Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Topik : Kemandirian dan bermain teraupetik


Terapis : 6 orang mahasiswa PROFESI UIN JAKARTA
Sasaran : Klien (anak) yang kooperatif ( 4 orang) dan klien yang sesuai dengan
kriteria usia sekolah.

A. Latar belakang
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman
hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan
anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu
bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada
masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam
perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar
dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam
bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan
kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak
dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).
Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga
timbul hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak
mengalami hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya
adalah peningkatan kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan
dengan saudara atau teman-temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan
yang sudah akrab dan sesuai dengannya (Whaley and Wong, 2001).

1
Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,
selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan
kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang
yang asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus
dijalaninya terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber
utama stress dan kecemasan / ketakutan. Hospitalisasi merupakan masalah yang
dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti
menambah permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat
pelaksanaan terapi di rumah sakit. Aktivitas bermain merupakan salah satu
stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal (Carson, dkk, 2002).
Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini
tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuanbermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar
dapat melanjutkan fasepertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Menurut penelitian yang di lakukan oleh Suryanti dan kawan kawan di RSUD
Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga tahun 2011 di peroleh Hasil uji
statistik diperoleh nilai p =0,0001 < α = 0,05, sehingga Ha diterima (Ho ditolak)
yang berarti ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan
terapi bermain (mewarnai dan origami). Terapi bermain (mewarnai dan origami)
dapat menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah, dari tingkat
kecemasan sedang menjadi tingkat kecemasan ringan (Suryanti,dkk, 2011).

2
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas
anak-anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di
instalasi keperawatan anak RSU Kab. Tangerang dapat bersosialisasi dengan
teman sebaya sesuai tumbuh kembang anak dan dapat membantu mengurangi
tingkat kecemasan atau ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat
hospitalisasi.

b) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi bermain diharapkan klien mampu:
1. Mengembangkan kreativitas dan intelektual anak dalam mewarnai
gambar yang sudah disediakan
2. Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya
3. Anak mampu menghilangkan rasa cemasnya sesudah melakukan
permainan ini.
4. Anak dapat bermain secara mandiri atau berkelompok sebagai teknik
distraksi untuk mengurangi kecemasan karena hospitalisasi.

Anda mungkin juga menyukai