Anda di halaman 1dari 9

POLITIK EKONOMI ISLAM

Suatu pemerintahan merealisasikan garis haluan atau khittah hukum dengan


mengonkretkan nilai-nilai syariat Islam sebagai barometernya dan memiliki destinasi atau
tujuan menyangkut pembangunan ekonomi untuk menjamin terwujudnya hajat masyarakat
khususnya umat islam, inilah yang diartikan sebagai politik ekonomi Islam. Khittah dalam
aktivitas ekonomi tersebut menjadi asas atau kaidah yang mengontrol hubungan pelaksana
ekonomi baik itu perseorangan dengan masyarakat, pribadi dengan pribadi, serta negara
dengan masyarakat. Dalam meratifikasi suatu program, prosedur undang-undang yang dibuat
bukan menjadi peraturan internal negara (pemerintah).
Penciptaan prosedur hukum di atas melibat pada beberapa hal, yakni (1) mengolah
ketetapan hukum yang sudah ada; (2) pembentukan aturan demi mengisi kekosongan hukum.
Politik ekonomi Islam secara teknis lebih dikenal dengan julukan siyasah maliyah.
Istilah lainnya tadakhkhul ad-daulah (campur tangan pemerintah), Intervensi (campur tangan)
negara bertujuan agar aktivitas ekonomi terjamin, yakni penyesuaian hukum Islam yang
terikat dengan kehidupan ekonomi didalam masyarakat. menurut akademik, hukum Islam at-
tasharruf (bagian strategi manajemen aset negara) dikembangkan menjadi kajian politik
ekonomi Islam.
Intervensi ini juga meliputi pengisian kevakuman hukum yang berlangsung pada
hukum Islam, hal ini juga menerangkan bahwa campur tangan pemegang kekuasaan bukan
saja mengolah hukum Islam yang telah termaktub pada teks-teks dalil. Salah satu fondasi
primer dalam metode ekonomi Islam adalah kewenangan negara untuk turut serta campur
tangan dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Di suatu sisi, negara berkewajiban membujuk publik untuk mengadaptasi bagian statis
hukum Islam, tatkala dibidang lain, negara berkewajiban mengembangkan prinsip-prinsip
dinamis yang akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh hukum Islam. Ruang kosong
ini perlu disinkronkan dengan keadaan dan lingkungan yang dinamis, baik di tingkat praktis
maupun teoritis, untuk menjamin pencapaian tujuan keseluruhan sistem bisnis Islam. Ash-
Sadr menggabungkan intervensi negara dengan gagasan ruang kosong yang ditinggalkan oleh
Islam. Menurut Ash-Sadr, ruang kosong adalah prinsip hukum Islam, bukan sistem statis
yang diturunkan dari waktu ke waktu, melainkan sistem dinamis yang konsisten di segala
usia. Negara memiliki kekuatan - seperti halnya kewajiban mengisi ruang kosong dengan
aturan dinamis yang beradaptasi dengan perubahan zaman.1

1
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, cet.2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h.13-14.
Sebagai disiplin ilmu, politik ekonomi Islam memiliki bidang penelitian khusus dalam
hal doktrin kebijakan yang terikat dengan manajemen sumber daya alam (semacam air dan
energi yang terkait dengan produksi, konsumsi, dan distribusi). Doktrin ini bukan ilmu
manajemen sumber daya alam, karena itu bukan penjelasan tentang peristiwa yang terjadi
dalam kegiatan manajemen, tetapi dasar untuk merekomendasikan kebijakan.
Berbagai doktrin strategi yang dipakai dalam politik ekonomi Islam meliputi metode
dasar prosedur tata usaha kekayaan negara. Di antara aturan yang dibuat ialah aturan
kesepadanan sosial, intervensi negara, kewajiban negara, dan juga rancangan kewajiban
sosial. Aturan dasar prosedur melibatkan rancangan monoteisme, kesamarataan, dan
keberlanjutan. Aturan dukungan strategi melibatkan rancangan atas hak, kontrol,
penggunaan, dan transfer hak properti. Pada saat yang sama, teori kebijakan payung
melibatkan konsep-konsep moral, yaitu, pemahaman tertinggi dari hati nurani para pembuat
kebijakan dalam manajemen, distribusi, dan penggunaan kekayaan.
Siyasah maliyah adalah bagian dari fiqh dan sudah tentu pastinya merujuk pada
pangkal yang sama dengan fiqh, yakni AlQuran dan Hadis. Maksudnya ialah bahwa suatu
kebenaran yang menjadi patokan bukanlah pernyataan ilmiah melainkan AlQuran dan Hadis
lah yang dijadikan patokan. Secara khusus siyasah maliyah ini lahir dari fiqh siyasah, siyasah
maliyah mempunyai kajian penelitian diantaranya penelitian prosedur manejemen sistem
finansial dan manajemen sumber daya alam. Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan
antara penelitian ini dan siyasah maliyah.2

2
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, h.15.
Pemilikan Zakat dan Shadaqah

Penguasaan Fai & jizyah (Dana Perlindungan)

Penggunaan ‘Usyur (Bea dan Cukai)

Kharaj (Pajak Lahan)


Pemindahan

Kebijakan Pengelolaan Kebijakan Pengelolaan


Sumber Daya Alam Sistem Keuangan

Siyasah Dusturiyah Siyasah Maliyah Siyasah Dauliyah


(Ketatanegaraan) (Politik Ekonomi) (Hubungan Internasional)

Fiqh Ibadah Fiqh Siyasah Fiqh Muamalah

Fiqh

Alquran dan Hadis

Gambar 1
Bangunan Ilmu Politik Ekonomi Islam
LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM
1 Tauhid
Dasar tauhid adalah pemahaman dasar bahwa sesungguhnya segenap materi yang di
manfaatkan atau digunakan masyarakat dalam kehidupan ekonomi merupakan kepunyaan
dan berpunca dari Allah.
2. Keadilan
Manajemen sumber daya ekonomi yang persis bagi segenap masyarakat adalah
ketentuan dasar dari landasan keadilan, landasan keadilan ini bertujuan supaya setiap orang
memiliki hak untuk menikmati peluang, fungsi, dan menikmati sumber daya ekonomi yang
sama tanpa adanya perbedaan hak yang bisa memicu ketidakadilan didalam aktivitas
ekonomi.
3. Keberlanjutan
Landasan keberlanjutan membutuhkan penggunaan sumber daya ekonomi dengan
mempertahankan keberlanjutan fungsi sumber daya secara berkesinambungan. Asas
berkesinambungan ini berlandaskan pada kenyataan bahwa sumber daya ekonomi bisa saja
habis dan konsumsi tidak akan habis. Oleh karena itu, efisiensi dan keadilan harus menjadi
dasar untuk menentukan kebijakan manajemen dan pengalokasian sumber daya ekonomi
yang benar dan akurat, sehingga tidak mengakibatkan hal-hal yang berujung pada kesiasiaan
ataupun hal yang mubazir.
Ada 4 perkara prosedur ekonomi menurut Islam, yakni:
a. Kewajiban sosial, memiliki pengertian bahwa Islam memandang setiap hasil usaha
yang dilakukan manusia baik jerih payahnya atau hasil keringat dan kerja kerasnya
sendiri dengan kata lain harta kepunyaannya dari jerih payahnya itu ada hak dari
orang lain yang harus disalurkan kepada individu ataupun golongan yang
membutuhkan. Islam dalam hal ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi
konvensional, konvensional menganggap hasil pemberian dari sebagian hartanya
sebagai kemurahan hati, sedangkan Islam karena adanya hak orang lain didalam harta
tersebut. Sistem konvensional ini sama halnya seperti sosialisme yani sama rata dalam
hal ekonomi, sebaliknya Islam meyakini sistem kesamaan sosial.
b. Syariah membatasi kebebasan ekonomi, selama belum ada dalil kuat untuk
meninggalkan perbuatannya maka pada prinsip asal muamalah itu diperbolehkan
untuk melakukannya.
c. Legalisasi kepemilikan berganda, jika teori kapitalisme hanya memberi legalisasi
pada kepemilikan individu dan sosialisme hanya memberi validasi kepemilikan
bersama oleh publik atau negara. Maka Islam berbeda dengan keduanya, yakni islam
memberi pengesahan terhadap kepemilikan pribadi, bersama dan juga kepemilikan
negara.
d. Etika profesional yang tinggi. Ini berarti bahwa individu dapat memberikan
kemampuan terbaik untuk mengelola sumber daya ekonomi melalui kerja keras,
efisiensi, disiplin, dan fleksibilitas.3

PONDASI DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM


Pondasi pembangunan dalam hal ini merupakan target yang perlu dicapai melalui
sistematisasi prosedur pembentukan dan kehidupan ekonomi yang disusun pemerintah
melalui kaidah-kaidah hukum.
1. Menghidupkan Aspek Manusia
Nabi Muhammad SAW pernah menyampaikan bahwa rezeki yang diperoleh dari
tangan seseorang langsung merupakan rezeki yang amat baik. Berdasarkan nash inilah bisa
dilihat bahwa menghidupkan aspek manusia dalam pembentukan ekonomi menyandang
makna, setiap garis haluan yang ditetapkan untuk pembentukan ekonomi harus bisa
menstimulasi dan melahirkan manusia atau individu yang mempunyai kemampuan untuk
melakukan tugasnya dan pemenuhan ekonominya sendiri dan juga orang lain.
Prosedur ekonomi Islam yang mempunyai beban cukup sukar adalah memotivasi
orang agar bisa menjalankan segala yang diperlukan untuk mengalokasikan sumber daya
secara efisien dan merata. Setiap orang harus didorong untuk melakukan segala daya mereka
melalui kerja keras, ketekunan, dan disiplin. Untuk orang-orang dengan dana besar,
diperlukan peraturan yang bisa memperbaiki perilaku konsumen dan membuat cara tabungan
devisa pasif supaya dapat meningkatkan ruang bagi perkerja, meningkatkan laju pertumbuhan
perdagangan dan mengecilkan kesenjangan makro.
Dorongan penyemangat kepada individu bisa menciptakan efisiensi pemanfaatan
sumber daya ekonomi dan mencapai penyaluran yang adil, yakni dengan cara memberi
semangat kepada individu dan memberikan penataran. Tujuan kegiatan ekonomi berkaitan
juga dengan ideologi yang mempengaruhi semangat individu-individu tersebut.

3
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, h.16-17.
Pada saat yang sama, tidak mungkin untuk menginspirasi seseorang untuk melakukan
hal terbaik untuk dirinya sendiri dan orang lain, untuk bertindak secara efektif, dan untuk
meningkatkan dirinya sendiri tanpa kemampuan untuk melakukan demskmn. Oleh karena itu,
perlu untuk memberikan setiap orang keterampilan yang mahir melalui pelatihan yang efektif
dan tepat sasaran. Tidak disarankan untuk melatih individu hanya karena menjalankan
rencana kesopanan atau hanya menghabiskan anggaran pelatihan reguler yang biasanya
digunakan sebagai rencana.
Dengan memenuhi keperluan dan memberi jaminan kepada individu maka individu
tersebut akan berupaya mengerjakan yang terbaik dan efektif dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada. Dengan memberikan rasa aman kepada mereka dan mengurangi beban
mereka, maka mereka akan merasa dihargai atas prestasinya.
Pemusatan kekayaan dan pembatasan akses terhadap sumber-sumber keuangan yang
hanya bisa dirasakan orang-orang tertentu dan juga hukum yang anomali dan tidak jelas dapat
menyebabkan individu tersebut kehilangan motivasi. Prasangka dan prosedur penguasa sah
yang tidak realistis dapat menyebabkan posisi bisnis yang salah, penyimpangan harga,
penyalahgunaan hak-hak buruh dan ketidaksetaraan lainnya.
Selain menyebabkan kolusi, konsentrasi kekayaan juga dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi penderitaan banyak orang. Pada saat yang sama, akses yang tidak merata ke
pusat-pusat keuangan adalah faktor paling penting dalam membentuk masyarakat yang tidak
dapat melakukan kegiatan bisnis.

2. Mengurangi konsentrasi kekayaan


Tidak peduli kapan dan di mana, konsentrasi kepemilikan fasilitas produksi di hampir
setiap negara, terutama di negara-negara Muslim, merupakan masalah ekonomi yang serius.
Cuma dengan mengadopsi strategi yang benar dan akurat, konsentrasi ini dapat dikurangi dan
memajukan kesetaraan ekonomi.4
Memberikan peraturan khusus dan menyuntikan dana untuk peningkatan industri
kecil dan mikro bisa memberikan dampak yang praktis untuk meningkatkan industri kecil dan
mengurangi konsentrasi harta. Hal lain juga bisa dilakukan seperti mereformasi agraria
dengan membuat konsep dan aturan yang tepat dan akurat mengenai penguasaan tanah dan
tempo sewa yang bisa memberikan dorongan kepada juragan tanah untuk berbagi dengan
petani supaya tanah yang dimiliki bisa digarap dan dimanfaatkan dengan benar.
3. Menata kembali Ekonomi Publik
4
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, h. 18-19.
Memberi perhatian ekstra dalam hal pembelanjaan negara agar pengeluaran uang
rakyat tersebut memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat (al-mashlahah
al-‘ammah) menjadi target sentral dari pengeluaran uang rakyat. Memajukan
perkembangan ekonomi dan menghasilkan lapangan kerja harus dijadikan prioritas
ketimbang pengeluaran untuk proyek yang tidak mempunyai dampak untuk menciptakan
kemaslahatan publik.
Mengurangi pengeluaran yang tidak penting (pemborosan) supaya hasil yang
diperoleh merupakan kebutuhan bukan untuk hal yang tidak bemanfaat ataupun sia-sia
karena mengikuti hawa nafsunya. Islam melarang dengan tegas pemborosan, bahkan
didalam Alquran dikatakan sebagai perangai setan (tabdzir). Jadi, tugas dari negara
adalah memastikan agar pemborosan ini tidak terjadi, bisa dengan cara memberikan
penjelasan kepada publik bahwa sumber-sumber ekonomi itu memiliki keterbatasan dan
memberitahu dampak negatif dari perilaku boros.5

1. Falsafah Pembangunan Ekonomi


Orang bisa kehilangan harga diri serta martabat bahkan bisa juga dizalimi oleh individu
yang lebih kaya hanya karena faktor kemiskinan, selain itu juga kekurangan dalam hal
finansial ini juga membawa dampak kesusahan serta kekurangan dalam mencukupi keperluan
hidupnya. Dalam perspektif lain kekurangan dalam hal ekonomi ini bisa mengakibatkan
orang terjerumus pada kekufuran, oleh karenanya Rasulullah SAW mendoakan ummatnya
dijauhkan dari hal tersebut.
*‫سنَةً يُ ْعطَى بِ َها فِي‬ َ ‫سلَّ َم إِنَّ هَّللا َ اَل يَ ْظلِ ُم ُمؤْ ِمنًا َح‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ِ َ‫عَنْ أَن‬
ُ ‫س ْب ِن َمالِ ٍك قَا َل قَا َل َر‬
‫ضى إِلَى‬ َ ‫ت َما َع ِم َل بِ َها هَّلِل ِ فِي ال ُّد ْنيَا َحتَّى إِ َذا أَ ْف‬ ِ ‫سنَا‬َ ‫ال ُّد ْنيَا َويُ ْجزَى بِ َها فِي اآْل ِخ َر ِة َوأَ َّما ا ْل َكافِ ُر فَيُ ْط َع ُم بِ َح‬
‫*ا‬6َ‫سنَةٌ يُ ْجزَ ى بِه‬
َ ‫اآْل ِخ َر ِة لَ ْم تَ ُكنْ لَهُ َح‬
“*Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda:”Sesungguhnya Allah
tidak menzalimi kebaikan orang mukmin yang diberikan di dunia dan akan dibalas di
akhirat, sedangkan orang kafir diberi makan karena kebaikan-kebaikan yang
dikerjakan karena Allah didunia hingga ia menuju akhirat tanpa memiliki suatu
kebaikan pun yang bisa dibalas*.”
Pada masa awal Islam tidak dikenal adanya istilah pembangunan ekonomi, akan tetapi
Rasulullah tidaklah menyukai bila umat Islam berada dalam keadaan serba kekurangan dan
5
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, h.20-21.
6
Shahih Muslim Hadis No.5022.
miskin, sebaliknya, Rasulullah ingin agar umat Islam hidup dalam keadaan berada (kaya) dan
serba berkecukupan selain itu juga Rasulullah ingin umat Islam berada di peringkat
pembangunan paling tinggi. Bila dikaji lebih dalam bisa ditemukan ajaran Rasulullah SAW
mengenai pembangunan ekonomi ini didalam hadistnya, yakni meliputi pembahasan
pemanfaatan sumber daya intensif, filosofi pembangunan, dan juga tujuan dari pembangunan
ekonomi itu sendiri.
Pembangunan dalam Islam mempunyai landasan filosofis, yaitu bahwa setiap
pembangunan ekonomi harus lah berorientasi pada kebajikan. Artinya adalah setiap
pembangunan ekonomi harus memiliki andil untuk mengentaskan kemiskinan dan juga
meningkatkan kualitas kehidupan dilingkungan masyarakat.

2. Pemanfaatan Sumber Daya dengan Intensif

ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا أَ َك َل أَ َح ُد ُك ْم طَ َعا ًما] فَاَل يَ ْم َسحْ يَ َدهُ َحتَّى يَ ْل َعقَهَا أَو‬
َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫س ق‬
ٍ ‫ع َْن اب ِْن َعبَّا‬
‫ا‬7َ‫ي ُْل ِعقَه‬

7
Shahih Muslim Hadis No.3787.
“Dari Ibnu Abbas dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: jika salah seorang
diantara kalian makan, maka janganlah dia mengusap tangannya hingga
menjilatinya dahulu atau dijilati .”
3. Pengembangan Kerja (Produksi)

ِ ‫ب َما أَ َك َل ال َّر ُج ُل ِم ْن َك ْسبِ ِه َوإِ َّن َولَ َدهُ ِم ْن َك ْسبِه‬


8 ْ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َّن أ‬
َ َ‫طي‬ َ ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ ْ َ‫ع َْن عَائِ َشةَ قَال‬
َ َ‫ت ق‬
“Dari ‘Aisyah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Sesuatu yang paling baik untuk
dimakan oleh seseorang adalah dari jerih payahnya, dan anak adalah termasuk dari
jerih payahnya.”

4. Larangan Pengangguran

5. Iklim Usaha yang Kondusif

ِ ‫ش ع َْن َع ْب ِد هَّللا‬ ٍ ‫َاص ٍم ع َْن ِز ِر ب ِْن ُحبَ ْي‬ ِ ‫ير أَ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَانُ ع َْن َسلَ َمةَ ب ِْن ُكهَي ٍْل ع َْن َع ْي َسى ب ِْن ع‬ ٍ ِ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َكث‬
َ ‫ك ثَاَل ثًا َو َما ِمنَّا إِاَّل َولَ ِك َّن هَّللا‬
ٌ ْ‫ك الطِّيَ َرةُ ِشر‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ]م ق‬
ٌ ْ‫ال الطِّيَ َرةُ ِشر‬ َ ِ ‫ب ِْن َم ْسعُو ٍد ع َْن َرسُو ِل هَّللا‬
ِ9‫ي ُْذ ِهبُهُ بِالتَّ َو ُّكل‬
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan
kepadaku Sufyan dari Salamah bin Kuhail dari Isa bin 'Ashim dari Zir bin Hubaisy
dari Abdullah bin Mas'ud dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik -tiga kali-. Tidaklah di
antara kita kecuali beranggapan seperti itu, akan tetapi Allah menghilangkannya
dengan tawakal."

8
Sunan Ibnu Majah Hadis No.2128.
9
Sunan Abu Daud Hadis No.3411.

Anda mungkin juga menyukai