1
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, cet.2 (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), h.13-14.
Sebagai disiplin ilmu, politik ekonomi Islam memiliki bidang penelitian khusus dalam
hal doktrin kebijakan yang terikat dengan manajemen sumber daya alam (semacam air dan
energi yang terkait dengan produksi, konsumsi, dan distribusi). Doktrin ini bukan ilmu
manajemen sumber daya alam, karena itu bukan penjelasan tentang peristiwa yang terjadi
dalam kegiatan manajemen, tetapi dasar untuk merekomendasikan kebijakan.
Berbagai doktrin strategi yang dipakai dalam politik ekonomi Islam meliputi metode
dasar prosedur tata usaha kekayaan negara. Di antara aturan yang dibuat ialah aturan
kesepadanan sosial, intervensi negara, kewajiban negara, dan juga rancangan kewajiban
sosial. Aturan dasar prosedur melibatkan rancangan monoteisme, kesamarataan, dan
keberlanjutan. Aturan dukungan strategi melibatkan rancangan atas hak, kontrol,
penggunaan, dan transfer hak properti. Pada saat yang sama, teori kebijakan payung
melibatkan konsep-konsep moral, yaitu, pemahaman tertinggi dari hati nurani para pembuat
kebijakan dalam manajemen, distribusi, dan penggunaan kekayaan.
Siyasah maliyah adalah bagian dari fiqh dan sudah tentu pastinya merujuk pada
pangkal yang sama dengan fiqh, yakni AlQuran dan Hadis. Maksudnya ialah bahwa suatu
kebenaran yang menjadi patokan bukanlah pernyataan ilmiah melainkan AlQuran dan Hadis
lah yang dijadikan patokan. Secara khusus siyasah maliyah ini lahir dari fiqh siyasah, siyasah
maliyah mempunyai kajian penelitian diantaranya penelitian prosedur manejemen sistem
finansial dan manajemen sumber daya alam. Gambar dibawah ini menunjukkan hubungan
antara penelitian ini dan siyasah maliyah.2
2
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, h.15.
Pemilikan Zakat dan Shadaqah
Fiqh
Gambar 1
Bangunan Ilmu Politik Ekonomi Islam
LANDASAN PEMBANGUNAN EKONOMI ISLAM
1 Tauhid
Dasar tauhid adalah pemahaman dasar bahwa sesungguhnya segenap materi yang di
manfaatkan atau digunakan masyarakat dalam kehidupan ekonomi merupakan kepunyaan
dan berpunca dari Allah.
2. Keadilan
Manajemen sumber daya ekonomi yang persis bagi segenap masyarakat adalah
ketentuan dasar dari landasan keadilan, landasan keadilan ini bertujuan supaya setiap orang
memiliki hak untuk menikmati peluang, fungsi, dan menikmati sumber daya ekonomi yang
sama tanpa adanya perbedaan hak yang bisa memicu ketidakadilan didalam aktivitas
ekonomi.
3. Keberlanjutan
Landasan keberlanjutan membutuhkan penggunaan sumber daya ekonomi dengan
mempertahankan keberlanjutan fungsi sumber daya secara berkesinambungan. Asas
berkesinambungan ini berlandaskan pada kenyataan bahwa sumber daya ekonomi bisa saja
habis dan konsumsi tidak akan habis. Oleh karena itu, efisiensi dan keadilan harus menjadi
dasar untuk menentukan kebijakan manajemen dan pengalokasian sumber daya ekonomi
yang benar dan akurat, sehingga tidak mengakibatkan hal-hal yang berujung pada kesiasiaan
ataupun hal yang mubazir.
Ada 4 perkara prosedur ekonomi menurut Islam, yakni:
a. Kewajiban sosial, memiliki pengertian bahwa Islam memandang setiap hasil usaha
yang dilakukan manusia baik jerih payahnya atau hasil keringat dan kerja kerasnya
sendiri dengan kata lain harta kepunyaannya dari jerih payahnya itu ada hak dari
orang lain yang harus disalurkan kepada individu ataupun golongan yang
membutuhkan. Islam dalam hal ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi
konvensional, konvensional menganggap hasil pemberian dari sebagian hartanya
sebagai kemurahan hati, sedangkan Islam karena adanya hak orang lain didalam harta
tersebut. Sistem konvensional ini sama halnya seperti sosialisme yani sama rata dalam
hal ekonomi, sebaliknya Islam meyakini sistem kesamaan sosial.
b. Syariah membatasi kebebasan ekonomi, selama belum ada dalil kuat untuk
meninggalkan perbuatannya maka pada prinsip asal muamalah itu diperbolehkan
untuk melakukannya.
c. Legalisasi kepemilikan berganda, jika teori kapitalisme hanya memberi legalisasi
pada kepemilikan individu dan sosialisme hanya memberi validasi kepemilikan
bersama oleh publik atau negara. Maka Islam berbeda dengan keduanya, yakni islam
memberi pengesahan terhadap kepemilikan pribadi, bersama dan juga kepemilikan
negara.
d. Etika profesional yang tinggi. Ini berarti bahwa individu dapat memberikan
kemampuan terbaik untuk mengelola sumber daya ekonomi melalui kerja keras,
efisiensi, disiplin, dan fleksibilitas.3
3
Ija Suntana, Politik Ekonomi Islam, h.16-17.
Pada saat yang sama, tidak mungkin untuk menginspirasi seseorang untuk melakukan
hal terbaik untuk dirinya sendiri dan orang lain, untuk bertindak secara efektif, dan untuk
meningkatkan dirinya sendiri tanpa kemampuan untuk melakukan demskmn. Oleh karena itu,
perlu untuk memberikan setiap orang keterampilan yang mahir melalui pelatihan yang efektif
dan tepat sasaran. Tidak disarankan untuk melatih individu hanya karena menjalankan
rencana kesopanan atau hanya menghabiskan anggaran pelatihan reguler yang biasanya
digunakan sebagai rencana.
Dengan memenuhi keperluan dan memberi jaminan kepada individu maka individu
tersebut akan berupaya mengerjakan yang terbaik dan efektif dengan memanfaatkan sumber
daya yang ada. Dengan memberikan rasa aman kepada mereka dan mengurangi beban
mereka, maka mereka akan merasa dihargai atas prestasinya.
Pemusatan kekayaan dan pembatasan akses terhadap sumber-sumber keuangan yang
hanya bisa dirasakan orang-orang tertentu dan juga hukum yang anomali dan tidak jelas dapat
menyebabkan individu tersebut kehilangan motivasi. Prasangka dan prosedur penguasa sah
yang tidak realistis dapat menyebabkan posisi bisnis yang salah, penyimpangan harga,
penyalahgunaan hak-hak buruh dan ketidaksetaraan lainnya.
Selain menyebabkan kolusi, konsentrasi kekayaan juga dapat menciptakan iklim yang
kondusif bagi penderitaan banyak orang. Pada saat yang sama, akses yang tidak merata ke
pusat-pusat keuangan adalah faktor paling penting dalam membentuk masyarakat yang tidak
dapat melakukan kegiatan bisnis.
ْصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا أَ َك َل أَ َح ُد ُك ْم طَ َعا ًما] فَاَل يَ ْم َسحْ يَ َدهُ َحتَّى يَ ْل َعقَهَا أَو
َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا
َ َال ق
َ َس ق
ٍ ع َْن اب ِْن َعبَّا
ا7َي ُْل ِعقَه
7
Shahih Muslim Hadis No.3787.
“Dari Ibnu Abbas dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: jika salah seorang
diantara kalian makan, maka janganlah dia mengusap tangannya hingga
menjilatinya dahulu atau dijilati .”
3. Pengembangan Kerja (Produksi)
4. Larangan Pengangguran
ِ ش ع َْن َع ْب ِد هَّللا ٍ َاص ٍم ع َْن ِز ِر ب ِْن ُحبَ ْي ِ ير أَ ْخبَ َرنَا ُس ْفيَانُ ع َْن َسلَ َمةَ ب ِْن ُكهَي ٍْل ع َْن َع ْي َسى ب ِْن ع ٍ َِح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َكث
َ ك ثَاَل ثًا َو َما ِمنَّا إِاَّل َولَ ِك َّن هَّللا
ٌ ْك الطِّيَ َرةُ ِشر َ َصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َ]م ق
ٌ ْال الطِّيَ َرةُ ِشر َ ِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد ع َْن َرسُو ِل هَّللا
ِ9ي ُْذ ِهبُهُ بِالتَّ َو ُّكل
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan
kepadaku Sufyan dari Salamah bin Kuhail dari Isa bin 'Ashim dari Zir bin Hubaisy
dari Abdullah bin Mas'ud dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau
bersabda: "thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik -tiga kali-. Tidaklah di
antara kita kecuali beranggapan seperti itu, akan tetapi Allah menghilangkannya
dengan tawakal."
8
Sunan Ibnu Majah Hadis No.2128.
9
Sunan Abu Daud Hadis No.3411.