Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

B DENGAN DIAGNOSA MEDIS

PNEUMONIA DAN MASALAH KEPERAWATANKETIDAKEFEKTIFAN

PEMBERSIHAN JALAN NAFAS DI IGD RSK ST. VINCENTIUS

A PAULO SURABAYA

OLEH:

JERSY ASISTA DALISA GEJI 201804022

MARIA NATALIA SURYANTI MOGI 201804030

MARLY RIUPASSA 201804031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK

ST. VINCENTIUS A PAULO

SURABAYA

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru di mana terdapat pengisian

alveoli oleh eksudat yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda

asing. (Saputra Lyndon, 2013).

Biasanya orang dengan pneumonia sering kali diserta dengan gejala yang khas

yaitu batuk berdahak, sputum kehijauan atau kuning, demam tinggi disertai

menggigil, napas pendek (sesak) dan nyeri dada. Gejala umum lainnya seperti

nausea, muntah, diare, kelelahan, sakit kepala, myalgia dan artralgia.

Kejadian pneumonia cukup tinggi di dunia, yaitu sekitar 15% -20%

(Dahlana,2014). Pada usia lanjut angka kejadian pneumonia mencapai 25 -44

kasus per 1000 penduduk setiap tahun (Putri et al., 2014). Data yang didapatkan di

IGD Rumah Sakit Katolik St.Vincentius A Paulo Surabaya, dari bulan september

2018 sampai dengan Februari 2019 sebanyak 131 pasien pasien dengan

Pneumonia.

Pneumonia dapat ditangani dengan cepat, ketika ada tanda dang gejala dari

Pneumonia dibawa Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan. Terapi oksigen

diberikan untuk untuk menurunkan perbedaan oksigen di alveoli-arteri dan

mencegah hipoksia seluler dan pemberian nebulizer Combivent 1 respul, bisolvon

2 cc dan Nacl 0,9% 2cc. Pada pasien dengan Pneumonia, umum dilakukan

pemeriksaan Foto Thorax untuk mendeteksi Adanya penyebaran (missal dari

lobus ke bronkial), Multiple abses/infiltrate, empiema (staphylococcus),


Penyebaran/lokasi infiltrasi (bakterial),Penyebaran extensive nodul infiltrate

(seringkali viral), Pada pneumonia micoplasma chest-X ray mungkin bersih.

Pasien Pneumonia akan mengalami masalah keperawatan gangguan pola

napas yang ditandai dengan batuk, dapat mengeluarkan sekret warna kekuningan,

disertai pilek dan badan panas naik turun ,sesak.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa sajakah data fokus pasien dengan Pneumonia di IGD RS Katolik St.

Vincentius a Paulo Surabaya?

1.2.2 Apa sajakah diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pneumonia di IGD

Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.2.3 Apa sajakah intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien dengan

Pneumonia di IGD RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.2.4 Bagaimanakah keberhasilan tindakan keperawatan pada pasien dengan

Pneumonia di IGD RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan Pneumonia di

IGD RSK St. Vincentius a Paulo Surabaya

1.3.2 Tujuan khusus

1) Mengidentifikasi data fokus pada pasien dengan pasien dengan Pneumonia di

IGD RSKatolik St. Vincentius a Paulo Surabaya

2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada pasien dengan Pneumonia di IGD

RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya


3) Mengidentifikasi intervensi keperawatan pada pasien dengan Pneumonia di

IGD RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya

4) Menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan pada pasien dengan Pneumonia

di IGD RS Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya

1.4 Manfaat

Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien diagnosa Pneumonia di

IGD RSK Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya.


BAB 2

LAPORAN KASUS

PENGKAJIAN

Tanggal Masuk IGD : 2 Februari 2019 Jam: 06.35 WIB


Tanggal Pengkajian : 2 Februari 2019 Jam: 06.35 WIB
Diagnosa Masuk : Suspect Pneumonia
Diagnosa Keluar : Suspect Pneumonia
No.RM : 481-xxx

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Usia : 57 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Kawin
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA
Alamat : Surabaya
Penanggung Jawab : Ny. D (Istri)

B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan sesak
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanggal 11 Februari 2019, pasien mengalami batuk, sekret warna
kekuningan, disertai pilek dan badan panas naik turun tapi tidak di berikan
obat. Tanggal 1 Maret 2019 pukul 22.00 WIB pasien mengeluhkan sesak
napas seperti tertusuk dan pusing karena batuk tidak kunjung sembuh.
Kemudian pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 06.00 pasien dibawa oleh istri
ke IGD RSK St Vincentius A Paulo Surabaya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mempunyai riwayat ISPA dan kambuh lagi karena tertular istri.
Pasien tidak memiliki riwayat stroke dan operasi paru. Pasien memiliki riwayat
penyakit DM dan jarang kontrol.
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada bulan Februari, istri pasien mengalami ISPA, Keluarga pasien tidak
ada yang menderita penyakit yang sama atau yang berkaitan dengan sistem
pernapasan.
5. Riwayat Psikososial-Spiritual:
Psiko : Pasien mengungkapkan tidak memiliki riwayat penyakit yang
berkaitan tetapi pasien memiliki kebiasaan merokok dari SMA. Pasien tahu
tentang pengobatan untuk penyakit Diabetes dan tidak tahu mengenai prognosis
penyakitnya. Pasien tidak merasa terganggu dengan penyakitnya. Pasien merasa
sedikit cemas karena batuk yang sering kambuh terus menerus dan terasa sesak
nafas, namun pasien dapat menerima dan berusaha mencari tahu untuk
pengobatan penyakitnya ke dokter spesialis paru.
Sosial :Pasien memiliki 3 orang anak, sudah menikah, memiliki anak
semua. Pasien tinggal dirumah bersama istri. Pasien diantar ke IGD dan ditunggu
oleh istrinya karena anaknya bekerja di pagi hari. Pasien aktif mengikuti kegiatan
di lingkungan seperti kerja bakti dan sholat berjamaah.
Spiritual :Pasien menerima sakit Diabetes yang dialaminya dan menganggap
sakit merupakan suatu hal yang wajar, terlebih di usia tua. Pasien biasa
menjalankan sholat di mushola dekat rumahnya atau di rumah.
6. Riwayat Alergi
Istri pasien mengungkapkan pasien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan, obat-obatan maupun udara.
7. Riwayat Perilaku yang Memengaruhi Kesehatan
Pasien mengungkapkan merokok sejak berusia 20 tahun dan sekarang sudah
mulai mengurangi rokoknya sejak 1 bulan yang lalu. Pasien pernah minum
minuman beralkohol saat muda tapi sekarang sudah berhenti, sering makan
makanan siap saji, pasien juga tidak pernah berolahraga.
C. Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
Sebelum sakit:
Pasien tidak menjalankan diet Diabetes. Dirumah pasien makan 3xsehari, dengan
komposisi makanan nasi, lauk pauk (tahu, tempe, ayam, daging), sayur-sayuran
dan buah. Pasien biasa minum sebanyak 6-7 gelas air putih dan 2 gelas kopi / hari.
Saat sakit :
Pasien tidak mengalami penurunan nafsu makan pada saat mulai mengalami
keluhan.
2. Eliminasi
Sebelum sakit:
Pasien BAK ± 5-6x/hari warna kuning jernih, BAB 1x sehari kosistensi lembek.
Saat sakit :
Pasien tidak mengalami perubahan frekuensi BAK dan BAB saat mengalami
keluhan. Pasien BAK terakhir tanggal 2 Maret 2019 jam 05.00 WIB dan BAB
terakhir tanggal 1 Maret 2019 jam 08.00 WIB. Saat dikaji pasien belum BAK dan
BAB.
3. Aktifitas dan Istirahat
Sebelum sakit:
Pasien bangun pagi pukul 04.30 untuk sholat subuh. Pasien jarang tidur siang..
Pasien tidur malam jam 22.00-04.30 WIB
Saat sakit :
Pasien bangun pagi jam 07.00 karena sesak yang dialami. Sulit tidur siang dan
malam karena batuk dan sesak nafas. Pasien tidur malam jam 21.00- 07.00 EIB
4. Hygiene Perseorangan
Sebelum sakit:
Pasien mandi dan ganti pakaian 2 kali sehari, melakukan gosok gigi 2 kali sehari.
hygiene perseorangan mandiri.
Saat sakit :
Pasien mampu melakukan hygiene perseorangan mandiri yaitu mandi, menggosok
gigi
D. Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
Dispnea, bentuk dada simetris, tidak menggunakan otot bantu napas, tidak
ada napas cuping hidung, rhonki +/+, tidak ada nyeri tekan pada leher dan
dada, RR 32x/menit, 02 3 lpm, tidak ada sianosis, batuk produktif, sekret
kuning.
2. B2 (Blood)
Konjungtiva merah muda ,sklera putih, turgor kulit kembali dalam 1 detik,
tidak ada distensi vena jugularis, irama jantung regular S1/S2 tunggal, CRT
1 detik, perfusi hangat, TD150/82 mmHg, nadi 109 x/menit, kuat reguler,
suhu 38,20 C, SpO2 93-94%.
3. B3 (Brain)
Kesadaran Composmentis, GCS 4-5-6, pasien tidak memiliki gangguan
lapang pandang, pupil isokor ka/ki, diameter pupil 3/3 mm, reaksi cahaya +/
+.
4. B4 (Bladder)
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
5. B5 (Bowel)
Abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen, bising
usus 14x/menit.
6. B6 (Bone)
Skala kekuatan otot : penuh
5 5
5 5
Pasien tampak agak lemah
E. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal Pemeriksaan Nama Pemeriksaan Nilai dan Satuan
BS 163 mg/dl
Natrium 140mmol/L
Kalium 3,60 mmol/L
DL:
2 Maret 2019 Leukosit 14,99 x 109 /L
Eritosit 5,32 x 1012 /L
Trombosit 242 x 109 /L
Hb 17,5 g/dL
Foto Thorax Cor: tak membesar
Pulmo: infiltrat paru kanan bawah

F. Terapi
1. Combivent 1 respul 2,5 ml
Golongan : Bronkodilator
Komposisi : Salbutamol 2,5 mg dan ipratropium bromide 0,5 mg
Cara Kerja : Bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2
adrenergik terutama pada otot bronkus (saluran pernafasan). Hal ini menyebabkan
terjadinya bronkodilatasi (pelebaran) karena otot bronkus (saluran pernafasan)
mengalami relaksasi (pengenduran syaraf). Karena efeknya yang selektif terhadap
bronkus (saluran pernafasan).
2. Bisolvon 2 ml
Golongan :Agen mukolitik
Komposisi : bromhoxine HCL, Guaifenesin
Cara Kerja: Bekerja dengan cara menghilangkan serat asam mukopolisakarida dan
mengurangi adhesi lendir pada dinding tenggorokan sehingga mempermudah
pengeluaran lendir pada saat batuk.

3. NaCl 0,9% 2 ml
Golongan: cairan isotonik
Cara kerja: Pengencer obat yang akan dipakai di nebulizer
ANALISA DATA

Tanggal Data Etiologi Problem


2 Maret 2019 DS: Pneumonia Ketidakefektifan
- Pasien pembersihan
mengeluhkan Aspirasi virus,bateri, jalan nafas
sesak jamur berulang masuk ke
alveoli
DO:
- Ronkhi +/+ Adanya eksudat
- Batuk produktif, dialveolus
sekret kuning
Peningktan produksi
- RR: 32 x/mnt
sputum
- Hasil Foto
Thoraks: infiltrasi Sekret tertahan di jalan
paru kanan bawah jalan nafas

Ketidakefektifan
pembersihan jalan nafas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan fisiologi pneumonia yang
ditandai dengan Pasien mengeluhkan sesak, ronkhi +/+, batuk produktif, sekret kuning,
RR: 32x/mnt, hasil Foto Thoraks: infiltrasi paru kanan bawah
TUJUAN, INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tanggal/ Perencanaan Evaluasi
Diagnosa Implementasi TT
Jam Tujuan Intervensi Rasional Formatif Sumatif
Sabtu, 2 Ketidakefektifa Pasien menunjukan 1. Jelaskan kepada 1. Aga Jam 07.05 WIB Jam 07.40 WIB Jam 08.20 Jersy
Maret n pembersihan Keafektifan bersihan pasien tindakan r pasien 1. Menjelaskan S: S: Natalia
2019 jalan nafas jalan napas setelah yang akan kooperatif kepada pasien - Pasien - Pasien mengatakan Marly
Jam 07.00 berhubungan dilakukan tindakan dilakukan dengan tindakan dan yang akan mengeluhkan sesak berkurang
WIB dengan fisiologi keperawatan selama yang akan dilakukan masih sesak O:
pneumonia yang 2 jamdengan kriteria dilakukan O: - Ronkhi +/+
ditandai dengan hasil : 2. Berikan posisi 2. Memberikan - Ronkhi +/+
Pasien postural drainage posisi postural
- Batuk produktif,
- Sesak berkurang 2. unt - Batuk produktif, sekret kuning
mengeluhkan - Ronkhi uk mengeluarkan drainage
sesak, ronkhi +/ sekret kuning - RR: 30 x/mnt,
berkurang sekret dari paru
+, batuk dengan - RR: 30 x/mnt, kedalaman normal,
produktif, sekret
- Batuk kedalaman normal, usaha nafas lebih
berkurang mempergunakan
kuning, RR: gaya berat dari usaha nafas lebih
32x/mnt, hasil - Pola nafas 3. Kolaborasi dengan sekretnya itu Jam 07.10 WIB A: Masalah teratasi
Foto Thoraks: (Frekuensi 12- dokter dalam sendiri 3. Melakukan A: Masalah teratasi sebagian
infiltrasi paru 20 pemberian terapi 3. Bro kolaborasi sebagian
kanan bawah x/mnt,kedalama bronkidilator dan nkodilator pemberian P : Lanjutkan P: Pasien ke Poliklinik
n, usaha nafas mukolitik bekerja dengan Nebulizer Intervensi 4 dan 5 spesialis paru
normal) cara merangsang dengan obat
secara selektif combivet 1 I:
reseptor beta-2 respul 2,5 ml + 1. Melakukan
adrenergik bisolvon 2 ml + observasi pola nafas
terutama pada NaCl 0,9% 2ml (frekuensi,
otot bronkus kedalaman, usaha
(saluran bernafas)
pernafasan). Hal 2. Melakukan
ini menyebabkan observasi suara
terjadinya nafas tambahan:
bronkodilatasi ronkhi dan suhu
(pelebaran)
Tanggal/ Perencanaan Evaluasi
Diagnosa Implementasi TT
Jam Tujuan Intervensi Rasional Formatif Sumatif
karena otot Jam 08.00 WIB
bronkus (saluran E:
pernafasan) - Pasien
mengalami mengungkapkan
relaksasi. sesak berkurang,
Mulokitik batuk produktif,
bekerja dengan sekret kuning,
cara Bekerja Ronkhi +/+, RR:
dengan cara 30 x/mnt,
menghilangkan kedalaman normal,
serat asam usaha nafas lebih
mukopolisakarida
dan mengurangi
adhesi lendir
pada dinding
tenggorokan
sehingga
mempermudah
pengeluaran
4. Observasi pola lendir pada saat
nafas (frekuensi, batuk Jam 07.30
kedalaman, usaha 4. Melakukan
nafas), suara nafas 4. Me observasi pola
tambahan (ronkhi) ngetahui nafas (frekuensi,
efektivitas terapi 33 x/mnt,
yang diberikan, kedalaman
mengetahui normal, usaha
efektivitas terapi bernafas lebih),
yang diberikan suara nafas
tambahan:
ronkhi +/+
BAB 3

REVIEW JURNAL

ASPEK BAHASAN
Shuang, C.H. 2017. Evaluation of Nursing Effect of Comprehensive
Daftar Pustaka Nursing Intervention on Elderly Patients with Severe Pneumonia Vol 1,
No 2.
Evaluation of Nursing Effect of Comprehensive Nursing Intervention on
Elderly Patients with Severe Pneumonia
Judul Jurnal
Evaluasi Pengaruh Intervensi Keperawatan Komprehensif terhadap
Pasien Lansia dengan Pneumonia yang Parah
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis dan mendiskusikan
Tujuan Jurnal aspek-aspek terkait dari efek intervensi keperawatan komprehensif pada
pasien lanjut usia dengan pneumonia yang parah.
Metode Penelitian Desain penelitian: desain quasy experiment. Instrument yang
digunakan adalah Health Status Questionnaire untuk menilai kualitas
hidup
Responden: 150 kasus pneumonia di Rumah Sakit Lansia Donghong
dari Mei 2015 sampai Mei 2017. Mereka dibagi secara acak menjadi
kelompok observasi (75 kasus) 41 laki-laki dan 34 perempuan, rata-rata
berusia 69 tahun dan kelompok kontrol (75 kasus) , 42 laki-laki dan 33
perempuan , rata-rata 70 tahun.

Intervesi yang dilakukan: Dalam kasus ini, kelompok kontrol


menggunakan intervensi keperawatan konvensional, sedangkan
kelompok observasi menggunakan intervensi keperawatan
komprehensif, khususnya aspek-aspek terkait konten berikut :
1. Amati kondisi pasien
Memperhatikan tanda vital dan indikatornya. Contohnya disfungsi
ventilasi dapat terjadi hipoksia, penderita mungkin memiliki gejala
pernafasan seperti perubahan gejala, sehingga dalam perawatan
sehari-hari harus memperhatikan apakah frekuensi pernapasan
abnormal
2. Perawatan saluran pernafasan
Perawatan saluran pernafasan terutama mencakup empat bagian,
yaitu pelembaban salaruan nafas kontinue, humidifikasi saluran
pernapasan, menepuk punggung pasien (clapping), penghisapan
sputum.
3. Perawatan Lingkungan
Harus memastikan agar bangsal nyaman, tenang, jaga agar udara
tetap segar, suhu dan kelembabannya harus sesuai, jumlah
kunjungan ke pasien dan waktu dengan batasan ketat sehingga
terhindar dari infeksi silang
4. Perawatan Psikologis
pasien berada dalam kondisi kritis dan rentan terhadap berbagai
emosi negative. Penyedia layanan klinis harus memberi panduan
edukasi kesehatan kepada pasien untuk memastikan kualitas,
tujuan, fungsi, dan tindakan pencegahan. Sehingga beban jantung
pasien berkurang secara signifikan
5. Perawatan Pengobatan
Dalam pembentukan akses intravena ke pasien, perawat harus
trampil untuk mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh tusukan
pada pasien, sesuai dengan sifat obat dan penggunaan obat untuk
memilih lokasi suntikan yang tepat, pada pasien dengan obat anti
demam, pasien menggunakan obat-obatan terlarang, dan berikan
pengamatan yang cermat.
6. Perawatan Mulut
Bakteri di mulut pasien akan bergerak turun sepanjang trakea,
sehingga petugas perawatan klinis harus benar-benar melakukan
perawatan mulut. Jika nilai pH mulut 1,0-7,5, pasien bisa diberi 2%
sampai 3% larutan asam borat
7. Perawatan Kulit dan Tidur
Pasien yang tua dengan pneumonia dalam kondisi fisik yang buruk,
tinggal di tempat tidur lebih lama, ditambah beberapa pasien tidak
membentuk kebiasaan kesehatan yang baik, sehingga rentan
terhadap tekanan, infeksi kulit dan komplikasi lainnya yang akan
mempengaruhi rehabilitasi tubuh mereka. Menanggapi situasi ini,
pengasuh harus memberi tahu keluarga pasien secara teratur agar
pasien membersihkan kulit setiap 2 jam, dan memijatnya. Selain
itu, lansia lebih peka terhadap lingkungan eksternal, sehingga setiap
malam saat mereka tertidur, perawat harus memperhatikan
lingkungan yang tenang, menyesuaikan suhu AC, dan menutupi
selimut, untuk mencegah terjadinya flu.
8. Pendidikan Kesehatan
Petugas perawatan klinis untuk secara sabar menjelaskan penyebab
morbiditas mereka dan memperbaiki pencegahan kesadaran diri
pasien, membimbing pasien dengan benar untuk meningkatkan
jumlah air minum, mudah mencerna makanan.. dan setelah keluar
dari rumah sakit untuk melakukan latihan aerobik yang tepat,
vaksinasi pneumonia yang tepat waktu.
9. Tindakan pencegahan lainnya
perawat harus memperhatikan deteksi dini pneumonia pada pasien
lanjut usia, diagnosis dini dan pencegahannya
1. Perbandingan keberhasilan klinis dari Dua Kelompok
Tingkat efektif kelompok observasi adalah 90,67% (68 dari 75
pasien), yang secara signifikan lebih tinggi dari pada kelompok
kontrol 74,67% (56 dari 75 pasien)
2. Perbandingan Kualitas Nilai Hidup dari Dua Kelompok
Fungsi fisik, fungsi emosional, fungsi peran dan skor fungsi sosial
Hasil Jurnal
pada kelompok observasi jauh lebih tinggi daripada kelompok
kontrol
3. Perbandingan Kepuasan Keperawatan Dua Kelompok
Kepuasan perawatan kelompok observasi adalah 96,00% (72 dari
75 pasien), yang secara signifikan lebih tinggi dari pada kelompok
kontrol 82,67% (62 dari 75 pasien)
Intervensi keperawatan komprehensif memiliki pengaruh keperawatan
yang signifikan pada pasien lanjut usia dengan pneumonia,
Kesimpulan
memperbaiki efek pengobatan klinis dan kepuasan dalam keperawatan,
meningkatkan kualitas hidup pasien, memiliki nilai klinis yang tinggi.
Penelitian ini memberikan intervensi keperawatan secara komprehensif
Kelebihan Jurnal
terkait dengan penyakit pneumonia
Pada penelitian ini kurang memberikan hal-hal apa saja yang perlu di
observasi sesuai intervensi yang telah dilakukan, kurangnya intervensi
Kekurangan Jurnal
terkait nutrisi bagi penderita pneumonia, dan tidak menjelaskan
intervensi konvensional pada kelompok control
Perawat dapat melakukan intervensi mandiri kepada pasien pneumonia
Aplikasi
yaitu dengan perawatan saluran pernafasan, perawatan psikologis,
Keperawatan
perawatan mulut, perawatan kulit dan tidur, pendidikan kesehatan.
BAB 4

PEMBAHASAN

Keluarga mengungkapkan Tanggal 11 Februari 2019, pasien mengalami

batuk, sekret warna kekuningan, disertai pilek dan badan panas naik turun tapi

tidak di berikan obat. Tanggal 1 Maret 2019 pukul 22.00 WIB pasien

mengeluhkan sesak napas seperti tertusuk dan pusing karena batuk tidak kunjung

sembuh. Kemudian pada tanggal 2 Maret 2019 pukul 06.00 pasien dibawa oleh

istri ke IGD RSK St Vincentius A Paulo Surabaya dengan keadaan umum lemah,

GCS:4-5-6, dan mengeluh sesak serta batuk selama 3 minggu. Menurut Shuang

dalam jurnal Clinical and Nursing Research (2017) mengatakan bahwa intervensi

yang dapat digunakan untuk pasien pneumonia adalah pemberian oksigen untuk

pasien sesak dan mencapai saturasi oksigen 96-100%, fisioterapi dada, obat

antibiotic, nebulizer,suction dan observasi TTV.

Fakta pertama Tn. B mendapat pemberian oksigen 3 lpm dan tindakan

claping. dan hal ini sejalan dengan penelitian Shuang (2017) yang menyatakan

bahwa intervensi yang diberikan kepada pasien pneumonia yaitu dengan merawat

saluran pernapasan pasien dengan cara memberikan kelembapan, menepuk dada

( claping), serta oksigen 1-5 liter/menit. Pemberian tindakan claping karena

claping berfungsi untuk merontokan sputum dan untuk mengeluarkan sputum

dapat dilakukan dengan cara disuction jika pasien tidak dapat mengeluarkan

sendiri dengan cara batuk efektif. Pemberian oksigen untuk mengatasi gejala

sesak dan mencegah terjadinya hipoksia

Fakta kedua Tn. B setiap 30 menit dilakukan observasi frekuensi pernapasan,

suara napas tambahan, frekuensi nadi dan suhu, hal ini sejalan dengan penelitian Shuang

(2017) yang menyatakan bahwa Mengamati kondisi pasien dengan memantau tanda-
tanda vital dan indikator sangat penting dilakukan untuk mencegah kondisi semakin

memburuk atau terjadinya penyakit kritis. Melakukan observasi TTV (respirasi, nadi,

suhu) dapat memberikan gambaran apakah ada gangguan atau perubahan sistem tubuh

selama di rawat dan untuk menentukan terapi selanjutnya


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Data Fokus

Pasien mengungkapkan sesak dan batuk 3 minggu dengan sputum

kekuningan, Ronkhi +/+, Batuk produktif, sekret kuning, RR: 32 x/mnt, Hasil

Foto Thoraks menunjukkan infiltrasi paru kanan bawah.

4.1.2 Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang diiambil adalah ketidakefektifan bersihan jalan

napas.

4.1.3 Intervensi Keperawatan

- Intervensi keperawatan yang diberikan yaitu pertama-tama menjelaskan

kepada pasien dan keluarga tentang prosedur tindakan, lalu memberikan

posisi semi fowler, setelah itu melakukan kolaborasi dengan dokter dalam

pemberian terapi Neulizer combivet 1 respul 2,5 ml + bisolvon 2 ml +

NaCl 0,9% 2ml, Observasi pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas),

Observasi suara nafas tambahan (ronkhi).

4.1.4 Evaluasi

Evaluasi yag didapat setelah dilakukan tindakan adalah pasien

mengungkapkan sesak berkurang, batuk produktif, sekret kuning, Ronkhi +/+,

RR: 30 x/mnt, kedalaman normal, usaha nafas lebih.


4.2 Saran

4.2.1 Bagi Perawat dan Calon Perawat

Bagi perawat dan calon perawat untuk menerapkan intervensi mandiri

maupun kolaborasi dengan dokter dalam tindakan memberikan posisi head

up pada saat pasien sesak dan pemberian nebulizer. Saat pengkajian harus

mengkaji secara lengkap tentang faktor-faktor yang mungkin menjadi

penyebab terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan napas.


DAFTAR PUSTAKA

Ringel Edward.2012. Buku Saku Hitam Kedokteran Paru.Jakarta:PT Indeks

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan.Jakarta:PPNI

Wikinson M. Judith & Nancy R. Ahern.2014.Buku Saku Diagnosa Keperawatan

Nanda Nic Noc.Jakarta:ECG

Halim,Mubin.2013.Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam Diagnosa dan

Terapi.Jakarta:ECG

Widowati Henie.2013.Buku Saku Harrison Pulmonologi.Tangerang:Publishing

Group.

Anda mungkin juga menyukai