Anda di halaman 1dari 34

DIET DIABETES

MELLITUS
Tujuan Terapi Nutrisi
1. Menjaga kadar gula darah sedapat mungkin
mendekati normal
2. Mencapai kadar lemak yang optimal
3. Memenuhi kebutuhan kalori yang diperlukan :
- BB
- pertumbuhan dan perkembangan pada anak
dan dewasa
- hamil dan menyusui
- pemulihan setelah sakit
4. Mencegah dan mengatasi komplikasi akut
pasien DM : hipoglikemia,hiperglikemia,
masalah OR dll

5. Mencegah dan mengatasi komplikasi


kronik DM : neuropathy, nephropathy,
hipertensi, cardiovaskular

6. Meningkatkan derajat kesehatan secara


keseluruhan melalui gizi yang optimal
 Tujuan umum :
 meningkatkan pengetahuan
 membantu pasien DM membuat perubahan
life style

 Penurunan BB pada pasien DM tipe 2


dapat mengurangi resiko : hiperglikemia,
resistensi insulin, dislipidemia, Hipertensi

 Diet DM bukan untuk mengurangi jumlah


kalori tetapi untuk memastikan asupan
makanan yang sesuai dan konsisten serta
diet seimbang bergizi.
Syarat Diet Penyakit DM
1. Energi cukup untuk mencapai dan
mempertahankan BB normal
Kebutuhan energi :
kebutuhan metabolisme basal (25-30
kcal/kg BB normal) + kebutuhan untuk
aktivitas fisik dan keadaan khusus misal
kehamilan atau laktasi atau ada tidaknya
komplikasi.
Makanan dibagi dalam 3 porsi besar:
makan pagi (20%)
siang (30%)
sore (25%)
serta porsi kecil untuk makanan selingan
(masing-masing 10-15%)
2. Kebutuhan protein normal (10-15 % dari
kebutuhan energi total)
3. Kebutuhan lemak sedang (20-25% dari
kebutuhan energi total)
Bentuk : < 10% dari kebutuhan energi total
berasal dari lemak jenuh, 10% dari lemak
tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari
lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolesterol makanan dibatasi yaitu
≤ 300mg/hari
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari
kebutuhan energi total yaitu 60-70%
5. Penggunaan gula murni dalam minuman
dan makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila
kadar glukosa darah sudah terkendali,
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni
sampai 5% dari kebutuhan energi total.
6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah
terbatas.
Gula alternatif adalah bahan pemanis selain
sakarosa. Ada 2 jenis gula alternatif yaitu yang
bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif
bergizi adalah fruktosa, gula alkohol berupa
sorbitol, manitol dan silitol.
Gula alternatif tidak bergizi adalah aspartam dan
sakarin.
 Penggunaan gula alternatif hendaknya
dalam jumlah terbatas.

 Fruktosa dalam jumlah 20% dari


kebutuhan energi total dapat
meningkatkan kolesterol dan LDL
sedangkan gula alkohol dalam jumlah
berlebihan mempunyai pengaruh laksatif.
7. Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan
mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah.

8. Cukup vitamin dan mineral.


9. Pasien DM dengan tekanan darah normal
- konsumsi natrium dalam bentuk garam
dapur seperti orang sehat yaitu 3000
mg/hari.

Apabila mengalami hipertensi, asupan


garam harus dikurangi (Diet Rendah
Garam)
Diet Rendah Garam
 Diet rendah garam I (200-400 mg Na)
Untuk pasien dengan edema, asites, dan atau
hipertensi berat.Pada pengolahan makanan
tidak ditambahkan garam dapur.

 Diet rendah garam II (600-800 mg Na)


Untuk pasien dengan edema, asites, hipertensi
tidak terlalu berat. Pada pengolahan makanan
boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2g).

 Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na)


Untuk pasien dengan edema dan atau hipertensi
ringan.Pada pengolahan makanan boleh
menggunakan 1sdt (4g) garam dapur.
 Pengendalian glukosa darah pada
diabetes dapat dicapai dengan
penyuluhan disertai salah satu berikut ini :

 Diet + OR
 Diet + OR + obat hipoglikemia oral
 Diet + OR + insulin
Strategi Terapi Nutrisi DM Tipe 1
 Makan pada jam/waktu yang konsisten
sesuai dengan kerja insulin

 Monitor Gula Darah

 Menentukan dosis insulin sesuai dengan


jumlah makanan yang biasa dimakan dan
dibutuhkan
Strategi Nutrisi pada DM Tipe 2
 Pengurangan kalori dan penurunan moderate
BB (4,5 – 9 kg) telah menunjukkan dapat
memperbaiki kontrol DM walau target BB belum
tercapai.

 Penurunan BB menunjukkan dapat memperbaiki


uptake glukosa, meningkatkan sensitivitas
insulin dan menormalkan produksi glukosa
hepar.

 Penurunan BB sangat bermanfaat selama


sekresi insulin masih adekuat.
 Indikator intake kalori
lebih penting
daripada indikator BB karena :
 Kalori menurun, hiperglikemia menurun lebih
cepat daripada penurunan BB
 Kalori meningkat (setelah penurunan BB),
glukosa meningkat walau tanpa adanya
kenaikan BB
 Kesulitan penurunan BB :
 Genetik obesitas
 Metabolisme terganggu
 Pengaturan nafsu makan

Titik berat diet :


- Gula darah terkontrol

- Diet bergizi yang cukup

- Moderate restriksi kalori (250-500 kcal dari

kebutuhan)
 Terapi nutrisi harus didukung dengan:
 OR
 Modifikasi perilaku/kebiasaan makan
 Lingkungan psikologis
 Membuat pilihan makanan yang lebih baik
 Menurunkan intake lemak
 Interval makan yang teratur
 Membagi kebutuhan nutrisi secara seimbang
dalam sehari (bukan hanya dalam makan 2-
3x/hari)
Karbohidrat
 Beras, sayuran dan buah adalah sumber
vitamin, mineral dan serat

 Zat tepung memiliki indeks glikemic lebih


tinggi dari buah, susu atau sukrosa

 Zat tepung dimetabolisme secara cepat


dan 100% diubah menjadi glukosa,
berbeda dengan sucrosa yang
dimetabolisme menjadi glukosa dan
fruktosa.
 Fruktosa memiliki indeks glikemik rendah dan
lambat disimpan di liver sebagai glikogen.

 Walaupun macam2 makanan yang mengandung


zat tepung memiliki respon glikemik yang
berbeda tetapi yang ditekankan adalah total
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, bukan
sumber dari karbohidrat.
Serat
 Serat yang larut (kacang, gandum, buah,
sayuran) mampu menghambat absorpsi
glukosa dari usus halus.

 Diet mengandung 20g/hr serat terlarut


dapat mnurunkan kolesterol total dan LDL
(asal diimbangi dengan minimal 50% KH)
sehingga dianjurkan untuk pasien DM
mengkonsumsi 20-35 g/hr serat.
Protein
 Kebutuhan protein pasien DM sama
seperti orang normal (10-15 %) atau 0,8
g/kg BB/hr.

 DM + nephropathy : diet rendah protein


(0,6-0,8 g/kg BB/hr)

 Protein hewani lebih berperan dalam


progresifitas penyakit ginjal daripada
proein nabati.
Lemak
 Menurunkan intake lemak jenuh (<10% total
kalori) dan menurunkan intake kolesterol
(<300mg).

 DM tipe 2 memiliki peluang 2-4 x lipat terhadap


peningkatan dislipidemia, termasuk peningkatan
TG, total kolesterol, LDL, dan penurunan HDL.

 Hati-hati pemberian formula lemak atau tinggi


lemak baik oral, enteral, maupun parenteral
pada penderita DM yang cenderung ketosis atau
yang mengalami ketoasidosis
25
Alkohol
 Menyebabkan hipoglikemia karena tidak
bisa diubah menjadi glukosa dan
menghambat glukoneogenesis.

 Selain itu juga meningkatkan efek insulin


Vitamin dan mineral
 Defisiensi chromium berhubungan dengan
peningkatan gula darah, kolesterol dan TG
tetapi tidak berarti semua pasien DM mengalami
defisiensi chromium

 Pemberian suplemen chromium pada pasien


Intoleransi Glukose yang mendapat diet rendah
chromium menunjukkan perbaikan toleransi
glukose.

 Magnesium defisiensi berhubungan dengan


insensitivitas insulin.
 Suplementasi vitamin dan mineral dapat
dipertimbangkan bila penilaian diet tidak
adekuat.

 Pada pasien Diabetes dengan infeksi, poliuri


dan ketoasidosis, suplementasi vitamin (C&B
kompleks) dan mineral (chromium, seng dan
magnesium) sangat dianjurkan

 Vitamin E digunakan untuk melindungi terhadap


angiopati
Olahraga
 Merupakan bagian dari penatalaksanaan
DM

 OR membantu :
 Memperbaiki sensitivitas insulin
 Menurunkan faktor resiko penyakit
cardiovaskuler
 Mengontrol BB
 Menyehatkan mental
 Pada kondisi orang normal yang
melakukan OR, insulin menurun
sedangkan glukagon meningkat, shg
terjadi peningkatan penggunaan glukosa
oleh otot yang sesuai dengan peningkatan
produksi glukosa oleh hepar.
 Pada pasien DM tipe 1, respon glikemik thd OR
bervariasi tergantung kadar gula darah dan
kadar insulin saat memulai OR, intensitas dan
durasi OR, makanan yang dimakan sebelumnya
dan kondisi-kondisi lain namun yang terpenting
adalah kadar insulin sebelum dan setelah OR.

 Kadar insulin yang terlalu rendah, sedangkan


produksi glukosa dan FFA terus berlanjut
menghasilkan peningkatan gula darah dan
keton.
 Pada pasien DM tipe 2, kontrol gula darah dapat
diperbaiki dengan OR terutama karena
penurunan resistensi insulin dan peningkatan
sensitivitas insulin yang menghasilkan
peningkatan penggunaan glukosa tidak hanya
selama OR tetapi juga sesudah OR.

 Karena peningkatan sensitivitas insulin mulai


hilang 48 jam setelah OR, pengulangan OR
dalam interval reguler diperlukan untuk
menurunkan intoleransi glukosa yang
berhubungan dengan DM tipe 2.
 OR juga menurunkan efek glukagon
sehingga menurunkan output glukosa
hepar.

 Jadwal/waktu OR sangat penting pada


pasien DM tipe 2.
Masalah yang terjadi akibat OR :
 Hipoglikemia
 Aritmia, infark myocard
 Trauma/luka pada kaki, jar lunak, sendi

Anda mungkin juga menyukai