PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Mengetahui dampak lingkungan yang terjadi di Desa Lakardowo.
2. Menelusuri penyebab pencemaran lingkungan yang terjadi di Desa Lakardowo.
3. Membahas upaya-upaya penyelesaian akibat pencemaran limbah oleh aktivitas
industri di Desa Lakardowo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel air permukaan dan air tanah di Desa Lakardowo
Adanya disintegrasi masyarakat atau perpecahan masyarakat menjadi dua kelompok Pro
dan Kontra PT. PRIA. Hal tersebut terjadi akibat adanya perbedaan pendapat/kepentingan
antara keduanya. Proses terjadinya konflik diatas akibat dari adanya kerugian materiil dan
non materiil yang dialami masyarakat. Dalam analisis teori Lewis A. Coser konflik sosial
akibat pencemaran limbah yang dilakukan oleh PT. PRIA termasuk dalam konflik realistis.
Dimana konflik ini terjadi dengan sumber yang konkrit dan memiliki sifat materiil. Konflik
ini timbul akibat adanya kekecewaan terhadap tuntutan tuntutan yang terjadi dalam hubungan
dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan bagi partisipan dan yang berhubungan dengan
obyek yang dianggap mengecewakan. Dengan adanya tuntutan tuntutan yang tidak dipenuhi
oleh pihak pabrik yang akhirnya mengakibatkan konflik menjadi berkepanjangan sehingga
terjadi disintegrasi dalam masyarakat yang kemudian membuat masyarakat merasa resah dan
dikecewakan
Pasal 25
(1) Penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.
(2) Penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan
untuk Limbah B3:
a. patologis; dan/atau
b. benda tajam.
(3) Penguburan Limbah B3 patologis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan antara lain dengan cara:
a. menguburkan Limbah B3 di fasilitas penguburan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan Limbah B3;
b. mengisi kuburan Limbah B3 dengan Limbah B3 paling tinggi setengah dari
jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan paling rendah 50
cm (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
c. memberikan sekat tanah dengan ketebalan paling rendah 10 cm (sepuluh
sentimeter) pada setiap lapisan Limbah B3 yang dikubur;
d. melakukan pencatatan Limbah B3 yang dikubur; dan -26-
e. melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan Limbah B3.
(4) Penguburan Limbah B3 benda tajam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan antara lain dengan cara:
a. menguburkan Limbah B3 di fasilitas penguburan Limbah B3 yang memenuhi
persyaratan lokasi dan persyaratan teknis penguburan Limbah B3;
b. melakukan pencatatan Limbah B3 yang dikubur; dan
c. melakukan perawatan, pengamanan, dan pengawasan kuburan Limbah B3.
(5) Penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
jika pada lokasi dihasilkannya Limbah patologis dan/atau Limbah benda tajam tidak
terdapat fasilitas Pengolahan Limbah B3 menggunakan peralatan insinerator Limbah
B3.
Pasal 26
Lokasi dan fasilitas penguburan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (3)
dan ayat (4) harus memenuhi persyaratan teknis, meliputi:
a. Bebas banjir;
b. Berjarak paling rendah 20 m (dua puluh meter) dari sumur dan/atau perumahan;
c. Kedalaman kuburan paling rendah 1,8 m (satu koma delapan meter); dan
d. diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3.
Pasal 29
(1) Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f dilakukan oleh
Penghasil Limbah B3 terhadap Limbah B3 yang dihasilkannya.
(2) Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
Limbah B3 berupa :
a. Abu terbang insinerator; dan
b. Slag atau abu dasar insinerator.
(3) Penimbunan Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
di fasilitas :
a. Penimbunan saniter;
b. Penimbunan terkendali; dan/atau
c. Penimbusan akhir Limbah B3 yang memiliki Izin Pengelolaan Limbah B3 untuk
kegiatan Penimbunan Limbah B3.
(4) Sebelum dilakukan penimbunan di fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf
a dan/atau huruf b, Limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf
b, wajib dilakukan:
a. enkapsulasi; dan/atau
b. inertisasi.
Prosedur enkapsulasi dan/atau inertisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum
dalam Lampiran V Peraturan Menteri ini
BAB III
METODE PENEITIAN
Izin pengelolaan limbah B3 yang diterbitkan KLHK kepada PT. PRIA antara lain:
1. Izin pemanfaatan limbah B3 dikeluarkan oleh Kementerian Negara Lingkungan
Hidup No. SK. 07.33.06 tahun 2014, berlaku 19 Juni 2014 sampai 19 Juni 2019.
2. KLHK telah menyerahkan izin pemanfaatan limbah kepada PT. PRIA tanggal 22
Februari 2016 dengan nomor R201511160096).
3. Izin pengolahan limbah B3 (limbah B3 dari kegiatan lain) diumumkan tanggal 4
maret 2016.
4. Izin pemanfaatan limbah B3 diumumkan tanggal 22 Februari 2016.
5. Rekomendasi pengangkutan limbah B3 angkutan darat diumumkan tanggal 30 Juni
2015
6. Rekomendasi pengangkutan limbah B3 angkutan darat diumumkan tanggal 23
November 2015
7. Izin pengolahan limbah B3 (limbah B3 dari kegiatan lain) diumumkan tanggal 14
Januari 2015
8. Izin Pemanfaatan Limbah B3 diumumkan tanggal 24 Juni 2014
9. Izin Pemanfaatan Limbah B3 diumumkan tanggal 1 Oktober 2013
10. Izin Pemanfaatan Limbah B3 diumumkan tanggal 11 Juni 2013
III.2 Perubahan Lahan di Sekitar Lokasi PT. PRIA dan Perlawanan Masyarakat
Interpretasi citra satelit Google Earth selama periode 2011-2017 memperlihatkan
perubahan kondisi lahan di sekitar area PT. PRIA yang sesuai dengan informasi dan kejadian
sosial yang terjadi di masyarakat Desa Lakardowo, sebagaimana terangkum dalam Tabel 1.
Tabel 1 Interpretasi citra satelit Google Earth dan kejadian sosial masyarakat yang terjadi
selama tahun 2011 - 2017 di Desa Lakardowo.
Tanggal Deskripsi Citra Satelit Keterangan Masyarakat dan Kejadian
Pencitraan Google Earth Sosial Masyarakat yang Terjadi
Hampir seluruh area tengah dan atas lubang galian. Selain itu
perluasan lahan limbah cair dan padat dimasukkan lubang,
tertutupi lapisan hitam limbah batu bara, limbah kertas, serbuk
dan diduga kuat logam timah, besi, sisa kawat las, kaleng
merupakan limbah B3 bekas cat, kain majun dan sarung tangan
abu batubara dan bekas, bola lampu merkuri TL bekas, batu
limbah lainnya batere kecil, batere forklift 6V dan 12V,
(Gambar 3) tong kertas sepertinya wadah obat berisi
kaleng2 obat dari rumah sakit.
Masyarakat mulai resah atas dampak
kegiatan PT. PRIA, dipimpin Abah
Maji dan kawan kawan menggalang
dukungan warga mengumpulkan tanda
tangan warga untuk mendesak
penghentian kegiatan penimbunan
limbah B3 di dalam area PT. PRIA
yang menyebabkan pencemaran
lingkungan, untuk dilaporkan ke
anggota DPRD Kabupaten Mojokerto
03/08/2013 Lubang timbunan dan Pada 2 Oktober 2013, Komisi DPRD
endapan hitam di lahan Mojokerto merekomendasikan
PT. PRIA yang terlihat pembekuan ijin dan menghentikan
pada citra 5 bulan kegiatan operasional PT. PRIA sampai
ijin operasional pengolaha limbah B3
sebelumnya, telah
dari KLHK
tertutupi oleh tanah
urug berwarna
kecoklatan. Tampak
sebuah excavator
berada di tepi lubang
setelah barat
(Gambar 4)
Gambar 2. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Gambar 3. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Gambar 4. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Gambar 5. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Gambar 6. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Gambar 7. Citra satelit Google Earth di sekitar area PT. PRIA pada tanggal 2 Juli 2011
(Google Earth, 2006)
Dari informasi masyarakat diketahui bahwa PT PRIA menimbun limbah abu batubara
di dalam perusahaan dengan cepat. Siang hari dilakukan penggalian lubang, kemudian saat
sore hingga malam hari lubang diisi dengan limbah B3 yang dibawa oleh dump truck yang
jumlahnya mencapai ratusan per hari. Aktivitas penimbunan limbah abu batubara di dalam
area PT PRIA diperlihatkan dalam Gambar 8. Masyarakat beberapa kali melakukan aksi
protes kepada PT PRIA maupun mendatangi instansi pemerintah terkait. Karena tidak
ditanggapi dengan serius oleh pemerintah, maka pada 20 Februari 2016 masyarakat
melakukan penghadangan truk yang mengangkut limbah B3 saat melewati jalan desa
Sidorejo. Terjadi konflik antara masyarakat dengan aparat kepolisian yang menimbulkan
ketegangan, seperti diperlihatkan pada Gambar 9. Beberapa warga menjadi korban
pemukulan oleh aparat kepolisian dan dirawat di Puskesmas Jetis Mojokerto (Gambar 10).
Gambar 8. Kegiatan penimbunan limbah abu batubara dilakukan PT PRIA saat perataan tanah untuk
perluasan bangunan pada tahun 2013 (Dokumentasi Warga Lakardowo, 2013)
Gambar 10. Korban kekerasan aparat kepolisian Polsek Jetis diperiksa di Puskesmas Jetis Mojokerto
(Dokumentasi Pendowo Bangkit, 2016)
III.3 Kualitas Air Tanah di sekitar PT.PRIA
Pengambilan sampel kualitas air tanah dan air permukaan dilakukan pada bulan Juni
2016 di dalam area PT PRIA dan di lahan masyarakat sekitarnya. Sampel yang diperiksakan
di Laboratorium Perum Jasa Tirta berjumlah 12 sampel, terdiri dari 7 sampel dari area PT
PRIA dan 5 sampel dari lahan masyarakat. Lokasi titik pengambilan sampel air tanah dan air
permukaan diperlihatkan dalam Gambar 11. Sumur pantau PT PRIA dibuat hingga
kedalaman 80-100 meter dan memiliki 2 bukaan screen pada kedalaman akuifer dangkal (30-
40 meter) dan akuifer dalam (60-70 meter). Sampel air sumur sebelum dikuras diambil pada
kedalaman sekitar 25 meter, merupakan air tergenang (standing water) yang bersumber dari
aliran akuifer dangkal, sedangkan sampel air sumur setelah dikuras diambil pada kedalaman
sekitar 70 meter yang berasal dari aliran akuifer dalam. Kadar pencemar dalam sampel air
permukaan dalam air sumur pantau PT PRIA sebelum dikuras lebih tinggi dibandingkan air
sumur pantau setelah dikuras.
Gambar 11. Sebaran sampel air sumur dan air permukaan di sekitar PT PRIA saat pengambilan
sampel bersama pada bulan Juni 2016
Hasil analisis laboratorium pada sampel air sumur dan air permukaan di area PT
PRIA di laboratorium Perum Jasa Tirta menunjukkan ada 6 parameter kualitas air yang
melebihi baku mutu air Kelas 1 untuk peruntukan air minum berdasarkan Perda Jawa Timur
No. 2 tahun 2008 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air di
Provinsi Jawa Timur. Dalam Pasal 1 poin 11 perda tersebut disebutkan definisi 'air' adalah
semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam
pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Pasal 1
poin 12 menegaskan bahwa sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah. Berdasarkan definisi
tersebut, maka baku mutu kualitas air dalam perda tersebut juga berlaku untuk air tanah di
wilayah Provinsi Jawa Timur. Baku mutu kualitas air yang digunakan sebagai referensi
adalah Baku Mutu Kualitas Air Minum karena masyarakat memanfaatkan air sumurnya
sebagai air minum. Hasil analisis sampel air di Laboratorium PJT 1 diperlihatkan dalam
Tabel 2 dan grafik parameter kualitas air yang melebihi bakumutu diperlihatkan dalam
Gambar 12. Interpretasi analisis kualitas sampel air tanah dan air permukaan yang diambil
Tabel 2. Hasil Analisis sampel air sumuru di Laboratorium Perum Jasa Tirta I bulan Juni 2016
Keterangan: sampel diakhiri huruf ‘A’ diambil sebelum pengurasan (standing water); huruf ‘B’
diambil setelah pengurasan hingga kekeruhan, suhu dan pH stabil sekitar 1 jam (aquifer water)
Tabel 3. Interpretasi Hasil Analisis Kualitas Air Tanah dan Air Permukaan di Area PT PRIA pada
Bulan Juni 2016
Tabel 4. Hasil Analisis kualitas air tanah dan air permukaan Desa Lakardowo dalam Rona Awal
AMDAL PT PRIA 2011 dan hasil analisis Laboratorium PJT1 pada bulan Juni 2016
Parameter Baku Mutu Kualitas Air Minum Rentang Hasil Uji Rentang Hasil uji Rentang Hasil uji
kualitas air di area
Perda Jatim Permenkes Kualitas Air PT kualitas air sumur
No.2/2008 No.492/2010 Rona Awal 2011 PRIA masyarakat
Fecal 100 0 21-150 <3 - 230 2 - 170
coliform
TDS 1.000 500 504 - 688 580 - 2.480 512 - 2.680
Sulfat 400 250 64.2 - 154,9 127,2 - 858,2 49,93 - 708
Mangan 0.1 0.4 <0.02 Ttd - 0,433 Ttd
Seng 0.05 3 <0.01 - 0,03 0,129 - 0,536 0,052 - 0,064
Besi 0,3 0,3 <0.01 0,196 - 0,905 0,095 - 0,141
Boron 1 0,5 - 0,121 - 1,290 0,034 - 0,194
H2S 0,002 - - Ttd - 0,032 Ttd - <0,013
COD 10 - - 12,82 - 22,81 6,21 - 14,86
Sampel air tanah dan air permukaan yang sama juga dianalisis di Laboratorium Dinas
Lingkungan Hidup Jawa Timur. Hasil analisis Laboratorium DLH Jawa Timur diperlihatkan
dalam Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Data Hasil Analisis Sampel Air di Laboratorium DLH Jatim dengan
Baku Mutu dan Rona Awal Kualitas Air di Sekitar PT PRIA Mojokerto
Nama Parameter Kualitas Air
Fecal
Lokasi Sampel Air TDS COD KMnO4 Sulfat Mangan Seng CaCO3 coliform
Jumlah/100m
mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L l
1.00
Baku Mutu Air 0 10 10 400 0,1 0,05 500 100
Minum Perda
2/2008
PT PRIA PTPRIA2011 504 - 64.2 <0.02 <0.01 430.1 150
SP2B Sumur2 708 4.67 29.9 144 0.489 0.065 245.1 20
SP1A Sumur1 1504 9.01 31.9 955 0.572 0.207 832.8 67
SP1B Sumur1 1380 9.01 3.8 598 0.765 0.390 416.4 <2
SP3A Sumur3 1537 16 1 788 0.049 0.079 523.4
SP3B Sumur3 897 4.34 1.1 521 0.192 <0.016 123.1
AP1 Belakang 2997 20.2 7.7 571 0.025 0.044 1568 67
AP2 Bak kontrol 1893 4.89 7.3 811 0.787 0.096 1220 67
LB5 Kolam 1864 16.8 14.7 777.7 0.942 0.004 1056 <2
Sumberwulu
h SBWULUH2011 686 133.7 <0.02 0.02 479.5 43
SBNT2A
Nurtoyib 921 5.45 0.8 159.7 0.014 6.93 616.8 <2
SBNT2B 862 3.41 1.6 143.7 0.011 0.024 586.5 5
Sambigemb
ol LB1A Rumiyati 1005 5.11 208.5 0.808 0.026 860.2
LB1B 1258 2.72 241.7 0.802 <0.016 865.6
Greyol GREYOL2011 656 71.5 <0.02 0.03 442.3 150
LB2A Tari 742 14 4.7 170.8 0.071 0.05 458.8 67
LB2B 672 6.86 1.9 92.5 <0.009 0.01 466.4 170
LB3A WSLIC 861 1.43 7.5 170.8 0.058 0.02 200.2 2
LB3B 849 6.51 6.6 165.5 0.047 0.02 199.1 <2
LB4A Kandim 816 11.8 5 190.25 <0.009 0.019 454.4 17
LB4B 1014 9.72 3.8 209.3 <0.009 <0.016 539.9 <2
Kedungpalan KDPALANG201
g 1 688 154.9 <0.02 <0.01 493.1 21
SBNS1A Nanang 1713 12 1.6 729.6 0.402 <0.016 1047 5
SBNS1B 1749 8.54 2.5 738 0.391 <0.016 1056 5
SBRI2A Riamun 700 13.7 3.3 100.4 0.243 <0.016 300.8 2
SBRI2B 638 9.31 1.6 110.2 0.354 <0.016 334.8 <2
SBBR1A 542 2.72 1.3 73.3 0.309 0.022 311.6 5
Bambangrofiq
SBBR1B 510 6.13 1.6 116.2 0.304 <0.016 314.9 9
SBBI1A Bilal 2552 3.75 1.9 1308.2 0.062 14.7 1682.5 5
SBBI1B 2712 3.41 1.3 1274.0 0.016 0.021 1661.0 2
Hasil uji Laboratorium DLH Jawa Timur maupun Laboratorium PJT 1 menunjukkan
adanya kadar pencemaran melebihi baku mutu dan lebih tinggi dari data rona awal, terutama
di dalam sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA (SP1, SP3, AP1, AP2, LB5) dan
beberapa sumur warga yang berdekatan dengan pabrik (sumur Nanang Sanjaya dan
Rumiyati). Bahan pencemar yang melebihi baku mutu di dalam area PT PRIA antara lain
TDS, CaCO3, Sulfat, Mangan, dan Seng. Selain dapat berasal dari sumber alami, parameter
tersebut juga dapat bersumber dari lindi limbah abu batubara Fly ash dan Bottom ash,
sebagaimana dipublikasikan dalam penelitian ilmiah, antara lain Tanosaki et al. (2009);
Gottlieb et al. (2010); Balkin and Tewalt (2007). Berdasarkan MSDS Coal Ash disebutkan
bahwa limbah abu batubara memiliki efek skin irritant yang dapat menyebabkan iritasi kulit
dan dermatitis. Banyak masyarakat sekitar PT PRIA, terutama anak-anak dan perempuan
menderita penyakit iritasi kulit akibat contact dermatitis dan merasakan gatal-gatal setelah
mandi dengan air sumurnya. Tingginya kesadahan air (CaCO3) dan sulfat bersifat korosif dan
adanya kandungan pencemar logam dapat menyebabkan iritasi kulit. Gambar 13
memperlihatkan kondisi beberapa balita yang menderita dermatitis.
Gambar 13. Penyakit dermatitis pada balita dan anak di Desa Lakardowo Mojokerto jumlahnya
meningkat pada musim kemarau.
Data hasil analisis sampel kualitas air oleh Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup
Jawa Timur maupun Laboratorium Perum Jasa Tirta 1 menunjukkan bahwa kadar pencemar
dalam sampel air sumur dan air permukaan di area PT PRIA cenderung lebih tinggi dari
sumur warga, mengindikasikan adanya sumber pencemar di dalam area PT PRIA. Titik
tertinggi elevasi permukaan tanah perusahaan berada pada ketinggial 63 mdpl dan elevasi
tanah terendah di area permukiman masyarakat Dusun Kedungpalang ke arah selatan adalah
41 mdpl dan elevasi terendah ke arah utara Dusun Sumberwuluh adalah 52 mdpl.
PT PRIA yang dikelilingi permukiman 3 dusun Desa Lakardowo dan 1 dusun Desa
Sidorejo Mojokerto, yang dihuni oleh + 4.500 penduduk yang beresiko terdampak
pencemaran air dan udara dari aktivitas PT PRIA. Permukiman terdekat adalah Dusun Greyol
yang berjarak 150 meter dari PT PRIA serta Dusun Kedungpalang dan Sambigembol yang
berjarak 350 meter dari PT PRIA. Gambar 14-18 memperlihatkan perbedaan elevasi
permukaan tanah dan jarak PT PRIA dengan permukiman masyarakat di Desa Lakardowo
dan Desa Sidorejo.
Gambar 14. Dusun Sambigembol Lakardowo berjarak 500 meter dari PT PRIA
dengan perbedaan elevasi 10 meter lebih rendah
Gambar 15. Dusun Kedungbulu Lakardowo berjarak 400 meter dari PT PRIA
dengan perbedaan elevasi 4 meter lebih rendah
Gambar 16. Dusun Kedungpalang Lakardowo berjarak 400 meter dari PT PRIA dengan perbedaan
elevasi 13 meter lebih rendah
Gambar 17. Dusun Sumberwuluh Lakardowo berjarak 600 meter dari PT PRIA dengan perbedaan
elevasi 16 meter lebih rendah
Gambar 18. Dusun Sumberwuluh Lakardowo berjarak 800 meter dari PT PRIA dengan perbedaan
elevasi 18 meter lebih rendah
Gambar 19. Dusun Greyol Sidorejo berjarak 120 meter dari PT PRIA dengan perbedaan elevasi 2
meter lebih rendah
Titik tertinggi elevasi permukaan tanah perusahaan berada pada ketinggial 63 mdpl
dan elevasi tanah terendah di area permukiman masyarakat Dusun Kedungpalang ke arah
selatan adalah 41 mdpl dan elevasi terendah ke arah utara Dusun Sumberwuluh adalah 52
mdpl. Hasil analisis koefisien kesamaan Gower mengindikasikan bahwa:
1. Kualitas air Sumur Pantau 1 sebelum dikuras (SP1A) memiliki kesamaan yang tinggi
dengan air drainase di sisi barat PT PRIA (AP1) dan sumur Rumiyati (LB1A/LB1B)
berjarak + 450 meter di sebelah barat laut pabrik
2. Kualitas air Sumur Pantau 3 sebelum dikuras (SP3A) memiliki kesamaan yang tinggi
dengan air, sumur Nanang Sanjaya (SBNS1A/SBNS1B) berjarak +350 meter di
sebelah selatan pabrik
3. Kualitas air Sumur Pantau 3 setelah dikuras (SP3B) memiliki kesamaan yang tinggi
dengan :
a. air sumur berjarak + 700 meter di sebelah selatan pabrik yaitu sumur Bambang
Rofiq (SBBR1A/SBBR1B) dan Riamun (SBRI2A/SBRI2B),
b. air sumur berjarak 200 meter di sisi timur pabrik (LB3A/LB3B)
c. air sumur berjarak 400 meter di sisi timur laut (SNT2A/SBNT2B) dan berjarak +
400 meter di sisi timur pabrik (LB4A/LB4B)
d. air sumur berjarak 200 meter di sisi barat pabrik (LB2A/LB2B)
Analisis data yang dilakukan pada hasil uji laboratorium DLH Jawa Timur
mengindikasikan bahwa:
Timbunan Limbah B3 di dalam area PT PRIA diduga kuat telah menyebarkan lindi beracun
ke aliran akuifer dangkal pada sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA. Kualitas air
sumur pantau PT PRIA sangat berbeda dan lebih buruk dibandingkan kualitas air sumur pada
rona awal tahun 2011. Kualitas air sumur pantau dan air permukaan di area PT PRIA lebih
buruk dibandingkan dengan air sumur masyarakat sekitar, mengindikasikan adanya
1. Sumber pencemaran berupa timbunan limbah B3 di bawah lantai gudang dan
lahan area PT PRIA
2. Kualitas air sumur warga Desa Lakardowo berbeda dengan kualitas air pada
kondisi Rona Awal 2011, mengindikasikan terjadinya penurunan kualitas air
sumur masyarakat sekitar area PT PRIA, diduga kuat karena rembesan lindi
timbunan limbah B3 mengkontaminasi lapisan tanah melalui proses infiltrasi dan
perkolasI mengalir ke arah elevasi tanah yang lebih rendah. Meskipun
peningkatan kadar pencemar dalam air sumur warga belum terlalu tinggi,
rembesan lindi timbunan limbah B3 akan terus terakumulasi dan kadar pencemar
dalam air sumur masyarakat akan semakin meningkat.
3. Di dalam air sumur pantau dan air permukaan PT PRIA ditemukan logam berat
pencemar beracun antara lain Timbal, Krom Valensi 6 dan Arsenik. Meskipun
kadarnya belum melebihi baku mutu, kontaminasi logam berat pencemar dalam
air sumur akan terakumulasi dan menimbulkan dampak kesehatan yang lebih
parah bagi masyarakat sekitar PT PRIA. Tingginya nilai kesadahan air (CaCO 3)
dan sulfat yang bersifat korosif serta adanya kandungan pencemar logam dalam
air sumur masyarakat dapat menyebabkan iritasi kulit. Selama bulan Oktober -
November 2016 terdapat 342 warga Lakardowo terutama anak-anak dan
perempuan menderita penyakit iritasi kulit akibat chemical contact dermatitis dan
merasakan gatal-gatal setelah mandi dengan air sumurnya.
4. Kualitas air sumur warga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan
besarnya penyimpangan nilai TDS dari 700 mg/L, yang merupakan nilai TDS
tertinggi pada Rona Awal 2011. Kelompok air sumur masyarakat berdasarkan
nilai TDS adalah sebagai berikut
a. Air sumur dengan nilai TDS < 700 mg/L, yaitu sumur yang berada pada
elevasi tanah cenderung setara dengan PT PRIA (sumur Bapak Tari di Dusun
Greyol Desa Sidorejo) dan sumur yang berjarak > 700 meter (sumur Bapak
Bambang Rofiq dan Riamun di Dusun Kedungpalang Desa Lakardowo)
b. Air sumur dengan TDS 700 – 1000 mg/L, yaitu sumur di yang berjarak 500-
700 meter dari PT PRIA (Kandim, WSLIC Dusun Greyol Desa Sidorejo) dan
sumur pada elevasi tanah lebih rendah dari PT PRIA (sumur Nur Toyib Dusun
Sumberwuluh Desa Lakardowo)
c. Air sumur dengan TDS > 1000 ppm, yaitu sumur yang berjarak kurang dari
500 meter dan elevasi tanah lebih rendah dari PT PRIA (sumur Bapak Nanang
Sanjaya Dusun Kedungpalang Desa Lakardowo dan sumur Ibu Rumiati Dusun
Sambigembol Desa Lakardowo)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SOLUSI
IV.1 Kesimpulan
1. Penyebab Pencemaran Lingkungan yang terjadi di desa Lakardowo disebabkan
oleh aktivitas Industri yang dilakukan oleh PT PRIA sebagai Pabrik Pengolahan
Limbah
2. Pengolahan limbah yang dilakukan PT PRIA terjadi akibat PT PRIA mengolah 60
jenis limbah yang diantaranya Limbah Rumah sakit, Limbah Batu Bara dan
Limbah kertas yang dihasilkan oleh berbagai Industri Khususnya di Jawa Timur
sehingga menyebabkan pennurunan kualitas air tanah di Lingkungan sekitar
3. Penurunan kualitas air di sekitar area PT PRIA yang diduga kuat disebabkan oleh
rembesan lindi timbunan Limbah B3 yang mengkontaminasi lapisan tanah melalui
proses infiltrasi dan perkolasi yang mengalir ke arah elevasi permukaan tanah
yang lebih rendah sehingga mencemari aliran akuifer dangkal di permukiman
masyarakat. Meskipun peningkatan kadar pencemar air sumur warga yang
melampaui baku mutu kualitas air minum belum terlalu tinggi, tetapi rembesan
lindi timbunan limbah B3 akan terus terakumulasi dan kadar pencemar dalam air
sumur akan semakin meningkat.
4. Hasil uji kualitas air pada laboratorium BLH Jawa Timur dan Perum Jasa Tirta 1
pada bulan Juni 2016 menunjukkan adanya kadar pencemaran melebihi baku mutu
dan meningkat drastis dibandingkan data rona awal, terutama di dalam sumur
pantau dan air permukaan di area PT PRIA (SP1, SP3, AP1, AP2, LB5). Beberapa
sumur warga sudah tercemar, terutama pada radius 500 meter dari pabrik dan
elevasi tanahnya lebih rendah (sumur Nanang Sanjaya, Kandim dan Rumiyati).
Tingginya nilai kesadahan air (CaCO3) dan sulfat yang bersifat korosif serta
adanya kandungan pencemar logam dalam air sumur masyarakat dapat
menyebabkan iritasi kulit. Selama bulan Oktober - November 2016 terdapat 342
warga Lakardowo terutama anak-anak dan perempuan menderita penyakit iritasi
kulit akibat chemical contact dermatitis dan merasakan gatal-gatal setelah mandi
dengan air sumurnya.
IV.2 Solusi
1. Pemurnian air sumur permukaan yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
dengan menggunakan metode filtrasi sederhana. Dengan bahan filtrat berupa
pasir, zeolite, ijuk, silika, karbon aktif/arang, kerikil, dan baru.
2. Pemanfaatan limbah hasil peternakan dengan melakukan pengolahan limbah
peternakan menjadi pupuk organik. Inovasi serta penggunaan, penguasaan dan
penerapan teknologi diyakini dapat meningkatkan produktivitas ternak dan
tanaman pertanian khususnya hortikultura. Peningkatan produktivitas ternak dan
tanaman hortikultura diharapkan akan berimplikasi kepada peningkatan
pendapatan usaha ternak dan tani hingga berujung kepada peningkatan
kesejahteraan masyarakat khusus petani di Desa Lakardowo.
Lampiran I
PENGOLAHAN AIR DENGAN METODE FILTRASI SEDERHANA
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengurangi dampak air yang terkontaminasi limbah secara
filter sederhana
2. Untuk mengetahui hasil penjernihan secara filter sederhana terhadap air yang
terkontaminasi limbah
BAB II
METODOLOGI
II.1 Bahan
1. Pipa/lem/botol air mineral bekas (menyesuaikan secara kebutuhan)
2. Pasir
3. Zeolite
4. Ijuk
5. Silika
6. Karbon aktif/arang
7. Kerikil
8. Batu
II.2 Cara pembuatan
1. Rangkai alat hingga berbentuk seperti gambar
2. Susun bahan dari bawah ke atas dengan urutan batu, kerikil, karbon aktif/arang, pasir
silika/pasir halus, ijuk seolit, pasir, ijuk, dan air.
Kelebihan :
1. Telah banyak penelitian yang melakukan percobaan ini dan
2. Bahan-bahan mudah didapatkan
3. Rangkaian filtrasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan
Kekurangan :
1. Harga zeolite yang mahal
2. Memerlukan banyak unit karena banyak sumur permukaan yang telah tercemar
PENGOLAHAN KOTORAN SAPI MENJADI PUPUK KOMPOS
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara membuat pupuk organik guna memanfaatkan limbah hasil
peternakan yang ada
2. Untuk mengetahui pengaruh limbah hasil peternakan terhadap kandungan air tanah
warga
BAB II
METODOLOGI
II.1 Bahan
1. Kotoran sapi setelah ditiriskan
2. Sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
3. Abu sekam (10% dari bobot kotoran sapi)
4. Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi)
5. Larutan EM-4 + Tetes + Air ( 2 : 2 : 1000) atau 1 liter air + 2 cc EM-4 + 2cc tetes
atau 1 liter air + 2 cc EM-4 + 6 sendok makan gula pasir.
Kelebihan :
1. Memberikan ilmu baru terkait pemanfaatan limbah peternakan
2. Sedikit meringankan perawatan kebuh/sawah dari petani di Desa Lakardowo
3. Mengubah limbah ternak sehingga membawa nilai jual
4. Bahan-bahan mudah didapatkan dan murah dipasaran
Kekurangan :
1. Pembuatan diperlukan waktu yang lama sehingga tidak bisa digunakan dalam
sewaktu-waktu
Mengacu pada jurnal “pengolahan penjernihan air sederhana secara mandiri di level
komunitas teori dan praktik” yang telah melaksanakan praktik terjadi peningkatan
kualitas (mutu) air sesuai ketentuan baku mutu air layak konsumsi serta hasil
penyaringan dapat menurunkan kadar kekeruhan air sampai >80%.
Mengacu pada “PENGGUNAAN BAHAN ALAM ZEOLIT, PASIR SILIKA, DAN ARANG
AKTIF DENGAN KOMBINASI TEKNIK SHOWER DALAM FILTERISASI FE, MN,
DAN MG PADA AIR TANAH DI UPN “VETERAN” YOGYAKARTA”