Anda di halaman 1dari 14

KUNJUNGAN RANTING MUHAMMADIYAH

Dosen Pengampu : Mavianti, S.Pd.I., M.A

Kelompok 7

Vina Khairani (2104300045)

Muhammad Taufiq Nasution (2104300023)

M. Umar Fachry (2104300048)

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan karunia-Nyalah hingga makalah yang berjudul “Kunjungan

Muhammadiyah” ini dapat kami selesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

Tanpa pertolonfan-Nya mungkin kami tidak akan mampu menyelesaikan tepat

pada waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah

Kemuhammadiyah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca.

Medan, 25 Desember 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4

Sejarah Awal Berdirinya Muhammadiyah...........................................................4

Sejarah Muhammadiyah Di Sumatera Utara (Medan).........................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................12

Lokasi Ranting...................................................................................................12

Pendiri Awal.......................................................................................................12

Amal Usaha........................................................................................................12

Keaktifan Anggota Ranting................................................................................13

Hambatan dan Tantangan...................................................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah Awal Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal

18 November 1912/ 8 Dzulhijjah 1330 H oleh orang yang bernama Muhammad

Darwis kemudian, dikenal dengan nama KH. Ahmad Dahlan. Beliau berprofesi

sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu

singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar

daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka

didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Disamping memberikan

pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran

kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul

Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan.

Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa. KH A Dahlan memimpin

Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih

menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan.

Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH

Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934.Rapat

Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun

1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti

saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan. Tujuan didirikannya Muhammadiyah oleh

Ahmad Dahlan adalah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang

memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar dapat
menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.

Sejarah Muhammadiyah Di Sumatera Utara (Medan)

Kota Medan sebagai ibukota povinsi Sumatera Utara, merupakan pintu

gerbangnya Indonesia bagian barat. Masa dahulunya, kota Medan, sebagai pusat

perdagangan sekaligus pusat kegiatan sosial dan agama. Kota Medan memiliki

luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera

Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kabupaten lainnya, Kota Medan

memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang

relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' - 3 43' Lintang Utara

dan 98 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke

utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 36,5 meter diatas permukaan laut.

Kota Medan sebagai ibukota povinsi Sumatera Utara, merupakan pintu

gerbangnya Indonesia bagian barat. Masa dahulunya, kota Medan, sebagai pusat

perdagangan sekaligus pusat kegiatan sosial dan agama. Pada masa penjajahan

Belanda dahulu di kota Medan terdapat sebuah kawasan seluas 10 hektar yang

komunitas penduduknya dihuni oleh keturunan India Tamil, sehingga daerah

tersebut dinamakan Kampung Keling atau Kampung Madras. Hampir semua jalan

yang ada di kawasan itu diberi nama-nama kota di India atau nama-nama kerajaan

Hindu di Indonesia. Pada masa itu kita bisa menemukan jalan Muaratakus, jalan

Taruma, jalan Kalkuta (sekarang jalan Haji Zainul Arifin), dan jalan Nagapatam

tempat bersejarah dimulainya gerakan Muhammadiyah di kota Medan ini.

Bapak Kalimin Sunar dalam sarasehan sehari Muhammadiyah Sumatera

Timur, 22 Juli 1990 makalahnya yang ditulis dalam buku Profil Muhammadiyah
Sumatera Utara dijelaskan bahwa pengesahan berdirinya Muhammadiyah di

Sumatera Timur pada tanggal 1 Juli 1928, namun kegiatan propaganda (dakwah)

gerakan Muhammadiyah sudah dimulai sejak 25 Novembar 1927 di Jalan

Nagapatam No.44, sekarang Jalan Kediri, Medan di rumah milik seorang

pedagang makanan mie rebus bernama Entong Sahari *) yang menjadikan

rumahnya tempat memelihara dan mengasuh beberapa anak yatim piatu, dan pada

malam harinya sebagai tempat mengaji beberapa orang perantau dari

Minangkabau yang telah lama menetap sebagai pedagang Pajak Bundar Petisah,

Medan diantaranya St.Djuin, Mas Pono, Sutan Marajo, Haji Syuaib dan lain

sebagainya. Di rumah ini mereka selalu mengadakan pengajian dan membahas

tentang gerakan Islam di Indonesia. Apalagi jamaahnya ada yang berasal dari

Jawa, Mandailing dan Minangkabau. Mereka dahulu di kampung halamannya

sudah menerima paham gerakan pembaharuan Islam, disebut Muhammadiyah.

Terutama di Minangkabau yang sudah berdiri Muhammadiyah sejak tahun 1925

di Sungai Batang Maninjau.

Walaupun mereka bukan kategori muballigh yang terampil dan sengaja

dikirim, tetapi mereka simpatisan Muhammadiyah yang tersentuh hatinya dengan

gerakan Muhammadiyah. Dari beberapa kali pertemuan akhirnya mereka sepakat

mendirikan Muhammadiyah dimana awalnya gerakan ini telah dirintis sejak tahun

1923, terutama Mas Pono yang datang dari Yogyakarta, maka didekatilah HR.

Muhammad Said yang pernah menjadi Ketua Syarikat Islam di Pematang Siantar

sebagai tenaga baru kekuatan Muhammadiyah.

Dengan demikian sejak tanggal 1 Juli 1928 dibentuklah Muhammadiyah

secara resmi ketua yang pertama HR Muhammad Said dan Mas Pono sebagai
sekretarisnya serta dilengkapi oleh St.Djuin dan Haji Syuaib, sebagai anggota.

Secara lengkap kepengurusan Muhammadiyah ini adalah :

Ketua : HR Muhammad Said

Wakil Ketua : Djuin St. Penghulu

Sekretaris : Mas Pono

Wkl Sekretaris : Penghulu Manan

Bendahara : St. Saidi

Advisour : Tanjung Mhd. Arief

Anggota : - Kongo St.Maradjo,

- Hasan St.Batuah,

- Awan St.Saripado,

- H.Syuaib, dan

- Sutan Berahim
Sayang rumah bersejarah tempat pertama kali berdirinya Muhammadiyah

di Kota Medan ini sudah menjadi milik orang lain karena telah dialihkan

kepemilikannya oleh salah seorang anak angkat Bapak Entong Sahari pada tahun

1970-an.

Frekuensi gerakan dakwah Muhammadiyah semakin ditingkatkan, dengan

mendatangkan penceramah dari Sumatera Barat dan penceramah lainnya, yang

terfokus pada masalah usholli, meluruskan arah kiblat, shalat pakai dasi, kenduri

kematian, ziarah kubur (kuburan keramat), shalat Hari Raya dilapangan terbuka

dan shalat lail 11 rakaat, terutama bulan Ramadhan. Gerakan Muhammadiyah

perkotaan ini, meluas sampai ke kota pesisir lainnya, mulai muncul komunitas
kecil Muhammadiyah (sekarang pimpinan Ranting Muhammadiyah).

Hampir rata-rata pada 1930-an itu berdiri banyak ranting Muhammadiyah di

Sumatera Utara, sebagai adanya simpati dari para tokoh-tokoh agama setempat.

Diantara Cabang Muhammadiyah yang didirikan tahun 1930-an itu antara lain:

1. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan Kota, 25 Novembar 1927

2. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pancurbatu, 18 Januari 1928

3. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Tanah Jawa, 27 April 1920

4. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebing Tinggi, 1 Mei 1929

5. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kisaran, 23 Desember 1929

6. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pematang Siantar, 27 Januari 1930

7. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kerasaan, 5 Maret 1930

8. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Glugur, 1 Juli 1930

9. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tanjung Balai, 12 Oktober 1930

10. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Binjai 20 November 1930

11. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Perdagangan, 7 Desember 1930

12. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Indrapura, 16 Juni 1931

Pada kongres ke-19 Muhammadiyah tahun 1930 di Bukit Tinggi, ditetapkan

HR Muhammad Said menjadi ketua perwakilan Hofd Bestur (HB)

Muhammadiyah Daerah Pesisir Timur. Jabatan ini beliau emban sampai akhir

hayatnya (wafat 22 Desember 1939). Dengan wafatnya HR Muhammad Said,


untuk sementara waktu Hofd Bestur Muhammadiyah Sumatera Timur dijabat oleh

Buya Hamka, Tami Marihat Usnian, HM Bustami Ibrahim, dan Agus ditunjuk

sebagai sekretaris.

Sekitar bulan Juli 1941 berlangsung konfrensi di Binjai, dan dalam

konferensi ini pengumpul suara terbanyak adalah H.Saleh dari Pematang Siantar,

dan berpeluang menjadi konsul Muhammadiyah. Akan tetapi dia mengundurkan

diri, maka ditetapkanlah Buya Hamka sebagai ketua Konsul Muhammadiyah

Daerah Sumatera Timur. Jabatan Konsul Muhammadiyah ini dipegangnya sampai

masa Jepang menyerah kalah pada tentara sekutu. Dan Buya Hamka

meninggalkan Medan, tetapi setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik

Indonesia, Hamka kembali ke Medan.

Pada musyawarah daerah Sumatera Timur, Hamka menyarankan agar

Pimpinan Muhammadiyah Daerah Sumatera Timur diserahkan kepada Buya

H.Bustami Ibrahim, akan tetapi Buya Bustami Ibrahim menolaknya. Akhirnya

disepakati untuk tidak memakai istilah Konsul Muhammadiyah Sumatera Timur,

diganti dengan Majelis Perwakilan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sumatera

Timur yang diamanahkan kepada Buya M.Nasution, Yusuf Ahmad, HM Bustami

Ibrahim, Bachtiar Yunus, Rasami, Dul Pakansi dan A.Malik Munir dengan pusat

kegiatan di Medan, namun masing-masing kesibukannya di partai, maka pimpinan

Muhammadiyah Sumatera Timur dipegang oleh Buya Bustami Ibrahim.

HM Nur Rizali, SH dalam Sarasehan Sehari, sejarah Muhammadiyah

Sumatera Utara tanggal 22 Juli 1990 di Kampus I Universitas Muhammadiyah

Sumatera Utara (UMSU) menjelaskan, khusus di daerah tingkat II Kotamadya

Medan pernah dibentuk struktur pimpinan dengan nama Badan Koordinasi


Pimpinan Muhammadiyah Daerah Tingkat II Medan (BKPM) yang diketuai oleh

Kapten Mukhtar Kamal. Namun katanya di penghunjung tahun 1967 di

Musyawarah Daerah (Musyda) pertama Kotamadya Medan, istilah BKPM diganti

dengan struktur Pimpinan Muhammadiyah Daerah (PMD) Kotamadya Medan dan

terpilih ketua lama, sehingga susunan pimpinan selengkapnya adalah :

Ketua : Mukhtar Kamal

Wakil Ketua-I : Lukman St.Sati

Wakil Ketua-II : Haris Muda Nasution

Wakil Ketua-III : Usman Yakub Siregar

Sekretaris : Dasyaruddin Ajus

Wakil Sekretaris : M.Nur Rizali, SH

Bendahara : H. Monang Samosir

Anggota-anggota : Bachtiar Ibrahim, Syafii Khatib dan Darwisah Mukhtar.

Adapun Ketua PMD Kotamadya Medan sejak terbentuknya di Kota Medan, adalah

sebagai berikut :

1. Periode 1965 – 1968 : Kapten Mukhtar Kamal

2. Periode 1968 – 1971 : TA Latief Rousdi

3. Periode 1971 – 1975 : Kalimin Sunar

4. Periode 1975 – 1978 : A.Malik Syafi'i


5. Periode 1978 – 1985 : Kalimin Sunar

6. Periode 1985 – 1990 : Firdaus Naly (pada periode ini istilah PMD berubah

menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dan perpindahan kantor dari

Jalan Thamrin ke Kompleks Ranting Muhammadiy Mandala, Jalan Mandala by

Pass No.40 Medan, kanor yang sekarang.

7. Periode 1990 – 1995 : dr. Zulkarnaini Tala, Sp.OG

8. Periode 1995 – 1999 : Ir. Amri Husni Siregar

9. Periode 1999 – 2000 : Drs. H. Miskun AR

10. Periode 2000 – 2005 : dr. Rizali Haris Nasution

11. Periode 2005 – 2010 : H. Bahril Datuk, SE, MM

12. Periode 2010 – 2015 : Drs. Adri. K, SPd.I

13. Periode 2015 - 2020 : Drs.Anwar Sembiring, M.Pd


BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Ranting Muhammadiyah Yang Kami Kunjungi :

Lokasi Ranting

Pada kujungan kali ini, kami kelompok 7 mengunjungi pimpinan Ranting

Muhammadiyah yang terletak di Jln. Jati Sei Mancirim Sunggal.

Pendiri Awal

Pendiri awal pada Ranting Muhammadiyah yang kami kunjungi adalah

Ahmad Dahlan

Amal Usaha

Amal usaha dari Ranting Muhammadiyah yang kami kunjungi adalah

Masjid, dan Ladang Edukasi.

Pemimpin Ranting

Suhendra

Sekretaris Bendahara Tabligh

Rasyidi Armanto Amanudiin


Keaktifan Anggota Ranting

Pada Ranting Muhammadiyah yang kami kunjungi Anggota aktif dalam

melakukan Pengajian 1 kali dalam seminggu yaitu pada saat hari Kamis, malam

Jum’at.

Hambatan dan Tantangan

Tidak ada hambatan dari Ranting Muhammadiyah yang kami kunjungi

dikarenakan daerah daerah mayoritas Muhammadiyah jadi tidak ada yang

bertanggapan tentanh Muhammadiyah.


BAB III

PENUTUP

Muhammadiyah merupakan ajaran agama yang baik namun sebagian

besar orang masih mengganggap bahwa Muhammadiyah itu hanyalah sebuah

organisasi sehingga sulit untuk menerimanya, maka dari itu dengan hasil

makalah ini kami berharap bahwa masyarakat umum dapat menerima

keberadaan Muhammadiyah, karena kita sama sama islam dan sama sama

menjunjung nabi besar Muhammad SAW yang dimana segala ajaran Nabi

Muhammad tidak ada yang buruk dan selalu berisi kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai