Anda di halaman 1dari 28

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT HERNIA


1. DEFINISI
Secara umum hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu
rongga dari berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau
kelemahan pada otot yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan
ikat suatu organ tersebut (Price, 2017). Hernia adalah tonjolan keluarnya
organ atau jaringan melalui dincling rongga dimana organ tersebut
seharusnya berada yang didalam keadaan normal tertutup. Hernia atau usus
turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari organ melalui
lubang pada struktur disekitarnya (Wong, 2018).

2. EPIDEMIOLOGI
Penderita hernia, memang kebanyakan laki-laki, terutama anak-
anak. Hernia yang terjadi pada anak-anak, lebih disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis atau buah zakar. Sementara pada orang dewasa, karena adanya
tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan karena faktor usia yang
menyebabkan lemahnya otot dinding perut. Penyakit hernia banyak diderita
oleh orang yang tinggal didaerah perkotaan yang notabene yang penuh
dengan aktivitas maupun kesibukan dimana aktivitas tersebut membutuhkan
stamin yang tinggi. Jika stamina kurang bagus dan terus dipaksakan maka,
penyakit hernia akan segera menghinggapinya. 70% dari seluruh hernia
abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya dapat terjadi di
umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi
menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis
lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah
zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis terjadi
lebih sering dari hernia inguinalis medialis dengan perbandingan 2:1, dan
diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat terkena dibandingkan
dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita, kemungkinan terjadinya
hernia semakin besar. Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-
otot perut yang sudah mulai melemah.

3. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
a. Congenital
b. Obesitas
c. Kehamilan
d. Mengejan
e. Kelemahan dinding abdomen
f. Batuk kronis karena PPOK
g. Peningkatan tekanan abdomen karena sering mengangkat benda berat
h. Trauma atau regangan yang berat
i. Degenerasi sendi intervertebralis

4. PATOFISIOLOGI

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan


tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat,
pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan
suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama,
pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi
kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal, kemudian
terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut
mengalami kelemahan.

5. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia, antara lain :
a. Macam-macam hernia
menurut letaknya
1) Hernia Epigastrik
Terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk,
digaris tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan
lemak dan jaringan yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding
perut yang relative lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit
dan tidak dapat didorong kembali ke dalam perut, ketika pertama kali
ditemukan.
2) Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis ini sering dijumpai pada bayi dan pada
orang dewasa lebih umum pada wanita, karena peningkatan tekanan
abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk atau yang melahirkan
berkali-kali. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi
seperti infeksi, Nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan. Pada bayi hernia umbilikalis menutup secara spontan.
Pembedahan
dapat dilakukan jika hernia tersebut bertahan 4-5 tahun.
3) Hernia Inguinalis
Adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan. Hernia ini terjadi ketika dinding abdomen
berkembbang, sehingga usus menerobos kebawah melalui celah.
Tanda dan gejala dari hernia ini adalah ada benjolan di bawah perut yang
lembut, kecil, nyeri, dan bengkak. Hernia ini lebih sering terjadi pada
laki-laki daripada perempuan. Hernia inguinal ini dibagi lagi
menjadi :
a) Hernia Inguinalis Indirek / lateralis
Hernia Inguinalis Indirek / lateralis menyebabkan penonjolan
organ visera abdomen melalui anulus inguinalis dan mengikuti
funikulus spermatikus
(pada laki-laki) dan ligamentum teres uteri (pada wanita)
b) Hernia Inguinalis Direk / medialis
Hernia Inguinalis Direk / medialis terjadi karena kelemahan
pada dasar kanalis inguinalis yang berupa fasia.
4) Hernia Femoralis
Muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Ini mulai sebagai
penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan secara
bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat dihindari kandung
kemih masuk kedalam kantung. Hernia femuralis akan terlihat sebagai
massa atau benjolan pada tempat terabanya denyut arteri
fulmonalis.
5) Hernia Incisional
Dapat terjadi melalui luka pasca oprasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar, yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya. Hernia ini dapat disebabkan oleh
kelemahan dinding abdomen yang
ekstrem atau obesitas.
6) Hernia Nukleus Pulposi (HNP)
Adalah hernia yang melibatkan tulang belakang. Diantara setiap
cakram tulang belakang ada discus intervertebralis yang menyerap
goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang
belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi discus
intervertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). Hernia ini
biasa terjadi di punggung bawah dan 3 vertebra lumbbal bawah.
b. Macam-macam hernia berdasarkan terjadinya
1) Hernia Bawaan (Kongenital)
Patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis
(indirek):Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada
bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut.
Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum
sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus
ini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat
melalui kanalis tersebut. Namun dalambeberapa hal, kanalis ini tidak
menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia
2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi)akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang
tua kanalis tersebut telah menutup. Namun karena merupakan lokus
minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan
intra-abdominal meningkat,kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul herniainguinalis lateralis akuisita.

2) Hernia Didapat (Akuisita)


Ditimbulkan karena factor pemicu. Terjadi setelah dewasa atau
pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan intraabdominal yang
meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis,
konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur
uretra), ascites dan sebagainya.
c. Macam-macam hernia berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel/reducible
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2) Hernia ireponibel
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium
kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus
=perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda
sumbatan usus.
3) Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio =terperangkap, carcer =
penjara)
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti
isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi
.Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia
ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi
disebut sebagai “herniastrangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan
nekrosisd ari isi abdomen di dalamnya karena tidak mendapat darah
akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawat darurat karenanya perlumen dapat
pertolongan segera.
6. GEJALA KLINIS
a. Berupa benjolan keluar masuk atau keras dan yang tersering tampak
menonjol. Benjolan ini dapat menghilang ketika berbaring atau tidur.
b. Adanya rasa nyeri di daerah benjolan
c. Obstruksi usus parsial dapat menyebabkan anoreksia, nyeri, nyeri tekan,
massa yang tidak dapat direposisi, bising usus yang berkurang, mual
dan muntah
d. Obstruksi total dapat menimbulkan syok, demam tinggi, bising usus
yang tidak terdengar, feses yang mengandung darah
e. Nyeri punggung hebat pada punggung bagian bawah yang menjalar
hingga gluteus, tungkai, kaki, dan biasanya unilateral

7. PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi : secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada abdomen.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan,
maka dengan pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk
melakukan aktivitas peningkatan intraabdominal, seperti
mengedan untuk menilai adanya penonjolan pada lipat paha.
Palpasi : Palapsi pada kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua
lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi
umumnya tandi ini sukar ditentukan. Kantong hernia mungkin
berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba
usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium, dengan jari
telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui
annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal
hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada adalam
anulus eksternus, pasien diminta mengedan. Apabila ujung
jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, dan
apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia
inguinalis medialis
Perkusi : akan terdengar suara hipertimpani
Auskultasi : penurunan bising usus atau tidak ada bising usus
menandakan gejala obstruksi intestinal.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sinar-x spinal untuk mengetahui abnormalitas tulang.
b. Tomografi komputerisasi atau MRI untuk mengidentifikasi diskus yang
terhernisiasi. Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan
gambaran secara seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.
c. Elektromiografi untuk melokalisasi keterlibatan saraf-saraf spinal.
d. Mielogram: mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari
ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
e. Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi
sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,
penyakit degeneratif, kelainan bawaan, dan vertebra yang tidak stabil.
f. Foto rontgen dengan memalai zat kontras terutama pada pemeriksaan
miolegrafi radikuografi, diskografi, serta kadang-kadang diperlukan venografi
spinal.
g. Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR
dan F). Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit
paget.
h. Venogram epidural: dapat dilakukan pada kasus dimana keakuratan dari
miogram terbatas
i. Pungsi lumbal: mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi,
adanya darah.
j. Pemeriksaan Ultrasonografi, dapat membantu dalam penilaian pasien
tertentu. Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia
inguinalis. Ultrasonografi mampu menemukan kantung berisi cairan di
dalam skrotum, yang akan adekuat dengan diagnosis hidrokel.
k. Laparoskopi adalah metode yang sangat efektif untuk menentukan
adanya hernia inguinalis tetapi hanya digunakan selektif karena
memerlukan anestesi dan pembedahan. Laparoskopi dapat berguna untuk
menilai sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi keberadaan hernia
inguinalis berulang pada pasien dengan riwayat perbaikan operasi

9. THERAPY
a. Istirahat total pada tempat tidur yang datar (papan atau tripleks tebal
tanpa kasur).
b. Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri.
c. Pemasangan cervical collar atau traksi servikal.
d. Terapi farmakologi
1) Obat anti inflamasi seperti ibuprofen atau prednisolon.
2) Relaksasi otot seperti diazepam atau cyclobenzapine.
3) Obat analgesik atau narkotik merupakan obat pilihan selama
fase akut.
e. Chemonudeolysis
1) Untuk herniasi lumbal.
2) Injeksi chymopapain ke dalam diskus agar menghilangkan air dan
proteoglikan dari diskus, mengurangi ukuran diskus, dan tekanan
subsekuen pada akar saraf.

10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan hernia dibagi menjadi 2, konservatif dan operatif antara
lain :
a. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan pengembalian posisi (dengan
cara mendorong masuk tonjolan yang ada secara manual) dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan
dengan berbaring, posisi pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik
(penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang) yang cukup untuk
memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan
berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi.
Penggunaan bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai
seumur hidup. Hal ini biasanya dipilih jika kita menolak dilakukan
perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara
ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak
kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan
atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang mengandung
pembuluh darah testis. Penggunaan penyangga tidak menyembuhkan
hernia.
b. Operasi merupakan penatalaksanaan rasional hernia inguinalis, terutama
jenis yang strangulasi. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan. Banyak pasien hernia inguinal yang memiliki gejala minimal.
Menurut sebuah penelitian pada pasien ini observasi dapat menjadi pilihan
yang baik, karena pasien dengan gejala minimal jarang menyebabkan
komplikasi akut. Penundaan operasi hingga gejala memberat dinyatakan
aman.
Operasi hernia dapat dilakukan secara laparoskopi (semi tertutup).
Menurut beberapa penelitian dinyatakan metode ini memiliki hasil yang
lebih baik daripada operasi anterior konvensional (terbuka). Penelitian
menyatakan bahwa perbaikan hernia inguinal secara laparoskopi lebih
nyaman (pasien mengalami nyeri pre dan post operatif yang lebih
rendah) dibandingkan operasi terbuka dan pemulihan pasien lebih cepat.
Selain itu angka rekurensi pada metode laparoskopi lebih rendah
daripada pasien yang menjalani operasi anterior konvensional. Namun
kekurangannya ialah waktu operasi yang sedikit lebih panjang,
penggunaan anestesi umum, dan biaya yang lebih mahal.Setiap
penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan
pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosis
ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan hernia inguinalis lateralis
adalah sebagai berikut :
1) Herniotomi : membuang kantong hernia. Hal ini terutama pada
anak-anak karena dasarnya adalah kongenital tanpa adanya
kelemahan dinding perut.
2) Hernioplasti.
3) Herniorafi : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah
plastic untuk memperkuat dinding perut bagian bawah dibelakang
kanalis inguinalis.
Indikasi pembedahan pada hernia inguinalis, meliputi hal-hal berikut
:
1) Penonjolan besar yang mengindikasikan peningkatan resiko
hernia inkarserata atau hernia strangulata.
2) Nyeri hebat, yang merupakan respons masuknya penonjolan
memenuhi kanal.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim didapatkan adalah
keluhan adanya benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada abdomen.
Melakukan pemeriksaan fisik dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi. Pola kebutuhan dasar :
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala :
a) Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk dan
mengemudi dalam waktu lama
b) Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
c) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian
tubuh d) Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
2) Tanda :
Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
1) Gejala : konstipasi
c. Integritas Ego
1) Gejala :
ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan
financial keluarga
2) Tanda :
tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga d. Neurosensori
1) Gejala :
kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
2) Tanda :
penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri
tekan/spasme otot paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
e. Kenyamanan

1) Gejala :
nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri
yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku pada leher.

2. DIAGNOSA
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Inkontinensia alvi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makan
d. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan
3. INTERVENSI

No Diagnosa SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri akut (00132) Setelah dilakukan tindakan Observasi:


keperawatan dalam waktu 1. Monitor reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
….x24 jam masalah keperawatan 2. Monitor tanda tand avital
Definisi: dapat diatasi dengan kriteria 3. Monitor karakteristik nyeri
hasil : 4. Monitor durasi
Pengalaman sensori dan emosional
5. Monitor frekuensi
yang tidak menyenangkan yang Kriteria Hasil:
6. Monitor skala nyeri, faktor presipitasi
muncul akibat kerusakan jaringan yang Setelah dilakukan
aktual atau potensial atau digambarkan tindakan
Terapeutik:
dalam hal kerusakan sedemikian rupa keperawatan selama
7. Gunakan tehnik komunikasi teraupetik untuk mengetahui
(international association fot the study 1x 24 jam nyeri
pengalaman nyeri pasien
of pain) : awitan yang tiba-tiba atau hilang atau teratasi
8. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
lambat dari intenstitas ringan hingga Tanda dan gejala
9. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
berat dengan akhir yang dapat Tanda mayor
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
diantisipasi atau prediksi dan Subyektif: Mengeluh
10. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
berlangsung < 6 bulan. nyeri
menemukan dukungan
Obyektif: 11. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
a. Tampak meringis sperti suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan
Batasan karakteristik:
b. Bersikap protektif 12. Kurangi faktor predisposisi
1. Perubahan selera makan c. Gelisah 13. Pilih dan lakukan penanganan nyeri(farmakologi,
2. Perubahan tekanan darah d. Frekuensi nadi nonfarmakologi dan interpersonal)
3. Perubahan frekuensi jantung meningkat 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
4. Perubahan frekuensi e. Sulit tidur 15. Tingkatkan istirahat
pernafasan Tanda minor:
5. Laporan isyarat Subyektif:- Edukasi:
6. Diaforesis Obyektif: 16. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
7. Perilaku distraksi ( misalnya a. TD meningkat 17. Ajarkan keluargauntuk menciptakan lingkungan
berjalan mondar-mandir b. Polanafas berubah terapeutik
mencari orang lain dan atau c. Nafsu makan 18. Informasikan kepada keluarga keadaan lengkap pasien
aktivitas lain, aktivitas yang berubah Kolaborasi:
berulang). 19. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
8. Mengekspresikan perilaku 20. Kolaborasikan dengan dokter jika ada tindakan nyeri
(misalnya gelisah, merengek, tidak berhasil
menangis) 21. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
9. Masker wajah (misalnya mata
kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata terpencar
atau tetap pada satu fokus
meringis)
10. Sikap melindungi area nyeri
11. Fokus menyempit (misalnya
gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses berfikir,
penurunan interaksi dengan
orang dan lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat
diamati
13. Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara verbal
17. Gangguan tidur

Faktor yang berhubungan:


1. Agen cedera fisik ( misalnya
biologis, zat kimia, fisik,
psikologis).
2. Inkontinensia alvi Setelah dilakukan tindakan Intervensi: Perawatan Inkontinensia Fekal (1.04162)
keperawatan dalam waktu Observasi:
Definisi:
….x24 jam masalah keperawatan 1. Identifikasi penyebab inkontiensia fekal
Ketidakmampuan mengeluarkan feses dapat diatasi dengan kriteria 2. Monitor kondisi kulit perianal
hasil : 3. Monitor diit dan kebutuhan cairan
Terapeutik:
Tujuan: Inkontinensia alvi
1. Bersihkan perianal dengan sabun dan air
teratasi
2. Jaga kebersihan tempat tidur dan pakaian
Kriteria Hasil: Setelah
3. Hindai makanan penyebab diare
dilakukan tindakan
Edukasi:
keperawatan selama 1x 24 jam
1. Jelaskan definisi, jenis, dan penyebab
defekasi membaik
Kolaborasi:
Tanda dan gejala Mayor Minor
1. Kolaborasi pemberian obat
Tanda Mayor
Subyektif:
1. Defekasi kurang dari 2
kali seminggu
2. Pengeluaran feses lama
dan sulit
Obyektif:
1. Feses keras
2. Peristaltik usus menurun
Tanda Minor
Subyektif:
1. Mengejan saat defekasi

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang Setelah dilakukan tindakan Nutrition management


dari kebutuhan tubuh keperawatan dalam waktu
1. Kaji adanya alergi makanan
….x24 jam masalah keperawatan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
dapat diatasi dengan kriteria
kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
Definisi: hasil :
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
Asupan nutrisi tidak cukup untuk 1. Adanya peningkatan 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin
memenuhi kebutuhan metabolik berat badan sesuai C
dengan tujuan 5. Berikan substansi gula
2. Berat badan ideal sesuai 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
Batasan karakteristik: dengan tinggi badan untuk mencegah konstipasi
3. Mampu mengidentifikasi 7. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
1. Kram abdomen
2. Nyeri abdomen kebutuhan nutrisi dengan ahli gizi)
3. Menghindari makanan 4. Tidak ada tanda-tanda 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
4. Berat badan 20% atau lebih malnutrisi harian
dibawah berat badan ideal 5. Menunjukkan 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
5. Kerapuhan kapiler peningkatan fungsi 10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
6. Diare pengecapan dari menelan 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
7. Kehilangan rambut berlebihan 6. Tidak terjadi penurunan dibutuhkan
8. Bising usus hiperaktif berat badan yang berarti
9. Kurang makanan
Nutrition monitoring
10. Kurang informasi
11. Kurang minat pada makanan 1. BB pasien dalam batas normal
12. Penurunan berat badan dengan 2. Monitor adanya penurunan berat badan
asupan makanan adekuat 3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
13. Kesalahan konsepsi 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
14. Kesalahan informasi 5. Monitor lingkungan selama makan
15. Membran mukosa pucat 6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
16. Ketidakmampuan memakan makan
makanan 7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
17. Tonus otot menurun 8. Monitor turgor kulit
18. Mengeluh gangguan sensasi 9. Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah pecah
rasa 10. Monitor mual dan muntah
19. Mengeluh asupan makanan 11. Monitor kadar albumin, protein, Hb, dan kadar Ht
kurang dari RDA 12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
(recommended daily 13. Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan jaringan
allowance) konjunctiva
20. Cepat kenyang setelah makan 14. Monitor kalori dan intake nutrisi
21. Sariawan rongga mulut 15. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
22. Steatorea dan cavitas oral
23. Kelemahan otot pengunyah 16. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
24. Kelemahan otot untuk menelan

Faktor-faktor yang berhubungan:

1. Faktor biologis
2. Faktor ekonomis
3. Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
4. Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
5. Ketidakmampuan menelan
makanan
6. Faktor psikologis
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection control:
keperawatan dalam waktu
Definisi: mengalami peningkatan 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
….x24 jam masalah keperawatan
resiko terserang organisme patogenik. 2. Pertahankan teknik isolasi
dapat diatasi dengan kriteria
3. Batasi pengunjung bila perlu
Faktor resiko: hasil :
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
1. Penyakit kronis: diabetes berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
mellitus, obesitas 5. Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
1. Pasien bebas dari tanda
2. Pengetahuan yang tidak cukup 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
gejala infeksi
untuk menghindari pemajanan keperawatan
2. Mendeskripsikan proses
patogen 7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
penularan penyakit,
3. Pertahanan tubuh primer yang 8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
faktor yang
tidak adekuat : gangguan 9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
mempengaruhi penularan
peristaltis, kerusakan integritas dengan petunjuk umum
serta penatalaksanaannya
kulit (pemasangan kateter 10. Gunakan kateter intermitten untuk menurunkan infeksi
3. Menunjukkan
intravena, prosedur invasif), kandung kemih
kemampuan untuk
perubaha sekresi pH, 11. Tingkatkan intake nutrisi
mencegah timbulnya
penurunan kerja siliaris, pecah 12. Berikan antibiotik bila perlu
infeksi
ketuban dini, pecah ketuban
4. Jumlah leukosit dalam
lama, merokok, statis cairan batas normal Infection protection:
tubuh, trauma jaringan 5. Menunjukkan perilaku
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistematik dan lokal
(misalnya trauma destruksi hidup sehat
2. Montior hitung granulosit, WBC
jaringan)
3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
4. Ketidakadekuatan pertahanan
4. Batasi pengunjung
sekunder: penurunan Hb,
5. Sharing pengunjung terhadap penyakit menular
imunosupresi (misalnya
6. Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang beresiko
imunitas didapat tidak adekuat,
7. Pertahankan teknik isolasi k/p
agen farmaseutical termasuk
8. Berikan perawatan kulit pada area epidema
imunosupresan, steroid,
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
antibodi monoklonal,
kemerahan, panas, drainase
imunomodulator), supresi
10. Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
respon inflamasi.
11. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
5. Vaksinasi tidak adekuat
12. Dorong masukkan cairan
6. Pemajanan terhadap patogen
13. Dorong istirahat
lingkungan meningkat: wabah
14. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
7. Prosedur invasif
15. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
8. Malnutrisi
16. Ajarkan cara menghindari infeksi
17. Laporkan kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur positif
4. IMPLEMENTASI
Melakukan tindakan sesuai dengan intervensi yang sudah
direncanakan sebelum ke pasien.

5.
EV
AL
UA
SI
a
.

D
x

I
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
- Skala nyeri 1-3 (0-10).
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri.
- Pasien
tidak gelisah
b. Dx II
- klien dapat mengeluarkan feces dengan konsistensi lembek.
- Bising usus normal (12-35 x/menit)
c
.

D
x

I
I
I
- Nutrisi adekuat (sesuai dengan kebutuhan)
- BB bertambah 3 kg
- Tidak
mual dan muntah
d. Dx V
- Jahitan dilepas pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi
dan peradangan

pada area luka pembedahan.


- Leukosit dalam batas normal.
- TTV dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar.


Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Coleman. (2000). Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I.


Serageldin (Ed). Social Capital : A Multi faceted Perpective, 13-39.
Washington, DC : The World Bank.

Herdman, T. H. (2013). NANDA International: Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revi). Yogyakarta:
Mediaction.

Purba, M. I. (2003). Pedoman Pemberantasan ISPA dan Pneumonia. Jakarta:


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakatra: Trans Info Media.

Whaley and Wong.(1991). Nursing Care Infants and Children, Fourth Edition.
Toronto Canada : Mosby Year Book
Nanda.2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
EGC
Nanda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing

Price, SA, Wilson,LM.1994. Patofisiologi Proses-Proses Penyakit, Buku


Pertama. Edisi 4.Jakarta. EGC
Smeltzer, Bare.1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner &
suddart. Edisi 8.Volume 2. Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai