Anda di halaman 1dari 8

Nama : Cindy Ajeng dwindasari

Npm : 1812011293

Dosen: Ratna syamsir,.S.H. M.H

Kelas: reguler

UTS hukum pengangkutan dan asuransi

1. Uraikan konsep asuransi?

Jawab:

Pengertian asuransi diatur di dalam pasal 246 KUHD. Dalam pasal


tersebut, pengertian asuransi dinyatakan sebagai “Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, di mana penanggung dengan
menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung
untuk membebaskan pihak tertanggung dari kerugian karena
kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan,
yang akan dapat diderita oleh tertanggung karena suatu kejadian yang
tidak pasti.”

Pertanggungan yang ada dalam prinsip asuransi ini pun juga diatur
dalam pasal 246 KUHD tersebut. Pertanggungan dalam asuransi
mengandung unsur-unsur, meliputi :

1. Adanya Pihak-Pihak
Pihak -pihak dalam asuransi yang utama ada dua, yakni pihak kesatu
yang disebut sebagai penanggung dan pihak kedua yang disebut
seabgai tertanggung. Kedua pihak inilah yang mengadakan perjanjian
timbal balik untuk mempertanggungkan suatu obyek tertentu dengan
syarat-syarat tertentu.
2. Adanya Peralihan Resiko
Di dalam perjanjian asuransi, risiko juga menjadi unsur utama yang
harus ada. Resiko seseorang, baik resiko atas diri sendiri maupun
barang miliknya, pada prinsipnya dapat dialihkan kepada pihak lain
(penanggung). Peralihan risiko ini dapat dilakukan karena seseorang
dapat mempunyai kemampuan yang terbatas dalam menghadapi
berbagai macam resiko yang sewaktu-waktu dapat menimpa diri
tertanggung.

3. Premi
Yang dimaksud dengan premi dalam asuransi adalah sejumlah uang
yang dibayarkan pihak tertanggung kepada penanggung. Besarnya
premi ini ditentukan dalam tabel premi dan digunakan sebagai
imbalan adanya jaminan resiko yang ditanggung oleh pihak
penanggung.

4. Peristiwa Yang Tidak Tentu


Asuransi menanggung suatu risiko dari peristiwa yang tidak tentu.
Artinya, peristiwa yang menimpa tertanggung atau obyek asuransi ini
memang benar-benar tidak direncanakan, tidak dapat diketahui, dan
tidak pernah diharapkan sebelumnya.

5. Ganti Kerugian
Apabila peristiwa yang tidak diinginkan benar-benar terjadi dan
mengakibatkan tertanggung menderita kerugian, maka pihak
penanggung berkewajiban untuk membayar ganti rugi kepada
tertanggung. Nilai maksimal dari ganti rugi ini disesuaikan dengan
perjanjian yang telah disepakati.

2. Uraikan klasifikasi asuransi?


Jawab:
Klasifikasi Bisnis Asuransi
Setiap individu dan kelompok atau perusahaan mempunyai jenis aset
yang berbeda antara satu dengan yang lain. Kebutuhan untuk
melindungi aset juga berbeda. Sama seperti aset yang bermacam-
macam, polis asuransi juga memiliki jenis yang berbeda-beda pula. Di
bawah ini ada beberapa Klasifikasi Bisnis Asuransi, yaitu :

1. Asuransi Jiwa (Life Insurance)

Cakupan dalam Bisnis Asuransi Jiwa (Life Insurance) :


a. Asuransi Jiwa untuk Individu
b. Asuransi Jiwa untuk Group (Kumpulan)
c. Asuransi Kesehatan
d. Asuransi Kecelakaan
e. Dana Pensiun
Jangka Waktu Polis Asuransi Jiwa :
Polis diterbitkan untuk jangka waktu lama selama beberapa tahun,
atau bahkan seumur hidup.
Resiko yang ditanggung dalam Asuransi Jiwa :
a. Kematian akibat sakit maupun kecelakaan
b. Sakit (rawat jalan ataupun rawat inap)
c. Cacat total dan tetap
d. Dana Pensiun

2. Asuransi Umum/Kerugian (General Insuranse)

Cakupan dalam Bisnis Asuransi Umum/Kerugian :


a. Asuransi Kendaraan Bermotor
b. Asuransi Kebakaran
c. Asuransi Bencana Alam
d. Asuransi Perjalanan (Bisnis maupun wisata)
e. Marine Insurance
f. Asuransi Terorisme
g. Asuransi Profesi (Dokter, Pengacara) dan lain-lain.
Jangka Waktu Polis Asuransi Umum/Kerugian :
Polis biasanya diterbitkan untuk jangka waktu 12 bulan atau lebih
pendek lagi.
Resiko yang ditanggung dalam Asuransi Umum/Kerugian :
a. Kehilangan atau kerusakan barang seperti kendaraan bermotor,
kapal, bangunan dan lain-lain.
b. Hutang yang ditimbulkan akibat penjualan produk atau barang atau
proses yang menyertainya.
c. Kebakaran gedung atau rumah.
d. Kerusakan gedung atau rumah akibat banjir atau gempa bumi.
e. Tuntutan ganti rugi akibat malpraktek bagi dokter.
f. Hilang atau rusaknya kargo.
g. Pencurian.
h. Kerugian pinjaman.
3. Asuransi Sosial
Asuransi sosial merupakan asuransi yang menyediakan jaminan sosial
bagi anggota masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah bedasarkan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi
dengan seluruh golongan masyarakat.Tujuan asuransi sosial
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama para pegawai dan
pensiun. Program asuransi sosial sepenuhnya atau sebagian besar
dibiayai dari kontribusi para manajer dan karyawan organisasi
pemerintah, bukan dibiayai oleh pendapatan negara. Kontribusi
tersebut biasanya dicatat terpisah dari rekening pemerintah yang
biasa; jadi santunan kepada ahli waris anggota program asuransi
sosial dibayar dari uang kontribusi yang dikumpulkan setiap bulan.
Beberapa asuransi sosial yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut
:
Asuransi Sosial Pengawai Negeri Sipil
TASPEN (tabungan dan asuransi pegawai negeri) didirikan untuk
memberikan jaminan pensiun, sekaligus asuransi kematian. Program
ini diperluas dengan pensiuan hari tua, ahli waris, dan cacat untuk
pegawai negeri sipil.
Asuransi Kesehatan pegawai negeri
ASKES (asuransi kesehatan pegawai negeri) bertujuan memberikan
pemeliharaan kesehatan bagi pegawai negeri, penerima pensiun, dan
keluarga termasuk untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
optimal bagi penduduk.
Asuransi Sosial ABRI
ASABRI (asuransi sosial ABRI) bertujuan memberikan perlidungan
bagi prajurit ABRI terhadap resiko berkurang atau hilangnya
penghasilan karena hari tua, putusnya hubungan kerja atau meninggal
dunia. Santunan asuransi dibayarkan kepada peserta yang berhenti
karena pensiun. Jika peserta meninggal dunia, maka ahli warisnya
akan menerima santunan resiko kematian ditambah dengan nilai
santunan nilai tunai asuransi dan biaya pemakaman.
Asuransi Kecelakaan Lalu Lintas
Santunan asuransi kecelakaan penumpang diberikan diberikan kepada
para korban atau ahli waris korban yang bersangkutan. Santunan
diberikan dalam bentuk biaya ganti rugi untuk perawatan medis,
santunan cacat, atau santunan kematian. Pembiayaan asuransi
kecelakaan bersumber dari iuran wajib melalui pengusaha atau
pemilik angkutan umum.
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
ASTEK (jaminan sosial tenaga kerja) pertama-tama dibentuk untuk
memberikan perlindungan asuransi kecelakaan kerja, tabungan hari
tua, dan asuransi kematian. Program ASTEK diperkuat menjadi
program JAMSOSTEK (jaminan sosial tenaga kerja), dan sekaligus
dikembangkan dengan jaminan pelayanan kesehatan.

3. Pengertian asuransi rangkap dan reasuransi?


Jawab:

a. Asuransi rangkap adalah mengadakanasuransi kedua (asuransi


rangkap) untuk waktu yang sama dan terhadap bahaya yang sama
atas benda yang sudah diasuransikan dengan nilai penuh, dengan
ancaman asuransikedua itu batal.

b. Reasuransi merupakan sebuah persetujuan antara reasuradur dan


penanggung (perusahaan asuransi) yang membicarakan terkait
pembagian atau pelimpahan sebagian atau keseluruhan resiko
asuransi. Dengan begitu, saat ada kerugian, penanggung tak
menanggung semua resikonya. Klaim yang diajukan tertanggung akan
dibagi antara penanggung dan reasuradur.

Setiap perusahaan asuransi pasti memiliki batas kemampuannya


sendiri terkait jumlah klaim maksimal yang bisa ditanggung.
Perusahaan reasuransi mampu meninggikan batas klaim tersebut,
apabila ada kerjasama pembagian resiko sejak awal dengan pihak
penanggung. Dengan begitu, perlindungan terhadap tertanggung
semakin optimal.

4. Uraikan perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi


syariah?
Jawab:
Akad. Asuransi Konvensional menggunakan akad tabaduli, yakni
akad jual beli. Tentunya di dalam akad jual beli menurut syara' harus
jelas ada penjual, pembeli, barang (objek) yang diperjualbelikan,
harga, dan sighat (ijab qabul). Sedangkan dalam asuransi syariah,
akad yang digunakan adalah akad takaful (akad tolong menolong),
yaitu suatu akad tolong menolong sesama peserta, jika salah seorang
peserta terkena musibah maka peserta yang lainnya membantu dengan
dana tabarru' (dana sosial).

2) Prinsip Dasar.Dalam asuransi syariah menggunakan pola saling


menanggung resiko antara perusahaan dan peserta (risk sharing),
sedangkan dalam asuransi konvensional memindahkan resiko dari
peserta kepada perusahaan secara penuh (risk transfer).

3) Kepemilikan Dana. Kepemilikan dana pada asuransi syariah


merupakan hak peserta, perusahaan hanya sebagai pemegang amanah
untuk mengelolanya secara syariah. Sedangkan pada asuransi
konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik
perusahaan, sehingga perusahaan bebas menentukan alokasi
investasinya.

4) Objek. Dalam asuransi syariah, membatasi pengelolaan dananya


hanya untuk objek-objek yang halal (jelas) dan tidak boleh
mengandung syubhat. Namun dalam asuransi konvensional tidak
membedakan objek yang halal atau haram yang terpenting objek
tersebut mendatangkan keuntungan.

5) Investasi Dana. Dalam asuransi syariah, jika premi dari nasabah


belum dipakai, maka dana tersebut di investasikan kepada lembaga
keuangan yang berbasis syariah dan di dasarkan pada system bagi
hasil. Adapun dalam asuransi konvensional pengelolaan investasinya
pada system bunga yang mengandung unsur maghrib.
6) Pembayaran Klaim. Asuransi syariah menggunakan system
pencairan dana di tabungan bersama, yaitu dana yang sudah nasabah
ikhlaskan untuk tolong menolong antar nasabah. Sedangkan dalam
asuransi konvensional dapat diketahui berdasarkan perbandingan
resiko dan modal. Selain itu, dana pertanggungan juga diambil dari
rekening perusahaan asuransi.

7) Dewan Pengawas Syariah. Asuransi syariah diawasi oleh Dewan


Pengawas Syariah untuk memastikan tidak adanya penyelewengan
investasi ataupun manajemen system pengelolaan yang tidak
berdasarkan hukum Islam. Sedangkan asuransi konvensional tidak
memiliki dewan pengawas khusus. Dewan pengawas untuk asuransi
konvensional ialah berdasarkan hukum yang berlaku di negara
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai