Anda di halaman 1dari 27

Definisi Komunikasi

Komunikasi secara etimologis berasal dari bahasa Latin yaitu “communicatio”


yang terbentuk dari dua akar kata, “com” yang berarti dengan atau bersama dengan,
dan “unio” yang berarti bersatu dengan8. Selain itu ada juga pendapat yang
mengatakan bahwa komunikasi berasal dari kata lain dalam bahasa Latin yaitu
“communis” yang berarti membuat kebersamaan, dan “communico” yang berarti
membagi7. Ada pula kata dalam bahasa inggris yang menerangkan kata komunikasi,
yaitu kata “common” yang berarti bersama dengan dan bersatu dengan8. Ada beberapa
pengertia komunikasi yang diberikan berbagai sumber antara lain:

1. Berdasarkan Oxford Dictionary, komunikasi adalah penerimaan atau tukar


menukar ide, informasi, dansebagainya7.
2. Burgess (1988) mendefinisikan komunikasi sebagai proses penyampaian
informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima
pesan7.
3. Laswell berpendapat bahwa komunikasi adalah proses yang
menggambarkan siapa siapa mengatakan apa dengan cara apa kepada siapa
dengan efek apa8.
4. Azriel Winnett pada tahun 2004 memberikan definisi bahwa komunikasi
adalah segala aktivitas yang bersifat human relationship disertai dengan
peralihan sejumlah fakta8.
Masih banyak definisi komunikasi selain yang tertera diatas. Dapat disimpulkan
bahwa komunikasi adalah proses pertukaran ide, informasi, pikiran yang
menimbulkan pengaruh8.

Fungsi Komunikasi8

1. Informasi
Fungsi komunikasi sebagai informasi untuk menyampaikan pesan untuk orang
lain. Orang yang awalnya tidak mengetahui menjadi tahu dengan adanya komunikasi
ini.
2. Pendidikan
Penyebarluasan informasi dan diharapkan orang lain menjadi tahu, namun bukan
sekedar tahu tapi juga bersifat mendidik. Orang mendapatkan pengetahuan dari pesan
yang disampaikan.
3. Instruksi
Komunikasi sebagai instruksi adalah komunikasi yang mewajibkan dan melarang
penerima melakukan sesuatu yang disampaikan.
4. Persuasi
Memengaruhi penerima pesan agar mengikuti apa yang pengirim pesan
sampaikan. Contoh dari komunikasi untuk persuasi adalah iklan yang bertujuan untuk
memengaruhi penonton untuk membeli, menggunakan, atau melakukan sesuatu yang
ada di dalam iklan tersebut.
5. Hiburan
Hiburan-hiburan seperti komedi, film, konser, dan sebagainya adalah salah satu
bentuk komunikasi yang bertujuan untuk menghibur penonton. Penerima pesan dapat
menikmati tayangan yang disajikan.

Prinsip-prinsip Komunikasi9

Terdapat tujuh prinsip bagi seorang praktisi kesehatan dalam berkomunikasi


secara efektif, yaitu:

1. Pengiriman informasi bukanlah suatu komunikasi. Komunikasi dapat terjadi jika


terdapat interaksi antarpartisipan dan terdapat umpan balik yang diberikan.
2. Pengirim memiliki tanggung jawab untuk mengomunikasikan ide dengan sejelas-
jelasnya
3. Bahasa yang dipergunakan adalah bahasa yang sederhana untuk memudahkan
penerima pesan mencerna arti pesan tersebut.
4. Umpan balik yang diberikan merupakan validasi tingkat pemahaman dari pesan
5. Perhatikan kredibilitas. Kredibilitas pengirim pesan berpengaruh terhadap hasil
komunikasi
6. Menggunakan komunikasi langsung untuk meminimalisasi distorsi dan kesalahan
penerimaan informasi
7. Pengenalan akan hal-hal lain yang dapat memperkaya pertukaran ide
Model Komunikasi 8

I. Linier
Komunikasi linier merupakan suatu komunikasi satu arah dimana komunikan atau
pendengar tidak memberikan umpan balik dari apa yang telah disampaikan oleh
komunikator, namun tetap ada efek tersendiri yang akan muncul dari komunikan
tersebut. contohnya adalah pembicara yang menyampaikan informasi di depan
khalayak umum.
II. Interaksi dalam prinsip Wilbur Schramm ini, pertama pengirim pesan melakukan
encoding pada pesan, kemudian penerima akan melakukan decode. Efektivitas
komunikasi terjadi akibat pemberi dan penerima pesan memiliki makna yang sama.
Model ini seperti memberitahu kita tentang sesuatu yang sama pada diri kita pada diri
orang lain.
III. Transaksional
Ada beberapa tahap dalam model transaksional ini. Pertama, pengirim pesan
melakukan encode terhadap pesan yang ingin disampaikannya. Kedua, hasil encode
ini akan disampaikan kepada penerima melalui media tertentu, dan penerima ini akan
melakukan decode. Pesan ini akan diinterpretasikan seperti pada model interaksi,
menggunakan kesamaan yang ada pada pengirim dan penerima pesan. Setelah
menerima pesan, sekarang giliran pengirim pesan yang menjadi penerima pesan.
Dalam praktiknya, terdapat noise atau gangguan yang akan menghambat proses
komunikasi ini.
Karakteristik Komunikasi8

1. Komunikasi merupakan proses simbolis


Dalam melaksanakan komunikasi kita memberikan simbol, baik dalam bentuk
verbal(secara lisan) maupun non-verbal(body language)
2. Komunikasi merupakan proses sosial
3. Komunikasi merupakan proses satu arah atau dua arah
Komunikasi dikatakan satu arah apabila tidak ada respon dari penerima pesan, dan
tidak terjadi interaksi antara penerima pesan dan pengirim pesan. Komunikas
dikatakan proses dua arah, apabila terjadi interaksi antara pengirim pesan dan
penerima pesan.
4. Komunikasi bersifat koorientasi
Proses komunikasi yang berlangsung antara dua pihak atau lebih dan mempunyai
tujuan yang sama
5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasif
Bersifat purposif karena komunikasi memiliki tujuan sehingga terjadi aktivitas
pengiriman pesan. Sedangkan bersifat persuasif karena komunikasi juga dapat
bertujuan untuk mempengaruhi seseorang.
6. Komunikasi mendorong interpretasi individu
Komunikasi dapat mendorong interpretasi individu karena sebagai penerima dan
pengirim pesan harus menginterpretasikan pesan sesuai dengan maksud pengirim.
7. Komunikasi merupakan aktivitas pertukaran makna
Dalam memhami komunikasi terdapat dua makna. Makna denotatif atau arti kata
berdasakan kamus dan makna konotatif atau arti kata berdasarkan konteks
tertentu.
Contohnya “gosok gigi” bisa mengandung makna denotatif sebagai aktivitas
menggosok gigi dengan sikat gigi, dan juga bisa mengandung makna konotatif
jika diartikan menggosok gigi sebagai aktivitas mandi.
8. Komunikasi terjadi dalam konteks
Komunikasi dapat dilakukan dlm konteks:
- Lingkungan fisik, contohnya PUSKESMAS
- Antar budaya, komunikasi dapat melibatkan komunikator dan komunikan dari
berbagai latar belakang kebudayaannya
- Psikologis, komunikasi melibatkan faktor psikologis seperti persepi, sikap,
motivasi, kebutuhan, keinginan dar pihak yang terlibat dalam komunikasi
- Personal, komunikasi melibati hubungan antarpribadi (interaksi sosial, relasi
sosial, transaksi sosial)
- Kelompok, komunikasi juga harus memperhatikan karakteristik kelompok
- Organisasi, komunikasi juga memperhatikn tujuan, jumlah, daya tarik,
dinamika organisasi
- Massa, komunikasi juga memperhatikan sifat-sifat masa seperti usia, jenis
kelamin, pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, gaya hidup, dan lain lain

Komunikasi dalam kesehatan

Dalam dunia kedokteran, dokter pasti selalu berinteraksi dengan pasien, dan
pasti akan terjadi komunikasi di dalamnya. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, kami
merasa perlu untuk mempelajari komunikasi kesehatan tersebut. Apa saja dasar dari
komunikasi kesehatan ini? Dari segi historisnya, bisa dikatakan bahwa komunikasi
kesehatan ini terinspirasi dari gerakan-gerakan kesehatan seperti karantina, individu,
peningkatan kebersihan ,dan lain-lain. Kemudian timbul gerakan-gerakan yang
membuat orang-orang sadar akan kepentingan ini. Ada gerakan di Alma Alta tahun
1968, dan ada Ottawa Charter for Health Promotion – Health Promotion pada tahun
1986. 8

Ada sebuah usaha penyadaran masyarakat terhadap kesehatan yang bernama


promosi kesehatan. “Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat
untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya. Dengan promosi
kesehatan diharapkan masyarakat mampu mengendalikan determinan kesehatan.
Partisipasi merupakan sesuatu yang penting dalam upaya promosi kesehatan.” 10
Promosi kesehatan ini bertujuan untuk member wawasan kepada masyarakat tentang
kesehatan. Selain itu, hal ini juga dilakukan untuk menjadikan masyarakat sehat.10

Di Indonesia sendiri, masih banyak masalah kesehatan, seperti adanya


masyarakat yang tidak tersentuh fasilitas kesehatan karena kurangnya infrastruktur,
banyaknya orang yang belum sadar dan tahu akan kesehatan, masih rendahnya tingkat
kepuasan pasien kepada dokter, malpraktik akibat kurangnya komunikasi dokter dan
pasien, dan masih banyak lagi. Bahkan, ada juga masalah yang terkait oleh etnis dan
ras mengenai hal ini. Contohnya, dokter yang mengabdikan diri di pedalaman yang
kurang mempunyai pengetahuan tentang masyarakat di sekitarnya. 8,9

Seiring dengan majunya teknologi, seorang dokter juga harus dapat


memanfaatkan teknologi tersebut sebaik-baiknya. Apalagi dengan fasilitas internet
yang memungkinkan tersebarnya informasi secara cepat. Diharapkan seorang dokter
dapat menggunakan fasilitas ini untuk menunjang profesinya untuk mengedukasi
masyarakat, member info berguna tentang kesehatan, dan mempermudah interaksi
dengan pasien.Oleh karena itu, sebagai calon dokter, perlu untuk mempelajari hal ini
sedini mungkin.8

Definisi Komunikasi Kesehatan

1. “Studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk


menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan
komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang berkaitan dengan
kesehatan.”8
2. “Proses kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang di
dalamnya ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan
mengenai kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari
pengirim dan penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang
seimbang demi membaharui pemahaman bersama (Ratzan, S.C., 1994).”8

Dari definisi komunikasi kesehatan, bisa kita simpulkan bahwa tujuan dari
komunikasi kesehatan hampir sama dengan komunikasi, namun pesan yang ingin
disampaikan mempunyai maksud dan tujuan untuk menyampaikan dan memengaruhi
masyarakat untuk mencapai tujuan dalam memahamai dan membuat keputusan
tentang kesehatan.

Tujuan Komunikasi Kesehatan 8

Ada dua buah tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi kesehatan. Pertama
adalah tujuan strategis, dan kedua adalah tujuan praktis. Tujuan strategis bertujuan
untuk menyampaikan informasi kesehatan yang akan memengaruhi orang-orang
tentang kesehatan, spserti pemeliharaan kesehatan, layanan kesehatan, dan informasi
kesehatan. Sementara, tujuan praktis kesehatan lebih terarah ke individu penyampai
pesan.

MACAM HAMBATAN KOMUNIKASI

1. Hambatan dari proses komunikasi1


 Hambatan dari pengirim pesan1: Dikatakan demikian sebab jika mengirim
pesan yang belum jelas kepada pasien hal ini akan mempengaruhi perasaan
ataupun hati nuraninya. Jika memang pesan yang disampaikan itu benar
salahnya maka sebaiknya si pengirim pesan(dalam hal ini tenaga medis)
mencegahnya dengan cepat agar informasi yang salah tidak jatuh ke tangan si
penerima pesan(pasien).
 Hambatan dalam penyandian/simbol1: Hal ini terjadi jika bahasa yang
digunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti ambiguitas. Misalnya perawat
ini berasal dari Jakarta dan pasien yang dirawat ini berasal dari ambon. Karena
masalah bahasa jadi kemungkinan besar apa yang dimaksud si pasien ini beda
sama yang ditangkap oleh perawat tersebut. Sehingga terjadilah mis
understanding antara keduanya.
 Hambatan media1 : Hal ini terjadi dalam penggunaan media komunikasi.
Misalnya jaringan telkomsel di Depok tidak begitu bagus jika dibandingkan di
Makassar(misalnya) sedangkan jaringan telkomsel di Makassar sangat lancar.
Nah, hal inilah yang mengganggu proses komunikasi satu sama lain.
 Hambatan dalam bahasa sandi1 : Hal ini terjadi dalam menafsirkan sandi oleh
si penerima.Misalnya, orang dari Ambon ini berbicara kepada perawat asal
Jakarta dengan nada besar. Nada besar disini bukan berarti menandakan
bahwa dia sedang marah tapi, begitulah khasnya. Si perawat tadi beranggapan
bahwa si pasien itu sedang marah padahal sebenarnya tidak.
 Hambatan dari penerima pesan1: Kurangnya perhatian dalam menerima pesan.
Hal ini bisa saja terjadi jika orang tersebut benar-benar tidak konsentrasi
mendengarkan pesan yang disampaikan oleh si pengirim pesan,atau bisa juga
karena si penerima pesan ini mengalami kerusakan pada saluran
telinganya(rumah siputnya sudah tidak berfungsi lagi).
 Hambatan dalam memberikan balikan1. Kurang efektifnya informasi yang
disampaikan sehingga si penerima pesan mendengarnya agak rancuh.

2. Hambatan teknis

Hambatan teknis juga dapat mengganggu komunikasi yang efektif. Misalnya


gangguan alat komunikasi yang digunakan dalam berkomuniasi.

3. Hambatan Semantik1
Hambatan semantik juga menghambat jalannya komunikasi sebab kadang-kadang
memiliki arti yang ambigu sehingga membingungkan bagi yang menerimanya.
4. Hambatan Psikologis dan sosial1
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu lancarnya komunikasi,
misalnya Si pasien sering sakit kepala(sakit ringan) karena masalah mental akhirnya
ia pun tidak memberutahukannya kepada perawat. Sebab mungkin saja sakit
kepalanya ini bukan sekedar sakit kepala biasa tapi terdapat kerusakan pada lobus
parietalnya.

Hambatan-hambatan yang telah disebutkan diatas adalah hambatan-hambatan


umum yang sering terjadi di seluruh lapisan masyarakat dan sangat mengganggu
proses komunikasi yang sedang berlangsung. Dalam hubungannya dengan hambatan
yang ada dalam komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien baik dalam hal etnis,
budaya, pendidikan, umur, dan sosioekonomi, ada beberapa hambatan umum yang
terjadi dan merupakan hambatan yang sebenarnya mirip dengan hambatan-hambatan
yang telah disebutkan diatas namun lebih spesifik ke arah hubungan komunikasi
antara petugas kesehatan dan pasien.

Hambatan tersebut antara lain6 :

1. Hambatan Lingkungan
Hambatan yang dimaksudkan disini adalah hambatan mengenai lingkungan
yang berada di sekitar rumah sakit baik di dalam rumah sakit maupun diluar rumah
sakit dan juga di tempat-tempat yang berhubungan dengan kesehatan lainnya. Rumah
sakit atau pusat kesehatan yang baik adalah tempat yang jika pasien ingin
memperoleh informasi, dapat memperolehnya dengan mudah baik dengan pengaturan
meja resepsionis, maupun penempatan petugas-petugas keamanan dan kesehatan,hal
ini dikarenakan banyak pasien yang tidak tahu mengenai tempat-tempat tertentu di
rumah sakit sehingga dibutuhkannya pemberi informasi yang sangat membantu . Hal
yang harus ada lagi adalah toko-toko yang berfungsi sebagai penambah fasilitas dari
pusat kesehatan tersebut, seperti toko buku, cafe, dan lain sebagainya. Dan jangan
terlupakan juga bahwa petugas kesehatan membutuhkaan ruangan sendiri untuk
bekerja dengan fokus serta memperoleh privasi. Kebisingan dan suasana yang tidak
kondusif juga merupakan hambatan yang ada di lingkungan sekitar rumah sakit.

2. Hambatan dari Petugas Kesehatan


Hambatan ini timbul akibat kurangnya rasa percaya diri yang dimiliki oleh
tiap orang. Hal ini cukup penting karena akan menyangkut kualitas komunikasi dari
seseorang. Ketidakyakinan pada diri sendiri untuk dapat berbicara adalah masalah
utamanya. Diperlukan latihan-latihan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan
meningkatkan kepercayaan diri. Jika tidak dapat berkomunikasi dengan baik karena
kurang percaya diri, dari sisi petugas kesehatan adalah petugas kesehatan kurang
dapat menyatakan apa yang dimaksud kepada pasien sehingga bisa saja terjadi
kesalahpahaman yang dapat berakibat fatal ( con : salah dalam menyarankan apa yang
sebaiknya pasien lakukan ataupun tidak boleh dilakukan.4

3. Hambatan dari Pasien


Dari sisi pasien, jika pasien memiliki rasa kurang percaya diri, pasien kurang
dapat mengutarakan apa yang ia rasakan mengenai penyakitnya, kurang dapat
membahas lebih lanjut akan penyakit yang diderita pasien. Akibat minimnya
informasi yang dapat diberikan ke petugas kesehatan, dalam penentuan diagnosis pun
dibutuhkan waktu yang cukup lama dan ada kemungkinan tidak sesuai dengan
penyakit sebenarnya dari pasien. Dari segi budaya, hambatan ini cukup berarti.
Adanya perbedaan arti dalam kata sakit, sehingga pasien merasa bahwa
dirinya tidak sakit padahal ia sedang sakit. Lalu juga ada perbedaan dalam tindak
lanjut dari penyakit yang diderita, misalnya pemberian obat-obatan yang dari
tumbuhan-tumbuhan atau hal-hal yang lain. Hambatan yang sangat-sangat penting
adalah ketika pasien tidak percaya dengan keberadaan petugas kesehatan. Terkadang
ada budaya yang tidak menyukai orang asing untuk ikut campur dalam menghadapi
penyakitnya.
4. Hambatan Administrasi dan Keuangan
Banyak hal yang dapat menjadi hambatan dalam urusan administrasi dan
keuangan. Salah satunya adalah dengan tidak dibayarnya petugas kesehatan secara
langsung atas pembelajaran dan komunikasi yang dilakukan untuk pasien. Sehingga,
petugas kesehatan tidak melayani pasien dengan kemampuannya yang terbaik.4

5. Hambatan Waktu
Memilih waktu yang tidak tepat merupakan masalah yang membawa kepada
kesalahan komunikasi. Hal ini artinya adalah sebagai petugas kesehatan yang baik,
kita harus dapat memilah-milah waktu yang baik dan tepat untuk menyampaikan hal-
hal kepada pasien mengingat kondisi pasien. Jika sampai ada kesalahan dalam
pemilihan waktu, banyak hal dapat terjadi. Pasien bisa saja tersinggung dengan
petugas kesehatan dan memutuskan tidak mau kembali lagi.

Banyak hal dapat terjadi dalam komunikasi. Komunikasi efektif dapat


menghasilkan hubungan yang baik dan apa yang ingin disampaikan dapat
tersampaikan dengan baik pula. Untuk menghindari hambatan-hambatan tersebut,
dapat dilakukan beberapa cara5 :

1. Kenali sasaran komunikasi


2. Ketahui bagaimana penyerap menerima komunikasi
3. Ketahui pola komunikasi budaya
4. Lakukan evaluasi
5. Mengetahui kebiasaan-kebiasaan dalam berkomunikasi secara lisan
6. Berusahalah untuk mendengarkan
7. Membuka diri dalam percakapan
8. Mengetahui strategi dalam menggunakan media
9. Belajar untuk berkomunikasi secara tertulis

Diharapkan dengan cara-cara diatas, komunikasi dapat berjalan secara efektif.


2. CARA MENGATASI HAMBATAN KOMUNIKASI

 Mengecek arti atau maksud yang disampaikan.Dalam hal ini, sebelum


menyampaikan pesan sebaiknya, pesan yang akan disampaikan tersebut harus
diolah dengan baik dulu agar tidak terjadi mis understanding antara kedua bela
pihak.
 Meminta penjelasan lebih lanjut. Maksudnya, ketika si pengirim pesan
memberikan informasi kepada si penerima pesan namun,pesan yang
disampaikan kurang efektif maka si penerima pesan berhak untuk meminta
penjelasan lebih lanjut.
 Mengurangi pesan atau informasi yang meluas
Semakin sedikit informasi/pesan yang disampaikan maka semakin efektif pula
informasi yang didapatkan oleh si penerima pesan.
 Mengakrabkan diri antara si penerima dan si pengirim pesan. Maksudnya,
dengan akrabnya antara kedua belah pihak maka komunikasi akan semakin
lancar dan terciptanya hubungan yang dinamis antara sesama.
 Melakukan terapi. Terapi disini merujuk kepada mereka yang menderita cacat
tubuh seperti gagap. Menurut pengetahuan yang saya miliki selam ini gagap
itu bisa dicegah dengan terapi.
 Menyesuaikan bahasa dengan budaya. Misalkan, jika seorang dokter asal
jakarta melayani pasien asal ambon. Sebaiknya si dokter menyesuaikan
bahasanya dengan si pasien sebab jika terjadi perbedaan makna maka
kemungkinan akan berdampak fatal bagi si pasien.
 Tidak melihat dari satu sisi. Misalnya, ada seorang pasien asal papua datang
berobat kepada dokter. Si pasien ini bertanya dengan nada keras. Hal ini
mengakibatkan si dokter mengalami tekanan batin. Logikanya, pertama si
dokter beranggapan bahwa si pasien memaksa untuk diperiksa. Padahal
sebenarnya si pasien ini(dalam pandangan orang papua) hanya bertanya
dengan baik tidak ngotot.

Macam-macam komunikasi

 Komunikasi verbal
 Komunikasi non verbal
KOMUNIKASI VERBAL1

Adalah komunikasi yang menggunakan bahasa yang jelas dan ringkas


disertai dengan tatap muka.

Komunikasi verbal terdiri atas:

1. Jelas dan ringkas1


Komunikasi dengan bahasa jelas dan ringkas sangat diperlukan dalam
melayani pasien. Kejelasan dapat tercapai dengan berbicara secara lambat dan
jelas sehingga pasien mudah menerima apa yang telah disanpaikan kepadanya.
2. Perbendaharaan kata1
Dalam dunia kesehatan pastilah banyak ditemukan istilah kedokteran
ataupun keperawatan. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis sebaiknya harus
membekali diri dengan ilmu-ilmu medis sehingga jika ditanyakan oleh klien
pasien ataupun dokter bisa memberikan umpan balik yang benar.
3. Arti denotatif dan konotatif1
Istilah denotatif merupakan istilah yang erat kaitannya dengan bahasa
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.Sedangkan konotatif adalah
istilah tingkat tinggi yang biasanya digunakan dalam dunia medis. Oleh sebab
itu, sebagai tenaga medis hendaknya dalam melayani pasien menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti olehnya sehingga pasien juga merasa nyaman
dalam memperoleh jasa medis.3
4. Selaan dan kesempatan berbicara1
Kecepatan dan tempo bicara memang sangat menentukan keberhasilan
dalam komunikasi verbal. Tapi,dalam hal ini sebaiknya tenaga medis jangan
terlalu cepat dalam berbicara sebaiknya antara ucapan yang satu dan yang
lainnya terdapat jedah sehingga pasien bisa sejenak mendegarkan apa yang
dikatakan oleh tenaga medis.
5. Waktu dan relevansi1
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila ada
seorang klien sedang menangis, bukan waktunya untuk menjelaskan resiko
operasi.Walaupun pesan yang disampaikan sudah efektif tapi penempatannya
itu tidak tepat. Sebaiknya ketika menemukan klien yang akan dioperasi
hendaklah tenaga medis memberikan semangat kepadanya agar si klien bisa
mengontrol kesadaran dirinya.1
6. Humor.1
Humor berperan dalam membantu mengurangi ketegangan serta rasa
sakit yang disebabkan oleh stres. Humor di sini sangat membantu si klien
ketika akan menjalani operasi berat misalnya(pengangkatan rahim).
Humor itu tidak hanya sekedar menghibur pasien melainkan bisa dalam
bentuk saran bahkan motivasi hidup kepada klien sehingga si klien bisa
percaya diri terhadap operasi yang akan dijalankannya.1

KOMUNIKASI NON VERBAL

Komunikasi semacam ini dalam menyampaikan pesan tidak melalui


lisan melainkan gerak-gerik tubuh.

Komunikasi non verbal terdiri atas :

1. Metakomunikasi1
Suatu komentar yang berisikan respon kurang senang tapi di balas
dengan respon yang menyenangkan. Misalnya si klien bermwajah marah tapi
karena si perawat ini tetap senyum akhirnya wajah pasien ini menjadi normal.
(peralihan antara marah dan senyum).1
2. Penampilan persona1
Penampilan seseorang sangat mempengaruhi penilaian terhadap
komunikasi interpersonal. Misalnya, ada seorang pasien yang di rawat di
rumah sakit. Pasien tersebut menginginkan agar perawat dalam melayani
sebaiknya begini tidak melakukan yang begitu. Walaupun penampilan tidak
sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
menyulitkan perawat dalam membina rasa percaya terhadap pasien.1
3. Paralanguage1
Intonasi atau nada suara sering kali memiliki persepsi yang berbeda
bagi setiap individu. Misalnya pasien asal ambon dengan nada suara yang
keras(menurut khasnya) berbicara dengan seorang perawat. Hal pertama yang
tertangkap yakni si perawat menganggap si pasien dengan lancang dalam
meminta pelayanan. Tapi sebenarnya maksud si pasien itu baik hanya saja
khas daerahnya yang terbawa-bawa.
4. Gerakan mata1
Kontak mata sangat mempengaruhi dalam melakukan komunikasi
dengan seseorang. Sebagai tenaga medis hendaknya memperhatikan pasien
yang meminta layanan padanya dengan tidak memanang ke bawah ketika
sedang berbicara atau hanya bicara namun pandangan tidak tertuju kepada
pasien.Kontak mata di sini sangat diperlukan utamanya dalam mencerminkan
hubungan harmonins antara pasien dan perawat.1
5. Kinesics1.
Gerakan tubuh yang menggambarkan sikap,emosi, konsep diri, dan
keadaan fisik. Perawat dapat mengumpulkan informasi yang ada dengan
melihat atau mengamati sikap tubuh dan langkah pasien. Langkah di sini
bisa dipengaruhi oleh rasa sakit. Misalkan pasien yang tidak berdiri tegap
itu menderita penyakit stroke. Ada beberapa gerakan tubuh manusia yakni:
 Emblems: Isyarat yang punya arti langsung yang menandakan bahwa si klien
itu menderita penyakit.1
 Illustrators: Gerakan badan yang bertujuan menjelaskan sesuatu1
 Affect displays: gambaran sebuah pesan sebab adanya doron gan emosional
sehingga sangat mempengaruhi ekspresi wajah.1
 Regulator: Gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala1
 Adaptory: Gerakan badan karena jengkel.1
6. Sentuhan(Touching)1

Sentuhan di sini sangat besar manfaatnya antara si pasein dengan si


perawat. Sentuhan disini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada pasien dan
seakan-akan mengalami penyakit yang diderita oleh pasien. Sentuhan di sini
bisa merujuk kepada sentuhan hati. Orang yang terkena sentuhan hati
layaknya ibu dan anak maka akan membuat si pasien merasa nyaman dalam
pelayanan medis. 3
Komunikasi Interpersonal dan komunikasi massa

Komunikasi memiliki beberapa komponen penting, yaitu sumber informasi, pesan


komunikasi, media komunikasi, penerima informasi dan tujuan berkomunikasi.12 Agar
komunikasi berjalan lancar dan efektif serta maksud dari komunikasi tersebut tercapai,
komponen-komponen komunikasi itu harus lengkap. Pada dasarnya, komunikasi memiliki
fungsi umum yaitu sebagai informasi, pendidikan, instruksi, persuasi dan rekreasi
(menghibur).12

Komunikasi interpersonal adalah salah satu contoh komunikasi dimana


komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara dua atau tiga orang dengan jarak
fisik yang dekat. Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan pemberi informasi
dalam berkomunikasi interpersonal agar komunikasi dapat berjalan dengan baik. Yang
pertama yaitu audience, kemudian budaya atau keadaan sosial audience. Penerima
informasi juga harus memperhatikan hal-hal seperti sikap ketika berkomunikasi, dan
memberi feedback.

Ada beberapa hambatan atau barriers yang mungkin terjadi dalam komunikasi
interpersonal. Ada tiga jenis gangguan atau hambatan, yaitu: fisik, teknis dan bahasa
(language barrier). Hambatan-hambatan ini bisa memicu terjadinya miscommunication.
Untuk menghindari hal ini, berikut adalah langkah komunikasi yang efektif :

1. Menghormati pribadi orang lain


2. Mendengarkan orang dengan senang hati
3. Mendengarkan tanpa menilai
4. Keterbukaan terhadap perubahan dan keragaman
5. Empati
6. Sikap tegas
7. Kompetensi komunikasi12

Komunikasi interpersonal memiliki dua bagian atau aspek. Dua hal ini yaitu
pendekatan personal dan konseling. Pendekatan personal adalah suatu metode komunikasi
dan interaksi yang mengutamakan pendekatan dan komunikasi one on one. Bagi profesi
yang bergerak di bidang kesehatan hal ini sangatlah penting. Terutama bagi dokter yang
harus menjalankan beragam fungsi komunikasi. Pendekatan personal adalah suatu
kemampuan untuk ‘menjual’ keahlian dan kemampuan seseorang sebagai suatu skill yang
berguna di berbagai aktivitasnya.14

Konseling dipengaruhi oleh kemampuan pendekatan personal. Konseling spesifik


untuk menyediakan jasa, dimana konselor harus dapat membuat dirinya dipercaya,
terutama konselor-konselor yang bekerja di bidang kesehatan. Berikut adalah hal-hal
yang harus diperhatikan.

1. Konselor harus dipercaya oleh target konselingnya


2. Target konseling harus komitmen terhadap kasus mereka dan harus mengerti hak-
haknya
3. Target konseling harus bisa memiliki keterkaitan diri pada kasus yang dibahas14

Selain itu, hal-hal yang bisa disiapkan untuk konseling antara lain tempat, waktu,
kondisi, cara penyampaian.

Efek atau manfaat dari konseling yang lainnya dapat dilihat dari cara seseorang
yang bergerak di bidang kesehatan untuk menyampaikan berita buruk atau breaking bad
news. Penyampaian berita buruk adalah salah satu bentuk penerapan bioethics yaitu
prinsip autonomy dan beneficence.15

Berikut adalah langkah-langkah menyampaikan berita buruk dengan baik menurut


Robert Buckman.16

1. Getting started: mempersiapkan diri


a. Menjaga privasi pasien
b. Melibatkan pendamping
c. Yakin
d. Posisi duduk atau posisi saat berkomunikasi
e. Dengarkan pasien dengan baik
f. Fokus
2. Finding out how much the patient knows
a. Tanyakan mengenai kondisi yang ia ketahui
b. Tanyakan mengenai harapan pasien dan rencana pengobatan
3. Finding out how much the patient wants to know
a. Kesiapan diri pasien mendengarkan bad news
4. Sharing the information
5. Responding to the patient’s feelings
6. Planning and follow-through
a. Feedback
b. Review
c. Semangat & harapan bagi pasien

Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap


kepada banyak orang, yang bisa menggunakan media-media seperti radio, televisi,
surat kabar dan film. Berikut merupakan perbedaan-perbedaan komunikasi massa dan
komunikasi interpersonal.13

komunikasi interpersonal komunikasi masa

audience satu atau dua audience yang banyak

audience yang sudah dikenal dan tahu latar belakang audience beragam dari latar belakang yang berbeda beda

mudah mendapatkan feedback sulit untuk mendapatkan feedback

jarang terjadi miscommunication sering terjadi miscommunication

satu persepsi banyak persepsi melalui selective attention, perception, dan retention.

Berikut adalah ciri-ciri khusus komunikasi massa.

1. Berlangsung satu arah, feedback baru akan diberikan setelah komunikasi


berlangsung.
2. Komunikator disebut collective communicator karena pesan yang disampaikan
milik bersama.
3. Pesan bersifat umum.
4. Melahirkan keserempakan.13
Komunikasi massa atau istilah lainnya komunikasi public memiliki
kesetimpangan terutama dalam hal pemberian feedback, dimana penerima komunikasi
banyak memberikan feedback dengan cara yang non-verbal, seperti tertawa dan tepuk
tangan. Ada tiga aspek dalam berkomunikasi massa.

1. Terjadi di tempat publik. (Auditorium, kelas, dan lain lain)


2. Kesempatan mengungkapkan informasi direncanakan lebih dahulu agar
terstruktur.
3. Melibatkan norma yang jelas.

Ada sepuluh kriteria dalam komunikasi massa atau publik. Beberapa kriteria
ini harus bisa ditanggulangi oleh peserta komunikasi agar tercipta komunikasi efektif.

1. Pesan untuk kepentingan bersama


2. Menggunakan bahasa yang formal
3. Feedback terbatas
4. Massa bervariasi
5. Semakin banyak pendengar probabilitas kesalahan informasi semakin besar
6. Isi informasi yang akan disampaikan harus lengkap dan terencana
7. Penyesuaian/adaptasi
8. Analisis kurang lengkap dan tajam
9. Sulit fokus
10. Pesan banyak yang berubah

Untuk bisa mengatasi beberapa hal di atas agar tercipta komunikasi efektif,
komunikator harus memperhatikan kelancarannya dalam berbicara, penggunaan
isyarat visual (kontak mata, sikap, penampilan dsb), serta isyarat vokal (kualitas
vokal, intonasi).
Komunikasi dalam berbagai situasi

Sebagai seorang dokter, komunikasi yang baik dengan pasien memang


menjadi salah satu hal yang utama. Namun tak jarang , ada beberapa kesulitan yang
datang dan harus ditangani dengan penanganan yang khusus. Beberapa kesulitan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Di bawah ini beberapa contoh komunikasi
dalam 3 situasi yaitu :

1. Pasien Geriatric (usia > 60 tahun)


Pasien geriatric cenderung mengalami penurunan kualitas dalam
berkomunikasi karena disebabkan oleh banyak faktor baik secara fisik maupun mental
dari orang tersebut. Contohnya penurunan kualitas kinerja anggota tubuh, yang terdiri
dari imobilisasi, instabilitas dan jatuh, inkontinensia, gangguan intelektual, mal
nutrisi, gangguan tidur (insomnia), penurunan kekebalan tubuh atau juga karena
pengalaman yang ia pernah alami selama masa hidupnya. Berikut adalah beberapa hal
menyangkut komunikasi yang dipengaruhi oleh proses penuaan terhadap individu :
 Penglihatan
Kemampuan visualisasi seseorang geriatric akan menurun dengan sendirinya
yang berdampak dalam interaksi. Contohnya, beberapa orang tua yang menderita
penyakit mata seperti rabun jauh atau rabun dekat serta yang harus membutuhkan
pencahayaan lebih untuk dapat melihat dengan jelas. Hal yang dipengaruhi dari
penyakit tersebut adalah saat memberikan infomasi tertulis. Sehingga, kita perlu
mencetaknya menggunakan font (huruf) berukuran cukup besar dengan
pencahayaan yang cukup saat berkomunikasi tatap muka.
 Mendengar
Kebanyakan orang akan mengalami Presbisusis (penurunan kualitas
pendengaran) seiring bertambahnya usia. Hal ini dialami oleh lebih dari setengah
orang tua yang ada diseluruh dunia.22 Ada pasien geriatric yang dapat mendengar
namun sulit untuk membentuk suatu susunan kalimat untuk dimengerti. Ada pula
orang tua yang lebih mengerti ucapan yang disampaikan secara pelan (memiliki
frekuensi rendah) dibandingkan dengan suara yang keras/nyaring. Hal yang perlu
dicermati adalah agar kita tidak berteriak karena hal itu bisa saja menyinggung
mereka yang cenderung menginginkan perhatian khusus.
Banyak para geriatric yang menggunakan alat bantu komunikasi elektronik
untuk mengatasi masalah ini. Akan tetapi alat ini tidak dapat menyelesaikan
seluruh permasalahan disebabkan karena alat tersebut hanya akan membuat suara
bertambah besar saja, sedangkan, penurunan kualitas neuron sensori pada
pendengaran orang tua masih tetap terjadi.
Walaupun mempunyai keterbatasan dalam pendengaran ada pasien geriatric
yang bisa membaca gerakan bibir, kemudian ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang ditampilkan lawan bicaranya.
 Pemahaman
Beberapa orang lanjut usia mengalami penurunan kecepatan dalam
penginterpretasian suatu hal dibandingkan dengan orang yang lebih muda.23 Selain
itu kemampuan untuk menyelesaikan masalah juga mungkin dapat menurun.
Sehingga, menginginkan penjelasan yang maksimal terhadap apa yang ingin
diketahuinya tersebut.
 Perbedaan nilai dan persepsi
Orang tua tentunya memiliki cara pandang yang sering berbeda dengan orang
yang lebih muda dalam beberapa hal. Perbedaan presepsi dan nilai-nilai
kehidupan ini perlu pula disimak secara teliti oleh seorang tenaga kesehatan saat
berkomunikasi dengan orang tua. Kita harus dapat menyesuaikan diri karena
orang tua kebanyakan menginginkan penanganan khusus dan maksimal dari
tenaga professional, serta mendapatkan perhatian khusus.23
 Psikologis.
Orang tua memiliki pengalaman yang luas tentang berbagai hal dalam
interaksinya. Sehingga mereka dapat menjadi sangat sensitive terhadap setiap
kejadian yang terjadi.23 Sedikit saja ada kesalah pahaman, maka dapat tercipta
pencitraan tertentu terhadap kita dalam benaknya.
 Berikut berbagai cara berkomunikasi yang baik dengan pasien geriatric/orang
tua/lanjut usia :
 Lihat riwayat penyakit untuk membantu/memudahkan diagnosis
 Berinteraksi dengan penuh rasa empati dan kesabaran yang kongkrit
 Jika menyampaikan pesan melalui media tertulis, gunakanlah huruf dengan
ukuran yang cukup besar dan pencahayaan yang cukup.
 Menggunakan bahasa yang jelas dan ringkas sehingga mudah dimengerti dan
memperhatikan perbendaharaan kata yang digunakan karena kebanyakan
penderita geriatric sudah mengalami penurunan daya pikir dan ingat.24
 Memperhatikan respon dan harus lebih mendengarkan dengan jelas apa yang
diucapkan pasien geriatric. Hal ini bertujuan agar dalam proses komunikasi
dan pemeriksaan dapat berjalan sesuai yang diharapkan.
 Dalam menyampaikan beberapa informasi kepada pasien Geriatric, sebisa
mungkin menghindari dari kesan seolah menggurui, karena sebagian pasien
Geriatric ingin bahwa dirinya saja yang didengar dan diutamakan.
 Menjaga kontak mata dan expresi muka yang tepat agar pasien geriatric
merasa bahwa ia sedang menjadi objek perhatian yang sedang diberi perhatian
yang lebih. Itu sedikit tidak membuat kondisi pasien lebih baik dari
sebelumnya.
 Menyampaikan informasi secara perlahan dan dengan volume suara yang
tidak keras. Hal ini dapat membantu mereka untuk membedakan kata dan
mengartikannya secara tepat. Selain itu juga berkomunikasi dengan volume
suara yang nyaring, dapat membuat beberapa orang tersinggung.
 Hindari menggunakan emosi dalam menghadapi pasien geriatric karena
mereka membutuhkan perhatian khusus akibat menurunnya kemampuan
verbal dan non verbal.
 Memposisikan pasien dalam jarak yang proposional agar mereka dapat
mengerti apa yang dikatakan, dan juga memungkinkan mereka untuk
membaca gerakan bibir atau bahasa tubuh sebagai bentuk ekspresi.
 Menunjukkan perhatian yang maksimal seperti dengan menyetuh bahu, duduk
berdekatan dan sebagainya.
 Ketika berkomunikasi atau memeriksa pasien diselangi oleh senyuman dan
sedikit humor. Karena humor sedikit tidak mengurangi rasa sakit yang
disebabkan oleh stress dan akan merangsang untuk menimbulkan rasa sehat
serta lebih bisa memperdekat hubungan dokter dengan pasien geriatric.24
 Berkomunikasi dengan pendamping pasien dan memberitahukan segala
informasi kepada pendamping pasien agar kita juga bisa mengkontrol
kesehatan pasien.
2. Pasien Marah
Masalah yang dimiliki pasien yaitu masalah kesehatan sedikit tidak
berdampak besar pada masalah mentalnya. Hal ini membuat mereka menjadi sensitive
dan tertutup sehingga kemungkinan akan dilimpahkan kepada tenaga kesehatan.
Berikut adalah beberapa ciri-ciri pasien yang marah :
 Ekspresi wajah yang menjadi berubah (kehilangan kontak mata )
 Sikap menjadi cenderung tidak sabar
 Berbicara dengan volume suara yang lebih keras
 Bahasa tubuh yang tak menentu/tentative.
Hal ini berpotensi menghasilkan dampak yang fatal sehingga kita perlu
berjaga-jaga dalam bertugas. Langkah preventif yang dapat dilakukan :
 Jangan ikut terpancing serta mengantisipasi untuk mengingat nomor telepon yang
dapat dihubungi dalam keadaan/situasi terdesak.
 Jangan bekerja sendiri di tempat yang berpotensi terjadi masalah atau kekacauan
Tindakan akhir yang dapat dilakukan jika berhadapan dengan pasien marah
antara lain adalah sebagai berikut :
 Tetap berusaha untuk bersikap sopan dan meyakinkan
 Jika pasien berdiri, maka kita harus berdiri pula. Dan begitu juga jika pasien
duduk.
 Jangan menghadapi pasien yang marah dengan menunjukkan rasa ketakutan atau
kebingungan.
 Mengira-ngira apa penyebab pasien tersebut marah lalu cepat mengevaluasi.
 Menanggapi situasi atau pembicaraan yang dilakukan dengan serius, akan tetapi
harus tetap tenang agar dapat mengontrol diri.
 Jangan memotong kata-kata mereka,perhatikan pilihan kata mereka dan imbangi
dengan gaya mereka.
 Membiarkan orang lain tahu keadaan ( dapat berupa ketegangan ) yang terjadi.
Seperti dengan membuka pintu jika berada di dalam ruangan.
 Jika situasi benar-benar berbahaya dan mengancam keselamatan diri anda,
segeralah tinggalkan ruangan atau tempat tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari resiko buruk, serta juga untuk tetap menjaga citra seorang dokter
yang cinta damai.

Bagaimanapun kita harus siap atas kondisi yang akan terjadi,sikap pasien
kepada kita ditentukan oleh bagaimana kita memperlakukan mereka,posisikan diri
kita sebagai mereka dan apa yang akan mereka lakukan jika kita menghadapi situasi
tersebut. Dan jangan tempatkan pasien dalam situasi yang membuat mereka merasa
tidak nyaman karena itu memicu timbulnya kemarahan.

3. Pasien Tunarungu

Tak selamanya pasien yang ditangani seorang dokter adalah seseorang yang
memiliki kondisi fisik normal ada juga yang memiliki kelainan atau cacat fisik
tertentu. Misalnya saja tunarungu sehingga mengalami penurunan kwalitas dalam
mendengar.

Pasien tunarungu kecenderungan memiliki ciri-ciri antara lain :

 Meminta lawan bicara untuk mengulangi apa yang dikatakan


 Memberikan jawaban atau tanggapan yang tidak sesuai
 Terkadang sulit dalam berbicara.
 Terlihat selalu memperhatikan gerakan bibir lawan bicara.

Penderita tunarungu memiliki penampilan fisik yang tidak jauh berbeda


dengan orang normal kebanyakan. Untuk itu akan lebih baik jika dokter membaca
riwayat kesehatan pasien terlebih dahulu sebelum pasien datang untuk berkonsultasi
ataupun berobat. Setelah itu dokter memperhatikan aspek berikutnya yaitu ada
tidaknya pendamping (biasanya keluarga dari si pasien yang menderita tunarungu
tersebut). Jika ternyata terdapat pendamping, maka hal tersebut akan mempermudah
dokter untuk dapat berkomunikasi dengan si pasien. Biasanya orang yang
mendampingi penderita tunarungu telah mengerti bahasa isyarat pasien, maksud yang
ingin pasien sampaikan, dan keadaan pasien.

Hal yang dapat dilakukan dokter saat berkomunikasi dengan pasien tunarungu,
antara lain :

 Tidak membedakan si pasien tunarungu dengan pasien normal yang lain sehingga
tidak menyinggung perasaan si pasien.
 Lihat riwayat penyakit pasien untuk membantu/memudahkan diagnosis
 Menerima pasien dengan penuh empati.
 Berusaha untuk lebih sabar karena akan banyak terjadi pengulangan dalam
berbicara dan menyampaikan maksud.
 Memancing pasien untuk berkomunikasi. Seperti dengan memberikan pertanyaan
spesifik yang hanya membutuhkan jawaban ‘ya’ atau ‘tidak”. Sehingga pasien
menjadi mudah dalam memberikan informasi.
 Menggunakan teknik komunikasi yang simple namun efektif. Seperti dengan
informasi tertulis, volume suara agak diperbesar atau dengan duduk pada posisi
yang tepat sehingga pasien bisa mendengar suara kita lebih jelas. Atau
memudahkan pasien yang berkomunikasi menggunakan cara membaca gerakan
bibir atau bahasa tubuh.
 Meminta bantuan penerjemah (disesuaikan ) dapat berasal dari keluarga atau
orang yang memang memiliki keahlian khusus untuk berkomunikasi dengan
penderita tunarungu.
 Mempersiapkan alat bantu pendengaran di ruang periksa.
 Berusaha menjaga konsentrasi pasien agar tetap fokus. Caranya seperti dengan
terus memancing pasien untuk berbicara atau menjawab pertanyaan, serta
memperjelas penjelasan. Tetap menjaga agar konsep komunikasi dua arah tetap
hidup.
Jika dokter berhasil dan dapat melakukan komunikasi yang baik dengan pasien
tunarungu, hal itu akan membuat pasien merasa lebih senang dan tenang sehingga
akan muncul rasa kepuasaan sendiri, karena si pasien tidak merasakan adanya
diskriminasi yang tinggi antara ia dengan pasien normal lainnya
REFERENCES

1. Northouse P.G and Northhouse LL(1985): Health Communication: A Handbook for


Health Profesionals Prentice Hall Inc(hal 1-16 untuk konsep umum, hal 29-80 untuk
Variabel Komunikasi dan hal 82-95 untuk hambatan dalam berkomunikasi antar
petugas pasien).
2. Abdul Nasir,Abdul Muhith, Muhammad Sajidin, Wahit Iqbal Mubarak. 2010.
Komunikasi Dalam Keperawatan – Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
3. Anonymous. 2008. Pengertian makna denotative konotatif. Available from :
http://organisasi.org/pengertian-makna-denotatif-konotatif-lugas-kias-leksikal-
gramatikal-umum-dan-khusus
4. Akira Miyahara. 2002. Toward Theorizing Japanese Interpersonal Communication
Competence from a Non-western perspective. Seinan Gakuin University.
5. Liliweri A. Dasar –dasar komunikasi kesehatan . Pustaka Belajar 2011 ( hal 299-274 )
6. Liliweri A. Dasar –dasar komunikasi kesehatan . Pustaka Belajar 2011 ( hal 261 )
7. Sulastri P, SST. Konsep Dasar Komunikasi [internet]. [cited 20 Sept 2012]. Available
from: http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-
midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-praktek-kebidanan/konsep-dasar-
komunikasi
8. Liliweri A.Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar; 2008
9. Gruendemann B. J. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif [Monograph online]. Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran; 2006 [cited 2012 September 28]. Available from:
http://books.google.co.id/books?
id=k04S1VhNLWoC&pg=PA61&lpg=PA61&dq=prinsip+komunikasi&source=bl&o
ts=x06hBfJYV5&sig=sFLLNmRRaelClmXglMfrku2xAjQ&hl=en&sa=X&ei=ML9l
ULSiDY2rrAeFgIFA&ved=0CCkQ6AEwAA#v=onepage&q=prinsip
%20komunikasi&f=alse
10. Ghazali HPL. Perilaku dan Promosi Kesehatan[Internet]. No date[citer September 27th
2012]. Available from : http://fk.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/perilaku-dan-
promosi-kesehatan-fkuii-lg.pdf
11. Kurniawati A. Komunikasi Informasi dan Edukasi dalam Pelayanan Kesehatan
Masyarakat[Internet]. June 30th 2011[cited September 27th 2012]. Available from :
http://www.poltekkes-malang.ac.id/artikel-183-komunikasi-informasi-dan-edukasi--
dalam-pelayanan-kesehatan-masyarakat.html
12. Liliweri, A. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007.
13. Suprapto, T. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media
Pressindo; 2009.
14. Lloyd, M. dan Bor, R. Communication Skills for Medicine. 2nd Ed.
15. Back, T. Breaking Bad News. [Internet]. Washington (USA): Faculty, VA Puget
Sound Health Care System. Affiliate faculty, Medical History and Ethics, University
of Washington; 1998 [update terakhir tanggal 11 April 2008; diakses Senin, 24
September 2012 pukul 20.12 WIB]
16. Baile W. F, Buckman R., et al. SPIKES-A Six-Step Protocol for Delivering Bad
News: Application to the Patient with Cancer. New York (USA): AlphaMed Press;
2000.
17. Liliweri, A. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2007.
18. Suprapto, T. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta: Media
Pressindo; 2009.
19. Lloyd, M. dan Bor, R. Communication Skills for Medicine. 2nd Ed.
20. Back, T. Breaking Bad News. [Internet]. Washington (USA): Faculty, VA Puget
Sound Health Care System. Affiliate faculty, Medical History and Ethics, University
of Washington; 1998 [update terakhir tanggal 11 April 2008; diakses Senin, 24
September 2012 pukul 20.12 WIB]
21. Baile W. F, Buckman R., et al. SPIKES-A Six-Step Protocol for Delivering Bad
News: Application to the Patient with Cancer. New York (USA): AlphaMed Press;
2000.
22. Action hearingloss. Tersedia dari : http://www.actionhearingloss.org.ukdiakses pada
Rabu, 26 September 2012 pukul 20.30 WIB.
23. Modul Komunikasi Kesehatan : Communications in special situation: chapter 9
Pages: 142-147.
24. Lloyd M, Borr. Communication skills for medicine.Challenging consultations :
special problems in doctor-patient communicatin. 2nd eds Churchill Livingstone
2004.page 145-152.

Anda mungkin juga menyukai