Anda di halaman 1dari 10

Aldeka Kamilia Mufidah

1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2

Tugas Kasus MPI Geriatri – 2

1. Diagnosis/Masalah pada Pasien


a. Diabetes melitus tipe 2, atas dasar anamnesis hasil pemeriksaan GDP 200, GDPP
245, HbA1C 7.

Gambar 1. Kriteria Diagnosis DM.


b. Dislipidemia, atas dasar anamnesis hasil pemeriksaan LDL 228, enggan minum
obat dislipidemia karena efek samping yang pernah dialami, faktor risiko ayah
meninggal karena serangan jantung.
c. Obesitas grade I, atas dasar IMT 26,8 kg/m2.
Tabel 1. Klasifikasi Berat Badan berdasarkan BMI Asia.
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2

d. Osteoarthritis, atas dasar anamnesis keluhan lutut ngilu saat berjalan, usia 70
tahun, dari pemeriksaan fisik diperoleh obesitas grade I.
e. Gangguan penglihatan, atas dasar anamnesis pasien memiliki gangguan
penglihatan.
f. Risiko jatuh rendah, atas dasar skor risiko jatuh pada pasien ialah 2.
g. Ketergantungan ringan, atas dasar skor ADL Barthel 18/20.
2. Risiko Penyakit Kardiovaskular pada Pasien berdasarkan Skor ASCVD
ASCVD (atherosclerotic cardiovascular disease) AHA/ACC 2013 risk factor
merupakan skor faktor risiko yang memperkirakan risko memiliki masalah
kardiovaskular dalam 10 tahun ke depan. Faktor risiko ASCVD ialah jenis kelamin,
usia, ras, kadar kolesterol, tekanan darah, penggunaan obat-obatan, status DM, dan
status merokok. Pada pasien ini tidak dapat ditentukan skor ASCVD karena
membutuhkan data seperti tekanan darah (sistolik), kadar kolesterol (total, HDL).
Namun pada pasien ini, kadar LDL >=190 mg/dL yaitu 228 mg/dL sehingga
tergolong kelompok ‘high intensity statin (class I)’
- Statin menjadi pilihan utama untuk mencapai target LDL yang diinginkan.
- Bile acid sequestrant dapat menurunkan LDL, ApoB, dan meningkatkan HDL,
namun dapat meningkatkan trigliserid.
- Ezetimibe dapat dipertimbangkan sebagai monoterapi untuk menurunkan LDL,
ApoB khususnya pada pasien yang tidak bisa mentolerir statin dosis tinggi.
- Inhibitor PCSK9 dapat dipertimbangkan untuk hiperkolesterolemia familial atau
terapi tambahan pada pasien PJK yang tidak mencapai target LDL dengan dosis
statin maksimal atau pasien tidak bisa mentolerir statin dosis tinggi.
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2
- Terapi kombinasikan dapat dipertimbangkan bila kadar LDL sangat tinggi atau
target terapi LDL ataupun non HDL tidak mencapai target dengan statin.
- Pada pasien ini indikasi diberikan statin, namun pasien mengatakan enggan
minum obat dislipidemia karena efek sampingnya (kemungkinan statin), sehingga
pasien dapat digantikan dengan ezetimibe.

Gambar 2. Algoritma dalam Skor ASCVD. (sumber: American College of


Cardiology)
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2
3. Efek Samping yang Sering Terjadi akibat Obat Dislipidemia Golongan Statin
- Efek samping statin: miopati, peningkatan enzim hati
- Mekanisme kerja obat dislipidemia

Gambar 2. Mekanisme kerja obat dislipidemia. (sumber:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK395573/bin/cholest-drugs-
Image001.jpg)
- Mekanisme efek samping statin

Gambar 3. Mekanisme efek samping statin terhadap miopati. (sumber:


https://www.ahajournals.org/cms/asset/c995b7dd-9621-446d-8436-
5dab14882c6a/328fig02.jpg)
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2

4. Obat Anti Diabetes serta Target Gula Darah dan HbA1C pada Pasien
- Pada pasien dengan HbA1C <7,5% maka pengobatan dengan non farmakologi
seperti modifikasi gaya hidup terkait pola makan (dijelaskan pada nomor 6) dan
aktivitas fisik (3-5 kali/minggu, selama 30-45 menit dengan total 150
menit/minggu, jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut dengan latihan
aerobic intensitas sedang seperti jalan cepat, berenang, bersepeda santai, jogging),
kemudian evaluasi 3 bulan kemudian, bila HbA1C tidak berhasil turun <7 maka
dilanjutkan dengan monoterapi oral.
- Monoterapi oral:
o Pemilihan obat antidiabetes oral dengan mempertimbangkan keamanan
(hipoglikemia, pengaruh terhadap jantung), efektivitas, ketersediaan obat,
toleransi pasien, dan harga obat.
o Monoterapi oral diklasifikasikan menjadi:
 Obat dengan efek samping minimal atau keuntungan lebih banyak:
metformin, alfa glucosidase inhibitor, dipeptidyl peptidase 4-
inhibitor, agonis glucagon like peptide-1.
 Obat yang harus digunakan hati-hati: sulfonylurea, glinid,
tiazolidinedione, SGLT-2 i.
o Pada pasien ini dipilih acarbose karena keuntungannya tidak menyebabkan
hipoglikemia, menurunkan kadar GDPP dan menurunkan kejadian CVD.
Acarbose dipilih disbanding metformin, karena pada pasien ini GDPP
>200 dan acarbose mampu menurunkan kadar GDPP dan efek samping
acarbose yang lebih sedikit dibandingkan dengan metformin, namun
acarbose harus sering melakukan penyesuaian dosis.
 Dosis awal 50 mg/hari , selanjutnya ditingkatkan menjadi 3x50 mg.
Bila tubuh pasien merespon baik dengan acarbose dalam 6-8
minggu maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 3x100 mg.
Acarbose diminum bersamaan dengan suapan pertama.
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2

Gambar 2. Algoritma Tatalaksana DM Tipe 2.


- Dislipidemia pada DM
o Penyandang DM tanpa disertai penyakit kardiovaskular  target LDL
<100 mg/dL
o Pasien DM >40 tahun dengan faktor risiko penyakit kardiovaskular
(riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi, merokok,
dislipidemia, albuminuria)  diberikan statin (bila pasien tidak ada efek
samping)
- Obesitas pada DM: berhubungan dengan sindrom metabolic yang didasari oleh
resistensi insulin. Target penurunan BB 5-10%.
5. Skor Risiko Jatuh pada Pasien
- Pada pasien ini skor risiko jatuh ialah 2, sesuai dengan penjabaran di kasus bahwa
pasien berusia 70 tahun dan ada gangguan penglihatan. Pasien saat ini tidak ada
konsumsi obat-obatan dan tidak ada keluhan lainnya, sehingga pasien tergolong
risiko jatuh rendah.
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2

1
1
2

6. Tatalaksana Nutrisi pada Pasien


- Karbohidrat
o Karbohidrat yang dianjurkan 40-65% total asupan energi, terutama
karbohidrat berserat tinggi.
o Sukrosa tidak boleh >5% total asupan energi.
o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan dapat diberikan selingan seperti
buah.
- Lemak
o Asupan lemak 20-25% total kebutuhan kalori dengan komposisi lemak
jenuh <7% kebutuhan kalori, PUFA <20% dan selebihnya MUFA.
o Batasi makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan lemak trans
seperti daging berlemak dan susu full cream.
o Konsumsi kolesterol <200 mg/hari.
- Protein
o Kebutuhan 10-20% dari total kalori, pada pasien nefropati diabetic perlu
penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kgBB/hari, pasien DM yang
sudah hemodialisa asupan protein 1-1,2 g/kgBB/hari.
- Natrium: <2300 mg/hari
- Serat: 20-35 g/hari dari kacang, buah, sayur, dan karbohidrat tinggi serat.
- Pemanis alternatif
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2
o Aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman.
o Pemanis alternatif berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya,
seperti glukosa, alkohol, fruktosa. Pemanis alternatif tidak berkalori seperti
aspartame, sakarin, sucralose, acesulfame potassium, neotame.
o Fruktosa tidak disarankan pada penderita DM karena dapat meningkatkan
LDL, namun aman bila fruktosa alami dari buah.
- Kebutuhan kalori
o Kalori basal 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan dapat ditambah
maupun dikurangin dengan faktor seperti jenis kelamin, usia, aktivitas,
berat badan, dll.
o Rumus Broca
 BB ideal = 90% x (TB dalam cm – 100) x 1 kg
 Pada pasien= 90% x (158 – 100) x 1 kg = 53,1
 BMI = BB/TB2  pada pasien BMI 26,8
 Jenis kelamin
 Perempuan  kalori basal 25 kal/kgBB
 Pria  kalori basal 30 kal/kgBB
 Jadi kalori basal pada pasien 25 x 53,1 = 1327,5 kal
 Usia
 >40 tahun  kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap
decade antara 40 dan 59 tahun.
 60 – 69 tahun  kebutuhan kalori dikurangi 10%.
 >70 tahun  kebutuhan kalori dikurangi 20%.
 Aktivitas fisik/pekerjaan
 Keadaan istirahat  penambahan 10% dari kebutuhan
basal.
 Aktivitas ringan (guru, pegawai kantor, ibu rumah tangga)
 penambahan 20%
 Aktivitas sedang (pegawai industry ringan, mahasiswa,
militer yang sedang tidak perang)  penambahan 30%
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2
 Aktivitas berat (petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan
Latihan)  penambahan 40%
 Aktivitas sangat berat (tukang becak, tukang gali) 
penambahan 50%.
 Stress metabolic  penambahan 10-30% bergantung berat stress
metabolic (sepsis, operasi, trauma).
 Berat badan
 Penyandang DM yang gemuk kebutuhan kalori dikurangi
sekitar 20-30% tergantung tingkat kegemukan.
 Penyandang DM yang kurus kebutuhan kalori ditambahkan
20-30%.
 Penghitungan kebutuhan kalori
 1327,5 kal – 20% + 20% - 20% = 1327,5 – 265,5 = 1062
kal
 Jadi kalori yang dibutuhkan oleh pasien ialah 1062 kalori.

Referensi
1. Perkeni. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2. 1 st Ed.
Jakarta: Perkeni; 2015.
2. Perkeni. Pedoman Pengelolaan Dislipidemia di Indonesia. 1st Ed. Jakarta: Perkeni;
2019.
3. IASO. Redefining Obesity and its Treatment. 1st Ed. Australia: WHO; 2020.
4. ACC. 2018 Guideline on the Management of Blodd Cholesterol. 1 st Ed. USA: ACC;
2018.
Aldeka Kamilia Mufidah
1506668340
A10
Tugas Kasus Harian MPI Geriatri – 2

Anda mungkin juga menyukai