SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Oleh :
DINA SAHMIRANDA
135130101111050
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Oleh :
Dina Sahmiranda
135130101111050
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Brawijaya
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dina Sahmiranda
NIM. 135130101111050
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iv
Pengaruh Preventif Pemberian Ekstrak Buah Pepaya (Carica papaya) Terhadap
Kadar Malondialdehid (MDA) dan Histopatologi Duodenum Tikus Jantan
(Rattus norvegicus) yang Diinduksi Plumbum Asetat
ABSTRAK
v
Preventive Theraphy of Papaya (Carica papaya) Fruit Extracts Against
Malondialdehid (MDA) Level and Histopathology of Duodenum on Male
Rats (Rattus norvegicus) Induced by Plumbum Acetate
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridha-Nya Skripsi Program Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya dengan judul Pengaruh Preventif Ekstrak Buah Pepaya
(Carica papaya) Terhadap Kadar Malondialdehid (MDA) dan Histopatologi
Duodenum Tikus Putih (Rattus norvegicus) yang Diinduksi Plumbum Asetat. ini
telah terselesaikan dengan baik.
Terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Dosen pembimbing I, Dr. Dra. Herawati, MP. yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan kepada penulis.
2. Dosen pembimbing II, drh. Dian Vidiastuti, M.Si. yang telah setia membina
penulis selama penyusunan skripsi.
3. Dosen penguji I, drh. Ajeng Aeka, M.Sc yang telah memberikan pertanyaan,
kritik, dan saran yang membangun kepada penulis.
4. Dosen penguji II, drh. Rahadi Swastomo, M.Biomed yang telah memberikan
pertanyaan, kritik, dan saran yang membangun untuk penulis.
5. Prof. Dr. Aulianni’am, drh, DES, selaku Ketua Program Studi Kedokteran
Hewan Universitas Brawijaya Malang.
6. Ibunda Unsari tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada
habisnya.
7. Ayah Yus Sentana Mulya tersayang yang kerap kali memberikan nasehat dan
masukan yang membangun.
8. Kakak tercinta Honey Choirunnisa yang selalu memberi dukungan dan doa
yang tiada habisnya.
9. Adik tersayang Dafa Hidayatullah dan Galang Herjuno Mulya yang selalu
memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi.
10. Kelompok penelitian yaitu Dina Hardiana, Dewi Jariani serta Desy safitry,
yang selalu memberi semangat penulis.
vii
11. Kolega Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, terutama CAVITAS yang
menghibur ketika berkumpul bersama dan berbagi informasi.
12. Staf Laboratorium Biosains UB, Politeknik Negeri Malang dan Materia
Medika yang telah bersedia bekerja sama dan melayani penulis dalam
mendapatkan alat dan bahan yang diperlukan untuk penelitian.
13. Semua pihak-pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
serta dalam melancarkan penyusunan skripsi ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
ix
.................................................................................................. 22
4.5.4. Pemberian Plumbum…………................................................ 22
4.5.5. Pengambilan Organ Duodenum Tikus……....................... 22
4.5.6. Pembuatan Kurva Standar MDA....................................... 23
4.5.7. Pengukuran Kadar MDA Dengan Menggunakan Uji
Tiobarbituric Acid (TBA)............................................... 23
4.6. Histopatologi Duodenum.............................................................. 24
4.6.1 Pembuatan Preparat Hitsopatologi Duodenum................... 24
4.6.2 Pewarnaan HE Pada Preparat.............................................. 25
4.6.3 Pengamatan Histopatologi……........................................... 27
4.7. Analisis Data................................................................................. 27
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 29
5.1 Pengaruh Pemberian Plumbum (Pb) terhadap Kadar
Malondialdehida (MDA) Duodenum Tikus Jantan (Rattus
norvegicus).............................................................................. 29
5.2 Pengaruh Pemberian Plumbum (Pb) Terhadap Histopatologi
Duodenum Tikus Putih (Rattus norvegicus)
............................................................................................... 32
BAB VI. PENUTUP............................................................................... 37
6.1 Kesimpulan………................................................................. 37
6.2 Saran…………....................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 38
LAMPIRAN................................................................................................... 42
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Rancangan Kelompok Penelitian.............................................................. 20
5.1 Kadar Malondialdehid …………………………………………………… 29
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Pepaya (Carica papaya)........................................................................ 9
2.2. Histologi Duodenum Tikus (Rattus norvegicus).................................... 11
2.3 Tikus Putih (Rattus norvegicus)……………........................................ 13
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
industri dalam jumlah banyak (Silalahi, 2000). Limbah pabrik yang paling sering
air, udara, dan tanah. Cemaran plumbum pada lingkungan sangat berbahaya
(Hardiani dkk., 2011). Plumbum jika terkonsumsi oleh makhluk hidup maka
dalam aliran darah kemudian akan keluar melalui feses dan urin sedangkan
sisanya akan tersimpan dalam tubuh dan mempengaruhi hampir setiap organ
terlibat dalam pembentukan hemoglobin sebagian akan terikat oleh protein dan
1
2
dan adanya peningkatan nilai Reactive Oxygen Species (ROS). Peningkatan ROS
menyebabkan peroksidasi lipid, akibat dari reaksi tersebut ialah terputusnya rantai
asam lemak menjadi senyawa toksik bagi sel, seperti Malondialdehida (MDA)
mempunyai efek samping sehingga dapat memanfaatkan obat herbal. Salah satu
(Carica papaya). Buah pepaya mengandung bahan aktif vitamin C yang diketahui
molekul radikal bebas dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas
berperan sebagai anti oksidan yang dapat mencegah peroksidasi lipid dan
akan dicerna di dalam saluran pencernaan dari jumlah yang tertelan akan
terabsorbsi di dalam usus salah satunya duodenum sehingga gerak peristaltik usus
3
terganggu dan terjadi kerusakan pada vili organ duodenum (Hariono, 2005).
radikal bebas yang sangat reaktif. Radikal bebas tersebut berusaha untuk
pengaruh preventif ekstrak buah pepaya (carica papaya) terhadap kadar MDA
Berikut ini rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan:
plumbum asetat?
1. Hewan coba yang digunakan adalah tikus jantan (Rattus norvegicus) strain
wistar, dengan umur 8 sampai 10 minggu dan berat badan tikus 150-200
Malang.
4
2 Buah pepaya (Carica papaya) diperoleh dari pasar lokal yang ada di kota
yang diberikan 150 mg/kg BB (terapi 1), 250 mg/kg BB (terapi 2), 350 mg/kg
berturut-turut yang dimulai dari hari ke-15 hingga hari ke-28 (Nugroho,
𝐵𝑋51 ® ).
Berikut ini adalah tujuan penelitian berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan:
5
pemberian ektrak buah pepaya (Carica papaya) sebagai terapi preventif yang
pada tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 adalah suatu
logam berat yang lunak berwarna abu-abu kebiruan (Palar, 1994). Plumbum
merupakan bahan kimia golongan logam yang sama sekali tidak dibutuhkan oleh
tubuh, jika masuk ke dalam tubuh organisme hidup dalam jumlah yang berlebihan
akan menimbulkan efek negatif terhadap fungsi fisiologis tubuh. Logam berat yang
masuk ke dalam tubuh dalam jumlah kecil akan berakumulasi di dalam tubuh,
sehingga pada suatu saat juga dapat menimbulkan efek negatif dan gangguan
Keberadaan plumbum di dalam tubuh adalah sebagai radikal bebas yang akan
logam transisi. Lemak merupakan biomolekul yang paling rentan terhadap serangan
radikal bebas. Membran sel kaya akan sumber Poly Unsaturated Fatty Acid (PUFA)
oleh karena itu, membran sel mudah dirusak oleh bahan-bahan pengoksidasi termasuk
ion logam. Proses oksidasi pada lemak disebut dengan peroksidasi lemak (Arief,
2008).
plumbum tatreil (tetra ethyl lead /TEL) dan plumbum titrame tril lead (tetra metril
lead/TML) yang tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut organik dan
6
7
lemak. Public Health Service Amerika Serikat menetapkan bahwa sumber-sumber air
untuk masyarakat tidak boleh mengandung timbal lebih dari 0,05 mg/L, sedangkan
WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/L. Dalam
mengkontaminasi sumber air, hampir semua timbal terdapat dalam sedimen, dan
oleh plumbum terjadi karena masuknya plumbum kedalam tubuh melalui makanan,
minuman dan udara. Plumbum merupakan logam berat yang bersifat kumulatif di
dalam tubuh. Gejala keracunan akan timbul jika akumulasi Pb telah terbentuk dalam
jumlah yang besar atau dalam waktu lama. Plumbum akan terakumulasikan ke
berbagai organ dan diabsorbsi oleh duodenum. Kemudian akan berikatan dengan
jaringan lunak seperti sumsum tulang, sistem saraf, sistem pencernaan, ginjal dan hati
(Goldstein, 1994).
yang terkandung di dalam buah pepaya berperan sebagai anti oksidan yang dapat
buah. Semakin masak buah maka semakin tinggi kadar vitamin C, hal ini disebabkan
8
(Gull, 2012).
Kandungan dalam 100 gr buah pepaya masak adalah: kalori 46 kal, vitamin A
365 SI, vitamin B1 0,04 mg, vitamin C 78 mg, kalsium 23 mg, hidrat arang 12,2 gr,
fosfor 12 mg, besi 1,7 mg, protein 0,5 mg, dan air 86,7 gr (Kumalaningsih, 2007).
mg/100 gr buah pepaya. Kandungan vitamin C dalam buah pepaya lebih tinggi
dibandingkan dengan buah jeruk yang dikenal sebagai sumber vitamin C yaitu 49
mg/100 gr buah jeruk. Komponen yang terkandung di dalam buah pepaya antara lain
α-tokoferol, asam askorbat (vitamin C), beta karoten, flavonoid, vitamin B1 dan
niasin.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledone
Ordo : Caricales
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Efek lain dari stres oksidatif adalah berupa kerusakan mulai dari tingkat sel,
jaringan, hingga ke organ tubuh. Selain itu, keadaan ini juga dapat menyebabkan
penurunan fungsi biologis. keracunan yang ditimbulkan oleh plumbum terjadi karena
dapat melalui makanan, minuman dan udara. Plumbum yang masuk melalui minuman
akan dimetabolisme oleh tubuh. Antioksidan berperan sangat penting dalam proses
oksidan (Ardhie, 2011). Menurut Haris dalam Astuti dkk, (2008). antioksidan adalah
substansi yang dapat menetralisir dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh
radikal bebas melalui penghambatan oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal
bebas reaktif sehingga radikal bebas menjadi relatif stabil. Tubuh memiliki sistem
pertahanan terhadap radikkal bebas, yaitu antioksidan endogen intrasel yang terdiri
atas enzim-enzim yang disintesis oleh tubuh seperti superoksida dismutase (SOD),
katalase dan glutation peroksidase. Apabila radikal bebas dalam tubuh berlebihan
10
dibutuhkan antioksidan eksogen yaitu antioksidan yang berasal dari bahan yang
radikal bebas di dalam sel (Wresdiyati, 2005). Peroksidase lipid terjadi karena
adanya ikatan ROS (Reactive Oxygen Species) dengan PUFA (Poly Unsaturated
Fatty Acid). MDA dapat diukur dengan melalui uji TBA. Ikatan yang akan terbentuk
antara MDA dengan TBA akan menghasilkan warna merah muda. Pengukuran kadar
MDA merupakan cara pengukuran aktivitas radikal bebas secara tidak langsung,
sebab yang diukur adalah produk akhir dari reaksi radikal bebas bukan pengukuran
tranversal ke arah dinding abdomen lateral bagian kanan dan kemudian dari dorsal ke
bidang tengah melingkar disebut duodenum transversal yang berakhir di tepi kolon
11
transversal. Epitel yang melapisi vili usus halus adalah kolumner selapis dengan inti
terdapat di basal serta mempunyai mikrovili yang berbentuk seperti jari yang disebut
vili. Vili pada duodenum panjang dan berbentuk lembaran. Duodenum berfungsi
untuk mencerna dan mengabsorbsi nutrisi makanan dan air (Harjana, 2009).
sel goblet. Hewan mamalia memiliki vili yang pendek (Bacha, 2000), berfungsi untuk
baik. Duodenum tersusun atas empat lapisan, yaitu lapisan tunika mukosa, tunika
2008). Histologi duodenum tampak struktur vili yang terdiri dari sel epitelium selapis
tersusun rapat dengan inti bulat sampai oval terletak agak basal (Abrahamsohn, 2005).
Tikus (Rattus sp) termasuk binatang pengerat hewan ini sering digunakan
untuk percobaan laboratotium. Hal ini karena tikus putih memiliki kemiripan
anatomis, fisiologis, dan patologis dengan mamalia lainnya. Tikus putih juga
memiliki saluran pencernaan dengan tipe monogastrik, mudah dipelihara dan hewan
Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar adalah salah satu galur tikus
yang paling populer untuk digunakan dalam penelitian laboratorium karena sifatnya
yang lebih aktif dari pada galur-galur yang lain (Simbolon dkk., 2013). Galur Wistar
berkepala lebar, bertelinga kecil, berat badan antara 150-600 gram, panjang badan 18-
25, berumur 4-5 tahun dan memiliki panjang ekor yang selalu kurang dari panjang
tubuhnya. Tikus betina yang ditempatkan dalam kandang kelompok cenderung lebih
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Familia : Muridae
Genus : Rattus
berbagai bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan laboratorik (Adiyati,
2011). Spesies yang sering dipakai sebagai hewan model pada penelitian berkaitan
digunakan sebagai uji dalam penelitian dan pelatihan medis pada pengolahan
obesitas, diabetes militus, paparan radikal bebas dan hipertensi (Sirois, 2005)
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Radikal bebas
Stres oksidatif
Histopatologi duodenum
Keterangan :
: Menghambat
: Peningkatan
: Penurunan
: Hewan coba
: Variabel bebas
: Patomekanisme
: Parameter yang diamati
14
15
Hewan coba tikus (Rattus norvegicus) diberikan ekstak etanol buah pepaya
lambung. Vitamin C akan bekerja dengan cara memberikan satu elektron kepada
radikal bebas sehingga menyebabkan radikal bebas menjadi kurang reaktif, kondisi
ini akan menurunkan terjadinya stres oksidatif. Antioksidan yang tinggi dan mengikat
radikal bebas akan menekan peroksidasi lipid oleh karena itu kerusakan pada
membran sel akan ditekan dan kerusakan pada organ duodenum akan terhambat
indeks pengukuran aktivitas radikal bebas dalam tubuh. Pemberian ekstrak buah
pepaya (Carica papaya) tersebut sebagai terapi preventif bertujuan untuk mencegah
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh ketika tikus diinduksi plumbum sehingga
Plumbum yang diberikan pada tikus jantan (Rattus norvegicus) secara sonde
lambung akan masuk dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan diabsorbsi dalam
usus halus kemudian masuk ke dalam peredaran darah. Plumbum dalam peredaran
darah menjadi radikal bebas karena senyawa plumbum memiliki atom bebas,
sehingga akan berusaha berikatan dengan atom lain di dalam tubuh. Plumbum yang
diberikan secara oral kedalam tubuh hewan model tikus putih jantan (Rattus
ke dalam tubuh akan membentuk CH3COO2 yang memiliki atom bebas pada lapisan
terluar, serta akan membentuk radikal bebas. Peningkatkan radikal bebas akan
16
Species (ROS) merupakan senyawa radikal bebas yang berada di dalam tubuh.
Apabila ROS yang terakumulasi di dalam tubuh berlebih dan melebihi jumlah
antioksidan yang ada, maka akan terjadi kondisi stress oksidatif. Dimana terjadi tidak
seimbangnya antara jumlah radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh. Radikal
bebas akan bereaksi dengan komponen asam lemak tak jenuh penyusun membran sel
sehingga terjadi reaksi berantai yang disebut dengan peroksidasi lipid yang
berikatan dengan lipid pada membran sel dan membentuk peroksidasi lipid (Hidayat,
2013). Peroksidasi lipid merupakan perusakan oksidatif terhadap asam lemak tak
produk akhirnya. Kadar MDA dapat digunakan untuk mengukur aktivitas radikal
dan kerusakan sel. Kerusakan sel atau jaringan pada duodenum akibat dari pemaparan
yang berasal dari bahan tambahan yang dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan
oleh radikal bebas. Antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu diperoleh
dari ekstrak buah pepaya (Carica papaya L.) yang memiliki kandungan antioksidan
yaitu vitamin C dan flafanoid. Kandungan vitamin C di dalam buah pepaya dapat
17
mengikat radikal bebas sehingga radikal bebas relatif stabil. Vitamin C di dalam
tubuh bekerja dengan cara mendonorkan satu elektron atom hidrogen (H) kepada
radikal bebas sehingga radikal bebas kurang reaktif, kondisi ini akan menurunkan
antioksidan yang disertai dengan penurunan kadar lipid proksidase, dan jumlah
antioksidan yang tinggi dapat mengikat radikal bebas sehingga akan menekan
peroksidasi lipid oleh karena itu kerusakan stuktur vili, hiperplasia sel goblet dan
telah ada:
2. Terapi preventif ekstrak buah pepaya (Carica papaya) dapat mencegah kerusakan
asetat.
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.2.1 Alat
1 Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain yaitu kandang tikus
berupa bak plastik dan tutup kandang dari kawat, botol minum tikus,
sekam berupa parutan kayu halus, tempat pakan tikus, alat sonde,
dissecting set, papan bedah, sarung tangan, spuit 1cc, spuit 3cc, microtube,
papan bedah, timbangan digital, gelas ukur, cawan petri, spatula, objek
glass, cover glass, whole blood tube 3 cc, mikroskop cahaya (Olympus
ukuran 10-100 Ul, Pot organ, tissue, kapas, kertas saring, box pakan, timer
4.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus
norvegicus) strain wistar jantan, pakan tikus standar, ekstrak vitamin c buah
18
19
pepaya (Carica papaya), Pb asetat, Phosphate Buffer Saline (PBS), aquades, NaCl
fisiologis, TCA, HC1 1 N, Na-Thio 1%, alcohol (70%, 80%, 90% dan 95%),
etanol absolute I-II, etanol (70%, 80%, 90% dan 95%), xylol I-II, PFA 4%,
media yang digunakan dalam penelitian ini dianggap sama atau seragam. Hewan
coba dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok perlakuan. Kelompok 1
adalah kontrol negatif dimana tikus hanya diberi pakan dan air minum. Kelompok
dimana tikus diberi terapi preventif ekstrak buah pepaya dengan dosis 150
mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 350 mg/kgBB (Sadeque., et al. 2012). Kemudian
berdasarkan rumus p (n-1) ≥ 15, dimana (p) adalah jumlah kelompok perlakuan
p (n-1) ≥ 15
5 (n-1) ≥ 15
5n-5 ≥ 15
5n ≥ 20
n ≥4
20
sama dengan empat kali untuk setiap kelompok perlakuan dengan jumlah
ekor hewan coba. Berikut ini adalah tabel rancangan kelompok penelitian:
ULANGAN
PERLAKUAN 1 2 3 4
kandang.
21
Hewan coba yang digunakan sebanyak 20 ekor dan dibagi menjadi lima
hewan coba. Hewan coba diaklimatisasi selama tujuh hari agar hewan coba
beradaptasi dengan lingkungan baru. Selama masa aklimatisasi hewan coba diberi
pakan standar berupa pelet yang mengandung karbohidrat 5%, protein 10%,
lemak 3%, vitamin, mineral dan air sebesar 12% (AOAC, 2005). Pakan diberikan
sebanyak 10% dari berat badan hewan coba (Widiartini dkk., 2013), yaitu
sebanyak 15-20 gram/ekor/hari. Tikus diberi pakan dua kali sehari, yaitu pada
pagi dan sore hari serta air minum secara ad libitum. Hewan coba dikandangkan
22±3°C dan kelembaban relatif 30-70%. Selama masa ini hewan coba yang
digunakan harus sehat sehingga kondisi fisik hewan coba meliputi berat badan ada
atau tidaknya kerontokan rambut, kejernihan mata, ada atau tidaknya lendir pada
hidung, ada atau tidaknya diare, dan aktivitas motoriknya harus selalu diamati
Sampel berupa buah pepaya (Carica papaya) dicuci bersih, kupas dan
dipisahkan dari bijinya. Daging buah yang sudah bersih dipotong kecil-kecil
sediaan pasta dituangkan ke dalam toples kaca dan ditambahkan etanol 96%
sebanyak 500 ml. Kemudian campuran diaduk hingga homogen dan didiamkan
22
selama 24 jam pada suhu kamar, setelah itu disaring menggunakan vakum yang
didapatkan kemudian dilakukan freeze dry untuk menghilangkan sisa air yang
Dosis ekstrak buah pepaya yang diberikan pada penelitian ini adalah 150
mg/kgBB (kelompok 3), 250 mg/kgBB (kelompok 4), 350 mg/kgBB (kelompok
4.5.3 Pemberian Ekstrak Buah Pepaya (Carica papaya) Pada Hewan Coba
Ekstrak buah pepaya (Carica papaya) yang diberikan dalam bentuk serbuk
yang dilarutkan dalam 1 mL aquades dan diberikan secara per oral dengan
sebanyak 150 mg/kgBB pada kelompok dosis terapi C, 250 mg/kgBB pada
kelompok dosis terapi D dan 350 mg/kgBB pada kelompok dosis terapi D pada
hari ke-8 selama 7 hari dan hari ke-15 selama 14 hari. Berdasarkan penelitian
sebelumnya pemberian Pb dengan dosis 150 mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 350
berwarna putih yang dilarutkan dalam 0,5 mL aquades dan diberikan secara per
kelompok 5 selama 14 hari yang diberikan pada hari ke-15 sampai ke-28.
selama 14 hari dapat menyebabkan peningkatan degenerasi dan nekrosis pada sel
dieutanasi dengan cara dislokasi leher. Kemudian tikus tersebut diletakkan dengan
membuat sayatan pada bagian abdomen dengan posisi tikus rebah dorsal diatas
bedah. Duodenum dibilas dengan NaCI fisiologi 0,9% dan dimasukan dalam PFA
sehingga n standar sebanyak 650 µl. Kemudian ditambahkan 200 µl TCA 10%,
500 µL HCL 1 N dan 200 µL Na-Thio 1%. Larutan dalam tabung dihomogenkan
24
(Shofia, 2012).
disentrifugasi selama 20 menit pada kecepatan 800 rpm, setelah itu diambil
pada microtube baru. Selanjutnya larutan diinkubasi dalam waterbath pada suhu
100ºC selama 30 menit. Kemudian dibiarkan pada suhu ruang. Sampel diukur
maksimum (533 nm). Kemudin absobsi yang terbaca diplotkan pada kurva standar
yang telah dibuat untuk menghitung kosentrasi sampel. Pengukuran kadar MDA
1. Dehidrasi, yaitu proses pengeluaran air dari jaringan agar jaringan dapat
alkohol secara bertingkat (konsentrasi alkohol mulai dari 70%, 80%, 90%,
duodenum ditempelkan pada objck glass dan dikeringkan diatas hit plate
jaringan. Zat warna hematoksilin untuk memberi warna biru pada inti sel dan
Eosin untuk memberi warna merah muda pada sitoplasma sel. Berikut tahap
c. Pewarnaan I, untuk memberi warna biru pada inti dan sitoplasa jaringan.
d. Defferensiasi, untuk mengurangi warna biru yang pekat pada inti sel dan
hydrolic acid (HCI) 0,6% selama 1 menit. Kemuian dicuci dengan air
e. Bluecing, untuk memperjelas warna biru pada inti sel. Preparat dimasukan
dalam lithium carbonat 0,5% selama 3 menit. Kemudian dicuci dengan air
berdasarkan gambaran histoptologi yang terlihat yaitu struktur vili yang terdiri
serta didukung data kuantitatif yang diperoleh dari hasil struktur vili yang terdiri
dari sel epitelium selapis. Perubahan kadar MDA diamati secara kuantitatif
Kemudian dilanjutkan lagi dengan uji BNJ apabila terdapat perbedaan nyata
dengan α<0,05.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
lipid yang terbentuk akibat degenerasi radikal bebas terhadap asal lemak tak
pada kelompok tikus perlakuan dianalisis statistika dengan uji ANOVA (One
ekstrak buah pepaya (Carica papaya) dapat menurunkan kadar MDA duodenum
pada tikus (Rattus norvegicus) yang diinduksi plumbum dengan hasil uji Beda
Nyata Jujur (BNJ) menunjukkan notasi yang berbeda antar kelompok (Lampiran
6). Data dari hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.1.
29
30
peningkatan pada kontrol positif dengan kada nilai MDA 328,63± 5,9073c jika
dibandingkan dengan kontrol negatif dengan nilai kadar MDA 286,13 ± 2,3936a
(Tabel 5.1). pada kelompok kontrol positif menunjukan hasil yang berbeda nyata
(p<0,05) terhadap control positif mengalami kenaikan sebesar 14,86%. Pada kondisi
normal atau sehat kadar MDA dihasilkan dalam kadar rendah. MDA merupakan
produk oksidasi asam lemak tidak jenuh hasil akhir dari peroksidasi lipid yang dapat
digunakan sebagai penanda adanya radikal bebas dalam tubuh (Janero, 2011). Jenis
radikal bebas yang mengandung oksigen secara umum dikenal dengan ROS (reactive
oxygen species). Radikal bebas dan ROS yang diproduksi dalam jumlah normal
Pemberian plumbum yang tinggi dalam tubuh dapat menghambat aktivitas enzim
yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin namun, sebagian akan terikat oleh
protein dan sebagian lagi terakumulasi dalam organ (Kafiar dkk., 2013).
tikus kelompok terapi 2 yaitu tikus yang diinduksi plumbum di berikan ekstrak buah
MDA sebesar 5,9% dan tikus kelompok terapi 3 yaitu tikus yang diinduksi plumbum
di berikan ekstrak buah pepaya (Carica papaya) dengan dosis lebih tinggi
tersebut membuktikan bahwa kandungan dari ekstrak buah pepaya (Carica papaya)
31
dapat menurunkan kadar MDA pada tikus yang diberi plumbum. Hasil analisis
statistik One Way Anova menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah pepaya
(Carica papaya) variasi dosis 150 mg/kg BB, 250 mg/kgBB dan dosis 350 mg/kg BB
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kadar MDA tikus yang
diinduksi plumbum.
berfungsi sebagai penangkap radikal bebas dan menghambat proses peroksidasi lipid
A B
C D
100x 400x
mengamati struktur vili, infiltrasi sel radang dan sel goblet. Tikus sehat yang tanpa
diberi perlakuan induksi plumbum menunjukkan bahwa pada organ duodenum sel
34
(Gambar 5.2a). Secara normal, duodenum terdiri dari empat lapisan, yaitu tunika
mukosa, tunika submukosa, muskularis externa dan tunika serosa. Struktur lapisan
tunika mukosa dan submukosa terdiri atas vili yang tersusun oleh sel-sel epitel
silindris sebaris, adanya kelenjar brunner yang berupa epitel kuboid padat dan sel
goblet dalam kondisi normal karena tidak ada aktivitas berlebih dalam memproduksi
adanya kerusakan pada struktur vili, hiperplasia sel goblet, adanya infiltrasi sel
sehingga proses absorbsi dapat menyerap nutrisi berjalan dengan baik (Abdullah,
2007). Hiperplasia terjadi hanya pada jaringan yang mampu melakukan pembelahan
sel dan terjadi pada berbagai jaringan dalam berbagai keadaan maupun bersifat
fisiologis. Fungsi dari sel goblet yaitu mensintesis dan mensekresikan mukus
oleh senyawa toksik menyebabkan respon kompensasi dari mukosa usus halus untuk
melindungi mukosa dengan cara memperbanyak sel goblet dari normal sebagai
bentuk pertahanan duodenum dari zat toksik (Sadeque, 2012). Plumbum asetat dapat
yang masuk ke dalam tubuh akan dikenali sebagai antigen asing. Sifat plumbum
yang lipofilik akan mengakibatkan plumbum cepat bereaksi dengan lipid bilayer
pada permukaan sel sehingga akan mengalami kerusakan. Sel yang rusak akan
Hemoragi atau perdarahan adalah suatu kondisi keluarnya darah dari pembuluh
darah akibat kerusakan dinding endotel. Hemoragi dapat terjadi melalui robekan
(reksis) akibat adanya berubahnya permeabilitas endotel. Oleh karena itu hemorhagi
yang diakibatkan oleh induksi plumbum asetat dapat terjadi karena adanya reaksi
CH3COO2 masuk melalui saluran pencernaan dan diabsorbsi oleh usus halus
(Shofia, 2012). Duodenum merupakan bagian dari usus halus yang berfungsi sebagai
mempunyai bentukan berupa vili yang berfungsi untuk membantu dalam penyerapan
nutrisi tubuh. Kerusakan vili usus dapat menyebabkan zat tidak terserap di dalam
usus halus. Hal ini dapat terjadi akibat adanya zat toksik.
36
gambaran histopatologi duodenum yang diberi perlakuan terapi dengan dosis 150
mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 350 mg/kgBB menunjukan perbedaan yang tidak nyata
karena antioksidan yang masuk kedalam tubuh tidak dapat maksimal. Antioksidan
membantu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas maupun senyawa radikal.
kerusakan akibat proses oksidasi. Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal
bebas dalam tubuh pada dasarnya dapat diatasi oleh antioksidan endogen. Akan tetapi
jika senyawa radikal bebas terdapat berlebih dalam tubuh atau melebihi batas
luar atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal bebas yang terbentuk
(Tamat, 2007). Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron
berfungsi sebagai agen pereduksi sehingga dapat mengikat ion metal dan mengurangi
hari. Proses perbaikan mukosa duodenum diawali dengan proses perbaikan epitel
duodenum. Proses regenerasi pada epitel duodenum diperankan oleh sel-sel immatur
pada epitel disekitar jaringan yang rusak. Sel-sel immatur yang belum
dasar kripta usus. Proses perbaikan lamina propia ditandai dengan angiogenesis dan
Gambaran histopatologi dengan dosis 150 mg/kgBB, 250 mg/kgBB dan 350
mg/kgBB, menunjukan perbedaan yang tidak nyata karena kerusakan struktur pada
duodenum yang terlalu parah. Plumbum yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat
Tingginya radikal bebas yang terbentuk memicu kerusakan ikatan lipid bilayer
membran sel. Ikatan membran lipid bilayer yang rusak berakibat pada ketidak
(Carica papaya) dengan dosis 150 mg/kgBB (Gambar 5.2c) menunjukan jaringan
sel epitel yang masih rusak, masih terdapat hiperplasia sel goblet, infiltrasi sel
radang dan kerusakan struktur vili, pada terapi ini terlihat dimana sel goblet
mengalami perbaikan. Kelompok tikus yang di terapi ekstrak buah pepaya (Carica
papaya) dengan dosis 250 mg/kgBB pada (Gambar 5.2d) menunjukan adanya
kerusakan struktur vili dan hiperplasia sel goblet. Pemberian dosis ekstrak buah
pepaya (carica papaya) 350 mg/kgBB pada (Gambar 5.2e) menunjukan struktur
preventif bertujuan untuk mencegah terbentuknya radikal bebas dalam tubuh ketika
(MDA) dan kerusakan organ duodenum dapat dicegah. Ekstak etanol buah pepaya
sehingga menyebabkan radikal bebas menjadi kurang reaktif, kondisi ini akan
menurunkan terjadinya stres oksidatif. Antioksidan yang tinggi dan mengikat radikal
bebas akan menekan peroksidasi lipid oleh karena itu kerusakan pada membran sel
akan ditekan dan kerusakan pada organ duodenum akan terhambat (Hariono, 2005).
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
malondialdehida (MDA) pada duodenum tikus jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi
Plumbum (Pb). Dosis 350 mg/kgBB adalah dosis terapi yang dapat menurunkan kadar
2. Pemberian ekstrak etanol buah pepaya (Carica papaya) pada tikus jantan (Rattus
duodenum.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peningkatan dosis ekstrak etanol buah
Djumadi, H., dan S. Hanafi. 2008. Pengaruh Pemberian Insektisida Diazinon dan
Kurkumin Kunyit (Curcuma domestika) Per-Oral Terhadap Perubahan
Struktur Histologis Duodenum [skripsi]. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
40
41
Fardiaz. 2001. Polusi Air dan Udara. Diterbitkan dalam rangka Kerja Sama
dengan Pusat.
Janero, 2011. Kajian Dampak Penggunaan Plastic PVC Terhadap Lingkungan dan
Alternatifnya di Indonesia. Universitas Indonesia [TESIS].
Mayawati, E., L. Pratiwi, dan B. Wijianto. 2014. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Metanol Buah Pepaya (Carica Papaya L) dalam Formulasi Krim Terhadap
DPPH (2, 2-diphenyl-1-picrylhydrazil) [skripsi]. Program Studi Farmasi
Fkultas Kedokteran. Universitas Tanjungpura.
Kafiar, F. P., P. Setyono., dan A.R. Handono. 2013. Analisis Pencemaran Logam
Berat (Pb dan Cd) pada Sapi Potong di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Putri Cempo Surakarta. Jurnal EKOSAINS. 5(2) : 32-37.
42
Putri, dan Minartika. 2010. Pengaruh Timbal (Pb) Pada Udara Jalan Tol Terhadap
Gambaran Mikroskopik Paru dan Kadar Timbal (Pb) Dalam Darah Mencit
Balb/C Jantan [skripsi]. Universitas Diponogoro. Semarang.
Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Penerbit PT Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
Stringari, C., Edwards, R.A., Pate, K.T., Waterman, M.L., Donovan, P.J., and
Gratton, E. 2012. Metabolic trajectory of cellular differentiation in small
intestine by Phasor Fluorescence Lifetime Microscopy of NADH. Sci. Rep. 2,
568.
Suprijono, A., Chodidjah, dan S. Banun. 2011. Pengaruh Pemberian Timbal (Pb) Per
Oral Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan
Agung. Volume 49 Nomor 123. Semarang.
Tamat, S. R., T. Wikanta dan L. S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan
Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak Rumput Laut Hijau Ulva reticulata
Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 5 (1) : 31-36.
Trilaksani, W., 2003. Antioksidan: Jenis, Sumber, Mekanisme Kerja dan Peran
Terhadap Kesehatan. Institute Pertanian Bogor, Bogor, hal 1-12
43
Tuminah, S. 2000. Radikal Bebas dan Antioksidan : Kaitannya dengan Nutrisi dan
Penyakit. Cermin Dunia Kedokteran 128: 49-50.
Victor, P. E. 2005. Atlas of Histologi With Fungsional Correlations. United States of
America
Wahyuni, O. P. S. 2011. Gambaran Histopatologi Duodenum dan Ekspresi Inducible
Nitrit Oxide Synthase (iNOS) Pada Tikus (Rattus norvegicus)
Hiperkoleterolemia Dengan Terapi Yoghurt Susu Kambing [Skripsi].
Pendidikan Dokter Hewan. Universitas Brawijaya.
Wahyuningrum, M.R. 2012. Pengaruh Pemberian Buah Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Sprague Dawley dengan
Hiperkolesterolemia [Skripsi]. Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro.
Widiartini, W., S. Eka, S. Ana, M. R. Ita, dan P. Eko. 2013. Pengembangan Usaha
Produksi Tikus Putih (Rattus norvegicus) Tersertifikasi dalam Upaya
Memenuhi Kebutuhan Hewan Laboratorium. Universitas Diponegoro.
Wresdiyati, T. 2005. Pengaruh Tokoferol Terhadap Prifil Superoksida Dismutase
dan Malondialdehida Pada Jaringan Hati Tikus Di bawah Kondisi Stres.
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
Yuniwati, M. 2008. Optimasi Kondisi Proses Ekstraksi Minyak Biji Pepaya. Jurusan
Teknik Kimia, Institut Sains dan Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.
Yulia, R., K. Lidya, Veronica, dan C. Juliana. 2015. Efek Glycine Max Varietas
Anjasmoro Terhadap Kadar Timbal dan Malondialdehid pada Mencit
Terintoksikasi Timbal. Jurnal Farmasi Indonesia, 7(1) : 29-30.
Yunus, M. 2001. Pengaruh Antioksidan Vitamin C Terhadap MDA Eritrosit Tikus
Wistar Akibat Latihan Anaerobik. Jurnal Pendidikan Jasmani, (1); 9-16.
Yusuf, A. M., J. P. Widodo, dan M. S. Doddy. 2009. Hubungan Radikal Bebas dan
Antioksidan dengan Kerusakan Ginjal pada Obstruksi Akut. Fakultas
Kedokteran. Uiversitas Diponegoro.