Anda di halaman 1dari 2

NARASI SEJARAH MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah adalah gerakan Amar Ma’ruf nahi mungkar dan pembaharuan yang dirikan
oleh KH Ahmad Dahlan pada pada tanggal 18 November 1912 di Desa Kauman Yogyakarta.
Organisasi ini terus tumbuh subur dan berdiri diseluruh pelosok negeri. Sementara di
Provinsi Aceh Muhammadiyah berdiri sekitar tahun 1927.

Sementara di Kota Subulussalam gerakan pembaharuan sudah ada sejak tahun 1970-an
yang berpusat dikota Runding, kecamatan simpang kiri saat masih bergabug dengan
Kabupaten Aceh Singkil. Namun namanya bukan Muhammadiyah, lebih dikenal dengan
sebutan Kaum Muda. Gerakan ini dipelopori oleh Alm Haji Husen, seorang tokoh runding
yang pernah menempeuh pendidikan di kota padang. Gerakan pembaharuan di Runding
juga dimotori oleh Alm Abdul Manaf, Tgk. Baihaqi dan Tgk Faqih Bawahi.

Pada tahun 1985 salah seorang putra asli Runding yang telah menamatkan pendidikan di
banda Aceh yang bernama Fansyuri Amin diberi mandat oleh Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah Daerah Istimewa Aceh untuk mendirikan cabang muhammadiyah di
kecamatan simpang kiri di bantu oleh beberapa tokoh lainnya, yaitu Alm Arifin Umar, BA, dr.
Djeumaris Munthe, dan Hj Nurleta.

Dalam perjalanannya, proses pendirian Muhammadiyah di kecamatan simpang kiri tidaklah


mudah, meghadapi tantangan dan rintangan yang terus silih berganti. Muhammadiyah
dianggap aliran sesat dan meresahkan masyarakat pada saat itu.

Pada tanggal 4 Maret 1986 diadakan rapat rencana pendirian Muhammadiyah Simpang Kiri
bertempat di MIS Subulussalam yang dihadiri oleh kurang lebih 100 orang tokoh dan
simpatisan muhammadiyah. Dalam pertemuan tersebut Camat Simpang Kiri, Pak Muslim
Dahri melarang keras rencana mendirikan Muhammadiyah di Simpang kiri dengan alasan
kelak akan menimbulkan perpecahan dan keributan dikalangan masyarakat di kecamatan
simpang simpang kiri.

karena penolakan Pendirian muhammadiyah oleh MUSPIKA, maka bermusyawarahlah


beberapa tokoh diantaranya Ir Fansyuri Amin, Pak Arkam Abjas, H. Muhtadin, Pak Adnas S,
Hj Nurleta, H. Baha dan tokoh lainnya dengan keputusan rapat untuk segera memindahkan
kedudukan atau kepengurusan Muhammadiyah Simpang Kiri dari Runding ke Subulussalam.

Saat kepengurusan organisasi muhammadiyah sudah berada di Subulussalam, dakwah


Muhammadiyah juga tidaklah mudah. Kerapkali mendapatkan tekanan dan rintangan dari
masyarakat. Namun semangat warga persyerikatan saat itu untuk mendirikan dan
membesarkan muhammadiyah tidak terbendung lagi.

Ketua Pimpinan Cabang simpang Kiri pertama adalah Fansyuri Amin. Kegiatan awal
Muhammadiyah Subulussalam yaitu mendirikan taman pengajian Al-Quran bagi anak-anak
yang berlokasi di lantai 2 rumah H.M Saleh Baha di samping hotel Abadi dengan tenaga
pengajar pertama ust Ilyas dan Mu’adz Vohry.

Muhammadiyah saat itu belum memiliki kantor. Hanya sebuah plang nama Muhammadiyah
yang terletak di depan rumah pak Arkam Abjas. Beberapatahun kemudian berpindah ke
rumah pak H.M Saleh Baha.

Tokoh muhammadiyah saat itu menyadari pengajian adalah kegiatan sangat penting dalam
menbangun dan mengembangkan organinasi. Pengajian adalah roh organinasi
muhammadiyah. Sehingga pada tahun 1988 dihadirkan ust. Ismail G dari pimpinan
Muhammadiyah Aceh selatan dibantu dai Muhammadiyah dari Medan, Ust Shahib Nst
untuk membina dan mengisi kajian rutin Muhammadiyah Simpang Kiri. Disinilah mula
kegiatan muhammadiyah tumbuh dan terus berlanjut dengan kegiatan yang lainnya.

Pada tanggal 2 januari 2007 terjadi pemekaran daerah Kota Subulussalam dari aceh singkil.
Sementara Kota Subulussalam menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah pada tanggal 16
Agustus 2011 melalui Musyawarah Daerah (Musyda) I di Komplek SMA Plus Muhammadiyah
Kota Subulussalam dengan Pimpinan ketua terpilih dr. H Syahyuril dan sekretris Ust. Ilyas
MA.

Setelah menjadi Pimpinan Daerah gerakan Muhammadiyah di Kota Subulussalam semakin


aktif dan terus menlakukan perubahan, mendirikan sekolah-sekolah, melaksanakan
Pengajian rutin, dan mengaktifkan ortom-ortom di Muhammadiyah dan kegiatan-kegiatan
lainnya

Anda mungkin juga menyukai