Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Merasakan lingkungan sehat dan nyaman merupakan kebutuhan vital bagi manusia.
Berdasarkan Pasal 28H Ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup
sejahterah lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Dalam pasal tersebut membahas
tentang keterkaitan Negara Indonesia melindungi hak tiap warga negara dan dibutuhkan
dengan adanya keabsahan payung hukum yang meminjam hak masyarakat diatur dalam
Undang-Undang Dasar tahun 1945.
Aktivitas masyarakat yang produktif tidak terlepas dari tersedianya lingkungan hidup
yang nyaman sebagai sarana penunjang proses berlangsungnnya interakssi antar individu
dalam kehidupan bermasyarakat. Lingkungan hidup yang layak juga mempengaruhi berbagai
aspek-aspek kehidupan masyarakat seperti dibidang ekonomi. Seiring dengan perkembangan
zaman, modernisasi mulai masuk ke Negara-Negara berkembang seperti Indonesia.
Adanya kesewenangan pihak swasta dalam mengeksploitasi sumber daya alam,
mengakibatkan kebersihan lingkungan hidup menjadi terancam. Lingkungan hidup yang
menjadi sumber kebutuhan, sumber kehidupan masyarakat manjadi korban kelalaian
pengawasan pemerintah terhadap kegiatan operasional swasta.
Sebagian besar limbah merupakan bahan berbahaya dan butuh untuk diolah sebelum
di buang akan tetapi banyak perusahaan yang mengakibatkan pengolahan limbah. Seringkali
limbah membawa dapak negatif dalam kehidupan kita terutama dalam kesehatan untuk itu
sangat diperlukan penanganan untuk limbah. Sehingga tidak akan terjadi seperti keracunan
terhadap manusia.
Industri yang beroperasi di Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Mojokerto
menyebabkan terjadinya pencemaran Lingkungan di daerah sekitar pabrik dikarenakan
keberadaan perusahaan swasta tersebut telah memunculkan rasa tidak puas masyarakat akibat
pengolahan limbah yang dilakukan perusahaan tersebut dinilai tidak memenuhi ketentuan
pengolahan limbah seperti yang diamanatkan oleh UU No 32 Tahun 2009 tentang
Lingkungan Hidup. Terjadi demonstrasi oleh masyarakat sekitar Lakardowo dan pihak
pengelola perusahaan menolak tuntutan warga terkait dugaan pencemaran limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) yang dilakukan perusahaan tersebut sehingga tuntutan tersebut
dinilai kedaluarsa. Pihak perusahaan menganggap bahwa dari hasil analisis air tanah pada
empat lokasi sumur penduduk dan di lokasi sekitar pabrik, hampir semua parameter masih di
bawah baku mutu. Ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No
416/MENKES/PER/IX/1990 tentang air bersih. Kandungan nitrat yang agak tinggi terdapat
di Dusun Sumber Wulung dan Dusun Kedung Palang yang tinggi
dan melebihi baku mutu yaitu melebihi baku mutu yang ditetapkan, yaitu 25,5
mg/liter dan 14,1 mg/1iter.
Fenomena konflik sosial yang sering terjadi di Desa Lakardowo Mojokerto
memperlihatkan bahwa perbedaan pendapat dari kedua belah pihak berkonflik sehingga
menjadi penting untuk memfokuskan pada penyebab terjadinya konflik serta upaya
penyelesaian konflik yang dilakukan untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab serta
resolusi konflik.
Dengan adanya pencemaran yang dilakukan kemudian menyebabkan adanya tuntutan-
tuntutan yang tidak terpenuhi yang berujung pada konflik. Temuan konflik tersebut berkaitan
dengan kerusakan lingkungan, seperti pencemaran sumber air, yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akan air oleh warga Desa Lakardowo. Kerusakan lingkungan
sebenarnya telah dicegah dengan program pengolahan lingkungan hidup, pengolahan
lingkungan hidup sendiri diartikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. SDA seperti air,
udara, tanah, hutan dan lainnya merupakan sumberdaya yang penting bagi kelangsungan
hidup mahkluk hidup termasuk manusia. Bahkan, SDA ini tidak hanya mencukupi kebutuhan
hidup manusia, tetapi juga dapat memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan yang
lebih luas. Namun, semua itu bergantung pada bagaimana pengelolaan SDA tersebut, karena
pengelolaan yang buruk berdampak pada kerugian yang akan ditimbulkan dari keberadaan
SDA, misalnya dalam bentuk banjir, pencemaran air, dan sebagainya.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana dampak lingkungan yang terjadi akibat pencemaran oleh aktivitas industri
di Desa Lakardowo?
2. Bagaimana upaya penyelesaian terhadap pencemaran lingkungan yang terjadi di Desa
Lakardowo?

I.3 Tujuan
1. Mengetahui dampak lingkungan yang terjadi di Desa Lakardowo.
2. Menelusuri penyebab pencemaran lingkungan yang terjadi di Desa Lakardowo.
3. Membahas upaya-upaya penyelesaian akibat pencemaran limbah oleh aktivitas
industri di Desa Lakardowo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kondisi Lingkungan yang Terjadi di Desa Lakardowo


Industri yang berada di Desa Lakardowo tersebut berdampak dari pengelolahan
limbah B3 dari salah satu perusahaan, yaitu PT. Putra Restu Ibu Abadi (PT. PRIA). PT. PRIA
adalah sebuah perusahaan yang berdiri di Kabupaten Mojokerto Jawa Timur bergerak di
bidang jasa pengangkutan, pengelolahan, dan pemanfaatan limbah B3. PT. PRIA telah
bekerjasama dengan PT. Tenang Jaya Sejahtera yang merupakan salah satu pusat pengolahan
dan pemanfaatan limbah B3 dan limbah Non-B3.

II.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Lakardowo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto,
Jawa Timur. Lokasi pengambilan sampel air diperlilhatkan pada gambar.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel air permukaan dan air tanah di Desa Lakardowo

II.3 Kondisi Empiris


Data primer dan sekunder yang dikumpulkan dan dianalisis dalam penelitian terdiri
dari:
1. Dokumen AMDAL, Izin Lingkungan dan Izin Pengelolaan Limbah B3 PT. PRIA
yang diterbitkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
dengan melakukan kajian pustaka.
2. Focussed Group Discussion dengan masyarakat Desa Lakardowo untuk
mengumpulkan informasi kronologis kegiatan pengelolaan limbah B3 dan jenis
limbah B3 dikelola oleh PT. PRIA.
3. Analisis citra satelit Google Earth dilakukan dengan mengunduh citra satelit di lokasi
penelitian selama tahun 2011-2017.
4. Kualitas air tanah dan air permukaan di dalam area PT. PRIA dan di lahan
masyarakat. Pengambilan sampel air dan pemeriksaan kualitas air dilakukan oleh
Laboratorium Perum Jasa Tirta 1. Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan
membandingkan hasil pengukuran kualitas air sampel dengan baku mutu kualitas air
yang berlaku dan kualitas air kondisi rona awal dalam dokumen AMDAL PT. PRIA.
Analisis data dengan Gower’s similarity coefficient dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesamaan kondisi kualitas air dari sampel penelitian.

II.4 Analisa Permasalahan


II.4.1 Temuan dan analisis
Dengan adanya pencemaran limbah yang terjadi menyebabkan konflik. Proses
terjadinya konflik sosial dimulai dengan:
(1) Adanya pencemaran limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Putera Restu Ibu Abadi (PT.
PRIA). Pencemaran dilakukan dengan kegiatan penimbunan limbah dalam tanah yang
dilakukan di dalam area pabrik. Dengan adanya kegiatan penimbunan tersebut yang
akhirnya menyebabkan aliran air dalam tanah terkontaminasi oleh limbah B3 dan
kemudian mencemari sumber air warga.
(2) Sebelumnya PT. PRIA hadir dengan kontroversi memiliki surat izin usaha (SIUP)
setelah 3 tahun berdiri dan beroperasi.
(3) Dengan adanya tuntutan yang diberikan oleh warga untuk pabrik PRIA kemudian
muncul surat pernyataan dari pabrik mengenai kompensasi dan upaya melokalisir
wilayah yang tercemar oleh limbah namun tidak dilakukan oleh pabrik hingga saat
ini.
(4) Akibat dari tidak dilakukannya tindakan lokalisir wilayah yang terpapar limbah,
memicu timbulnya penyakit kulit atau peradangan kulit (Dermatitis) dari air sumur
yang digunakan warga untuk mandi.
(5) Dengan adanya campur tangan LSM ECOTON dalam upaya mencari solusi atas
konflik yang terjadi dengan pelaporan terhadap instansi terkait lingkungan hidup.
Melalui pelaporan yang dilakukan kemudian membuat KLHK turun tangan
membantu dengan melakukan pengecakan sumber air Desa Lakardowo. Pengecekan
dilakukan dengan uji tes laboratorium sampel air yang ada di sekitar Desa Lakardowo
tidak terdapat sosialisasi secara jelas mengenai hasil tes laboratorium sampel air tanah
yang dilakukan oleh KLHK serta pernyataan tidak terdapat indikasi pencemaran yang
dilakukan.

Adanya disintegrasi masyarakat atau perpecahan masyarakat menjadi dua kelompok Pro
dan Kontra PT. PRIA. Hal tersebut terjadi akibat adanya perbedaan pendapat/kepentingan
antara keduanya. Proses terjadinya konflik diatas akibat dari adanya kerugian materiil dan
non materiil yang dialami masyarakat. Dalam analisis teori Lewis A. Coser konflik sosial
akibat pencemaran limbah yang dilakukan oleh PT. PRIA termasuk dalam konflik realistis.
Dimana konflik ini terjadi dengan sumber yang konkrit dan memiliki sifat materiil. Konflik
ini timbul akibat adanya kekecewaan terhadap tuntutan tuntutan yang terjadi dalam hubungan
dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan bagi partisipan dan yang berhubungan dengan
obyek yang dianggap mengecewakan. Dengan adanya tuntutan tuntutan yang tidak dipenuhi
oleh pihak pabrik yang akhirnya mengakibatkan konflik menjadi berkepanjangan sehingga
terjadi disintegrasi dalam masyarakat yang kemudian membuat masyarakat merasa resah dan
dikecewakan

II.5 Legalitas Hukum Tentang Penimbunan Limbah B3


Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia nomer 56
Tahun 2015
Tentang
Tata Cara dan persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(1) Persyaratan peralatan Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan Pengolahan Limbah B3
menggunakan insinerator sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d oleh
Penghasil Limbah B3 harus memenuhi ketentuan:
a. Efisiensi pembakaran sekurang-kurangnya 99,95% (sembilan puluh sembilan
koma sembilan puluh lima per seratus);
b. Temperatur pada ruang bakar utama sekurang-kurangnya 800OC (delapan ratus
derajat celsius);
c. Temperatur pada ruang bakar kedua paling rendah 1.000 C (seribu derajat celsius)
dengan waktu tinggal paling singkat 2 (dua) detik;
d. Memiliki alat pengendalian pencemaran udara berupa wet scrubber atau sejenis;
(6) Ketinggian cerobong paling rendah 14 m (empat belas meter) terhitung dari
permukaan tanah atau 1,5 (satu koma lima) kali bangunan tertinggi, jika
e. terdapat bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 14 m (empat belas meter)
dalam radius 50 m (lima puluh meter) dari insinerator; dan
f. Memiliki cerobong yang dilengkapi dengan:
1. Lubang pengambilan contoh uji emisi yang memenuhi kaidah 8De/2De; dan
2. Fasilitas pendukung untuk pengambilan contoh uji emisi antara lain berupa
tangga dan platform pengambilan contoh uji yang dilengkapi pengaman.

Pasal 25
(1) Penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.
(2) Penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
untuk Limbah B3:
a. patologis; dan/atau
b. benda tajam.
(3) Penguburan Limbah B3 patologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan antara lain dengan cara:
a. menguburkan Limbah B3 di fasilitas penguburan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan Limbah B3;
b. mengisi kuburan Limbah B3 dengan Limbah B3 paling tinggi setengah dari
jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan paling rendah 50
cm (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
c. memberikan sekat tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm (sepuluh
sentimeter) pada setiap lapisan Limbah B3 yang dikubur;
d. melakukan pencatatan Limbah B3 yang dikubur; dan -26-
e. melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan Limbah B3.
(4) Penguburan Limbah B3 benda tajam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan antara lain dengan cara:
a. menguburkan Limbah B3 di fasilitas penguburan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan Limbah B3;
b. melakukan pencatatan Limbah B3 yang dikubur; dan
c. melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan Limbah B3.
(5) Penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
jika pada lokasi dihasilkannya Limbah patologis dan/atau Limbah benda tajam tidak
terdapat fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan peralatan insinerator Limbah
B3.

Pasal 26
Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3)
dan ayat (4) harus memenuhi persyaratan teknis, meliputi:
a. Bebas banjir;
b. Berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari sumur dan/atau perumahan;
c. Kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m (satu koma delapan meter); dan
d. diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3.

Pasal 29
(1) Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.
(2) Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
Limbah B3 berupa :
a. Abu terbang insinerator; dan
b. Slag atau abu dasar insinerator.
(3) Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
di fasilitas :
a. Penimbunan saniter;
b. Penimbunan terkendali; dan/atau
c. Penimbusan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penimbunan Limbah B3.
(4) Sebelum dilakukan penimbunan di fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a dan/atau huruf b, Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf
b, wajib dilakukan:
a. enkapsulasi; dan/atau
b. inertisasi.
Prosedur enkapsulasi dan/atau inertisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum
dalam Lampiran V Peraturan Menteri ini
BAB III
METODE PENEITIAN

III.1 Izin Pengelolaan Limbah B3 PT. PRIA


PT Putra Restu Ibu Abadi (PT. PRIA) mendapatkan izin lingkungan melalui
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 127 Tahun 2013 Izin Lingkungan Rencana
Kegiatan Industri Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) di Desa Lakardowo
Kecamatan Jetis Mojokerto.
Jenis limbah B3 yang dapat dikelola PT. PRIA adalah sebagai berikut:
1. Izin pengangkutan dan pengumpulan limbah B3 yang masuk ke PT. PRIA berjumlah
60 jenis limbah B3, dengan kapasitas terbanyak adalah jenis limbah paper sludge 175
ton/hari; limbah karbit 137,5 ton/hari; bottom ash 87,5 ton/hari.
2. Jenis Limbah yang akan dimanfaatkan untuk pembuatan batako terdiri dari fly ash 35
ton/hari; bottom ash 87,5 ton/hari, dust casting atau grinding 26,25 ton/hari; foundry
sand 13,125 ton/hari, slag 13,125 ton/hari dan limbah karbit 87,5 ton/hari.
3. Jenis Limbah B3 yang dibakar di incinerator, dimanfaatkan sebagai bahan baku dan
bahan bakar alternatif dan dikirim ke pengolah pihak ke 3 adalah 41 jenis limbah B3
antara lain WWT sludge, spent earth, resin, limbah medis, katalis bekas, mill scale,
incenerator ash, used lamp, solvent.
4. Jenis Limbah B3 cair yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif
dan diolah di IPAL elektrokoagulasi sebanyak 10 jenis, antara lain larutan asam dan
basa, pelarut bekas waterbased.
5. Jenis Limbah B3 yang dimanfaatkan untuk membuat kertas low grade adalah limbah
paper slludge 175 ton/hari, limbah karbit 50 ton/hari.
6. Limbah B3 yang diolah dengan insenerator meliputi 20 jenis limbah B3, antara lain
WWT sludge, spent earth, resin, limbah medis, produk kadaluarsa cair dan pelarut
bekas waterbased.
7. Limbah B3 cair yang diolah di IPAL elektrokoagulasi terdiri dari 6 jenis limbah,
antara lain coolant, larutan asam dan bas serta wastewater dari industri lain.
8. Pengumpulan dan penyimpanan sementara limbah B3 untuk dikelola pihak ketiga
berizin terdiri dari 9 jenis limbah, terdiri dari mill scale, abu insenerator, katalis bekas,
aki bekas dan E-waste
9. Pengangkutan hasil pengelolaan limbah B3 berupa batako atau paving block 325
ton/hari, kertas low grade 37,5 ton/hari, bahan baku alternatif dan bahan bakar
alternatif.

Izin pengelolaan limbah B3 yang diterbitkan KLHK kepada PT. PRIA antara lain:
1. Izin pemanfaatan limbah B3 dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. SK. 07.33.06 tahun 2014, berlaku 19 Juni 2014 sampai 19 Juni 2019.
2. KLHK telah menyerahkan izin pemanfaatan limbah kepada PT. PRIA tanggal 22
Februari 2016 dengan nomor R201511160096).
3. Izin pengolahan limbah B3 (limbah B3 dari kegiatan lain) diumumkan tanggal 4
maret 2016.
4. Izin pemanfaatan limbah B3 diumumkan tanggal 22 Februari 2016.
5. Rekomendasi pengangkutan limbah B3 angkutan darat diumumkan tanggal 30 Juni
2015
6. Rekomendasi pengangkutan limbah B3 angkutan darat diumumkan tanggal 23
November 2015
7. Izin pengolahan limbah B3 (limbah B3 dari kegiatan lain) diumumkan tanggal 14
Januari 2015
8. Izin Pemanfaatan Limbah B3 diumumkan tanggal 24 Juni 2014
9. Izin Pemanfaatan Limbah B3 diumumkan tanggal 1 Oktober 2013
10. Izin Pemanfaatan Limbah B3 diumumkan tanggal 11 Juni 2013

III.2 Perubahan Lahan di Sekitar Lokasi PT. PRIA dan Perlawanan Masyarakat
Interpretasi citra satelit Google Earth selama periode 2011-2017 memperlihatkan
perubahan kondisi lahan di sekitar area PT. PRIA yang sesuai dengan informasi dan kejadian
sosial yang terjadi di masyarakat Desa Lakardowo, sebagaimana terangkum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Interpretasi citra satelit Google Earth dan kejadian sosial masyarakat yang terjadi
selama tahun 2011 - 2017 di Desa Lakardowo.
Tanggal Deskripsi Citra Satelit Keterangan Masyarakat dan Kejadian
Pencitraan Google Earth Sosial Masyarakat yang Terjadi

02/07/2011 Di sisi timur area PT. Proses pembangunan dimulai dengan


PRIA berdiri bangunan mendirikan bangunan pondasi pagar depan
gudang di sisi timur dan mulai samping makam ke arah mushola.
permukaan tanah di Seluruh tembok bangunan menggunakan
sekeliling gudang batako produk sendiri dan adonan luluh
terlihat berwarna hitam, menggunakan fly ash lebih banyak dari
diduga merupakan pasir. Gudang 1 dan kantor dibangun
tumpukan limbah abu setelah pagar selesai. Perusahaan memiliki
batubara (Gambar 2) 4 mesin pencetak batako manual yang
beroperasi rutin menghasilkan produk
batako dari limbah fly ash batubara.
Karyawan tidak menggunakan alat
perlindungan diri (APD) selama
melakukan aktivitas kerja di dalam lokasi
pabrik.
06/03/2013 PT. PRIA memperluas Masyarakat dapat masuk ke area PT. PRIA
lahan pembangunan dan karena belum ada pagar pembatas,
melakukan persiapan sebagian masyarakat bekerja sebagai
lahan untuk pemulung besi timah dan drum plastik di
membangun gudang dalam PT. PRIA. Masyarakat sekitar
tambahan. Terdapat 4 menyaksikan PT. PRIA melakukan
lubang dan terlihat penimbunan limbah B3 untuk mengurug
excavator di dekat lahan pembangunan. Limbah yang
lubang 4 yang diduga ditimbun antara lain limbah abu batubara,
kuat melakukan limbah pabrik deterjen butiran berbau
penimbunan limbah B3 wangi menyengat warna hijau merah
ke dalam lubang dibungkus sak putih, juga tong-tong berisi
tersebut dan meratakan bahan kimia dikubur di dalam lubang
tanah dengan limbah dalamnya 15 meter ada 3 backhoe yang
B3. ditempatkan di bagian dasar

Hampir seluruh area tengah dan atas lubang galian. Selain itu
perluasan lahan limbah cair dan padat dimasukkan lubang,
tertutupi lapisan hitam limbah batu bara, limbah kertas, serbuk
dan diduga kuat logam timah, besi, sisa kawat las, kaleng
merupakan limbah B3 bekas cat, kain majun dan sarung tangan
abu batubara dan bekas, bola lampu merkuri TL bekas, batu
limbah lainnya batere kecil, batere forklift 6V dan 12V,
(Gambar 3) tong kertas sepertinya wadah obat berisi
kaleng2 obat dari rumah sakit.
 Masyarakat mulai resah atas dampak
kegiatan PT. PRIA, dipimpin Abah
Maji dan kawan kawan menggalang
dukungan warga mengumpulkan tanda
tangan warga untuk mendesak
penghentian kegiatan penimbunan
limbah B3 di dalam area PT. PRIA
yang menyebabkan pencemaran
lingkungan, untuk dilaporkan ke
anggota DPRD Kabupaten Mojokerto
03/08/2013 Lubang timbunan dan  Pada 2 Oktober 2013, Komisi DPRD
endapan hitam di lahan Mojokerto merekomendasikan
PT. PRIA yang terlihat pembekuan ijin dan menghentikan
pada citra 5 bulan kegiatan operasional PT. PRIA sampai
ijin operasional pengolaha limbah B3
sebelumnya, telah
dari KLHK
tertutupi oleh tanah
urug berwarna
kecoklatan. Tampak
sebuah excavator
berada di tepi lubang
setelah barat
(Gambar 4)

 Ratusan warga Desa Lakardowo


melakukan aksi di depan pabrik
pengolah limbah PT. PRIA pada hari
Rabu 3 Oktober 2013 yang menuntut
PT. PRIA ditutup karena mencemari
desa mereka. Air sumur berubah
kehitaman dan berbau serta
menyebabkan anak-anak sakit gatal.
http://www.tribunnews.com/regional/20
13/10/02/kaum-ibu-demo-bawa-alat-
masak-karena-sumurnya-tercemar
 Publikasi media online
www.satujurnal.com atas aksi warga
Lakardowo pada Rabu 3 Oktober 2013

 Pada 23 Oktober 2013 terjadi aksi


protes warga di depan PT. PRIA,
dipimpin tokoh masyarakat Nursalim
Kedungpalang, Abah Maji
Sumberwuluh dan Muji Kedeungpalang
dengan tuntutan menutup perusahaan,
relokasi timbunan limbah di dalam
lokasi perusahaan. Dilakukan mediasi
tokoh warga dengan perusahaan di
Kantor kecamatan Jetis dihadiri oleh PJ
Kepala Desa Murdada, Anggota BPD
Siswanto, perwakilan warga, danramil,
kapolsek, camat, luluk pemilik
perusahaan. PT. PRIA membuat
pernyatakan akan menghentikan
aktivitas penimbunan limbah B3 dan
akan bertanggung jawab atas dampak
lingkungan yang terjadi akibat kegiatan
perusahan di kemudian hari.Setelah
penandatangan kesepakatan PT. PRIA
menghentikan sementara aktivitas
penerimaan limbah B3. Arsip surat
pernyataan PT. PRIA disimpan oleh
Pemerintah Desa dan masyarakat.
19/05/2014 Lahan baru tampak rata Pada Juni 2014 didaftarkan gugatan PTUN
dan dilapisi tanah urug kepada KLHK dan PT. PRIA dilakukan
berwarna coklat bersih oleh 4 orang perwakilan warga Desa
menutupi seluruh area Lakardowo. Gugatan diakhiri dengan
perluasan lahan PT. kesepakatan damai dan para penggugat
PRIA (Gambar 5) mencabut gugatan tersebut sesuai Putusan
Mahkamah Agung 29 September 2014.
Tidak lama berselang, Ijin pengelolaan
limbah PT. PRIA dikeluarkan oleh KLHK,
dan PT. PRIA semakin menggenjot
aktivitasnya dan kembali melakukan
penimbunan limbah B3
09/08/2016 Gudang-gudang baru  Pada 8 Februari 2016 pagi hari warga
telah beridiri di area PT mengadakan pertemuan di Balai Desa
PRIA yang Sebelumnya Lakardowo dihadiri warga
ditimbun dan diurug sumberwuluh, sambigembol dan
kedung palang, menghasilkan
dengan limbah B3.
kesepakatan untuk menghentikan
Lokasi lubang timbunan kegiatan PT PRIA di Desa Lakardowo.
berada di bawah Malam harinya perwakilan warga
gudang, dan area taman mendatangi BPD untuk meminta
Perusahaan persetujuan atas kesepakatan yang telah
(Gambar 6) dibuat warga dengan Kepala Desa.
BPD tidak bersedia, dengan alasan
tidak memiliki kewenangan untuk
memberikan persetujuan.
 Pada 9 Februari 2016 sebanyak 25
warga mendatangi Camat Jetis untuk
meminta tanda tangan dukungan atas
tuntutan warga untuk menutup PT
PRIA. Camat Jetis menolak untuk
menandatangani permintaan dukungan
warga. Setelah 10 menit berada di
Kantor Kecamatan, pihak PT PRIA
datang ke Kantor Kecamatan dengan 4
mobil dan jumlah massa lebih banyak.
Akhirnya warga Lakardowo
meninggalkan kantor Kecamatan Jetis.
 Pada 19 Februari 2016 malam terjadi
aksi protes warga menghadang truk
pengangkut limbah PT PRIA yang akan
masuk ke Desa Lakardowo. Pada 20
Februari 2016 jam 10 pagi mobil polisi
berjumlah 3 kompi dan mobil patroli
polisi datang ke Dusun Greol Sidorejo
menanyakan ijin aksi demonstrasi dan
warga mengaku tidak memiliki ijin
karena warga merasa tidak didukung
oleh pihak terkait dan dipersulit dalam
mengurus perijinan aksi.
 Terjadi perselisihan antara warga dan
polisi, salah satu warga membacakan
surat pernyataan yang dibuat oleh PT
PRIA tahun 2013. Aparat polisi
memerintahkan masyarakat
membubarkan diri. Terjadi kericuhan
yang diikuti pemukulan aparat
kepolisian pada warga.

16/08/2017 PT PRIA Melakukan  Masyarakat Lakardowo tetap


perluasan lahan dan melakukan upaya perlawanan dan
pembangunan gedung melaporkan pelanggaran lingkungan
baru di sisi utara di yang dilakukan PT PRIA kepada
pemerintah kabupaten, propinsi hingga
seberang lahan yang
pemerintah pusat
lama  Komisi 7 DPR RI setelah melakukan
(Gambar 7) kunjungan lapangan ke Desa
Lakardowo menginstruksikan KLHK
melakukan audit lingkungan terhadap
PT PRIA.

Kementerian Lingkungan Hidup dan


Kehutanan menunjuk tim auditor
independen untuk mengevaluasi
ketaatan PT. PRIA dalam melakukan
pengelolaan limbah B3. Tim auditor
independen Audit Lingkungan
dilakukan mulai bulan April 2017 dan
sampai saat ini hasil audit belum
disosialisasikan kepada masyarakat.

Gambar 2. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Gambar 3. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)

Gambar 4. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)

Gambar 5. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)

Gambar 6. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)

Gambar 7. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)

Dari informasi masyarakat diketahui bahwa PT PRIA menimbun limbah abu batubara
di dalam perusahaan dengan cepat. Siang hari dilakukan penggalian lubang, kemudian saat
sore hingga malam hari lubang diisi dengan limbah B3 yang dibawa oleh dump truck yang
jumlahnya mencapai ratusan per hari. Aktivitas penimbunan limbah abu batubara di dalam
area PT PRIA diperlihatkan dalam Gambar 8. Masyarakat beberapa kali melakukan aksi
protes kepada PT PRIA maupun mendatangi instansi pemerintah terkait. Karena tidak
ditanggapi dengan serius oleh pemerintah, maka pada 20 Februari 2016 masyarakat
melakukan penghadangan truk yang mengangkut limbah B3 saat melewati jalan desa
Sidorejo. Terjadi konflik antara masyarakat dengan aparat kepolisian yang menimbulkan
ketegangan, seperti diperlihatkan pada Gambar 9. Beberapa warga menjadi korban
pemukulan oleh aparat kepolisian dan dirawat di Puskesmas Jetis Mojokerto (Gambar 10).

Gambar 8. Kegiatan penimbunan limbah abu batubara dilakukan PT PRIA saat perataan tanah untuk
perluasan bangunan pada tahun 2013 (Dokumentasi Warga Lakardowo, 2013)
Gambar 10. Korban kekerasan aparat kepolisian Polsek Jetis diperiksa di Puskesmas Jetis Mojokerto
(Dokumentasi Pendowo Bangkit, 2016)
III.3 Kualitas Air Tanah di sekitar PT.PRIA
Pengambilan sampel kualitas air tanah dan air permukaan dilakukan pada bulan Juni
2016 di dalam area PT PRIA dan di lahan masyarakat sekitarnya. Sampel yang diperiksakan
di Laboratorium Perum Jasa Tirta berjumlah 12 sampel, terdiri dari 7 sampel dari area PT
PRIA dan 5 sampel dari lahan masyarakat. Lokasi titik pengambilan sampel air tanah dan air
permukaan diperlihatkan dalam Gambar 11. Sumur pantau PT PRIA dibuat hingga
kedalaman 80-100 meter dan memiliki 2 bukaan screen pada kedalaman akuifer dangkal (30-
40 meter) dan akuifer dalam (60-70 meter). Sampel air sumur sebelum dikuras diambil pada
kedalaman sekitar 25 meter, merupakan air tergenang (standing water) yang bersumber dari
aliran akuifer dangkal, sedangkan sampel air sumur setelah dikuras diambil pada kedalaman
sekitar 70 meter yang berasal dari aliran akuifer dalam. Kadar pencemar dalam sampel air
permukaan dalam air sumur pantau PT PRIA sebelum dikuras lebih tinggi dibandingkan air
sumur pantau setelah dikuras.

Gambar 11. Sebaran sampel air sumur dan air permukaan di sekitar PT PRIA saat pengambilan
sampel bersama pada bulan Juni 2016
Hasil analisis laboratorium pada sampel air sumur dan air permukaan di area PT
PRIA di laboratorium Perum Jasa Tirta menunjukkan ada 6 parameter kualitas air yang
melebihi baku mutu air Kelas 1 untuk peruntukan air minum berdasarkan Perda Jawa Timur
No. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di
Provinsi Jawa Timur. Dalam Pasal 1 poin 11 perda tersebut disebutkan definisi 'air' adalah
semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Pasal 1
poin 12 menegaskan bahwa sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Berdasarkan definisi
tersebut, maka baku mutu kualitas air dalam perda tersebut juga berlaku untuk air tanah di
wilayah Provinsi Jawa Timur. Baku mutu kualitas air yang digunakan sebagai referensi
adalah Baku Mutu Kualitas Air Minum karena masyarakat memanfaatkan air sumurnya
sebagai air minum. Hasil analisis sampel air di Laboratorium PJT 1 diperlihatkan dalam
Tabel 2 dan grafik parameter kualitas air yang melebihi bakumutu diperlihatkan dalam
Gambar 12. Interpretasi analisis kualitas sampel air tanah dan air permukaan yang diambil

dari area PT PRIA diperlihatkan dalam Tabel 3 dan Tabel 4.


Gambar 12. Grafik parameter kualitas air pada sampel air di dalam area PT PRIA dan di lahan
masyarakat

Tabel 2. Hasil Analisis sampel air sumuru di Laboratorium Perum Jasa Tirta I bulan Juni 2016
Keterangan: sampel diakhiri huruf ‘A’ diambil sebelum pengurasan (standing water); huruf ‘B’
diambil setelah pengurasan hingga kekeruhan, suhu dan pH stabil sekitar 1 jam (aquifer water)

Tabel 3. Interpretasi Hasil Analisis Kualitas Air Tanah dan Air Permukaan di Area PT PRIA pada
Bulan Juni 2016
Tabel 4. Hasil Analisis kualitas air tanah dan air permukaan Desa Lakardowo dalam Rona Awal
AMDAL PT PRIA 2011 dan hasil analisis Laboratorium PJT1 pada bulan Juni 2016

Parameter Baku Mutu Kualitas Air Minum Rentang Hasil Uji Rentang Hasil uji Rentang Hasil uji
kualitas air di area
Perda Jatim Permenkes Kualitas Air PT kualitas air sumur
No.2/2008 No.492/2010 Rona Awal 2011 PRIA masyarakat
Fecal 100 0 21-150 <3 - 230 2 - 170
coliform
TDS 1.000 500 504 - 688 580 - 2.480 512 - 2.680
Sulfat 400 250 64.2 - 154,9 127,2 - 858,2 49,93 - 708
Mangan 0.1 0.4 <0.02 Ttd - 0,433 Ttd
Seng 0.05 3 <0.01 - 0,03 0,129 - 0,536 0,052 - 0,064
Besi 0,3 0,3 <0.01 0,196 - 0,905 0,095 - 0,141
Boron 1 0,5 - 0,121 - 1,290 0,034 - 0,194
H2S 0,002 - - Ttd - 0,032 Ttd - <0,013
COD 10 - - 12,82 - 22,81 6,21 - 14,86
Sampel air tanah dan air permukaan yang sama juga dianalisis di Laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Jawa Timur. Hasil analisis Laboratorium DLH Jawa Timur diperlihatkan
dalam Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Data Hasil Analisis Sampel Air di Laboratorium DLH Jatim dengan
Baku Mutu dan Rona Awal Kualitas Air di Sekitar PT PRIA Mojokerto
Nama Parameter Kualitas Air
Fecal
Lokasi Sampel Air TDS COD KMnO4 Sulfat Mangan Seng CaCO3 coliform
Jumlah/100m
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L l
1.00
Baku Mutu Air 0 10 10 400 0,1 0,05 500 100
Minum Perda
2/2008
PT PRIA PTPRIA2011 504 - 64.2 <0.02 <0.01 430.1 150
SP2B Sumur2 708 4.67 29.9 144 0.489 0.065 245.1 20
SP1A Sumur1 1504 9.01 31.9 955 0.572 0.207 832.8 67
SP1B Sumur1 1380 9.01 3.8 598 0.765 0.390 416.4 <2
SP3A Sumur3 1537 16 1 788 0.049 0.079 523.4
SP3B Sumur3 897 4.34 1.1 521 0.192 <0.016 123.1
AP1 Belakang 2997 20.2 7.7 571 0.025 0.044 1568 67
AP2 Bak kontrol 1893 4.89 7.3 811 0.787 0.096 1220 67
LB5 Kolam 1864 16.8 14.7 777.7 0.942 0.004 1056 <2
Sumberwulu
h SBWULUH2011 686 133.7 <0.02 0.02 479.5 43
SBNT2A
Nurtoyib 921 5.45 0.8 159.7 0.014 6.93 616.8 <2
SBNT2B 862 3.41 1.6 143.7 0.011 0.024 586.5 5
Sambigemb
ol LB1A Rumiyati 1005 5.11 208.5 0.808 0.026 860.2
LB1B 1258 2.72 241.7 0.802 <0.016 865.6
Greyol GREYOL2011 656 71.5 <0.02 0.03 442.3 150
LB2A Tari 742 14 4.7 170.8 0.071 0.05 458.8 67
LB2B 672 6.86 1.9 92.5 <0.009 0.01 466.4 170
LB3A WSLIC 861 1.43 7.5 170.8 0.058 0.02 200.2 2
LB3B 849 6.51 6.6 165.5 0.047 0.02 199.1 <2
LB4A Kandim 816 11.8 5 190.25 <0.009 0.019 454.4 17
LB4B 1014 9.72 3.8 209.3 <0.009 <0.016 539.9 <2
Kedungpalan KDPALANG201
g 1 688 154.9 <0.02 <0.01 493.1 21
SBNS1A Nanang 1713 12 1.6 729.6 0.402 <0.016 1047 5
SBNS1B 1749 8.54 2.5 738 0.391 <0.016 1056 5
SBRI2A Riamun 700 13.7 3.3 100.4 0.243 <0.016 300.8 2
SBRI2B 638 9.31 1.6 110.2 0.354 <0.016 334.8 <2
SBBR1A 542 2.72 1.3 73.3 0.309 0.022 311.6 5
Bambangrofiq
SBBR1B 510 6.13 1.6 116.2 0.304 <0.016 314.9 9
SBBI1A Bilal 2552 3.75 1.9 1308.2 0.062 14.7 1682.5 5
SBBI1B 2712 3.41 1.3 1274.0 0.016 0.021 1661.0 2

Hasil uji Laboratorium DLH Jawa Timur maupun Laboratorium PJT 1 menunjukkan
adanya kadar pencemaran melebihi baku mutu dan lebih tinggi dari data rona awal, terutama
di dalam sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA (SP1, SP3, AP1, AP2, LB5) dan
beberapa sumur warga yang berdekatan dengan pabrik (sumur Nanang Sanjaya dan
Rumiyati). Bahan pencemar yang melebihi baku mutu di dalam area PT PRIA antara lain
TDS, CaCO3, Sulfat, Mangan, dan Seng. Selain dapat berasal dari sumber alami, parameter
tersebut juga dapat bersumber dari lindi limbah abu batubara Fly ash dan Bottom ash,
sebagaimana dipublikasikan dalam penelitian ilmiah, antara lain Tanosaki et al. (2009);
Gottlieb et al. (2010); Balkin and Tewalt (2007). Berdasarkan MSDS Coal Ash disebutkan
bahwa limbah abu batubara memiliki efek skin irritant yang dapat menyebabkan iritasi kulit
dan dermatitis. Banyak masyarakat sekitar PT PRIA, terutama anak-anak dan perempuan
menderita penyakit iritasi kulit akibat contact dermatitis dan merasakan gatal-gatal setelah
mandi dengan air sumurnya. Tingginya kesadahan air (CaCO3) dan sulfat bersifat korosif dan
adanya kandungan pencemar logam dapat menyebabkan iritasi kulit. Gambar 13
memperlihatkan kondisi beberapa balita yang menderita dermatitis.

Gambar 13. Penyakit dermatitis pada balita dan anak di Desa Lakardowo Mojokerto jumlahnya
meningkat pada musim kemarau.
Data hasil analisis sampel kualitas air oleh Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup
Jawa Timur maupun Laboratorium Perum Jasa Tirta 1 menunjukkan bahwa kadar pencemar
dalam sampel air sumur dan air permukaan di area PT PRIA cenderung lebih tinggi dari
sumur warga, mengindikasikan adanya sumber pencemar di dalam area PT PRIA. Titik
tertinggi elevasi permukaan tanah perusahaan berada pada ketinggial 63 mdpl dan elevasi
tanah terendah di area permukiman masyarakat Dusun Kedungpalang ke arah selatan adalah
41 mdpl dan elevasi terendah ke arah utara Dusun Sumberwuluh adalah 52 mdpl.
PT PRIA yang dikelilingi permukiman 3 dusun Desa Lakardowo dan 1 dusun Desa
Sidorejo Mojokerto, yang dihuni oleh + 4.500 penduduk yang beresiko terdampak
pencemaran air dan udara dari aktivitas PT PRIA. Permukiman terdekat adalah Dusun Greyol
yang berjarak 150 meter dari PT PRIA serta Dusun Kedungpalang dan Sambigembol yang
berjarak 350 meter dari PT PRIA. Gambar 14-18 memperlihatkan perbedaan elevasi
permukaan tanah dan jarak PT PRIA dengan permukiman masyarakat di Desa Lakardowo
dan Desa Sidorejo.
Gambar 14. Dusun Sambigembol Lakardowo berjarak 500 meter dari PT PRIA
dengan perbedaan elevasi 10 meter lebih rendah

Gambar 15. Dusun Kedungbulu Lakardowo berjarak 400 meter dari PT PRIA
dengan perbedaan elevasi 4 meter lebih rendah

Gambar 16. Dusun Kedungpalang Lakardowo berjarak 400 meter dari PT PRIA dengan perbedaan
elevasi 13 meter lebih rendah
Gambar 17. Dusun Sumberwuluh Lakardowo berjarak 600 meter dari PT PRIA dengan perbedaan
elevasi 16 meter lebih rendah

Gambar 18. Dusun Sumberwuluh Lakardowo berjarak 800 meter dari PT PRIA dengan perbedaan
elevasi 18 meter lebih rendah

Gambar 19. Dusun Greyol Sidorejo berjarak 120 meter dari PT PRIA dengan perbedaan elevasi 2
meter lebih rendah

Titik tertinggi elevasi permukaan tanah perusahaan berada pada ketinggial 63 mdpl
dan elevasi tanah terendah di area permukiman masyarakat Dusun Kedungpalang ke arah
selatan adalah 41 mdpl dan elevasi terendah ke arah utara Dusun Sumberwuluh adalah 52
mdpl. Hasil analisis koefisien kesamaan Gower mengindikasikan bahwa:
1. Kualitas air Sumur Pantau 1 sebelum dikuras (SP1A) memiliki kesamaan yang tinggi
dengan air drainase di sisi barat PT PRIA (AP1) dan sumur Rumiyati (LB1A/LB1B)
berjarak + 450 meter di sebelah barat laut pabrik
2. Kualitas air Sumur Pantau 3 sebelum dikuras (SP3A) memiliki kesamaan yang tinggi
dengan air, sumur Nanang Sanjaya (SBNS1A/SBNS1B) berjarak +350 meter di
sebelah selatan pabrik
3. Kualitas air Sumur Pantau 3 setelah dikuras (SP3B) memiliki kesamaan yang tinggi
dengan :
a. air sumur berjarak + 700 meter di sebelah selatan pabrik yaitu sumur Bambang
Rofiq (SBBR1A/SBBR1B) dan Riamun (SBRI2A/SBRI2B),
b. air sumur berjarak 200 meter di sisi timur pabrik (LB3A/LB3B)
c. air sumur berjarak 400 meter di sisi timur laut (SNT2A/SBNT2B) dan berjarak +
400 meter di sisi timur pabrik (LB4A/LB4B)
d. air sumur berjarak 200 meter di sisi barat pabrik (LB2A/LB2B)

Analisis data yang dilakukan pada hasil uji laboratorium DLH Jawa Timur
mengindikasikan bahwa:
Timbunan Limbah B3 di dalam area PT PRIA diduga kuat telah menyebarkan lindi beracun
ke aliran akuifer dangkal pada sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA. Kualitas air
sumur pantau PT PRIA sangat berbeda dan lebih buruk dibandingkan kualitas air sumur pada
rona awal tahun 2011. Kualitas air sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA lebih
buruk dibandingkan dengan air sumur masyarakat sekitar, mengindikasikan adanya
1. Sumber pencemaran berupa timbunan limbah B3 di bawah lantai gudang dan
lahan area PT PRIA
2. Kualitas air sumur warga Desa Lakardowo berbeda dengan kualitas air pada
kondisi Rona Awal 2011, mengindikasikan terjadinya penurunan kualitas air
sumur masyarakat sekitar area PT PRIA, diduga kuat karena rembesan lindi
timbunan limbah B3 mengkontaminasi lapisan tanah melalui proses infiltrasi dan
perkolasI mengalir ke arah elevasi tanah yang lebih rendah. Meskipun
peningkatan kadar pencemar dalam air sumur warga belum terlalu tinggi,
rembesan lindi timbunan limbah B3 akan terus terakumulasi dan kadar pencemar
dalam air sumur masyarakat akan semakin meningkat.
3. Di dalam air sumur pantau dan air permukaan PT PRIA ditemukan logam berat
pencemar beracun antara lain Timbal, Krom Valensi 6 dan Arsenik. Meskipun
kadarnya belum melebihi baku mutu, kontaminasi logam berat pencemar dalam
air sumur akan terakumulasi dan menimbulkan dampak kesehatan yang lebih
parah bagi masyarakat sekitar PT PRIA. Tingginya nilai kesadahan air (CaCO 3)
dan sulfat yang bersifat korosif serta adanya kandungan pencemar logam dalam
air sumur masyarakat dapat menyebabkan iritasi kulit. Selama bulan Oktober -
November 2016 terdapat 342 warga Lakardowo terutama anak-anak dan
perempuan menderita penyakit iritasi kulit akibat chemical contact dermatitis dan
merasakan gatal-gatal setelah mandi dengan air sumurnya.
4. Kualitas air sumur warga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan
besarnya penyimpangan nilai TDS dari 700 mg/L, yang merupakan nilai TDS
tertinggi pada Rona Awal 2011. Kelompok air sumur masyarakat berdasarkan
nilai TDS adalah sebagai berikut
a. Air sumur dengan nilai TDS < 700 mg/L, yaitu sumur yang berada pada
elevasi tanah cenderung setara dengan PT PRIA (sumur Bapak Tari di Dusun
Greyol Desa Sidorejo) dan sumur yang berjarak > 700 meter (sumur Bapak
Bambang Rofiq dan Riamun di Dusun Kedungpalang Desa Lakardowo)
b. Air sumur dengan TDS 700 – 1000 mg/L, yaitu sumur di yang berjarak 500-
700 meter dari PT PRIA (Kandim, WSLIC Dusun Greyol Desa Sidorejo) dan
sumur pada elevasi tanah lebih rendah dari PT PRIA (sumur Nur Toyib Dusun
Sumberwuluh Desa Lakardowo)
c. Air sumur dengan TDS > 1000 ppm, yaitu sumur yang berjarak kurang dari
500 meter dan elevasi tanah lebih rendah dari PT PRIA (sumur Bapak Nanang
Sanjaya Dusun Kedungpalang Desa Lakardowo dan sumur Ibu Rumiati Dusun
Sambigembol Desa Lakardowo)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SOLUSI

IV.1 Kesimpulan
1. Penyebab Pencemaran Lingkungan yang terjadi di desa Lakardowo disebabkan
oleh aktivitas Industri yang dilakukan oleh PT PRIA sebagai Pabrik Pengolahan
Limbah
2. Pengolahan limbah yang dilakukan PT PRIA terjadi akibat PT PRIA mengolah 60
jenis limbah yang diantaranya Limbah Rumah sakit, Limbah Batu Bara dan
Limbah kertas yang dihasilkan oleh berbagai Industri Khususnya di Jawa Timur
sehingga menyebabkan pennurunan kualitas air tanah di Lingkungan sekitar
3. Penurunan kualitas air di sekitar area PT PRIA yang diduga kuat disebabkan oleh
rembesan lindi timbunan Limbah B3 yang mengkontaminasi lapisan tanah melalui
proses infiltrasi dan perkolasi yang mengalir ke arah elevasi permukaan tanah
yang lebih rendah sehingga mencemari aliran akuifer dangkal di permukiman
masyarakat. Meskipun peningkatan kadar pencemar air sumur warga yang
melampaui baku mutu kualitas air minum belum terlalu tinggi, tetapi rembesan
lindi timbunan limbah B3 akan terus terakumulasi dan kadar pencemar dalam air
sumur akan semakin meningkat.
4. Hasil uji kualitas air pada laboratorium BLH Jawa Timur dan Perum Jasa Tirta 1
pada bulan Juni 2016 menunjukkan adanya kadar pencemaran melebihi baku mutu
dan meningkat drastis dibandingkan data rona awal, terutama di dalam sumur
pantau dan air permukaan di area PT PRIA (SP1, SP3, AP1, AP2, LB5). Beberapa
sumur warga sudah tercemar, terutama pada radius 500 meter dari pabrik dan
elevasi tanahnya lebih rendah (sumur Nanang Sanjaya, Kandim dan Rumiyati).
Tingginya nilai kesadahan air (CaCO3) dan sulfat yang bersifat korosif serta
adanya kandungan pencemar logam dalam air sumur masyarakat dapat
menyebabkan iritasi kulit. Selama bulan Oktober - November 2016 terdapat 342
warga Lakardowo terutama anak-anak dan perempuan menderita penyakit iritasi
kulit akibat chemical contact dermatitis dan merasakan gatal-gatal setelah mandi
dengan air sumurnya.

IV.2 Solusi
1. Pemurnian air sumur permukaan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
dengan menggunakan metode filtrasi sederhana. Dengan bahan filtrat berupa
pasir, zeolite, ijuk, silika, karbon aktif/arang, kerikil, dan baru.
2. Pemanfaatan limbah hasil peternakan dengan melakukan pengolahan limbah
peternakan menjadi pupuk organik. Inovasi serta penggunaan, penguasaan dan
penerapan teknologi diyakini dapat meningkatkan produktivitas ternak dan
tanaman pertanian khususnya hortikultura. Peningkatan produktivitas ternak dan
tanaman hortikultura diharapkan akan berimplikasi kepada peningkatan
pendapatan usaha ternak dan tani hingga berujung kepada peningkatan
kesejahteraan masyarakat khusus petani di Desa Lakardowo.
Lampiran I
PENGOLAHAN AIR DENGAN METODE FILTRASI SEDERHANA

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Berdasarkan hasil uji kualitas air pada laboratorium BLH Jawa Timur dan Perum Jasa
Tirta 1 pada bulan Juni 2016 menunjukkan adanya kadar pencemaran melebihi baku mutu
dan meningkat drastis dibandingkan data rona awal, terutama di dalam sumur pantau dan air
permukaan di area PT PRIA (SP1, SP3, AP1, AP2, LB5). Beberapa sumur warga sudah
tercemar, terutama pada radius 500 meter dari pabrik dan elevasi tanahnya lebih rendah
(sumur Nanang Sanjaya, Kandim dan Rumiyati). Tingginya nilai kesadahan air (CaCO 3) dan
sulfat yang bersifat korosif serta adanya kandungan pencemar logam dalam air sumur
masyarakat dapat menyebabkan iritasi kulit. Selama bulan Oktober - November 2016 terdapat
342 warga Lakardowo terutama anak-anak dan perempuan menderita penyakit iritasi kulit
akibat chemical contact dermatitis dan merasakan gatal-gatal setelah mandi dengan air
sumurnya.

Gambar I.1 Macam-macam permodelan penyaringan


Metode filtrasi bersusun merupakan metode yang paling sederhana, dapat ditentukan
sesuai dengan kondisi kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh apabila sistem penyaringan
akan dilakukan di bak kamar mandi, maka dapat dipilih model tabung penyaringan yang lebih
sederhana misalnya dengan menggunakan botol. Jenis, susunan, dan ukuran tebal media
saringan, disesuaikan dengan gambar standar dan dipadatkan sesuai kebutuhan. Menurut
Hermaningsih (2017), pengolahan penjernihan air sederhana secara mandiri terjadi
peningkatan kualitas (mutu) air sesuai ketentuan baku mutu air layak konsumsi serta hasil
penyaringan dapat menurunkan kadar kekeruhan air sampai >80%.
Gambar I.2 Bahan filtrat yang digunakan
Dengan bahan filtrat berupa pasir, zeolite, ijuk, silika, karbon aktif/arang, kerikil, dan
baru. Zeolit adalah senyawa alumino-silikat berhidrat dengan kation natrium, kalium dan
barium. Zeolit memiliki muatan negatif, yang menyebabkan zeolit mampu mengikat kation.
Zeolit juga sering disebut sebagai molecular mesh karena zeolit memiliki pori-pori berukuran
molekuler sehingga mampu menyaring molekul dengan ukuran tertentu. Dalam proses filter
air ini zeolit bisa membunuh bakteri dan mengikat kandungan logam yang terkandung dalam
air (Mugiyantoro dkk, 2017).
Fungsi arang pada proses penyaringan air ialah sebagai karbon aktif dalam melakukan
penyaringan air untuk menjernihkan air tersebut. Hal ini dikarenakan dalam arang
mengandung zat karbon aktif yang dapat bekerja dengan cara penyerapan atau absorpsi.
Artinya, ketika ada bahan atau benda yang melalui karbon aktif tersebut, maka material yang
terkandung di dalamnya akan diserap. Dalam proses filter air, arang aktif menyaring bau,
menjernihkan dan menyaring logam yang terkandung dalam air (Mugiyantoro dkk, 2017).
Kandungan dalam pasir salah satunya adalah mineral kuarsa yang megandung
silika(SiO2) , oleh karena itu sering disebut pasir silika. Memiliki kekerasan 7 skala Mohs,
berat jenis 2,65, titik lebur17150C, bentuk kristal hexagonal, konduktivitas panas 12-1000C.
Pasir silika sangat efektif dalam menyaring lumpur dan bahan pengotor air lainnya
(Mugiyantoro dkk, 2017).

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengurangi dampak air yang terkontaminasi limbah secara filter
sederhana?
2. Apakah penjernihan secara filter sederhana dapat mengurangi dampak air yang
terkontaminasi limbah?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengurangi dampak air yang terkontaminasi limbah secara
filter sederhana
2. Untuk mengetahui hasil penjernihan secara filter sederhana terhadap air yang
terkontaminasi limbah
BAB II
METODOLOGI

II.1 Bahan
1. Pipa/lem/botol air mineral bekas (menyesuaikan secara kebutuhan)
2. Pasir
3. Zeolite
4. Ijuk
5. Silika
6. Karbon aktif/arang
7. Kerikil
8. Batu
II.2 Cara pembuatan
1. Rangkai alat hingga berbentuk seperti gambar
2. Susun bahan dari bawah ke atas dengan urutan batu, kerikil, karbon aktif/arang, pasir
silika/pasir halus, ijuk seolit, pasir, ijuk, dan air.

Kelebihan :
1. Telah banyak penelitian yang melakukan percobaan ini dan
2. Bahan-bahan mudah didapatkan
3. Rangkaian filtrasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan

Kekurangan :
1. Harga zeolite yang mahal
2. Memerlukan banyak unit karena banyak sumur permukaan yang telah tercemar
PENGOLAHAN KOTORAN SAPI MENJADI PUPUK KOMPOS

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Mojokerto memastikan penyebab
tercemarnya ribuan sumur warga di Desa Lakrdowo, Kecamatan Jetis bukan akibat adanya
pabrik pengolahan limbah B3. Pasalnya, hasil uji laboratorium sumur pantau dan sumur
warga yang dilakukan secara periodic menunjukkan kualitas air masih memenuhi standar
baku mutu. Hal ini bertentangan dengan hasil kualitas air pada laboratorium BLH Jawa
Timur dan Perum Jasa Tirta 1 pada bulan Juni 2016 menunjukkan adanya kadar pencemaran
melebihi baku mutu dan meningkat drastis dibandingkan data rona awal, terutama di dalam
sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA (SP1, SP3, AP1, AP2, LB5). Beberapa
sumur warga sudah tercemar, terutama pada radius 500 meter dari pabrik dan elevasi
tanahnya lebih rendah (sumur Nanang Sanjaya, Kandim dan Rumiyati). Tingginya nilai
kesadahan air (CaCO3) dan sulfat yang bersifat korosif serta adanya kandungan pencemar
logam dalam air sumur masyarakat dapat menyebabkan iritasi kulit.
Namun berdasarkan penelitian Langgeng Saputra (2017), meunjukkan adanya
pengaruh limbah kotoran sapi terhdapa kualitas air tanah. Keseluruhan sampel menunjukkan
angka COD (Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid) melebihi ambang
baku mutu yang digunakan. Nilai COD (Chemical Oxygen Demand) keseluruhan sampel
berkisar antara 20 – 80 mg/L dengan kadar maksimum yang diperbolehkan 10 mg/L.
Semakin tinggi nilai COD (Chemical Oxygen Demand), maka akan berdampak pada
penurunan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, dikarenakan mikroba dalam proses
oksidasi ataupun dekomposisi bahan organik maupun non organik membutuhkan oksigen.
Penurunan kadar oksigen terlarut juga akan menggangu proses respirasi organisme akuatik.
Kadar oksigen terlarut diperairan sangar dipengaruhi oleh proses aerasi. Proses aerasi
merupakan proses transfer oksigen ke dalam air. Proses tersebut akan terganggu apabila
keadaan air terlalu keruh. Tingkat kekeruhan pada suatu air dipengaruhi oleh jumlah nilai
TSS (Total Suspended Solid). Besaran nilai TSS (Total Suspended Solid) keseluruhan sampel
berkisar 64 – 94 mg/L dengan kadar maksimum yang diperbolehkan 50 mg/L. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa kondisi air tanah di daerah peneleitian keruh. Hal tersebut tentunya akan
menggangu proses regenerasi oksigen yang pada air tanah dikarenakan sinar matahari
terhalang, sehingga proses fotosintesis terhambat. Berdasarkan hasil uji laboratorium, faktor
ketinggian muka air tanah, dan jarak limbah dengan sumur mempengaruhi kandungan nilai
parameter yang digunakan. Semakin tinggi muka air tanah dan semakin dekat titik sampel
dengan sumber limbah nilai COD (Chemical Oxygen Demand) cenderung besar. Sedangkan
tingginya nilai TSS (Total Suspended Solid) dipengaruhi oleh lokasi sumur yang secara
keseluruhan terletak di pinggir jalan, dan umur sumur yang relatif tua.
Guna mengurangi resiko yang ada serta memanfaatkan limbah hasil peternakan maka
dapat dilakukan pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk organik. Inovasi serta
penggunaan, penguasaan dan penerapan teknologi diyakini dapat meningkatkan produktivitas
ternak dan tanaman pertanian khususnya hortikultura. Peningkatan produktivitas ternak dan
tanaman hortikultura diharapkan akan berimplikasi kepada peningkatan pendapatan usaha
ternak dan tani hingga berujung kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat khusus petani
di Desa Lakardowo. Peningkatan produktivitas pada hortikultura dapat dilakukan melalui
penggunaan pupuk organik (pupuk kompos) yang dapat meningkatkan kesuburan tanah. Oleh
karena itu, Sistem Integrasi Tanaman Ternak yaitu tanaman hortikultura dan sapi akan
meningkatkan efisiensi usaha tani dengan mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan
meningkatkan produktivitas tenaga kerja petani. Semua sumber daya yang ada di desa
dioptimalkan penggunaannya untuk kesejahteraan petani.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuat pupuk organik guna memanfaatkan limbah peternakan
yang ada?
2. Apakah limbah hasil peternakan berpengaruh terhadap kandungan air tanah warga?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membuat pupuk organik guna memanfaatkan limbah hasil
peternakan yang ada
2. Untuk mengetahui pengaruh limbah hasil peternakan terhadap kandungan air tanah
warga
BAB II
METODOLOGI

II.1 Bahan
1. Kotoran sapi setelah ditiriskan
2. Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
3. Abu sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
4. Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)
5. Larutan EM-4 + Tetes + Air ( 2 : 2 : 1000) atau 1 liter air + 2 cc EM-4 + 2cc tetes
atau 1 liter air + 2 cc EM-4 + 6 sendok makan gula pasir.

II.2 Cara pembuatan


1. Campur kotoran sapi + sekam + abu sekam + dedak padi sesuai takaran, kemudian
diaduk hingga merata.
2. Tuang campuran larutan EM-4 + tetes + air ke dalam campuran No. 1. dan diaduk
hingga merata sampai membentuk adonan dengan kadar air + 40%.
3. Ditutup dengan karung goni atau tikar. Dalam kondisi aerob fermentasi akan
berlangsung cepat sehingga suhu bokkhasi meningkat 35-40oC. Bila suhu mencapai
50%, maka bokhasi dibolak-balik agar udara masuk dan suhu turun. Lama fermentasi
antara 4-5 hari dan bokhasi dianggap jadi apabila berbau khas fermentasi, kering,
dingin dan ditumbuhi jamur berwarna putih. Apabila berbau busuk, maka pembuatan
bokhasi dianggap gagal.

Kelebihan :
1. Memberikan ilmu baru terkait pemanfaatan limbah peternakan
2. Sedikit meringankan perawatan kebuh/sawah dari petani di Desa Lakardowo
3. Mengubah limbah ternak sehingga membawa nilai jual
4. Bahan-bahan mudah didapatkan dan murah dipasaran

Kekurangan :
1. Pembuatan diperlukan waktu yang lama sehingga tidak bisa digunakan dalam
sewaktu-waktu
Mengacu pada jurnal “pengolahan penjernihan air sederhana secara mandiri di level
komunitas teori dan praktik” yang telah melaksanakan praktik terjadi peningkatan
kualitas (mutu) air sesuai ketentuan baku mutu air layak konsumsi serta hasil
penyaringan dapat menurunkan kadar kekeruhan air sampai >80%.
Mengacu pada “PENGGUNAAN BAHAN ALAM ZEOLIT, PASIR SILIKA, DAN ARANG
AKTIF DENGAN KOMBINASI TEKNIK SHOWER DALAM FILTERISASI FE, MN,
DAN MG PADA AIR TANAH DI UPN “VETERAN” YOGYAKARTA”

Anda mungkin juga menyukai