Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP ISI KANDUNGAN AL-QUR’AN

Tugas Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Aqidah

Oleh :
Kelompok 3
Anggota
1. Runi Septianti Ode Murhum (14220190120)
2. Harnia (14220190088)
3. Laode Purwanto (14220190110)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya berupa nikmat dan kesehatan, iman dan ilmu pengetahuan.
Karena akhirnya makalah tentang Prinsip-Prinsip Kandungan Al-Quran dapat kami
selesaikan tepat pada.
Kami sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam menyusun materi ini, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif
sangat kami harapkan demi kesempurnaan materi ini. Kami mengucapkan terima
kasih kepada ibu atas ide dan sarannya, serta menilai dan memeriksa makalah ini.
Dan pada akhirnya, semoga materi ini mendapatkan keridhaan dari Allah SWT dan
dapat memberikan manfaat bagi saya dan kepada semua pembaca.

Makassar, November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada
umat manusia melalui Nabi Muhammad saw untuk dijadikan sebagai pedoman
hidup. Petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam
ini. Sebagai kitab bidayah sepanjang zaman, al-Qur’an memuat informasi-
informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi tentang hukum, etika,
kedokteran dan sebagainya.
Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi
kandungan al-Qur’an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-
dasarnya saja, dan manusia lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat
keautentikan teks al-Qur’an menjadi lebih tampak bila berhadapan dengan
konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan kehidupan modern.
Al-Quran juga merupakan kitab suci agama islam untuk seluruh umat
muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies
manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Al-Qur’an mempunyai arti yang sangat penting dalam islam. Al-Qur’an
mempunyai berbagai macam fungsi, salah satu fungsi itu adalah bahwa Al-Qur’an
itu di jadikan sebagai sumber ajaran dalam Islam. 
Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik
beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat
dan surat disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan.
Selain itu dengan turun sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih
mudah menghafal serta meneguhkan hati orang yang menerimanya. Lama al-
quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar 22 tahun 2 bulan dan 22
hari. 
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang
secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama
beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya.
Untuk itu dalam pembahasan kali ini saya akan memaparkan tentang apa
pengertian Al-Qur’an dan pokok-pokok isi kandungan A-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis akan merumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an ?
b. Apa yang dimaksud dengan kandungan Al-Qur’an?
c. Bagaimana prinsip-prinsip isi kandungan Al-Qur’an ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan maalah, maka tujuan penulisan dari makalah ini
adalah :
a. Untuk mengetahui apa pengertian Al-Qur’an
b. Mengetahui maksud dari kandungan Al-Qur’an.
c. Untuk memahami pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk
jamak dari kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang
berarti bacaan atau sesuatu yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata
tersebut dapat dijumpai pada salah satu surah al Qur'an yaitu pada surat al
Qiyamah ayat 17 - 18.
Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan
jalan mutawatir dari Allah swt sendiri dengan perantara malaikat jibril dan
mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah swt.
Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu
perkataan Nabi Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan
manusia di dunia. Al Qur'an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman
dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi
orang-orang yang beriman. Al Qur'an merupakan petunjuk yang dapat
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang terang.
Berikut ini pengertian al Qur'an menurut beberapa ahli :
a. Muhammad Ali ash-Shabuni
Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul
dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis pada mushaf-mushaf
kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan
mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat
al Fatihah serta ditutup dengan surat an Nas. 
b. Dr. Subhi as-Salih
Al Qur'an adalah kalam Allah swt merupakan mukjizat yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw ditulis dalam mushaf dan
diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah.
c. Syekh Muhammad Khudari Beik
Al Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita
secara mutawatir ditulis dalam mushaf dimulai surat al Fatihah dan
diakhiri dengan surat an Nas.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al
Qur'an adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad
saw dengan perantara malaikat jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir
kepada kita, ditulis dalam mushaf dan membacanya termasuk ibadah. Al
Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw
selama kurang lebih 22 tahun.
B. Kandungan dan Isi Al-Qur’an
Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia
yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak
berbeda dengan risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-
rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah.
Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-Qur’an tidak berbeda dengan konsep
ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah utus didunia ini.hanya
persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan perubahan
situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.
Bagaimanapun juga, kita sering membaca perbincangan Al-Qur’an
mengeni bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, jagat raya, fenomena alam,
dan sejarah. Perbincangan tersebut dalam kitab Suci ini, merupakan rangkaian
pembelajaran bagi umat manusiamengenai tauhid dan ketundukan kepada Allah.
Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam Al-Qur’an.
Akan tetapi, kebanyakan dari kita hanya membacanya saja tanpa mau memahami
isi yang terkandung di dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak orang-orang
berlomba mengkhatamkan Al-Qur’an. Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang
diutamakan akan tetapi menelaah dan mempelajari Al-Qur’an yang sangat
dianjurkan agar tidak terjadi kesalahpahaman memaknai Islam seperti yang terjadi
belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan
Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya adalah tidak
memahami kandungan ayat Al-Qur’an seperti yang telah penulis katakan di atas.
Kebanyakan dari mereka hanya membaca tapi tidak mempelajari. Itulah
gambaran umum isi kandungan Al-Qur’an. Para ahli telah banyak mengkaji dan
memperinci kandungannya. Hasil kajiannya menunjukan perbedaan-perbedaan,
sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing.
C. Prinsip-Prinsip Isi Kandungan Al-Qur’an
Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Segala pokok syariat dan
dalil-dalil syar’i yang mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam
menjalankan hidup di dunia dan akhirat terkandung dalam Al-Qur’an.
Adapun pokok-pokok ajarab yang ada dalam Al-Qur’an adalah sebagai
berikut.
1. Aqidah (Tauhid)
Sesungguhnya aqidah merupakan masalah yang paling pokok dan paling
mendasar bagi setiap mukmin. Aqidah menjadi pintu awal masuknya seseorang
ke dalam Islam dan aqidah pula yang harus dia pertahankan hingga akhir
hidupnya. Seorang mukmin dituntut untuk membawa serta kalimah tauhid,
kalimat ikhlas ‘laa ilaaha illallah’ hingga menghembuskan napas yang terakhir
agar dia dikategorikan ke dalam hamba-hamba Allah yang husnul khatimah.
Semua mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian adanya pasti
meraih ridha Allah Swt, rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena itu bahasan
tentang aqidah menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi setiap mukmin.
Aqidah dari segi bahasa (etimologis) berasal dari Bahasa Arab ( ‫ ) َعقَ َد‬yang
bermakna 'ikatan' atau 'sangkutan' atau menyimpulkan sesuatu.  Di antaranya
juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu (penetapan).
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang
mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama sendiri adalah
berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya
Allah dan diutusnya pada RasulJadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi
ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah yang dikemukakan
oleh para ulama Islam, antara lain:
Menurut Hasan Al-Banna “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah
beberapa perkara yang wajib di yakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan
ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan
keragu-raguan”.
Menurut Abu bakar Jabir al-Jazairy “Aqidah adalah sejumlah kebenaran
yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal,
wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini
kesahihan dan keberadaanya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu”.
Dari dua definisi di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
rangka mendapatkan suatu pemahaman mengenai aqidah yang lebih
proporsional, yaitu:
a. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran, indra untuk mencari
kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana
yang baik dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia
menempatkan fungsi masing-masing instrumen tersebut pada posisi
sebenarnya.
b. Keyakinan yang kokoh itu terbebas dari segala pencampur adukan dengan
keragu-raguan walaupun sedikit. Keyakinan hendaknya bulat dan penuh,
tiada bercampur dengan syak dan kesamaran. Oleh karena itu untuk sampai
kepada keyakinan itu manusia harus memiliki ilmu, yakni sikap menerima
suatu kebenaran dengan sepenuh hati setelah meyakini dalil-dalil kebenaran.
c. Aqidah tidak harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang
yang meyakininya. Dengan demikian, hal ini mensyaratkan adanya
keselarasan dan kesejahteraan antara keyakinan yang bersifat lahiriyah dan
keyakinan yang bersifat batiniyah. Sehingga tidak didapatkan padanya suatu
pertentangan antara sikap lahiriyah dan batiniah.
d. Apabila seseorang telah meyakini suatu kebenaran, konsekuensinya ia harus
sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan
kebenaran yang diyakininya itu.
Dari keterangan diatas penyusun dapat menyimpulkan bahwa aqidah
adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram
karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang
tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja
yang disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah dalam sunnah-nya
wajib di imani, diyakini, dan diamalkan. Ada beberapa dalil tentang aqidah,
yaitu :
a) Dalil Aqli
Dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya dipandang
masuk akal atau logis dan sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat
menimbulkan adanya keyakinan dan dapat memastikan adanya iman yang
dimaksudkan. Dengan menggunakan akal manusia merenungkan dirinya
sendiri dan alam semesta, yang dengannya ia dapat melihat bahwa dibalik
semua itu terdapat adanya Tuhan pencipta yang satu.
b) Dalil Naqli
Yaitu dalil yang bersumber dari al-Qur’an. Dan dalam hal ini,
landasan hukum aqidah yang bersumber dari al-Qur’an antara lain :
Surah al-Ikhlas, ayat 1-4
‫ َولَ ْم يَ ُكن لَّ ۥهُ ُكفُ ًوا أَ َح ۢ ٌد‬  .‫ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬.ُ‫ص َمد‬
َّ ‫ ٱهَّلل ُ ٱل‬.‫۞قُلْ هُ َو ٱهَّلل ُ أَ َح ٌد‬
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
Surah an-Nahl, ayat 51 :
ٰ ٰ ٰ ۟
ِ ‫فَإِيَّ َى فَٱرْ هَب‬  ‫إِنَّ َما هُ َو إِلَ ۭهٌ ٰ َو ِح ۭ ٌد‬  ‫۞ َوقَا َل ٱهَّلل ُ اَل تَتَّ ِخ ُذ ٓوا إِلَهَ ْي ِن ْٱثنَي ِْن‬
‫ُون‬
Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-
lah Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".
Surah al-Baqarah, ayat 163 :
ِ ‫۞ َوإِ ٰلَهُ ُك ْم إِ ٰلَ ۭهٌ ٰ َو ِح ۭ ٌد ٓاَّل إِ ٰلَهَ إِاَّل هُ َو ٱلرَّحْ ٰ َمنُ ٱلر‬
‫َّحي ُم‬
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Ibadah
Ibadah (‫)عبادة‬ secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk.
Di dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan
maksudnya satu. Definisi ibadah itu antara lain :
1. Ibadah ialah taat kepada Allah  dengan melaksanakan perintah-perintah-
Nya (yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan
ketundukan yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan)
yang paling tinggi,
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan
diridhai Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun
bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah
(yang berkaitan dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah
ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-
macam ibadah yang berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah
berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan
lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah  memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya,
tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka
mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang
menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang
menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia
adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan
dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan
Allah).
Perintah menyembah kepada Allah banyak diterangkan dalam Al-
Qur’an salah satunya didalam Q.S Al-Baqarah ayat 21.
Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.(Q.S
Al-Baqarah/2:21)
3. Janji dan Ancaman
a. Janji Allah
Dalam banyak ayat Allah SWT menjanjikan bagi hambanya yang
patuh dan taat kepada-Nya dengan kehidupan yang memuaskan di syurga
kelak. Seperti yang di ceritakan dalam surat Fushilat ayat 30 :
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah
Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan syurga yang
telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Betapa berat ujian para sahabat, dalam menghadapi siksaan kaum kafir
Quraisy, mereka diintimidasi, diancam, siksaan mengalami siksaan fisik
hingga tidak jarang nyawa mereka juga dipertaruhkan. Akhirnya setelah
turun peristiwa hijrah maka dengan berjalan kaki mereka mengikuti perintah
Allah untuk Hijrah ke Euthopia sebagai hijrah yang pertama dengan jarak
ribuan mil. Kemudian sebagian sahabat hijrah ke Yatsrib (Madinah) dengan
jarak + 490 km. Untuk ukuran waktu dengan jarak yang begitu jauh dan
perbekalan seadanya jelas ini bukanalah sesuatu yang mudah.
Dalam ayat lain juga Allah yaitu surat al-Buruj dikisahkan tentang
balasan bagi kesabaran para sahabat yang disiksa oleh kafir quraisy yang
melampaui batas;
1. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena
orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji,
2. Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha
menyaksikan segala sesuatu.
3. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan[9] kepada orang-
orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak
bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab
(neraka) yang membakar.
4. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
Itulah keberuntungan yang besar.
b. Ancaman Allah
Di samping Allah memeberikan janji berupa syurga dan keindahannya,
tapi juga mengancam kepada siapa saja yang ingkar dan memusuhi
Nabi/Rasul-Nya serta melanggar perintah-perintah dan larangan-larangan-
Nya baik hidup di dunia dan akhirat, seperti dalam Surat al-Taubah (9):67-
68;
67. orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian
yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan
melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan
tangannya. mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang
yang fasik.
68. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan
orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya.
cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela’nati mereka, dan bagi
mereka azab yang kekal.
Atau juga sperti yang terdapat dalam surat al-Hajj(22):72;
72. dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang,
niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang
yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang
membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: “Apakah
akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, Yaitu
neraka?” Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir.
dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.

c. Hukum
Secara garis besar hukum yang diperbincangkan dalam Al-Qur’an
meliputi dua hal yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah meliputi shalat, puasa,
zakat, dan haji. Dan muamalah meliputi hukum keluarga, jinayah, politik dan
ekonomi. Ini menunjukan bahwa hukum islam sangat komprehensif, tidak ada
aspek kehidupan manusia tata aturan hukumnya. Inilah salah satu karakter
khusus hukum islam, yang tidak ada dalam hukum buatan manusia. J.N.D
Anderson, seorang orientalis, mengakui hal ini. Dia mengatakan ‘hukum islam
jauh lebih  luas cakupannya dari hukum barat, hukum islam mencakup segala
lapangan hukum sekaligus, yaitu hukum publik, hukum privat, hukum
nasional, dan hukum internasional dimana Barat tidak menganggapnya
sebagai hukum.
Beberapa contoh ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatur tentang
ketentuan hukum-hukum tersebut antara lain.
َ‫ ائِنِين‬‰‰َ‫ك هَّللا ُ ۚ َواَل تَ ُك ْن لِ ْلخ‬
َ ‫ا أَ َرا‬‰‰‫اس بِ َم‬
ِ َّ‫ق لِتَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ ْ ِ‫اب ب‬‰‰َ
ِّ ‫ال َح‬‰‰ َ ‫ك ْال ِكت‬
َ ‰‰‰ْ‫ا إِلَي‬‰‰َ‫إِنَّا أَ ْن َز ْلن‬
ِ َ‫خ‬
‫صي ًما‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi
penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang
khianat”. (Q.S An-Nisa /4:105)
‫اجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم‬‰‰َ‫ ْيطَا ِن ف‬‰‫الش‬ ِ ‰‫ابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم‬‰‫ص‬
َّ ‫ل‬‰ َ ‫ ُر َواأْل َ ْن‬‰‫ ُر َو ْال َمي ِْس‬‰‫ا ْال َخ ْم‬‰‰‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َم‬
َ‫تُ ْفلِحُون‬
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu
agar kamu mendapat keberuntungan.”(Q.S Al-Maidah /5:90)
d. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan (Sains)
Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum
sekumpulan  pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat
secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang
ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia
berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan
kitab suci al-Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an
sebanyak 105 kali, tetapi dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali.
Sains merupakan salah satu kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali
umat Islam ingin melakasanakan ibadah selalu memerlukan penentuan waktu
dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan shalat, menentukan awal
bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-waktu tertentu dan
untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi.
Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains
mengenai waktu-waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang
pelaksanaannya sangat terkait erat dengan sains dan teknologi, seperti untuk
menunaikan ibadah haji, bedakwah menyebarkan agama Islam diperlukan
kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah meletakkan garis-garis besar
sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia hanya tinggal
menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan
isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka
telah di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja
mereka punya kemampuan dan kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud
di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau
sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era mederen sekarang ini,
dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus angksa luar
bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan
teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars,
Juipeter dan pelanet -pelanet lainnya.
Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang
”Kebenaran Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang
kebesaran Tuhan dan ke Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya
mengadakan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan
kepercayaan KepadaNya.1
Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan
penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam kitab-kitab suci
yang lain. Sebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-Islam dengan
jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus ayat yang
menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian besar ayat itu
disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
e. Sejarah

1
Istilah sejarah adalah terjemahan dari kata tarikh (bahasa arab) dan
history (bahasa inggris). Semua kata tersebut berasal dari bahasa yunani yaitu
istoria yang berarti ilmu. Istoria digunakan untuk penjelasan mengenai gejala-
gejala manusia dalam urutan kronologis. Sedangkan secara terminologi
menurut Al-Maqrizi membatasi sejarah ia memberikan informasi tentang
sesuatu yang pernah terjadi di dunia.
Definisi sejarah lebih umum adalah semasa lampau manusia, baik
yang berhubungan dengan peristiwa politik, sosial, ekonomi, maupun gejala
alam. Definisi ini memberi pengertian bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah
rekaman peristiwa masa lampau manusia dengan segala sisinya.
Penuturan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif
bagi manusia, khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut
menjadi bagian dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa
yang mentauhidkan Allah SWT. Karena itu ditegaskan Allah SWT.
(QS. Al-A’raf : 176 ) ‫ص لَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُون‬ َ َ‫ُص ْالق‬
َ ‫ص‬ ِ ‫فَا ْقص‬........
            Artinya: Maka kisahkanlah kisah-kisah agar mereka berfikir.
Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat yang
dialami bagi orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak
baik secara tidak langsung mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di
balik kisah tersebut. Kisah menjadi sarana yang lembut untuk merubah
kesalahan dan kekufuran suatu komunitas masyarakat, dengan tidak secara
langsung menyalahkan atau menggurui mereka. 
Ayat-ayat tentang kisah dan sejarah dalam Al-Qur’an sebagai berikut.
 (QS. At-Thaaha: 99) ‫ك ِم ْن لَ ُدنَّا ِذ ْكرًا‬ َ َ‫ك نَقُصُّ َعلَ ْيكَ ِم ْن أَ ْنبَآ ِء َما قَ ْد َسب‬
َ ‫ق َوقَ ْد آتَ ْينَا‬ َ ِ‫َك َذل‬
Artinya: Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad)
sebagian kisah (umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah kami berikan
kepadamu suatu peringatan (Al-Qur’an) dari sisi kami.
 ‫ض فَا ْنظُرُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْب ُل َكانَ أَ ْكثَ ُرهُ ْم ُم ْش ِر ِكين‬
ِ ْ‫قُلْ ِسيرُوا فِي األر‬
Artinya:  Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu
lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum: 42)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam
yang tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik
masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat
manusia yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan
tersebut tidak berbeda dengan risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa, rialah itu adalah
mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-Qur’an tidak
berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah
utus didunia ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu
berubah sesuai dengan perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.
Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang
qashas (sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat
sekarang (umat Islam).
B. Saran
Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari
pembaca. Agar penulis dapat memperbaiki makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Ghofur Abdul, Al-Qur’an Hadis Kelas VII, (Penerbit dan Percetakan Mediatama,
Surakarta, April 2010)
Al-Qathathan Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet III (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2008)
M. Yusuf Kadar, Studi Al-Qur’an,( Amzah: Jakarta, 2009)
Sudjana Ohan, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan
Sunnah, ( Jakarta : Media Dakwah , 1994)
Razak Nasruddin, Dienul Islam, Penafsiran kembali islam sebagai  suatu Aqidah &
way of line,( Bandung : PT Al-Ma’arif, 1989)
Fazhur Ranchman, Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, cetakan ke-2, 1992)
Effendi Satria, Ushul Fiqh, Cet III (Jakarta: Kencana, 2009)
Syafe’i Rachmat, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Social, Dan Hukum, (Bandung : Pustaka
Setia, 2000)
Karman, Materi Al-Qur’an, (Cetakan Pertama, Hilliana Press, Jakarta, 2014)
Andeson J.N.D, Hukum Islam di Dunia Modern (Terjemah oleh: Machum Husein),
Surabaya: Amarpress, 1990
Hakim Atang Abdul, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya,
2009)

Anda mungkin juga menyukai