Pendidikan Kewarganegaraan 1
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
Lisa Monica :
Misnawati : 1710125320111
KELAS : 3C PGSD
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT dengan rahmat dan Hidayah-Nya lah kami
berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penanama Tentang Nilai Dalam
Kehidupan Sehari-hari”
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas dan juga memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Makalah ini telah kami susun secara baik atas bantuan dari berbagai pihak terutama
kepada dosen pengampu kami mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan 1 yaitu Ibu Dr. Hj.
Asniwati,M.Pd dan asisten dosen beliau yaitu Bapak Ari Hidayat,M.Pd sehingga makalah ini
bisa selesai dengan tepat waktu , untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang
membantu kami dalam membuat makalh ini.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan. Oleh karena sebab
itu , kami mengharapkan kritik dan saran agar membantu menyempurnakan makalah ini guna
menghasilkan makalah yag lebih baik lagi.
Semoga makalah ini mudah dipahami dan kami berharap bisa bermanfaat bagi kami
sendiri dan bagi pembaca.
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG......................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................iii
C. TUJUAN...........................................................................................................................iii
BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................................1
A. PENGERTIAN NILAI......................................................................................................1
B. MACAM-MACAM NILAI...............................................................................................1
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................................6
A. KESIMPULAN.................................................................................................................6
B. SARAN..............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Apa yang dimaksud dengan nilai dan Apa saja macam-macam nilai dalam
pembelajaran Pkn?
C. Tujuan
B.MACAM-MACAM NILAI
Walaupun nilai memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamatai melalui indra
manusia, namun dalam realisasinya nilai berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek
kehidupan manusia yang bersifat nyata (praksis) namun demikian setiap kali memiliki nilai
dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi,
intisari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal
karena menyangkut hakikat Tuhan, maka nilai tersebut bersifat mutlak karena hakikat
Tuhan adalah kuasa prima (hak asasi). Demikian juga hakikat nilai dasar itu dapat juga
berlandasan pada hakikat sesuatu benda, kualitas, kuantitas, aksi, relasi, ruang maupun
waktu
B.Nilai Instrumental
Untuk dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan praksis maka nilai dasar tersebut
di atas harus memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas. Nilai instrumental
inilah yang merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Bilamana
nilai instrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam keidupan sehari-
hari maka hal itu akan merupakan suatu norma moral. Namun jikalau nilai instrumental itu
berkaitan dengan suatu organisasi ataupun negara maka nilai-nilai instrumental itu
merupakan suatu arahan.
C.Nilai praksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai
instrumental dalam suau kehidupan yang nyata. Sehingga nilai praksis ini merupakan
perwujudan dari nilai instrumental itu. Dapat juga dimungkinkan berbeda0beda wujudnya,
namun demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentngan. Artinya
oleh karena nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis itu merupakan suatu sistem
perwujudannya tidak boleh menyimpang dari sistem tersebut
Terdapat berbagai macam padangan tentang nilai hal ini sangat tergantung pada titik
tolak dan sudut pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang pengertian serta
hierarkhi nilai. Misalnya kalangan materialis memandang bahwa nilai yang tertinggi
adalah nilai material. Kalngan hadonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi adalah
nilai kenikmatan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang
ada serta bagaimana hubungan nilai nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk
menggolong-golongkan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat beranekaragam,
tergantung pada sudut pandang dalam rangka penggolongan tersebut
Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan
tingginya. Nilai-nilai itu secara senyatanya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih rendah
dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat
dikelompokkan dalam empat tingkatan sebagai berikut:
1) Nilai-nilai ekonomis (ditujukan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang
dapat dibeli).
2) Nilai-nilai kejasmanian (membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari
kehidupan badan).
3) Nilai-nilai hiburan (nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat
menyumbangkan pada pengayaan kehidupan).
4) Nilai-nilai social (berasal mula dari keutuhan kepribadian dan sosial yang
diinginkan).
5) Nilai-nilai watak (keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan).
6) Nilai-nilai estetis (nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni).
7) Nilai-nilai intelektual (nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran).
8) Nilai-nilai keagamaan.
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia,
atau kebutuhan material ragawi manusia.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia nilai
kerokhanian ini dapat dibedakan atas empat macam:
a) Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
b) Nilai keindahan atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (esthesis,
gevoel, rasa) manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsure kehendak (will,
woollen, karsa) manusia.
d) Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai
religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Masih banyak lagi cara pengelompokan nilai, misalnya seperti yang dilakukan N.
Rescher, yaitu pembagian nilai berdasarkan pembawaan nilai (trager), hakikat keuntungan
yang diperoleh, dan hubungan antara pendukung nilai dan keuntungan yang diperoleh. Begitu
juga dengan pengelompokan nilai menjadi nilai intrinsik dan ekstrinsik, nilai objektif dan
nilai subjektif, nilai positif dan nilai negative (disvalue), dan sebagainya
Dari uraian mengenai macam-macam nilai di atas, dapat dikemukakan pula bahwa
yang mengandung nilai itu bukan hanya sesuatuyang berwujud material saja, akan tetapi juga
sesuatu yang berwujud non-material atau immaterial. Bahkan sesuatu yang immaterial itu
tidak megandung nilai yang sangat tinggi dan mutlak bagi manusia. Nilai-nilai material
relatif lebih mudah diukur, yaitu dengan menggunakan alat indra maupun alat pengukur
seperti berat, panjang, luas dan sebagainya. Sedangkan nilai kerokhanian/spiritual lebih sulit
mengukurnya. Dalam menilai hal-hal kerokhanian/spiritual, yang menjadi alat ukurnya
adalah hati nurani manusia yang dibantu oleh alat indra, cipta, rasa, karsa dan keyakinan
manusia.
Notonagoro berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila tergolong nilai-nilai
kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui adanya nilai-nilai material dan
nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, baik nilai material, nilai
vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau nilai estetis, nilai kebaikan atau nilai moral,
maupun nilai kesucian yang sistematika-hirarkhis, yang dimulai dari sila Ketuhanan yang
Maha Esa sebagai ‘dasar’ sampai dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
sebagai ‘tujuan’ (Darmodiharjo, 1978).
Selain nilai-nilai yang dikemukakan oleh para tokoh aksiologi tersebut menyangkut
tentang wujud macamnya, nilai-nilai tersebut juga berkaitan dengan tingkatan-tingkatannya.
Hal ini kita lihat secara objektif karena nilai-nilai tersebut menyangkut segala aspek
kehidupan manusia. Ada sekelompok nilai yang memiliki kedudukan atau hierarki yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya ada yang lebih rendah bahkan ada tingkatan
nilai yang bersifat mutlak. Namun demikian hal ini sangat tergantung pada filsafatdari
masyarakat atau bangsa sebagai subjek pendukung nilai-nilai tersebut. Misalnya bagi bangsa
Indonesia nilai religious merupakan suatu nilai yang tertinggi dan mutlak, artinya nilai
religious tersebut hierarkhinya di atas segala nilai yang ada dan tidak dapat di jastifikasi
berdasarkan akal manusia karena pada tingkatan tertentu nilai tersebut bersifat di atats dan
diluar kemampuan jangkauan akal pikir manusia. Namun demikian bagi bangsa yang
menganut paham sekuler nilai yang tertinggi adalah pada akal pikiran manusia sehingga nilai
ketuhanan di bawah otoritas akal manusia.
Nilai berbeda dengan fakta dimana fakta dapat diobservasi melalui suatu verifikasi
empiris, sedangkan nilai bersifat abstak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan dimengarti
dan dihayati oleh manusia. Nilai berkaitan juga dengan harapan, citaa-cita, keinginan,dan
segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah) manusia. Nilai dengan demikian tidak
bersifat kongkrit yaitu tidak dapat ditangkap dengan indra manusia, dan nilai dapat
bersifat subjektif maupun objektif . bersifat subjektif manakala nilai tersebut diberikan
oleh subjek (dalam hal ini manusia sebagai pendukung pokok nilai) dan bersifat objektif
jikalau nilai tersebut telah melekat pada sesuatu terlepas dari penilaian manusia.
Agar nilai tersebut lebuuh berguna dalam menuntun sikapdan tingkah laku
manusia, maka perlu lebih dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjanarkannya dalam tingkah laku secara
kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu
norma. Terdapat berbagai macam norma, dan dari berbagai macam norma tersebut norma
hukumlah yang paling kuat keberadaannya, karena dapat dipaksakan oleh suatu kekuasaan
eksternal misalanya penguasa atau penegak hukum
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah
moral mengandung identitas dan martabat pribadi manusia. Derajat keperibadian manusia
amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Maka moral yang terkandung dalam
kepribadian seseorang itu tercermin dari sikp dan tingkah laku nya. Dalam pengertian
inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai panutan sikap dan tingkah laku
manusia Hubungan antara moral dangan etika memang sangat erat sekali dan kadang kala
kedua hal tersebut disamakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut memiliki
perbedaan. Moral yaitu merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wajangan-wajangan,
patokan-patokan, kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yanng baik. Adapun dipihak
yang lain etika adalah suatu cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-padangan moral tersebut (krammar,1988 dan
darmodihardjo,1996). Atau juga sebagaimana di kemukakan oleh De Vos (1987), bahwa
etika dapat diartikan sebagai ilmu penetahuan tentang kesusilaan. Adapun yang dimaksud
dengan kesusilaan adalah identik denga pengertian moral, sehingga etika pada hakikatnya
adalah sebagai ilmu penngetahuan yang membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.
Setiap orang memiliki moralitas sendiri-sendiri, tetapi tidak demikian yang kritis
terhadap etika. Terhadap suatu kemungkinan bahwa seseorang mengikuti begitu saja pola-
pola morallitas yang ada dalam suatu masyarakat tampa perlu direfleksikannya secara
kritis Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh
seseorang. Wewenang ini dipandang berbeda di tangan pihak-pihak yang memberika
ajaran moral. Hal inilah yang menjadi kekurangan dari etika jikalau dibandingkan dengan
ajaran moral. Sekalipun demikian, dalam etika seseorang dapat mengerti mengapa,dan
atas dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu. Hal yang terakhir
inilah yang merupakan kelebihan etika jikalau dibandingkan dengan moral.
Hal ini dapat dianalogikan bahwa ajaran moral sebagai buku petunjuk tentang
bagaimana kita memperlakukan sebuah mobil dengan baik, sedangkan etika memberikan
pengertian pada kita tentang struktur dan teknologi mobil itu sendiri. Demikianlah
hubungan yang sistematik antara nilai,norma dan moral yang pada gilirannya ketiga aspek
tersebut terwujud dalam suatu tingkah laku praktis dala kehidupan manusia.
Nilai adalah suatu bobot/kualitas perbuatan kebaikan yang terdapat dalam berbagai
hal yang dianggap sebagai sesuau yang berharga,berguna, dan memiliki manfaat , nah dalam
pembelajaran PKN SD , nilai sangat penting untuk ditanamkan sejak dini karena nilai
bermanfaat sebagai standar ruang hidup . dengan demikian nilai pancasila perlun
dipahamkan pada anak SD. Sarana yang paling tepat untuk menanamkan nya adalah melalui
pembelajaran PKN ini karena didalam nya terkandung muatan nilai , norma , mor
E.PENANAMAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN PKN
(a) Memasukkan nilai-nilai karakter dalam setiap materi pembelajaran di kelas sesuai yang
direncanakan atau sesuai RPP dengan menggunakan pendekatan discovery learning atau
inquiri,
(b) Menanamkan nilai-nilai karakter pada kegiatan pembelajaran di kelas melalui diskusi
kelompok,
(c) Menanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan-kegiatan pembiasaan (apel pagi, berjabat
tangan, pemberian salam, jamaah sholat wajib dan sholat sunah, tadarus pagi dan petang,
(d) Menanamkan nilainilai karakter dalam kegiatan-kegiatan peringatan hari besar nasional
(e) Memberikan penilaian pendidikan karakter melalui penilaiaan sikap dan perilaku,
(2) Kegiatan Ekstra Kurikuler dengan cara sebagai berikut:
(a) Menanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan ekstra kurikuler, Seni dan Budaya
(b) Menanamkan nilai-nilai karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler Olah Raga ( Bela diri,
Basket, Bola Volley, Panahan, Berkuda, Bulu Tangkis, dan lain-lain).
Pengimplekasian penanaman nilai ini kita bisa gunakan dengan cara memadukan salah
satu teknik yaitu teknik VCT. VCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat
memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan
bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan
menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada
prosesnya VCT berfungsi untuk:
b) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun
yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya;
c) Menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa
sebagai milik pribadinya.
Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk
“melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap
suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat”.
1) Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian nasihat, yaitu memberikan pesan-
pesan moral yang menurut guru dianggap baik.
2) Jangan memaksa siswa untuk memberi respons tertentu apabila memang siswa tidak
menghendakinya.
3) Usahakan dialog dilaksanakan secara bebas dan terbuka, Sehingga siswa akan
mengungkapkan perasaannya secara jujur dan apa adanya.
5) Hindari respons yang dapat menyebabkan siswa terpojok, Sehingga ia menjadi defensif.
.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nilai adalah harga atau kualitas sesuatu. Artinya , sesuatu diangap memiliki
nilai apabila sesuatu tersebut secara instrinsik memang berharga.
Dalam kaitannya dengan derivasi atau penjabarannya maka nilai-nilai dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu nilai dasar , nilai instrumental , dan nilai
praksis
Nilai berbeda dengan fakta dimana fakta dapat diobservasi melalui suatu
verifikasi empiris, sedangkan nilai bersifat abstak yang hanya dapat dipahami,
dipikirkan dimengarti dan dihayati oleh manusia. Nilai berkaitan juga dengan
harapan, citaa-cita, keinginan,dan segala sesuatu pertimbangan internal (batiniah)
manusia. Nilai dengan demikian tidak bersifat kongkrit yaitu tidak dapat ditangkap
dengan indra manusia, dan nilai dapat bersifat subjektif maupun objektif .
B. SARAN
Melalui makalah ini kami berharap agar pembaca tidak berhenti sampai disini
saja menggali ilmu tentang pembelajaran PKN , kami berharap agar pembaca terus
menggali ilmu dan mengetahui problematika yang terjadi pada pembelajaran khusus
nya PKN , mengingat peran pendidik bagi siswa sangatlah dipandang penting untuk
perkembangan pendidikan negara Indonesia ini.
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal-hal penyajian nya maka dari
itu kita haus lebih giat belajar agar dapat menjadi lebih baik lagi .