Anda di halaman 1dari 14

FITOKIMIA

SENYAWA TANIN

Kelompok 3

1. Annisa Afifah
2. Lala Mustika
3. Merlie Wulan Dari
4. Putri Irmawati
5. Rini Dwi Yuliasti
6. Riska Anggia Juita
7. Riski Ananda
8. Tya Darma Sunan

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Politeknik Kesehatan Bengkulu

Prodi D.III Farmasi

TA 2019/2020
TANAMAN YANG MENGANDUNG SENYAWA TANIN

A. Trembesi (Samanea saman)


Pohon Trembesi (Samanea saman) disebut juga sebagai pohon hujan atau ki
hujan karena memiliki kemampuan untuk menyerap air tanah yang kuat,
sehinggatajuknya sering meneteskan air. Di beberapa daerah di Indonesia tanaman
pohon trembesi sering disebut sebagai kayu ambon (Melayu), trembesi munggur,
punggur, meh (Jawa), ki hujan (Sunda). Trembesi atau pohon ki hujan, merupakan
tanaman pelindung yang mempunyai banyak manfaat, sebagaimana dinyatakan oleh
Ramadani (2015), taksonomi tumbuhan trembesi dapat diklasifikasikan sebagai berikut
a. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
b. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
c. Super Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan menghasilkan biji)
d. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
e. Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)
f. Sub Kelas : Rosidae
g. Ordo : Fabales
h. Famili : Fabaceae (alt. Mimosaceae)
i. Genus : Samanea
j. Spesies : Samanea saman (Jacq.) Merr.

1. Kegunaan Daun Trembesi (Samanea Saman)

a. Menyehatkan paru-paru
b. Meredakan asma
c. Mengatasi sesak nafas
d. Melancarkan peredaran darah
e. Membersihkan darah kotor
f. Mengobati flu
g. Mengusir virus
h. Mengatasi sakit kepala
i. Mencegah migrain
j. Anti kanker
k. Untuk Pencuci Perut
l. Membersihkan darah kotor
2. Kandungan Kimia Dalam Trembesi
Tanin ialah suatu senyawa metabolit (hasil dari metabolisme)  sekunder dari
beberapa tanaman. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari
metabolit primer. Tanin pada dasarnya merupakan senyawa polifenol yang memiliki
berat molekul besar serta terdiri dari gugus hidroksi (-OH) dan karboksil (-COOH).
Senyawa tanin terbagi menjadi dua jenis, yaitu tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi. Tanin terhidrolisis diprekusor oleh asam dehydroshikimic, sedangkan
tanin kondensasi disintesis dari prekusor flavonoid.
Tanin berfungsi mengikat dan mengendapkan protein. Dalam dunia kesehatan,
tanin berfungsi untuk mengobati diare, mengobati ambeien, dan menghentikan
pendarahan. Selain daun, tanin biasanya terdapat pada beberapa bagian tanaman,
seperti: buah, kulit, dahan dan batang tanaman. Jenis dari senyawa tanin yang
dihasilkan daun trembesi yang berpotensi sebagai antibakteri Escherichia coli adalah
tanin terhidrolisis. 

3. Skrining Test Daun trembesi


Kegunaan dari daun Trembesi sebagai obat diare, erat kaitannya membasmi
bakteri Escherichia coli (E.coli) dalam usus.  Untuk melakukan uji aktivitas bakteri
E.coli, metode yang biasanya digunakan adalah metode maserasi (proses
perendaman simplicia menggunakan pelarut organik pada suhu ruangan selama
beberapa hari dan harus terhindar dari cahaya matahari) dan partisi untuk
mendapatkan ekstrak daun trembesi, pemisahan dengan kromatografri lapis tipis
(KLT) preparatif, uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumur agar, dan
identifikasi dilakukan dengan spektrofotometer Ultraviolet-visibel (UV-vis) dan
FTR. Jenis dari senyawa tanin yang dihasilkan daun trembesi yang berpotensi
sebagai antibakteri Escherichia coli adalah tanin terhidrolisis. 

4. Cara Panen dan Membuat Ekstrak Daun Trembesi


a. Cara Panen
1) Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar
diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki
daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak
bagian tanaman lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari
logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.
Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak, contohnya, daun Samanea Saman (Trembesi) mencapai kadar
tanin tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang
berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul
09.00-12.00.
2) Sortasi basah 
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan 
asing  lainnya dari bahan  simplisia yang dapat  mengurangi  jumlah mikroba
awal.
3) Pencucian bahan baku obat herbal
Pencucian tanaman obat sangat efektif dilakukan ketika selesai proses
pemetikan tanaman obat pencucian berguna untuk  membersihkan tanaman
dari kotoran, bakteri, maupun jamur. Ketika proses pencucian dilakukan
usahakan menggunakan air yang mengalir agar proses pencucian lebih bersih
4) Perajangan
Beberapa  jenis  bahan  simplisia perlu mengalami  proses perajangan.
Perajangan bahan  simplisia  dilakukan  untuk mempermudah  proses 
pengeringan, pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman  yang baru diambil 
jangan  langsung  dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan  utuh  selama  1 
hari. Perajangan dapat dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat  mesin  perajang 
khusus sehingga  diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan  dengan  ukuran yang 
dikehendaki.
5) Pengeringan bahan baku obat herbal
Pada intinya tujuan dari pengeringan yaitu untuk membuat bahan baku
obat menjadi lebih tahan lama dan bisa digunakan kapan saja, dengan
melakukan pengeringan tanaman obat yang baru di penen akan terhindar dari
jamur, cendawan atau bakteri. Untuk jenis taman obat yang berukuran besar
pengeringan dapat dilakukan dengan cara memotong terlebih dahulu bagian
menjadi lebih kecil agar  proses pengeringan terpapar pada semua bagian.
a) Menggunakan sinar matahari – pengeringan ini menggunakan daya
kekuatan dari sinar matahari langsung, pengeringan ini memiliki
kelebihan yaitu lebih ekonomis, namun memiliki kelemahan juga yaitu
proses pengeringan berjalan lambat dan tergantung akan keadaan cuaca.
b) Pengeringan dengan mesin oven – proses pengeringan dengan bantuan
alat mesin oven memang menjadi pilihan alternatif ketika terjadinya
musim hujan, tetapi perlu di ingat proses pengeringan dengan mesin oven
haruslah di kontrol derajat suhu serta waktu pengeringan agar tidak
mengalami kehangusan.
c) Penganginan – pada dasarnya proses penganginan sama dengan proses
pengeringan dengan bantuan sinar matahari, bedanya hanya jika
penganginan dilakukan tidak berada di bawah sinar matahari langsung.
6) Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan  simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian  tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masill ada dan  tertinggal pada sirnplisia kering. Proses
ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk  kernudian disimpan.
7) Penyimpanan dan Pengepakan
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi.

b. Pembuatan Ektrak Daun Trembesi


Sebanyak 100 gram serbuk kering daun trembesi dimasukkan ke dalam tabung
erlenmeyer, ditambahkan ethanol 96% sebanyak 800 ml. Lalu serbuk daun
trembesi direndam selama 24 jam dalam tabung erlenmeyer dengan ditutup
menggunakan plastik hitam serta disimpan di tempat yang gelap agar terhindar
dari sinar matahari. Rendaman daun disaring dengan kertas saring yang
diletakkan pada corong kaca. Cawan porselen diletakkan di bawah corong untuk
menampung hasil penyaringan. Hasil penyaringan diletakkan di atas waterbath
dengan suhu 80 oC untuk diuapkan selama 6 jam. Hasil penyaringan dibiarkan
mengering hingga tidak mengandung pelarut lagi. Hasil penguapan berupa
ekstrak kental dipindahkan ke dalam botol kaca dan disimpan.
Bunga Trembesi (Samanea Saman)

Daun Trembesi (Samanea Saman)

B. Daun Rambutan (Nephelium lappaceum.L)


Rambutan dihasilkan dari tanaman Nephelium lappaceum, masih satu keluarga
dengan kelengkeng, leci dan matoa. Rambutan termasuk dalam buah tropis, diyakini
berasal dari Asia Tenggara. Pohon rambutan banyak dibudidayakan di Indonesia,
Thailand dan Malaysia.
Nama rambutan diambil dari kata “rambut” istilah dalam bahasa Melayu yang
berarti bulu. Buah rambutan mengandung arti buah yang berbulu. Nama tersebut sesuai
dengan bentuk kulit buahnya yang ditumbuhi duri halus menyerupai bulu. Dalam
bahasa Inggris buah ini disebut dengan nama yang sama, yakni rambutan.
1. Kegunaan Daun Rambutan (Nephelium lappaceum.L)
a. Membersihkan ginjal
b. Menguatkan tulang
c. Meningkatkan kualitas sperma
d. Mencegah diabetes
e. Mencegah kanker
f. Meredakan rasa sakit
g. Meningkatkan kesehatan jantung

2. Kandungan Kimia Dalam Daun Rambutan


Daun rambutan (Naphelium lappaceum Linn) mengandung senyawa saponin,
tannin (Dalimarta, 2003). Kulit buah rambutan mengandung senyawa senyawa
golongan tanin, polifenol, dan saponin (Tjandra, et al., 2011). Kulit batang rambutan
mengandung tanin, saponin, flavonoid, dan zat besi. Buahnya mengandung
karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium dan vitamin C. Kulit buah
rambutan mengandung tanin dan saponin. Ekstrak etanol daun rambutan (Nephelium
lappaceum Linn) memiliki kandungan kimia flavonoid, saponin, tanin dan
hidrokuinon (Maradona, 2013).

3. Skrining Test Daun Rambutan


Metode yang dipakai adalah maserasi, lalu ektrak diencerkan, ditambahkan
dengan Reagen Folin Denis dan Natrium Karbonat Anhidrat dan terakhir masuk ke
metode Spektrofotometri Ultraviolet Visibel (UV-vis).
Metode spektofotometri ultraviolet visibel (UV-vis) ialah pengukuran serapan
pada daerah UV (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa,
yang pada topik ini ialah senyawa tanin. 

4. Cara Panen dan Membuat Ekstrak Daun Rambutan


a. Cara Panen
1) Teknik pengumpulan
Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau
menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung
(pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar
diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki
daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak
bagian tanaman lainnya. misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari
logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosa.
Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum buah
menjadi masak, contohnya, daun Niphelium Lappaceum L (Daun Rambutan)
mencapai kadar tanin tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga.
Tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis
sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.
2) Sortasi basah 
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-bahan 
asing  lainnya dari bahan  simplisia yang dapat  mengurangi  jumlah mikroba
awal.
3) Pencucian bahan baku obat herbal
Pencucian tanaman obat sangat efektif dilakukan ketika selesai proses
pemetikan tanaman obat pencucian berguna untuk  membersihkan tanaman
dari kotoran, bakteri, maupun jamur. Ketika proses pencucian dilakukan
usahakan menggunakan air yang mengalir agar proses pencucian lebih bersih
4) Perajangan
Beberapa  jenis  bahan  simplisia perlu mengalami  proses perajangan.
Perajangan bahan  simplisia  dilakukan  untuk mempermudah  proses 
pengeringan, pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman  yang baru diambil 
jangan  langsung  dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan  utuh  selama  1 
hari. Perajangan dapat dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat  mesin  perajang 
khusus sehingga  diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan  dengan  ukuran yang 
dikehendaki.
5) Pengeringan bahan baku obat herbal
Pada intinya tujuan dari pengeringan yaitu untuk membuat bahan baku
obat menjadi lebih tahan lama dan bisa digunakan kapan saja, dengan
melakukan pengeringan tanaman obat yang baru di penen akan terhindar dari
jamur, cendawan atau bakteri. Untuk jenis taman obat yang berukuran besar
pengeringan dapat dilakukan dengan cara memotong terlebih dahulu bagian
menjadi lebih kecil agar  proses pengeringan terpapar pada semua bagian.
a) Menggunakan sinar matahari – pengeringan ini menggunakan daya
kekuatan dari sinar matahari langsung, pengeringan ini memiliki
kelebihan yaitu lebih ekonomis, namun memiliki kelemahan juga yaitu
proses pengeringan berjalan lambat dan tergantung akan keadaan cuaca.
b) Pengeringan dengan mesin oven – proses pengeringan dengan bantuan
alat mesin oven memang menjadi pilihan alternatif ketika terjadinya
musim hujan, tetapi perlu di ingat proses pengeringan dengan mesin oven
haruslah di kontrol derajat suhu serta waktu pengeringan agar tidak
mengalami kehangusan.
c) Penganginan – pada dasarnya proses penganginan sama dengan proses
pengeringan dengan bantuan sinar matahari, bedanya hanya jika
penganginan dilakukan tidak berada di bawah sinar matahari langsung.
6) Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan  simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian  tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masill ada dan  tertinggal pada sirnplisia kering. Proses
ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk  kernudian disimpan.
7) Penyimpanan dan Pengepakan
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan padat
dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan, pengangkutan,
penyimpanan dan distribusi.

b. Pembuatan Ekstrak Daun Rambutan


Pembuatan simplisia daun rambutan dilakukan dengan cara pengeringan
buatan menggunakan almari pengering dengan suhu 50° C, setelah kering dibuat
menjadi serbuk dengan menggunakan blender.
Pembuatan Ekstrak Daun Rambutan Pembuatan ekstrak daun rambutan dibuat
dengan metode maserasi. Caranya sebagai berikut :
sebanyak 250,0 gram serbuk kering dimasukkan maserator atau toples kaca,
dilarutkan dengan etanol 96% sebanyak 7 kali bobot serbuk dan diaduk,
kemudian dimaserasi dalam maserator tertutup dan diaduk dengan mesin
pengaduk selama 10 jam. Setelah itu menyaring maserat dari ampas dengan
corong bucner . Maserat diendapkan selama 2 hari, kemudian memisahkan
maserat dari endapan dengan hati-hati. Setelah itu menguapkan maserat dalam
alat evaporator. Setelah itu diuapkan dalam cawan porselen dengan pemanasan di
atas penangas sambil diangin-anginkan dengan kipas angin.

Daun Rambutan (Nephellium Lappaceum L)

C. Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)


1. Klasifikasi Tumbuhan
a. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

b. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)


c. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
d. Ordo : Geraniales
e. Famili : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
f. Genus : Averrhoa
g. Spesies : Averrhoa bilimbi L.

2. Keguanaanya
Antiradang, Mempelancar pengeluaran air seni, antivirus, antijamur, antibekteri,
antihipertensi dan mampu menjaga dan meningkatkan pembuluh darah kapiler.

3. Kandungan Kimia
Senyawa flavonoid, fenol, alkaloid, tanin, dan kumarin (Valsan dan Raphael,2016).

4. Skrining Test Fitokimia


Uji tanin/ polifenol dilakukan dengan menambahkan larutan FeCl35 % terhadap
sampel. Sampel yang mengandung polifenol akan membentuk senyawa kompleks
Fe3+- tanin / polifenol dengan ikatan koordinasi dengan terjadinya perubahan warna
menjadi biru kehitaman atau hijau kecoklatan. Hal ini terjadi karena atom O pada
tanin / polifenol dapat mendonorkan pasangan elektron bebasnya ke Fe3+yang
memiliki orbital d kosong membnetuk ikatan kovalen koordinat untuk menjadi suatu
senyawa kompleks.

5. Cara Panen dan Pembuatan Ekstrak


a. Cara Panen
Pemanenan daun belimbing wuluh dilakukan pada saat tanaman telah tumbuh
maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis dan dilakukan dengan
memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan pisau yang
bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat menyebabkan hasil
produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan aktifnya juga
rendah. Demikian juga dengan pemanenan yang terlambat menyebabkan daun
mengalami penuaan sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah
terdegradasi.
b. Pembuatan Ekstrak
Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh Daun belimbing wuluh diambil dari pohon,
dikumpulkan, dan kemudian dicuci dengan air mengalir dan ditiriskan. Daun
belimbing wuluh tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu 50±3ºC
sampai kadar air kurang dari 10%. Daun yang telah dikeringkan kemudian
diblender kemudian diayak menggunakan saringan berukuran 60 mesh. Metode
ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan perbandingan bahan dan
pelarut (etanol 70%) 1:10. Simplisia daun belimbing wuluh sebanyak 70 gram
direndam dengan etanol 70% sebanyak 700 ml selama 3 hari dan diaduk setiap
1x24 jam selama 5 menit. Penyaringan dilakukan menggunakan vakum dan
kertas saring untuk memisahkan ampas dan filtratnya. Filtrat yang didapat sampai
pelarut habis menguap sehingga didapatkan ekstrak kental daun belimbing wuluh
(Ibrahim et al.,2014).

D. Daun Mangga Bacang (Mangifera Foetida Lour)


1. Klasifikasi Tumbuhan:
a. Kingdom: Plantae
b. Subkingdom: Tracheobionta
c. Super Divisi: Spermatophyta
d. Divisi: Magnoliophyta
e. Kelas: Magnoliopsida
f. Sub Kelas: Rosidae
g. Ordo: Sapindales
h. Famili: Anacardiaceae
i. Genus: Mangifera
j. Spesies: Mangifera foetida (Anonimus, 2012)

2. Kegunaannya
antiinflamasi, analgesik, antitumor, antivirus, antihelmintik, immunomodulator,
antifungi dan antibakteri.

3. Kandungan Kimia
Senyawa steroid dan triterpenoid, alkaloid, fenol, flavonoid, tanin dan saponin.
4. Skrining Test Fitokimia
Ekstrak sampel dimasukan kedalam tabung reaksi dilarutkan dalam 2 mL air dan
ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 1%. Timbulnya warna biru kehitaman dan hijau
kehitaman menunjukkan adanya senyawa tanin. 2 ml filtrat ditambah 1ml larutan
gelatin 2% akan membentuk endapan.

5. Cara panen dan Pembuatan ekstrak


a. Cara panen
Pemananan Daun mangga bacang (Mangifera foetida L.) dilakukan pada saat
tanaman telah tumbuh maksimal dan sudah memasuki periode matang fisiologis
dan dilakukan dengan memangkas tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan
menggunakan pisau yang bersih atau gunting stek. Pemanenan yang terlalu cepat
menyebabkan hasil produksi yang diperoleh rendah dan kandungan bahan bahan
aktifnya juga rendah. Demikian juga dengan pemanenan yang terlambat
menyebabkan daun mengalami penuaan sehingga mutunya rendah karena bahan
aktifnya sudah terdegradasi.

b. Pembuatan Ekstrak
Daun mangga bacang (Mangifera foetida L.) diambil atau dipetik dari pohon .
Daun disortasi dari bagian yang rusak dan kemudian dicuci dengan air mengalir
hingga bersih. Daun kemudian dikeringkan untuk dibuat simplisia. Simplisia
kemudian disortasi kering dengan memisahkannya dari simplisia yang gosong
atau terkena kotoran. Simplisia yang telah disortasi kemudian dihaluskan
menggunakan blender untuk mempermudah proses maserasi. Sebanyak 500 gram
serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana maserasi dan ditambahkan pelarut
metanol 70% sampai serbuk simplisia terendam. Diamkan selama 24 jam sambil
sesekali diaduk. Pelarut diganti setiap 1x24 jam selama 3 hari. Hasil maserasi
yang didapat dikumpulkan jadi satu dan diaduk hingga homogen kemudian
disaring. Hasil saringan kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator
hingga diperoleh ekstrak kental daun manga bacang. Pengentalan ekstrak
kemudian dilanjutkan lagi dengan menggunakan water bath.

Anda mungkin juga menyukai