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan
air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin. Penularan juga bisa terjadi
melalui benda yang sudah terkontaminasi air liur penderita, seperti gelas atau
sendok.
Difteri dapat dialami oleh siapa saja. Namun, risiko terserang difteri akan lebih tinggi
bila tidak mendapat vaksin difteri secara lengkap. Selain itu, difteri juga lebih
berisiko terjadi pada orang yang:
Hidup di area padat penduduk atau buruk kebersihannya.
Bepergian ke wilayah yang sedang terjadi wabah difteri.
Memiliki kekebalan tubuh yang rendah, seperti menderita AIDS.
Gejala Difteri
Selain muncul lapisan abu-abu di tenggorokan, gejala lain yang dapat muncul
meliputi:
Sakit tenggorokan
Suara serak
Batuk
Pilek
Demam
Menggigil
Lemas
Muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening
3. Sifilis
penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Gejala sifilis diawali dengan
munculnya luka yang tidak terasa sakit di area kelamin, mulut, atau dubur.
Gejala Sifilis
Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan
penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut adalah
penjelasannya:
Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh penderita.
Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau jantung.
Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan seksual
dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga bisa
menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita.
Melihat penularannya, sifilis rentan tertular pada seseorang yang sering
bergonta-ganti pasangan seksual.
Diagnosis Sifilis
Untuk mengetahui seseorang menderita sifilis, dokter akan melakukan
pemeriksaan berupa tes darah dan pengambilan cairan luka. Tes darah untuk
mengetahui adanya antibodi untuk melawan infeksi, sementara pemeriksaan
cairan luka guna mengetahui keberadaan bakteri penyebab sifilis (sipilis).
Pengobatan Sifilis
Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika tahap
awal. Sifilis dapat diatasi dengan antibiotik penisilin. Selama masa pengobatan,
penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks, sampai dokter
memastikan infeksi sudah sembuh.
Pencegahan Sifilis
Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada
1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan atau
skrining terhadap penyakit sifilis atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara rutin
pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit ini.
Kodefikasinya :
= syphilis (A53.9)
(A53.9) syphilis,unspecified
4. Gonorhoe
salah satu penyakit menular seksual. Pada pria, gonore akan menimbulkan gejala berupa
keluarnya nanah dari penis. Selain itu, penderita gonore akan merasakan perih saat
buang air kecil.
Penyebab Gonore
Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini paling
sering menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal.
Seseorang lebih mudah terkena gonore apabila sering bergonta-ganti pasangan
seks atau bekerja sebagai pekerja seks.
Gejala Gonore
Gonore dapat terjadi pada pria maupun wanita, namun gejala yang muncul pada
pria dan wanita berbeda. Gejala utama gonore yang muncul pada pria berupa
keluarnya nanah dari penis dan rasa sakit saat buang air kecil. Sedangkan pada
wanita, gonore sering kali tidak menimbulkan gejala.
Di samping itu, gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari ibunya
selama proses persalinan. Bayi yang terkena gonore akan mengalami keluhan
pada mata.
Diagnosis Gonore
Untuk mendiagnosis gonore, dokter akan menanyakan tentang aktivitas seksual
dan melakukan pemeriksaan fisik. Bila diperlukan, dokter juga akan mengambil
sampel cairan tubuh penderita, terutama cairan dari vagina, penis dan dubur.
Cairan ini akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Pengobatan Gonore
Pengobatan utama untuk penyakit gonore adalah pemberian antibiotik, karena
penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Perlu diingat bahwa tidak hanya
penderita saja yang perlu diobati, tetapi pasangan seksual dari penderita juga
perlu diobati, karena kemungkinan besar juga menderita gonore. Setelah
sembuh dari gonore, tidak tertutup kemungkinan seseorang bisa terkena gonore
lagi.
Komplikasi Gonore
Gonore yang tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan komplikasi. Wanita
lebih mudah terkena komplikasi gonore dibanding pria. Komplikasi gonore yang
dapat muncul pada pria adalah epididimitis dan luka pada saluran kencing.
Sedangkan komplikasi gonore yang dapat muncul pada wanita adalah penyakit
radang panggul dan sumbatan pada saluran telur. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya hamil anggur atau kehamilan ektopik.
Pencegahan Gonore
Penyakit ini menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral atau anal. Oleh
karena itu, cara pencegahan penyakit ini adalah melakukan hubungan intim yang
aman, yaitu dengan menggunakan kondom atau tidak bergonta-ganti pasangan.
Kodefikasinya :
= Gonorrhea (A54.9)
(A54.9) Gonococcal infection,unspecified
5. Kholera
Diare akibat infeksi bakteri yang bernama Vibrio cholerae. Penyakit ini dapat terjadi
pada orang dewasa maupun anak-anak dan diare yang ditimbulkan dapat parah hingga
menimbulkan dehidrasi.
Penyebab Kolera
Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Bakteri kolera hidup di
alam bebas, terutama di lingkungan perairan seperti sungai, danau, atau sumur.
Sumber penyebaran utama bakteri kolera adalah air dan makanan yang
terkontaminasi bakteri kolera.
Bakteri kolera dapat masuk bersama makanan jika makanan tersebut tidak
dibersihkan dan dimasak dengan baik sebelum dimakan. Contoh jenis makanan
yang dapat menjadi sarana penyebaran bakteri kolera adalah:
Makanan laut seperti kerang dan ikan.
Sayuran dan buah-buahan.
Biji-bijian seperti beras dan gandum.
Meskipun di dalam makanan atau minuman yang dikonsumsi sehari-hari
terdapat bakteri kolera, orang yang mengonsumsi makanan tersebut tidak
langsung terkena penyakit kolera. Dibutuhkan bakteri kolera dalam jumlah yang
banyak di dalam makanan atau minuman untuk membuat seseorang terkena
penyakit kolera.
Ketika infeksi bakteri kolera terjadi, bakteri akan berkembang biak di dalam usus
kecil. Perkembangbiakan bakteri kolera ini akan mengganggu pencernaan
manusia dengan cara mengganggu penyerapan air dan mineral. Gangguan ini
menyebabkan seseorang mengalami diare, yang menjadi gejala utama penyakit
kolera.
Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di atas, ada juga
beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit bakteri kolera, yaitu:
Hidup di lingkungan yang tidak bersih.
Tinggal serumah dengan penderita kolera.
Bergolongan darah O.
Perlu diingat, meskipun tinggal serumah dengan penderita kolera dapat
meningkatkan risiko seseorang untuk menderita kolera, penyakit kolera tidak
menular dari orang ke orang secara langsung. Hal ini dikarenakan bakteri kolera
tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan, kecuali bersama makanan atau
air.
Gejala Kolera
Gejala utama penyakit kolera adalah diare. Diare yang terjadi akibat kolera dapat
dikenali dari tinja penderita yang cair dan berwarna pucat keputihan seperti susu
atau air cucian beras. Beberapa penderita kolera mengalami diare parah, berkali-
kali, hingga kehilangan cairan tubuh dengan cepat (dehidrasi).
Selain diare, gejala lain yang dapat dirasakan penderita kolera adalah:
Mual
Muntah
Kram perut
Gejala kolera pada anak-anak seringkali lebih berat dibandingkan dengan dewasa.
Anak-anak yang terkena kolera lebih rentan terkena gula darah rendah
(hipoglikemia) yang bisa menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
Kapan harus ke dokter
Kolera dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Segera temui dokter
jika mengalami gejala dehidrasi untuk mendapatkan penanganan lanjutan yang
tepat. Gejala-gejala dehidrasi akibat kolera yang harus diperhatikan antara lain:
Mulut terasa kering
Merasa sangat haus
Tubuh terasa lesu
Mudah marah
Jantung berdebar
Mata tampak cekung
Kulit berkerut dan kering
Urine yang keluar hanya sedikit atau bahkan tidak ada
Anak-anak yang menderita kolera lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding
orang dewasa. Oleh karena itu, segera temui dokter jika anak Anda mengalami
gejala-gejala berikut ini:
Diare yang tidak kunjung sembuh setelah 24 jam.
Demam tinggi diatas 39 C
Popok bayi tidak basah 3-4 jam setelah diganti.
Tinja berwarna hitam atau mengandung darah.
Terlihat lemas dan mengantuk.
Mulut atau lidah kering.
Pipi, perut, dan mata terlihat cekung.
Diagnosis Kolera
Sebagai langkah awal, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait gejala yang
dialami penderita dan penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Dokter juga
akan menanyakan mengenai kesehatan anggota keluarga dan kondisi lingkungan
tempat penderita tinggal, makanan dan minuman yang dikonsumsi.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan melakukan tes lanjutan.
Tes lanjutan dilakukan dengan mengambil sampel tinja untuk dicek di
laboratorium, guna menemukan adanya bakteri kolera di dalam tinja.
Pengobatan Kolera
Penanganan utama untuk penderita kolera adalah mencegah dehidrasi. Dokter
akan memberikan larutan oralit untuk mengganti cairan serta ion mineral di
dalam tubuh. Bila penderita terus muntah-muntah sehingga tidak bisa minum,
penderita perlu dirawat dan diberikan cairan infus.
Selain mempertahankan cairan tubuh, dokter dapat memberikan obat-obatan
lain untuk mengatasi kolera, yaitu:
Obat antibiotik
Untuk mengurangi jumlah bakteri sekaligus mempercepat penyembuhan
diare, dokter akan memberikan antibiotik, seperti tetracycline, doxycycline,
ciprofloxacin, erythromycin, atau azithromycin.
Suplemen zinc
Zinc (seng) juga sering diberikan untuk mempercepat penyembuhan diare
pada anak-anak.
Komplikasi Kolera
Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar akibat kolera bisa berakibat
fatal. Dehidrasi berat hingga syok dan merupakan komplikasi kolera yang paling
berbahaya. Selain itu, ada komplikasi lain yang bisa muncul akibat kolera, yaitu:
Gagal ginjal.
Hipokalemia, atau kekurangan kalium.
Hipoglikemia, atau rendahnya kadar gula darah.
Pencegahan Kolera
Risiko terjangkit kolera dapat diminimalkan dengan menjaga kebersihan diri,
misalnya dengan rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun,
terutama sebelum makan dan setelah dari toilet.
Selain kebersihan diri, kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi juga
perlu diperhatikan. Caranya adalah dengan:
Tidak membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya
Tidak mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang
Tidak mengonsumsi susu segar yang belum diolah
Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga mendidih
Mencuci bersih sayur dan buah sebelum dimakan
Agar lebih terlindungi dari penyakit ini, Anda bisa menjalani vaksinasi kolera,
terutama bila Anda tinggal di daerah yang banyak kasus kolera. Vaksin kolera
diminum 2 kali dengan jarak waktu 7 hari sampai dengan 6 minggu, untuk
memberikan perlindungan selama 2 tahun.
Kodefikasinya :
= cholera (A00.9)
(A00.9)
6. Tifus
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhii. Tifus dapat menular
dengan cepat, umumnya melalui konsumsi makanan atau minuman yang sudah
terkontaminasi tinja yang mengandung bakteri Salmonella typhii.
Penyebab Tifus
Sanitasi yang buruk dan keterbatasan akses air bersih, diyakini merupakan
penyebab utama berkembangnya penyakit tipes. Selain itu, anak-anak lebih
sering terserang tifus karena belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh.
Jika tidak segera ditangani dengan baik, diperkirakan tiap satu dari lima orang
akan meninggal karena tifus. Selain itu, tifus juga berisiko menimbulkan
komplikasi.
Gejala Tifus
Secara umum, berikut ini adalah gejala-gejala penyakit tipes:
Demam yang meningkat secara bertahap tiap hari hingga mencapai 39°C–40°C
dan biasanya akan lebih tinggi pada malam hari
Nyeri otot
Sakit kepala
Merasa tidak enak badan
Sakit perut
Berat badan menurun
Pengobatan Tifus
Penanganan penyakit tifus dilakukan dengan pemberian obat antibiotik.
Pengobatan bisa dilakukan di rumah atau perlu dilakukan di rumah sakit.
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan penyakit tipes yang
dialami pasien.
Vaksinasi Tifoid
Salah satu langkah untuk mencegah penyakit tipes adalah dengan vaksinasi tifoid.
Di Indonesia, vaksin tifoid termasuk imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah,
namun belum termasuk ke dalam kategori wajib. Vaksin tifoid diberikan kepada
anak-anak berusia lebih dari 2 tahun, dan diulang tiap 3 tahun.
Seperti vaksin-vaksin lainnya, vaksin tifoid tidak menjamin perlindungan 100%
terhadap infeksi tifus. Anak yang sudah diimunisasi tifoid tetap dapat terinfeksi,
namun infeksinya tidak seberat pada pasien yang belum mendapat vaksin tifoid.
Kodefikasinya
= typus(fever) (A75.9)
(A75.9) typus fever, unspecified
2. Toksoplasmosis
Penyakit ini disebabkan oleh parasit jenis protozoa dari kelas Toxoplasmea. Infeksi
parasit ini menyebabkan peradangan bada beberapa oran tubuh seperti kulit, kelenjar
getah bening, jantung, paru-paru, bahkan otak dan selaput otak.
Gejalanya :
Gejala yang timbul antara lain:
pembesaran kelenjar getah bening di leher berukuran < 3 cm dan tidak
nyeri
demam, rasa tidak enak badan, keringat malam, dan pegal – pegal, dapat
disertai nyeri tenggorokan
nyeri perut akibat pembesaran kelenjar getah bening di sekitar usus
bintik – bintik merah pada kulit.
Pada orang dengan gangguan imun (AIDS, kanker, orang dengan konsumsi obat
penekan sistem imun), gejala dapat berupa:
kejang, gangguan keseimbangan, kelumpuhan sebelah anggota gerak,
gangguan saraf, gangguan kesadaran, nyeri kepala (toksoplasmosis otak)
gangguan penglihatan berupa pandangan buram, nyeri mata, silau, mata
merah, gelap pada sebagian lapang pandang (retinochoroiditis)
batuk, sesak, nyeri dada, demam (penumonitis toksoplasma)
pembesaran kelenjar getah bening.
Pada bayi dengan toksoplasmosis turunan, gejala berupa kepala yang besar
(hidrosefalus) atau sangat kecil (mikrosefalus), pengkapuran pada otak, dan
gangguan penglihatan.
Penularannya
Toxoplasma gondii mempunyai inang mutlak, yaitu kucing. Kucing dapat terinfeksi
oleh T. gondii akibat memakan daging mentah yang terkontaminasi, burung liar,
atau tikus. T. gondii kemudian berkembang biak dalam usus kucing dan ikut keluar
bersama feses kucing. Feses yang mengandung parasit ini dapat mencemari tanah
dan air. Manusia dapat terinfeksi saat berkontak dengan tanah atau feses kucing
tersebut atau melalui konsumsi air / makanan yang terkontaminasi. Ibu hamil yang
menderita toksoplasmosis dapat menularkan penyakit ini pada janin yang
dikandungnya. Adapun beberapa cara lain penularan penyakit ini diantaranya :
Melalui tinja kucing atau kotoran hewan perantara lain yang terkontaminasi
ookista toxoplasma.
Kontak langsung kulit dengan hewanperantara yang terluka.
Penularan dari ibu hamil kepada bayi yang masih dikandungnya.
Penanganannya
Pada penderita tanpa gangguan imun, pengobatan cukup secara rawat
jalan, sedangkan pada penderita gangguan imun mungkin perlu dirawat
inap untuk beberapa hari. Obat anti-parasit pilihan adalah obat tablet
kombinasi pyrimethamine dan sulfadiazine (atau clindamycin) selama 6
minggu, ditambah dengan asam folat.
Pengobatan toksoplasmosis pada ibu hamil adalah spiramisin selama 3 minggu
diikuti dengan pyrimetamine – sulfadiazine selama 3 minggu; atau dengan
pyrimetamine dan sulfadiazine sampai waktu melahirkan.
Adapun cara – cara lain dalam penanganan penyakit ini diantaranya :
Memasak makanan dan minuman dengan sempurna
Mengobati atau menghindari hewan perantara yang sakit
Menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan sekitar
Kodefikasinya
= toxoplasma , toxoplasmosis (B58.9)
B58.9 Toxoplasmosis , unspecified
Untuk mengenali gejala jika terserang tinea pedis, kamu wajib mengetahui
juga beberapa klasifikasi yang dimiliki oleh kondisi ini. Klasifikasi tinea
pedis yang berbeda bisa memiliki gejala yang berbeda juga, seperti:
3. Panu
Panu adalah infeksi pada kulit yang ditandai dengan munculnya bercak
putih hingga cokelat yang bersisik halus. Penyakit ini sering ditemukan
pada daerah tropis dan subtropis yang bersuhu hangat dan lembap.
Orang dari semua umur bisa terkena panu, terutama remaja.
Diagnosis Panu
Untuk mendiagnosis panu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada
bercak yang bersisik. Selain itu, ada juga pemeriksaan mikroskopis
terhadap sampel kerokan sisik halus.
Gejala Panu
Gejala yang ditimbulkan dari panu antara lain:
Bercak yang berwarna lebih muda dari warna kulit sekitarnya
pada orang dengan kulit berwarna, atau tampak sebagai bercak
lebih gelap pada orang dengan kulit pucat.
Bentuknya bulat atau tidak beraturan, dapat berbatas tegas atau
tidak tegas.
Jika diraba, terasa ada sisik halus dan tipis.
Bercak panu sering ditemukan pada kepala, muka, leher, bagian
atas dada, ketiak, lengan, perut, lipat paha, dan kaki. Biasanya
muncul pada daerah yang tertutup pakaian dan bersifat lembap.
Di samping itu, panu juga bisa menyebabkan gatal- gatal ringan,
terutama saat berkeringat.
Pengobatan Panu
Panu termasuk penyakit yang mudah kambuh. Oleh karena itu,
pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun, dan konsisten.
Pengobatan panu tersedia dalam bentuk obat oles berupa krim, salep,
lotion, dan sampo. Anda dapat membeli obat oles yang dijual bebas di
apotek atau swalayan. Sebelum menggunakan obat, cuci dan keringkan
dahulu daerah panu. Oleskan obat secara tipis sebanyak 1- 2 kali
sehari, selama 2 minggu.
Sampo untuk panu harus mengandung selenium sulfida 1.8%.
Gosokkan sampo pada bercak panu dan diamkan selama 5- 10 menit
sebelum dibilas dengan air. Gunakan 2- 3 kali seminggu.
Bila pengobatan topikal tidak berhasil, obat minum bisa diberikan.
Umumnya obat minum perlu dikonsumsi setiap hari selama minimal 5-
10 hari, bergantung pada jenis obat. Jika panu tidak kunjung membaik
atau bahkan memberat, sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter
spesialis kulit.
Penyebab Panu
Panu disebabkan oleh jamur Malassezia furfur. Jamur ini sebenarnya
dapat ditemukan pada kulit yang sehat. Namun, baru menyebabkan
infeksi bila tumbuh secara berlebihan. Pemicu tumbuhnya jamur secara
berlebihan antara lain:
Kulit yang berkeringat dan berminyak
Cuaca yang panas dan lembap
Berusia remaja atau awal 20-an
Mengalami penurunan sistem imun tubuh
E. PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH KUTU
1. Lyme disease
merupakan penyakit yang penyebarannya melalui kutu. Melansir
Center for Disease Control and Prevention, kutu-kutu penyebar lyme
disease merupakan kutu yang sudah terinfeksi bakteri borrelia
burgdorferi atau borrelia mayonii.
Gejala lyme disease
Beberapa tanda gejala awal berkisar 3 hingga 30 hari setelah digigit,
di antaranya demam, kedinginan, sakit kepala, kelelahan, nyeri otot,
dan persendian serta pembengkakan kelenjar getah bening dapat
terjadi jika tidak ada ruam.
Selain itu, muncul ruam Eritema Migrans (ruam EM):
Terjadi sekitar 70-80 persen orang yang terinfeksi.
Dimulai di lokasi gigitan kutu yang muncul dalam jangka waktu
3-30 hari.
Melebar secara bertahap selama beberapa hari hingga
mencapai 12 inci atau sekitar 30 cm
Terasa hangat saat disentuh tapi jarang gatal ataupun
menyakitkan Kadang-kadang membentuk seperti mata ikan
saat membesar. Dapat muncul di seluruh area tubuh.
Tanda selanjutnya, beberapa hari hingga bulan setelah gigitan kutu:
Sakit kepala parah dan kekakuan leher
Ruam EM tambahan pada area lain dari tubuh
Facial palsy (kehilangan tonus otot atau terkulai di satu atau
kedua sisi wajah)
Arthritis dengan nyeri sendi yang parah dan pembengkakan,
terutama lutut dan sendi besar lainnya.
Nyeri intermiten pada tendon, otot, sendi, dan tulang
Jantung berdebar atau jantung berdetak tidak teratur ( Lyme
carditis )
Pusing atau sesak napas
Peradangan otak dan
sumsum tulang belakang
Sakit syaraf
Mati rasa, atau kesemutan di tangan atau kaki
Pencegahan
Ada beberapa cara untuk mencegah penyakit lyme atau lyme
disease. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan:
Menjaga kebersihan hewan peliharaan
Bersihkan pakaian dan perlengkapan seusai dari luar seperti
hutan atau semak-semak
Menggunakan lotion anti serangga saat berada di luar
Hindari kontak dengan kutu seperti menghindari berjalan
di semak-semak dan memilih berjalan di jalan setapak
Segera mandi setelah berada di luar ruangan.
2. Scabies
penyakit kulit yang disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei.
Scabies pada anak dapat menyebabkan kulitnya sangat gatal
dan luka akibat digaruk. Penyakit ini mudah sekali menular dan
perlu segera diobati.
Gejala Scabies pada Anak
Ketika tertular, kutu penyebab scabies akan masuk ke dalam lapisan kulit untuk
hidup dan berkembang biak. Kotoran, air liur, dan telur yang mereka tinggalkan di
kulit akan menimbulkan berbagai gejala alergi, seperti:
Gatal parah yang biasanya memburuk pada malam hari atau setelah
mandi air panas. Jika digaruk, akan terbentuk luka dan keropeng, serta
berisiko menyebabkan infeksi bakteri di kulit.
Bentol-bentol atau lepuhan pada kulit tempat kutu bersembunyi.
Kulit kemerahan dan muncul ruam.
Kulit bersisik atau berkerak.
Berbagai gejala tersebut baru akan muncul 4-6 minggu setelah kutu
penyebab scabies menyerang kulit anak.
Pada anak umur 2 tahun ke atas, bentol kecil scabies biasanya muncul di
tangan, sela-sela jari, pergelangan tangan, pinggang, paha, pusar, daerah
selangkangan, dan ketiak. Sedangkan pada anak di bawah usia 2 tahun,
benjolan biasanya tumbuh di kepala, leher, telapak tangan, dan telapak
kaki.
Mengobati Scabies pada Anak
Jika Si Kecil menunjukkan gejala scabies, segeralah bawa ke dokter untuk
menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan scabies.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melihat kondisi kulit Si Kecil untuk
menemukan tanda-tanda scabies. Bila perlu, dokter akan memeriksa sampel
kulitnya dengan mikroskop untuk mencari kutu scabies.
Jika Si Kecil sudah dipastikan menderita scabies, dokter akan meresepkan obat
berupa:
Krim dan losion yang mengandung permethrin, lindane, sulfur, atau
crotamiton.
Obat antihistamin luntuk membantu meringankan rasa gatal.
Obat ivermectin untuk scabies yang luas dan berat.
Antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri pada kulit Si Kecil.
Pengobatan scabies pada anak membutuhkan waktu kurang lebih 4-6
minggu, sampai penyakit ini sembuh dan gejalanya hilang. Oleh karena itu,
Ayah dan Bunda perlu bersabar dalam merawat anak dengan scabies, dan
jangan menghentikan pengobatan tanpa anjuran dokter.
Selain pengobatan dari dokter, lakukan juga langkah-langkah berikut ini untuk
mengatasi scabies pada anak:
Periksakan semua orang yang tinggal serumah dengan anak ke dokter agar
dapat diobati. Hal ini untuk mencegah scabies kambuh kembali.
Mandikan Si Kecil dalam waktu 8-12 jam setelah ia diberikan obat oles
pembasmi kutu.
Jangan mengoleskan salep pada mata, hidung dan mulut Si Kecil, kecuali jika
dianjurkan oleh dokter.
Mandikan Si Kecil dengan air hangat.
Cuci pakaian, handuk, boneka, dan alas tidur dengan air panas (setidaknya
pada suhu 60°C) untuk membunuh kutu dan telurnya. Untuk barang-barang
yang tidak dapat dicuci, masukkan ke dalam freezer atau wadah kedap udara
selama beberapa hari.
Setrika pakaian, alas tidur, dan handuk Si Kecil.
Jemur selimut, bantal, dan guling selama beberapa hari di bawah sinar
matahari untuk mematikan kutu.
Potong kuku Si Kecil untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh garukan.
Kodefikasinya :
= scabies ( B86,hal 585)
(B86, hal 159) [ Scabies]