Anda di halaman 1dari 12

Nama: Suliha

NIM : 1821016
Tugas: UTS K3 PARAREL
JAWABAN:

1. Tujuan:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja.
b. Mencegah timbulnya beragam penyakit akibat kerja, baik itu dalam
bentuk fisik, psikis, infeksi, keracunan atatu penularan.
c. Meningkatkan kesejahteraan, kesehatan dan perlindungan terhadap para
pekerja baik selama ataupun setelah masa kerja.
d. Membantu para pekerja agar optimal dalam bekerja.
e. Menciptakan sistem kerja yang aman.
f. Memastikan bahwa kondisi alat kerja aman, nyaman dan layak untuk
digunakan.
g. Mencegah kerugian akibat terjadinya kecelakaan kerja.
h. Melakukan pengendalian terhadap resiko-resiko yang ada di lingkungan
kerja.
i. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban lingkungan kerja dan
lingkungan disekitarnya

Fungsi:

a. Sebagai pedoman dalam mengidentifikasi serta menilai risiko dan bahaya


terhadap keselamatan dan kesehatan di lingkungan kerja.
b. Sebagai referensi dalam memberikan saran tentang perencanaan, proses
pengorganisasian, desain tempat kerja, dan implementasi pekerjaan.
c. Sebagai pedoman dalam memantau keselamatan dan kesehatan para
pekerja di lingkungan kerja.
d. Sebagai dasar dalam memberikan saran tentang informasi, pendidikan,
dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindung kerja;
e. Sebagai pedoman dalam menciptakan desain, metode, prosedur, dan
program pengendalian bahaya.
f. Sebagai referensi dalam mengukur efektivitas langkah-langkah dan
program pengendalian bahaya.
g. Sebagai alat dalam mengelola pertolongan pertama pada kecelakaan dan
tindakan darurat lainnya.

2. Dalam Teori MW Heinrich terdapat lima penyebab kecelakaan, di


antaranya:
a. Hereditas
Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang
kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
b. Kesalahan manusia
Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah
yang berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-
lain.
c. Sikap dan kondisi tidak aman
Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi
prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak
mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja
berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan
sebagainya.
Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat
kerja kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau
tidak tersedianya APD yang lengkap.
d. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat
kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.
e. Dampak kerugian
Dampak kerugian bisa berupa:
 Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia
 Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung
 Konsumen: ketersediaan produk
3. Kecelakaan kerja dinamakan dengan “Urutan Domino” yaitu berupa:
a) Ancesetri dan Lingkungan Sosial . Yakni pada orang yang keras kepala
atau yang mempunyai sifat baik yang diperoleh karena faktor keturunan,
pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seseorang bekerja
kurang hati-hati, dan banyak kesalahan kesalahan,
b) Fault of Person . Merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan
lingkungan tersebut, yang menjurus pada tindakan yang salah dalam
melakukan pekerjaan,
c) Tindakan yang Tidak Aman dan atau Bahaya Mekanik atau Fisik yang
menerangkan bahwa tindakan berbahaya bahaya mekanik dan fisik lain,
memudahkan kejadian berikutnya,
d) Kecelakaan . Merupakan peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja
dan umummya dalam berbagai kerugian,
e) Cedera . Bahwa kecelakaan cedera atau luka ringan atau berat,
kecacatan, dan bahkan kematian. Menurut Frank E. Bird dan Petterson
dalam AM. Sugeng Budiono, (2003: 236), pada awal 1970
mengemukakan bahwa penyebab utama kecelakaan kerja adalah
ketimpangan pada sistem manajemen, sedangkan tindakan atau keadaan
yang tidak aman (unsafe) hanya mempengaruhi saja.

Berdasarkan pendekatan epidemiologi, penyebab terjadinya kecelakaan yang


disebabkan oleh 3 faktor, yaitu:

1) Host, yaitu tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Hal ini yang


terkait dengan host yaitu tenaga kerja yang mempunyai risiko
terpapar oleh berbagai potensi bahaya yang ada,
2) Agent, yaitu pekerjaan yang termasuk jenis pekerjaan, beban kerja,
dan jam kerja yang mengalami kecelakaan kerja,
3) Lingkungan, yaitu lingkungan yang terdapat di tempat kerja yang
meliputi lingkungan fisik, kimia dan biologi yang dapat menimbulkan
bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja terjadi (AM.
Sugeng Budiono, 2003: 237).
Contoh kasus kecelakaan kerja industri

4) GI K

Pencegahan kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai “sebuah program yang


terintegrasi, rangkaian kegiatan yang terkoordinasi, diarahkan untuk kontrol
kondisi mekanis yang tidak aman”. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
bahaya mekanis dari lingkungan, dan tindakan tidak aman dari orang-orang,
sebelum kecelakaan terjadi. Kecelakaan adalah peristiwa tidak direncanakan
yang mengakibatkan kecelakaan (cedera atau kerusakan properti).

Semua kecelakaan memiliki konsekuensi langsung dan tidak langsung, seperti


cedera pribadi dan harta benda, sedangkan biaya tidak langsung termasuk
hilangnya pendapatan, peningkatan biaya pengobatan dan semangat kerja
karyawan menurun. Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan karena
kecelakaan akibat dari keadaan. Kecelakaan yang bukan hasil dari keadaan atau
keberuntungan karena kecelakaan tidak bisa terjadi tanpa alasan.

Mayoritas dari tindakan yang tidak aman terjadi karena berbagai alasan seperti;
kegagalan untuk mengikuti prosedur kerja yang aman, bekerja pada peralatan
hidup, penggunaan peralatan atau perkakas, penyalahgunaan tangan atau bagian
tubuh, membuat perangkat keselamatan dioperasi, mengoperasikan peralatan
dalam yang tidak aman secara posisi, tidak aman atau postur.

Kadang-kadang para pekerja bisa memiliki keterampilan yang diperlukan tapi


lingkungan kerja mereka tidak aman seperti menyerahkan mesin tidak aman atau
tua atau peralatan, dalam kasus lain, mereka mungkin dikelilingi oleh bahaya
lubang terbuka seperti, diperas tempat, salah obyek dsb Semua kondisi ini
membuat lingkungan rawan kecelakaan, di mana meskipun keterampilan
keselamatan dan pelatihan, kecelakaan pasti terjadi. Dalam kasus lain beberapa
orang melakukan tindakan tidak aman karena mereka tidak memiliki pengetahuan
keselamatan kerja atau tidak memiliki keterampilan untuk koordinatif dalam
lingkungan tim kerja. Kadang-kadang sikap yang tidak tepat yang mengarah ke
dalam kecelakaan .

Kecelakaan tidak terjadi di udara, mereka memiliki beberapa alasan dan


penyebabnya, berdasarkan yang ahli telah mengembangkan beberapa teori. Teori
pertama untuk menjelaskan kecelakaan adalah Teori Domino dikembangkan oleh
HW Heinrich.

Menurut Teori Domino, sebuah “kecelakaan” adalah salah satu faktor secara


berurutan yang dapat menyebabkan cedera. Faktor-faktor dapat dilihat sebagai
rangkaian domino berdiri di tepi; ketika seseorang jatuh, hubungan yang
diperlukan untuk reaksi berantai selesai. Setiap faktor tersebut tergantung pada
faktor sebelumnya.

Cedera pribadi hanya terjadi sebagai akibat dari kecelakaan. Sebuah kecelakaan
terjadi sebagai akibat dari bahaya pribadi atau mekanis. bahaya Pribadi dan
mekanis ada karena kesalahan orang. Kesalahan orang yang diwarisi atau
diperoleh dari lingkungan mereka. Teori Domino menunjukkan bahwa satu
peristiwa mengarah ke yang lain, kemudian dan lain lain yang berpuncak pada
kecelakaan atau bencana. Ditemukan bahwa 88% kecelakaan disebabkan oleh
tindakan tidak aman orang, 10% oleh tindakan tidak aman dan 2% oleh “tindakan
Tuhan.”

 Multi Penyebab Teori di sisi lain melihat faktor yang berkontribusi secara acak
mengakibatkan kecelakaan kerja. Sebagai contoh, ketika seorang pekerja terluka,
mungkin karena kurangnya pelatihan, kurangnya kesadaran keselamatan atau
mungkin atasannya tidak membimbingnya dengan benar atau ia mengoperasikan
peralatan dalam keadaan berubah pikiran. Satu atau lebih faktor dalam situasi di
atas dapat menyebabkan kecelakaan.

Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa kecelakaan itu terjadi bukan
karena faktor tunggal, tetapi satu atau lebih faktor; berkontribusi kejadiannya;
seperti kurangnya kompetensi, motivasi yang lebih kecil, atau persepsi negatif
terhadap pelatihan dan keamanan.

Semua masalah ini dapat diatasi melalui berbagai perangkat manajemen risiko,
seperti budaya, pelatihan, pelatihan keselamatan kesadaran, pemberdayaan dan
kepemilikan masalah keselamatan. Manajemen risiko adalah alat yang ampuh,
ketika digunakan dengan benar. Ini membantu personel, fokus pada pekerjaan
yang akan dilaksanakan berhasil. Dengan fokus ini, personil dapat memutuskan
tindakan yang akan diambil untuk menghilangkan risiko dari pekerjaan. Jika kita
dapat menghilangkan bahaya sama sekali, atau menghilangkan kondisi tidak aman
di mana orang mungkin terluka kita berada di jalan yang benar pencegahan
kecelakaan.

Dalam beberapa latihan pencegahan kecelakaan perusahaan hanya terjadi hanya,


ketika bencana yang melanda. Manajer yang sukses mengambil tindakan
keselamatan sebelum kecelakaan terjadi. Pencegahan kecelakaan dapat dikurangi
melalui pelatihan yang konsisten dan kesadaran keselamatan yang mungkin biaya
uang dalam tindakan-tindakan pencegahan jangka pendek tetapi seperti dapat
menyimpan kekayaan perusahaan dalam jangka panjang.

4. Beberapa Hak Perawat Di Rumah Sakit,yaitu:


1) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
sesuaidengan profesinya.
2) Menolak keinginan klien / pasien yang bertentangan dengan peraturan
perundangan serta standar profesi dan kode etik profesi.
3) Mendapatkan informasi lengkap dari klien / pasien yang tidak puas
terhadap pelayanannya.
4) Meningkatkan pengetahuan berdasarkan perkembangan IPTEK dalam
bidang keperawatan/kesehatan secara terus menerus.
5) Diperlakukan adil dan jujur oleh rumah sakit maupun klien /pasien dan
atau keluarganya.
6) Mendapatkan jaminan perlindungan terhadap resiko kerja yangberkaitan
dengan tugasnya.
7) Diperhatikan privasinya dan berhak menuntut apabila namabaiknya
dicemarkan oleh klien/ pasien dan atau keluarganya serta
tenagakesehatan lain.
8) Menolak pihak lain yang memberi anjuran / permintaan tertulisuntuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan perundang-undangan,
standraprofesi dan kode etik.
9) Mendapatkan penghargaan imbalan yang layak dari jasa profesinya
sesuai peraturan / ketentuan yang berlaku di rumah sakit.

Beberapa Kewajiban Perawat Di Rumah Sakit,yaitu:

1) Perawat wajib mematuhi semua peraturan rumah sakit denganhubungan


hukum antara perawat dengan pihak rumah sakit.
2) Perawat wajib mengadakan perjanjian tertulis dengan pihak rumah sakit.
3) Perawat wajib memenuhi hal-hal yang telah disepakati dengan pihak
rumah sakit.
4) Perawat wajib memberikan pelayanan / asuhan keperawatan sesuai
standar profesi dan batas kewenangannnya /otonom profesi.
5) Perawat wajib menghormati hak-hak pasien.
6) Perawat wajib memberikan kesempatan kepada klien / pasien
agarsenantiasa dapat berhubungan dengan keluarganya dan dapat
menjalankan ibadahsesuai dengan agama / keyakinannya sepanjang tidak
bertentangan denganketentuan pelayanan kesehatan.
7) Perawat wajib bekerja sama dengan tenaga medis / tenaga kesehatan lain
yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien
/pasien.
8) Perawat wajib memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan
keperawatan kepada klien / pasien dan atau keluarganya sesuai
denganbatas kewenangannya.
9) Perawat wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugaskemanusiaan
sesuai dengan batas kewenangannya.
10) Perawat wajibmemelihara pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesionalyang menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengankebutuhan klien.
11) Perawat wajibmerahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yangdiperlukan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
yang berwenang sesuai denganketentuan hukum yang berlaku.

Hukum ketenaga kerjaan sebagai pengelola rumah sakit (Kepala RS)

A. Tinjauan Tentang Perjanjian Kerja


Dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Ketenagakerjaan Tahun
2003 disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-
syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak. Menurut A. Ridwan Halim
perjanjian kerja adalah perjanjian yang dibuat oleh pekerja dan pemberi
kerja atau pengusaha, dimana perjanjian tersebut berisi ketentuan bahwa
pekerja akan mentaati semua ketentuan dari pemberi kerja begitu juga
sebaliknya pengusaha akan berusaha menanggung kehidupan pekerja
dengan baik sesuai dengan kemampuan para pihak. Menurut Djumadi,
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak yang satu si buruh,
mengikatkan dirinya untuk di bawah perintahnya pihak yang lain, si
majikan untuk suatu waktu tertantu, melakukan pekerjaan dengan
menerima upah.

B. Tinjauan Tentang Pekerja Malam


Hari Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja/ buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Malam hari adalah waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit
ditandai dengan suasana gelap. Jadi dapat disimpulkan bahwa pekerja
malam hari adalah setiap orang yang bekerja pada waktu antara matahari
terbenam dan matahari terbit dengan tujuan untuk menerima upah atau
imbalan.
C. Tinjauan Mengenai Rumah Sakit
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit
sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit
maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan
kesehatan.
D. Perlindungan Hukum terhadap Perawat yang Bekerja pada Malam Hari
di Rumah Sakit Harapan, Kota Magelang Berdasarkan wawancara,
diperoleh data mengenai perlindungan hukum perawat yang bekerja pada
malam hari, yang meliputi:
1) Pemberian makanan dan minuman yang bergizi
Pihak Rumah Sakit hanya menyediakan mie instan dan air putih.
Selain itu Rumah Sakit juga memberikan uang makan bagi perawat
yang bekerja pada shift malam. Makanan berupa mie instan yang
dibagikan secara perorangan juga belum dalam bentuk siap makan
yang disajikan di piring/mangkok melainkan masih dalam bentuk
kemasan. Pemberian makanan berupa mie instan jelas tidak
memenuhi ketentuan Pasal 76 ayat (3) huruf a Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pengusaha yang
mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai
dengan pukul 07.00 wajib memberikan makanan dan minuman
bergizi. Pengusaha/pemberi kerja yang tidak memenuhi ketentuan
dapat dikenakan sanksi pidana sesuai yang diatur dalam Pasal 187
UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa
“Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37 ayat (2), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat
(1), Pasal 71 ayat (2), Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1),
dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3), dan Pasal 144, dikenakan sanksi
pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).”
2) Penyediaan fasilitas antar jemput
Rumah Sakit Harapan, Kota Magelang telah menyediakan fasilitas
antar jemput bagi perawat yang bekerja pada shift malam dan
menentukan lokasi tujuan antar jemput yaitu di tempat
tinggal/tempat tujuan perawat. Hal ini telah sesuai dengan Pasal 6
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia No. KEP-224/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Kewajiban
Pengusaha yang Mempekerjakan Pekerja/Buruh Perempuan Antara
Pukul 23.00 sampai dengan 07.00 menerangkan bahwa “pengusaha
wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat penjemputan
ke tempat kerja dan sebaliknya, penjemputan dilakukan dari tempat
penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya antara pukul 23.00
sampai dengan pukul 05.00.”
3) Penyediaan petugas keamanan
Rumah Sakit Harapan, Kota Magelang telah menyediakan petugas
keamanan sebanyak 2 orang. Usaha menyediakan petugas keamanan
sebagai usaha menjaga keamanan di tempat kerja sekaligus telah
sesuai dengan Pasal 5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia No. KEP-224/MEN/2003 Tahun
2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan
Pekerja/Buruh Perempuan Antara Pukul 23.00 sampai dengan 07.00
menerangkan bahwa “pemberi kerja/pengusaha harus menyediakan
petugas keamanan di tempat kerja, menyediakan kamar mandi/wc
yang layak dengan penerangan yang memadai serta terpisah antara
pekerja/buruh perempuan dan laki-laki.”
4) Penyediaan kamar mandi/WC yang terpisah dan ruang ganti yang
terpisah antara perawat laki-laki dan perempuan
5) Menjaga kesusilaan di tempat kerja berkaitan dengan seragam yang
dikenakan perawat
6) Jam kerja
Rumah Sakit Harapan, Kota Magelang belum memenuhi ketentuan
tentang waktu kerja shift malam yang berlangsung selama10 jam
antara pukul 20.45 sampai dengan pukul 07.15. Seharusnya menurut
Pasal 76 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 mengenai jam
kerja bagi pekerja khususnya pekerja perempuan yang bekerja pada
malam hari hanya dapat diijinkan antara pukul 23.00 hingga 07.00.
Artinya pekerja hanya boleh dipekerjakan selama 8 jam kerja pada
malam hari. Perawat di Rumah Sakit Harapan Kota Megelang
bekerja 5 hari dalam seminggu, 3 hari perawat bekerja selama 7 jam
kerja, dan 2 hari bekerja selama 10 jam pada shift malam. Dalam
seminngu, perawat bekerja pada shift malam maksimal 2x dan
jadwalnya ditentukan oleh Kepala Ruang. Berarti dalam seminggu,
perawat bekerja selama 41 jam sehingga tidak sesuai dengan Pasal
77 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa waktu kerja meliputi 8 (delapan) jam 1 (satu)
hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu. Pihak Rumah Sakit juga tidak
memberikan upah lembur sehingga hal ini juga tidak sesuai dengan
Pasal 78 ayat (2) UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 yang
menyatakan bahwa “Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib
membayar upah kerja lembur.”

5. Judul jurnal:
Konsep Penerapan K3 oleh Perawat di Rumah Sakit Bagi Orang yang Berada
di Sekitarnya
Alamat URL:
https://osf.io/preprints/inarxiv/py47h/
a. Permasalahan yang ada:
Upaya penerapan K3 di rumah sakit menyangkut tenaga kerja, cara/metode
kerja, alat kerja, proses kerja, dan lingkungan kerja yang meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan.26,27 Tenaga
kesehatan yang sering berkontak langsung dengan pasien adalah perawat.
b. Hasil yang di peroleh dari jurnal:
Hasil yang didapat setelah pemeriksaan yaitu masih terbuktinya rasa
kesadaran yang kurang dibiasakan seperti memutuskan rantai infeksi maka
dibutuhkan handrub ataupun melakukan cuci tangan dengan 7 langkah
yang benar. Setelah itu perlunya diajarkan dan diberikan penjelasan akan
pentingnya K3 ketika di rumah sakit
c. Bagaimana konsep solusi:
Semakin baik tingkat pengetahuan maka tingkat penerapannya pun akan
baik. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
tingkat pengetahuan dan upaya penerapan K3.

Anda mungkin juga menyukai