Anda di halaman 1dari 8

Tabel Sintesis Grid

Penulis (Tahun) Negara judul Tujuan Hasil Penelitian


Clarissa Tertia,Ketut Indonesia Tetanus Tipe General Pada Tujuan dari laporan kasus Port de entry kasus ini adalah
Sumada, Ni Ketut Usia Tua Tanpa Vaksinisasi ini adalah untuk luka tertusuk kayu dengan
Candra WIRATMI menampilkan kasus tetanus derajat III dengan skor
(2019) penyakit tetanus yang tidak dakar dan phillips pasien 5 dan
di vaksinisasi sebelumnya 20 (severitas sangat berat
dengan komplikasi fatal mortalitas >50%).Dari kasus ini
pada pasien perempuan dapat diketahui bahwa penyakit
berusia 89 tahun yang tetanus merupakan penyakit
dirawat di HCU serius yang dapat mengancam
nyawa dan dapat dicegah dengan
vaksinisasi.untuk itu perlu
menyadarkan masyarakat tentang
pencegahan penyakit tetanus
yaitu dengan vaksin agar tidak
menimbulkan komplikasi.
Pregrinus Adhitira Indonesia Magnesium Sulfat Pada Tujuan dari laporan kasus Artikel ini melaporkan salah satu
Prajogi, IGAG Utara Tatalaksana Tetanus ini diharapkan dapat kasus tetanus generalisata yang
Hartawan (2019) Generalisata Di Ruang Terapi semakin meningkatkan dirawat diruang terapi intensif
Intensif penggunaan magnesium rumah sakit umum pusat Sanglah
pada penanganan tetanus Denpasar dapat melewati masa
kritis dan memberikan hasil yang
baik setelah pemberian
magnesium sulfat

Sisy Rizkia Putri indonesia Prevention of tetanus Untuk menambah Hasil studi literatur ini
( 2020) (Pencegahan Tetanus) pengetahuan tentang menunjukkan bahwa pencegahan
pencegahan terhadap tetanus dapat dilakukan dengan vaksin
tetanus
Luther Indonesia Faktor faktor yang Mengetahui insiden serta Angka kematian kasus tetanus
Theng,Theresia mempengaruhi dalam luaran faktor faktor yang masih mencapai 28,41 %
Christian,Eriel klinis pasien tetanus di RSUP mempengaruhi luaran klinis walaupun angka insiden semakin
Bahar(2018) DR Mohammad Hoedin pasien tetanus menurun setiap tahunnya,jenis
Palembang kelamin, port de entry,omset dan
perawatan di ruang isolasi
merupakan faktor faktor
berpengaruh terhadap luaran
klinis pasien tetanus
PENDIDIKAN KESEHATAN PADA PASIEN DENGAN TETANUS
GENERALISATA

Disusun Oleh:

Nama : Haslindah

Nim : K.17.01.003

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN 2020/2021

PENDIDIKAN KESEHATAN PADA KELUARGA ATAU PASIEN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)
A. Pendidikan Kesehatan CHF
Permasalahan : Kurang pengetahuan keluarga
Pokok bahasan : Gagal jantung/Congestive Heart Filure (CHF)
Hari/Tanggal : Senin, 09 November 2020
Tempat : RS Mega Buana Palopo
Waktu : 40 menit
Sasaran : Keluarga Tn.A
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga dan klien dapat
memahami tentang gagal jantung/Congestive Heart Failure (CHF).
2. Tujuan khusus
a. Keluarga/pasien mampu mengetahui pengertian dari gagal
jantung/Congestive Heart Failure (CHF)
b. Keluarga/pasien mampu mengetahui penyebab gagal jantung/Congestive
Heart Failure (CHF)
c. Keluarga/pasien mampu mengetahui tanda dan gejala gagal jantung/
Congestive Heart Failure (CHF)
d. Keluarga/pasien mampu mengetahui cara penanggulangan penyakit gagal
jantung/Congestive Heart Failure (CHF)
e. Keluarga/pasien mampu mengetahui diet pada penyakit gagal
jantung/Congestive Heart Failure (CHF)
C. Sasaran
Keluarga/pasien di ruang ICU
D. Materi
1. Pengertian Congestive Heart Failure (CHF)
2. Penyebab Congestive Heart Failure (CHF)
3. Tanda dan gejala Congestive Heart Failure (CHF)
4. Cara penanggulangan penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
5. Diet pada penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
E. Media : Video
F. Sumber : Jurnal Kesehatan
G. Metode : Ceramah
H. Kegiatan

No Waktu Kegiatan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan -Menjawab salam
- Memberi salam -Mendengarkan
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan

2. 25 menit Pelaksanaan
- Menjelaskan pengertian Congestive Heart Mendengarkan dan
memperhatikan
Failure (CHF)
- Menjelaskan penyebab Congestive Heart
Failure (CHF)
- Menjelaskan tanda dan gejala Congestive
Heart Failure (CHF)
- Menjelaskan cara penanggulangan
penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
- Menjelaskan diet pada penyakit
Congestive Heart Failure (CHF)

3. 5 menit Evaluasi Menjawab dan mencoba


Menanyakan tentang materi kepada mengulang sedikit
audien,bila dapat menjawab dan materi yang telah
menjelaskan kembali materi/pertanyaan dijelaskan

4. 5 menit Penutup Menjawab salam


- Mengucapkan terima kasih
- Mengucapkan salam

I. Pengorganisasian
1. Tanggung jawab : Dosen Pembimbing
2. Penyaji : Yuliana Janur
3. Fasilitator : Keluarga dan Pasien

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN PADA TETANUS GENERALISATA

A. PENGERTIAN
Tetanus berasal dari kata Yunani “tetanus” yang artinya “berkontraksi”,
merupakan penyakit bersifat akut yang disebabkan oleh neurotoksin
(tetanospasmin) yang dihasilkan oleh Clostridium tetani, yang berkembang pada
keadaan anaerob seperti luka yang kotor dan nekrotik.

B. PENYEBAB dan proses terjadi


Disebabkan oleh Clostridium tetani masuk kedalam tubuh lewat luka yang
terkontaminasi. Toksin yang di produksi akan menyebar luas melalui
saluran limfe dan aliran darah. Toksin yang dihasilkan akan berikatan
dengan sistem nervus sentral dan menganggu sistem nya, termasuk
motorik perifer, sumsum tulang belakang, otak dan system nervus
simpatik Masa inkubasi tetanus adalah 3 sampai 21 hari, biasanya 8 hari.
Semakin jauh letak luka dari system saraf pusat maka akan semakin lama
masa inkubasinya. Periode inkubasi juga dapat mempengaruhi prognosis
pasien, semakin pendek periode inkubasi maka akan semakin tinggi
tingkat kematiannya

C. TANDA DAN GEJALA


Tetanus jenis ini biasanya ditandakan dengan gejala spasme pada otot
wajah atau trismus di awal dan susah menelan, diikuti kesulitan untuk
bernafas, spasme otot belakang atau opithotonos serta posture tonik
generalis yang tiba-tiba. Di kasus berat, spasme dari otot pernafasan dapat
menyebabkan kematian
D. PENANGANAN dan pencegahan

1. Menurut WHO, tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien tetanus


yang pertama adalah sebaiknya pasien tetanus ditempatkan di ruang
perawatan sunyi dan terhindar dari simulasi audiotorik dan stimulasi
taktil (WHO, 2010).
2. Pencegahan tetanus dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi sesuai
jadwal, dan booster untuk efek imunitas yang lebih panjang terhadap
toksin tetanus. Imunisasi tetanus pada bayi dan anak diperlukan untuk
meningkatakan imunitas. Imunisasi tetanus juga diberikan pada ibu
hamil untuk menghindari tetanus pada bayi setelah dilahirkan. Menurut
penelitian 1 dari 100 anak akan meninggal karena penyakit tetanus.
Pencegahan penyakit tetanus dapat dilakukan dengan imunisasi.
Imunisasi merupakan cara meningkatkan kekebalan. Imunisasi tetanus
toksoid mulai dilakukan di Indonesia pada tahun 1974, dan imunisasi
DPT bayi pada tahun 1976. Imunisasi penting diberikan untuk
melindungi bayi dan anak dari tetanus (Suhartik, 2014)
3. Penanganan luka yang baik juga dapat menjadi salah satu cara
pencegahan tetanus.
4. Pencegahan tetanus juga dapat dilakukan oleh ibu hamil dengan
melakukan persalinan di pelayanan kesehatan terlatih dan terjamin
kebersihannya
5. Langkah utama untuk pencegahan tetanus adalah Vaksin tetanus berasal
dari toksin tetanus inaktif atau lebih dikenal dengan vaksin TT (tetanus
toksoid). Vaksin ini telah tersedia di USA sejak tahun 1940- an dan
berhasil menurunkan presentasi kejadian tetanus sebesar 95%. (Ricardo
da S, et.al. 2018). Pada tahun 1995- 1996 vaksin TT mulai di gunakan
sebagai salah satu komponen dari vaksin DTap dan Tdap yang juga
mengandung vaksin untuk difteria, tetanus, pertussis (Cherry, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Putri, S. R. (2020). Prevention of Tetanus. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional, 2(4), 443-450.

Prajogi, P. A., & Hartawan, I. U. (2019). Magnesium sulfat pada tatalaksana


tetanus generalisatadi ruang terapi intensif. MEDICINA, 50(1), 129-132.

Tertia, C., Sumada, I. K., & Wiratmi, N. K. C. (2019). Laporan Kasus: Tetanus
Tipe General pada Usia Tua Tanpa Vaksinasi. Callosum Neurology Journal:
Jurnal Berkala Neurologi Bali, 2(3), 9-10.

Theng, L., Christin, T., & Bahar, E. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG


BERPENGARUH DALAM LUARAN KLINIS PASIEN TETANUS DI RSUP DR.
MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Neurona (Majalah Kedokteran Neuro
Sains Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia), 35(3).

Anda mungkin juga menyukai