Kelompok 7
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
Muhammadiyah” ini dapat kami selesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
pada waktunya. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Kemuhammadiyah.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................12
Lokasi Ranting...................................................................................................12
Pendiri Awal.......................................................................................................12
Amal Usaha........................................................................................................12
PENDAHULUAN
Darwis kemudian, dikenal dengan nama KH. Ahmad Dahlan. Beliau berprofesi
daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka
kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut “Sidratul
Muntaha”. Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan.
Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa. KH A Dahlan memimpin
Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih
Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun
1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti
Ahmad Dahlan adalah memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai yang
memang ajaran yang serta dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw, agar dapat
menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
gerbangnya Indonesia bagian barat. Masa dahulunya, kota Medan, sebagai pusat
perdagangan sekaligus pusat kegiatan sosial dan agama. Kota Medan memiliki
luas 26.510 Hektar (265,10 Km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera
memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang
relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3 30' - 3 43' Lintang Utara
dan 98 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke
utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 36,5 meter diatas permukaan laut.
gerbangnya Indonesia bagian barat. Masa dahulunya, kota Medan, sebagai pusat
Belanda dahulu di kota Medan terdapat sebuah kawasan seluas 10 hektar yang
tersebut dinamakan Kampung Keling atau Kampung Madras. Hampir semua jalan
yang ada di kawasan itu diberi nama-nama kota di India atau nama-nama kerajaan
Hindu di Indonesia. Pada masa itu kita bisa menemukan jalan Muaratakus, jalan
Taruma, jalan Kalkuta (sekarang jalan Haji Zainul Arifin), dan jalan Nagapatam
Timur, 22 Juli 1990 makalahnya yang ditulis dalam buku Profil Muhammadiyah
Sumatera Utara dijelaskan bahwa pengesahan berdirinya Muhammadiyah di
Sumatera Timur pada tanggal 1 Juli 1928, namun kegiatan propaganda (dakwah)
rumahnya tempat memelihara dan mengasuh beberapa anak yatim piatu, dan pada
Minangkabau yang telah lama menetap sebagai pedagang Pajak Bundar Petisah,
Medan diantaranya St.Djuin, Mas Pono, Sutan Marajo, Haji Syuaib dan lain
tentang gerakan Islam di Indonesia. Apalagi jamaahnya ada yang berasal dari
mendirikan Muhammadiyah dimana awalnya gerakan ini telah dirintis sejak tahun
1923, terutama Mas Pono yang datang dari Yogyakarta, maka didekatilah HR.
Muhammad Said yang pernah menjadi Ketua Syarikat Islam di Pematang Siantar
secara resmi ketua yang pertama HR Muhammad Said dan Mas Pono sebagai
sekretarisnya serta dilengkapi oleh St.Djuin dan Haji Syuaib, sebagai anggota.
- Hasan St.Batuah,
- Awan St.Saripado,
- H.Syuaib, dan
- Sutan Berahim
Sayang rumah bersejarah tempat pertama kali berdirinya Muhammadiyah
di Kota Medan ini sudah menjadi milik orang lain karena telah dialihkan
kepemilikannya oleh salah seorang anak angkat Bapak Entong Sahari pada tahun
1970-an.
terfokus pada masalah usholli, meluruskan arah kiblat, shalat pakai dasi, kenduri
kematian, ziarah kubur (kuburan keramat), shalat Hari Raya dilapangan terbuka
perkotaan ini, meluas sampai ke kota pesisir lainnya, mulai muncul komunitas
kecil Muhammadiyah (sekarang pimpinan Ranting Muhammadiyah).
Sumatera Utara, sebagai adanya simpati dari para tokoh-tokoh agama setempat.
Diantara Cabang Muhammadiyah yang didirikan tahun 1930-an itu antara lain:
Muhammadiyah Daerah Pesisir Timur. Jabatan ini beliau emban sampai akhir
Buya Hamka, Tami Marihat Usnian, HM Bustami Ibrahim, dan Agus ditunjuk
sebagai sekretaris.
konferensi ini pengumpul suara terbanyak adalah H.Saleh dari Pematang Siantar,
masa Jepang menyerah kalah pada tentara sekutu. Dan Buya Hamka
Ibrahim, Bachtiar Yunus, Rasami, Dul Pakansi dan A.Malik Munir dengan pusat
Adapun Ketua PMD Kotamadya Medan sejak terbentuknya di Kota Medan, adalah
sebagai berikut :
6. Periode 1985 – 1990 : Firdaus Naly (pada periode ini istilah PMD berubah
PEMBAHASAN
Lokasi Ranting
Pendiri Awal
Ahmad Dahlan
Amal Usaha
Pemimpin Ranting
Suhendra
melakukan Pengajian 1 kali dalam seminggu yaitu pada saat hari Kamis, malam
Jum’at.
PENUTUP
organisasi sehingga sulit untuk menerimanya, maka dari itu dengan hasil
keberadaan Muhammadiyah, karena kita sama sama islam dan sama sama
menjunjung nabi besar Muhammad SAW yang dimana segala ajaran Nabi