A PAULO SURABAYA
OLEH:
SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda
Biasanya orang dengan pneumonia sering kali diserta dengan gejala yang khas
yaitu batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi disertai
menggigil, napas pendek (sesak) dan nyeri dada. Gejala umum lainnya seperti
kasus per 1000 penduduk setiap tahun (Putri et al., 2014). Data yang didapatkan di
IGD Rumah Sakit Katolik St.Vincentius A Paulo Surabaya, dari bulan september
2018 sampai dengan Februari 2019 sebanyak 131 pasien pasien dengan
Pneumonia.
Pneumonia dapat ditangani dengan cepat, ketika ada tanda dang gejala dari
2 cc dan Nacl 0,9% 2cc. Pada pasien dengan Pneumonia, umum dilakukan
napas yang ditandai dengan batuk, dapat mengeluarkan sekret warna kekuningan,
1.2.1 Apa sajakah data fokus pasien dengan Pneumonia di IGD RS Katolik St.
1.2.2 Apa sajakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pneumonia di IGD
1.2.3 Apa sajakah intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien dengan
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Usia : 57 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Alamat : Surabaya
Penanggung Jawab : Ny. D (Istri)
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanggal 11 Februari 2019, pasien mengalami batuk, sekret warna
kekuningan, disertai pilek dan badan panas naik turun tapi tidak di berikan
obat. Tanggal 1 Maret 2019 pukul 22.00 WIB pasien mengeluhkan sesak
napas seperti tertusuk dan pusing karena batuk tidak kunjung sembuh.
Kemudian pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 06.00 pasien dibawa oleh istri
ke IGD RSK St Vincentius A Paulo Surabaya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mempunyai riwayat ISPA dan kambuh lagi karena tertular istri.
Pasien tidak memiliki riwayat stroke dan operasi paru. Pasien memiliki riwayat
penyakit DM dan jarang kontrol.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada bulan Februari, istri pasien mengalami ISPA, Keluarga pasien tidak
ada yang menderita penyakit yang sama atau yang berkaitan dengan sistem
pernapasan.
5. Riwayat Psikososial-Spiritual:
Psiko : Pasien mengungkapkan tidak memiliki riwayat penyakit yang
berkaitan tetapi pasien memiliki kebiasaan merokok dari SMA. Pasien tahu
tentang pengobatan untuk penyakit Diabetes dan tidak tahu mengenai prognosis
penyakitnya. Pasien tidak merasa terganggu dengan penyakitnya. Pasien merasa
sedikit cemas karena batuk yang sering kambuh terus menerus dan terasa sesak
nafas, namun pasien dapat menerima dan berusaha mencari tahu untuk
pengobatan penyakitnya ke dokter spesialis paru.
Sosial :Pasien memiliki 3 orang anak, sudah menikah, memiliki anak
semua. Pasien tinggal dirumah bersama istri. Pasien diantar ke IGD dan ditunggu
oleh istrinya karena anaknya bekerja di pagi hari. Pasien aktif mengikuti kegiatan
di lingkungan seperti kerja bakti dan sholat berjamaah.
Spiritual :Pasien menerima sakit Diabetes yang dialaminya dan menganggap
sakit merupakan suatu hal yang wajar, terlebih di usia tua. Pasien biasa
menjalankan sholat di mushola dekat rumahnya atau di rumah.
6. Riwayat Alergi
Istri pasien mengungkapkan pasien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan, obat-obatan maupun udara.
7. Riwayat Perilaku yang Memengaruhi Kesehatan
Pasien mengungkapkan merokok sejak berusia 20 tahun dan sekarang sudah
mulai mengurangi rokoknya sejak 1 bulan yang lalu. Pasien pernah minum
minuman beralkohol saat muda tapi sekarang sudah berhenti, sering makan
makanan siap saji, pasien juga tidak pernah berolahraga.
C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit:
Pasien tidak menjalankan diet Diabetes. Dirumah pasien makan 3xsehari, dengan
komposisi makanan nasi, lauk pauk (tahu, tempe, ayam, daging), sayur-sayuran
dan buah. Pasien biasa minum sebanyak 6-7 gelas air putih dan 2 gelas kopi / hari.
Saat sakit :
Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan pada saat mulai mengalami
keluhan.
2. Eliminasi
Sebelum sakit:
Pasien BAK ± 5-6x/hari warna kuning jernih, BAB 1x sehari kosistensi lembek.
Saat sakit :
Pasien tidak mengalami perubahan frekuensi BAK dan BAB saat mengalami
keluhan. Pasien BAK terakhir tanggal 2 Maret 2019 jam 05.00 WIB dan BAB
terakhir tanggal 1 Maret 2019 jam 08.00 WIB. Saat dikaji pasien belum BAK dan
BAB.
3. Aktifitas dan Istirahat
Sebelum sakit:
Pasien bangun pagi pukul 04.30 untuk sholat subuh. Pasien jarang tidur siang..
Pasien tidur malam jam 22.00-04.30 WIB
Saat sakit :
Pasien bangun pagi jam 07.00 karena sesak yang dialami. Sulit tidur siang dan
malam karena batuk dan sesak nafas. Pasien tidur malam jam 21.00- 07.00 EIB
4. Hygiene Perseorangan
Sebelum sakit:
Pasien mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari, melakukan gosok gigi 2 kali sehari.
hygiene perseorangan mandiri.
Saat sakit :
Pasien mampu melakukan hygiene perseorangan mandiri yaitu mandi, menggosok
gigi
D. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Dispnea, bentuk dada simetris, tidak menggunakan otot bantu napas, tidak
ada napas cuping hidung, rhonki +/+, tidak ada nyeri tekan pada leher dan
dada, RR 32x/menit, 02 3 lpm, tidak ada sianosis, batuk produktif, sekret
kuning.
2. B2 (Blood)
Konjungtiva merah muda ,sklera putih, turgor kulit kembali dalam 1 detik,
tidak ada distensi vena jugularis, irama jantung regular S1/S2 tunggal, CRT
1 detik, perfusi hangat, TD150/82 mmHg, nadi 109 x/menit, kuat reguler,
suhu 38,20 C, SpO2 93-94%.
3. B3 (Brain)
Kesadaran Composmentis, GCS 4-5-6, pasien tidak memiliki gangguan
lapang pandang, pupil isokor ka/ki, diameter pupil 3/3 mm, reaksi cahaya +/
+.
4. B4 (Bladder)
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
5. B5 (Bowel)
Abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen, bising
usus 14x/menit.
6. B6 (Bone)
Skala kekuatan otot : penuh
5 5
5 5
Pasien tampak agak lemah
E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksaan Nilai dan Satuan
BS 163 mg/dl
Natrium 140mmol/L
Kalium 3,60 mmol/L
DL:
2 Maret 2019 Leukosit 14,99 x 109 /L
Eritosit 5,32 x 1012 /L
Trombosit 242 x 109 /L
Hb 17,5 g/dL
Foto Thorax Cor: tak membesar
Pulmo: infiltrat paru kanan bawah
F. Terapi
1. Combivent 1 respul 2,5 ml
Golongan : Bronkodilator
Komposisi : Salbutamol 2,5 mg dan ipratropium bromide 0,5 mg
Cara Kerja : Bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2
adrenergik terutama pada otot bronkus (saluran pernafasan). Hal ini menyebabkan
terjadinya bronkodilatasi (pelebaran) karena otot bronkus (saluran pernafasan)
mengalami relaksasi (pengenduran syaraf). Karena efeknya yang selektif terhadap
bronkus (saluran pernafasan).
2. Bisolvon 2 ml
Golongan :Agen mukolitik
Komposisi : bromhoxine HCL, Guaifenesin
Cara Kerja: Bekerja dengan cara menghilangkan serat asam mukopolisakarida dan
mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah
pengeluaran lendir pada saat batuk.
3. NaCl 0,9% 2 ml
Golongan: cairan isotonik
Cara kerja: Pengencer obat yang akan dipakai di nebulizer
ANALISA DATA
Ketidakefektifan
pembersihan jalan nafas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan fisiologi pneumonia yang
ditandai dengan Pasien mengeluhkan sesak, ronkhi +/+, batuk produktif, sekret kuning,
RR: 32x/mnt, hasil Foto Thoraks: infiltrasi paru kanan bawah
TUJUAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal/ Perencanaan Evaluasi
Diagnosa Implementasi TT
Jam Tujuan Intervensi Rasional Formatif Sumatif
Sabtu, 2 Ketidakefektifa Pasien menunjukan 1. Jelaskan kepada 1. Aga Jam 07.05 WIB Jam 07.40 WIB Jam 08.20 Jersy
Maret n pembersihan Keafektifan bersihan pasien tindakan r pasien 1. Menjelaskan S: S: Natalia
2019 jalan nafas jalan napas setelah yang akan kooperatif kepada pasien - Pasien - Pasien mengatakan Marly
Jam 07.00 berhubungan dilakukan tindakan dilakukan dengan tindakan dan yang akan mengeluhkan sesak berkurang
WIB dengan fisiologi keperawatan selama yang akan dilakukan masih sesak O:
pneumonia yang 2 jamdengan kriteria dilakukan O: - Ronkhi +/+
ditandai dengan hasil : 2. Berikan posisi 2. Memberikan - Ronkhi +/+
Pasien postural drainage posisi postural
- Batuk produktif,
- Sesak berkurang 2. unt - Batuk produktif, sekret kuning
mengeluhkan - Ronkhi uk mengeluarkan drainage
sesak, ronkhi +/ sekret kuning - RR: 30 x/mnt,
berkurang sekret dari paru
+, batuk dengan - RR: 30 x/mnt, kedalaman normal,
produktif, sekret
- Batuk kedalaman normal, usaha nafas lebih
berkurang mempergunakan
kuning, RR: gaya berat dari usaha nafas lebih
32x/mnt, hasil - Pola nafas 3. Kolaborasi dengan sekretnya itu Jam 07.10 WIB A: Masalah teratasi
Foto Thoraks: (Frekuensi 12- dokter dalam sendiri 3. Melakukan A: Masalah teratasi sebagian
infiltrasi paru 20 pemberian terapi 3. Bro kolaborasi sebagian
kanan bawah x/mnt,kedalama bronkidilator dan nkodilator pemberian P : Lanjutkan P: Pasien ke Poliklinik
n, usaha nafas mukolitik bekerja dengan Nebulizer Intervensi 4 dan 5 spesialis paru
normal) cara merangsang dengan obat
secara selektif combivet 1 I:
reseptor beta-2 respul 2,5 ml + 1. Melakukan
adrenergik bisolvon 2 ml + observasi pola nafas
terutama pada NaCl 0,9% 2ml (frekuensi,
otot bronkus kedalaman, usaha
(saluran bernafas)
pernafasan). Hal 2. Melakukan
ini menyebabkan observasi suara
terjadinya nafas tambahan:
bronkodilatasi ronkhi dan suhu
(pelebaran)
Tanggal/ Perencanaan Evaluasi
Diagnosa Implementasi TT
Jam Tujuan Intervensi Rasional Formatif Sumatif
karena otot Jam 08.00 WIB
bronkus (saluran E:
pernafasan) - Pasien
mengalami mengungkapkan
relaksasi. sesak berkurang,
Mulokitik batuk produktif,
bekerja dengan sekret kuning,
cara Bekerja Ronkhi +/+, RR:
dengan cara 30 x/mnt,
menghilangkan kedalaman normal,
serat asam usaha nafas lebih
mukopolisakarida
dan mengurangi
adhesi lendir
pada dinding
tenggorokan
sehingga
mempermudah
pengeluaran
4. Observasi pola lendir pada saat
nafas (frekuensi, batuk Jam 07.30
kedalaman, usaha 4. Melakukan
nafas), suara nafas 4. Me observasi pola
tambahan (ronkhi) ngetahui nafas (frekuensi,
efektivitas terapi 33 x/mnt,
yang diberikan, kedalaman
mengetahui normal, usaha
efektivitas terapi bernafas lebih),
yang diberikan suara nafas
tambahan:
ronkhi +/+
BAB 3
REVIEW JURNAL
ASPEK BAHASAN
Shuang, C.H. 2017. Evaluation of Nursing Effect of Comprehensive
Daftar Pustaka Nursing Intervention on Elderly Patients with Severe Pneumonia Vol 1,
No 2.
Evaluation of Nursing Effect of Comprehensive Nursing Intervention on
Elderly Patients with Severe Pneumonia
Judul Jurnal
Evaluasi Pengaruh Intervensi Keperawatan Komprehensif terhadap
Pasien Lansia dengan Pneumonia yang Parah
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendiskusikan
Tujuan Jurnal aspek-aspek terkait dari efek intervensi keperawatan komprehensif pada
pasien lanjut usia dengan pneumonia yang parah.
Metode Penelitian Desain penelitian: desain quasy experiment. Instrument yang
digunakan adalah Health Status Questionnaire untuk menilai kualitas
hidup
Responden: 150 kasus pneumonia di Rumah Sakit Lansia Donghong
dari Mei 2015 sampai Mei 2017. Mereka dibagi secara acak menjadi
kelompok observasi (75 kasus) 41 laki-laki dan 34 perempuan, rata-rata
berusia 69 tahun dan kelompok kontrol (75 kasus) , 42 laki-laki dan 33
perempuan , rata-rata 70 tahun.
PEMBAHASAN
batuk, sekret warna kekuningan, disertai pilek dan badan panas naik turun tapi
tidak di berikan obat. Tanggal 1 Maret 2019 pukul 22.00 WIB pasien
mengeluhkan sesak napas seperti tertusuk dan pusing karena batuk tidak kunjung
sembuh. Kemudian pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 06.00 pasien dibawa oleh
istri ke IGD RSK St Vincentius A Paulo Surabaya dengan keadaan umum lemah,
GCS:4-5-6, dan mengeluh sesak serta batuk selama 3 minggu. Menurut Shuang
dalam jurnal Clinical and Nursing Research (2017) mengatakan bahwa intervensi
yang dapat digunakan untuk pasien pneumonia adalah pemberian oksigen untuk
pasien sesak dan mencapai saturasi oksigen 96-100%, fisioterapi dada, obat
claping. dan hal ini sejalan dengan penelitian Shuang (2017) yang menyatakan
bahwa intervensi yang diberikan kepada pasien pneumonia yaitu dengan merawat
dapat dilakukan dengan cara disuction jika pasien tidak dapat mengeluarkan
sendiri dengan cara batuk efektif. Pemberian oksigen untuk mengatasi gejala
suara napas tambahan, frekuensi nadi dan suhu, hal ini sejalan dengan penelitian Shuang
(2017) yang menyatakan bahwa Mengamati kondisi pasien dengan memantau tanda-
tanda vital dan indikator sangat penting dilakukan untuk mencegah kondisi semakin
memburuk atau terjadinya penyakit kritis. Melakukan observasi TTV (respirasi, nadi,
suhu) dapat memberikan gambaran apakah ada gangguan atau perubahan sistem tubuh
4.1 Kesimpulan
kekuningan, Ronkhi +/+, Batuk produktif, sekret kuning, RR: 32 x/mnt, Hasil
napas.
posisi semi fowler, setelah itu melakukan kolaborasi dengan dokter dalam
NaCl 0,9% 2ml, Observasi pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas),
4.1.4 Evaluasi
up pada saat pasien sesak dan pemberian nebulizer. Saat pengkajian harus
Terapi.Jakarta:ECG
Group.