DISUSUN OLEH:
GOLONGAN I/KELOMPOK 2
ANGGOTA:
1. Adiba Citra Shaffiya Susanto
NIM 20/458464/FA/12748
2. Adibatul Hamidiyah
NIM 20/458465/FA/12749
3. Balqis Prameswari Putri
NIM 20/458472/FA/12756
4. Buthayna Ameera Avianto
NIM 20/458473/FA/12757
5. Dionisius Setyo Wibowo
NIM 20/458482/FA/12766
LUARAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi Drug-Related Problems (DRPs) pada pasien
dengan gangguan/penyakit renal.
2. Mahasiswa mampu merencanakan care plan untuk menyelesaikan Drug-Related
Problems (DRPs) pada pasien dengan gangguan/penyakit renal.
3. Mahasiswa mampu merencanakan monitoring dan evaluasi terapi obat pada pasien
dengan gangguan/penyakit renal.
4. Mahasiswa mampu merencanakan edukasi dan informasi obat pada pasien dengan
gangguan/penyakit renal.
Kasus:
Ny. Sina 64 tahun dengan berat badan 48 kg dan tinggi badan 150 cm melakukan
kunjungan rutin ke rumah sakit. Ny. Sina mengalami gagal ginjal kronis yang disebabkan
diabetes melitus yang dialami selama 10 tahun. Saat ini Ny. Sina merasakan nyeri seperti
terbakar pada kakinya dan dokter mendiagnosis neuropati.
Hasil Pemeriksaan dan riwayat medik pasien:
Fisik: Tekanan darah saat ini 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37oC.
Lab: Kadar BUN: 40 mg/dL, kadar kreatinin serum: 3,2 mg/dL, gula darah puasa 195
mg/dL, kadar kolesterol 220 mg/dL, trigliserida 250 mg/dL, LDL 160 mg/dL
Riwayat penyakit dahulu: Diabetes melitus sejak 10 tahun yang lalu.
Riwayat pengobatan: Valsartan 80 mg 1x sehari, metformin 500 mg 2x sehari, gliklazid 60
mg 1x sehari, anemolat 1x sehari, dan CaCO3 3x sehari.
Riwayat sosial: Merokok, tidak minum minuman keras.
Riwayat alergi: -
Pertanyaan:
1. Lakukan asesmen drug-related problems pada pasien tersebut dan rekomendasi
penyelesaian serta monitoring dan evaluasi menggunakan metode SOAP!
2. Rencanakan materi KIE yang akan disampaikan kepada pasien tersebut!
3. Ketika presentasi di lab: Lakukan simulasi KIE pada pasien tersebut dalam waktu
8 menit!
ASESMEN DRUG-RELATED PROBLEMS (DRPs) DAN RENCANA ASUHAN KEFARMASIAN (PHARMACEUTICAL CARE PLAN)
Masalah Medik Terapi S, O A P
Gagal Ginjal Kronis - Anemolat 1x S: - - Kadar BUN dan - Anemolat tetap diberikan sebagai suplemen asam folat
sehari O: kreatinin serum yang berfungsi untuk upaya preventif atau mengatasi
- CaCO3 3x sehari - Kadar BUN = 40 berada diatas rentang anemia yang sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik.
mg/dL normal kadar wanita - CaCO3 diberikan sebagai suplemen kalsium dan agen
- Kadar kreatinin dewasa (batas normal pengikat fosfat yang merupakan salah satu komplikasi gagal
serum = 3,2 mg/dL BUN = 8-18 mg/dL, ginjal kronik.
- Perhitungan GFR = kreatinin serum - Target: kadar BUN sebesar 8-18 mg/dL dan kadar kreatinin
14,6 mL/min/1,73 0,6-1,2 mg/dL) serum sebesar 0,6-1,2 mg/dL.
m2 (stage 5) - Pasien termasuk - Melakukan monitoring kadar BUN dan kadar kreatinin
dalam stage 5 CKD serum pada pasien sampai mencapai nilai normal, yaitu
menurut perhitungan kadar BUN sebesar 8-18 mg/dL dan kadar kreatinin serum
GFR menggunakan sebesar 0,6-1,2 mg/dL, serta monitoring kepatuhan dan
rumus MDRD. efek samping obat yang mungkin terjadi pada pasien.
- Tidak ditemukan DRP - Merekomendasikan pasien untuk melakukan terapi non
farmakologi, seperti terapi hemodialisis atau cuci darah
selama 2-3 kali dalam seminggu, mengontrol asupan
protein (0,8 g/kg/hari) dan garam (65-100 mmol/hari),
olahraga ringan dan teratur, serta berhenti merokok karena
dapat meningkatkan progresi gagal ginjal kronis.
Diabetes Mellitus - Metformin 500 mg S: - - Gula darah puasa - Merekomendasikan pada dokter untuk mengganti gliklazid
2x sehari O: berada diatas rentang dan metformin menjadi novorapid flexpen 6 unit/8 jam
- Gliklazid 60 mg 1x - Gula darah puasa = normal (batas normal karena tingginya nilai GDP pasien sehingga pengobatan
sehari 195 mg/dL GDP = 80-130 mg/dL),
hal ini menunjukkan yang diberikan tidak cukup untuk menurunkan tekanan
kondisi diabetes kadar gula darah.
pasien sudah tidak - Target: GDP sebesar 80-130 mg/dL
terkendali. - Melakukan monitoring kadar HbA1c, GDP, dan GD2PP pada
- DRP: Obat salah pasien sampai mencapai nilai normal, yaitu HbA1c sebesar
(obat kurang efektif) <7.0-7.5%, GDP sebesar 80 - 130 mg/dL, GD2PP sebesar
80-180 mg/dL (ADA, 2021), serta monitoring kepatuhan dan
efek samping obat yang mungkin terjadi pada pasien.
- Merekomendasikan terapi non farmakologi pada pasien,
seperti menjaga pola hidup sehat, mengurangi konsumsi
gula, berhenti merokok, dan olahraga teratur.
Hipertensi - Valsartan 80 mg 1x S: - - Tekanan darah pasien - Merekomendasikan kepada dokter untuk menambahkan
sehari O: berada diatas rentang obat lisinopril 5 mg 1x sehari karena pengobatan pasien
- Tekanan darah = normal (batas normal: dengan Valsartan tidak adekuat dalam menurunkan tekanan
150/90 mmHg <130/80 mmHg) darah sehingga membutuhkan kombinasi dengan obat
- DRP: Obat salah golongan ACEi
(obat kurang efektif) - Target: tekanan darah sebesar <130/80 mmHg untuk pasien
GGK dengan hipertensi. Denyut nadi normal sebesar 60-100
kali/menit (PERHI, 2021)
- Melakukan monitoring penurunan tekanan darah pasien
sampai mencapai nilai normal, yaitu tekanan darah sebesar
<130/80 mmHg untuk pasien GGK dengan hipertensi serta
monitoring kepatuhan dan efek samping obat yang mungkin
terjadi.
Neuropati Diabetik Belum diberikan S: pasien merasakan - Neuropati belum - Merekomendasikan kepada dokter untuk menambahkan
terapi nyeri seperti terbakar teratasi sehingga obat berupa Pregabalin 25 mg 1x sehari dari golongan
pada kakinya memerlukan Antikonsulvan. Dipilih obat tersebut karena merupakan obat
O: - pengobatan lebih yang aman untuk diberikan kepada pasien neuropati
lanjut diabetes dengan hipertensi untuk meredakan perasaan
- Nyeri pada kaki tidak nyaman atau nyeri pasien serta perbaikan fungsi
diduga disebabkan tubuh.
oleh tingginya kadar - Target: sampai nyeri pada pasien hilang atau setidaknya
glukosa dalam darah berkurang 50%
sehingga - Melakukan monitoring tingkat nyeri pada pasien serta
menyebabkan monitoring kepatuhan dan efek samping obat yang mungkin
kerusakan saraf. terjadi.
- DRP: Kondisi yang - Merekomendasikan pasien untuk melakukan terapi non
tidak diterapi farmakologi dengan berolahraga ringan secara teratur.
Pasien juga dapat melakukan stimulasi elektrik atau terapi
akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita.
CaCO3 3x sehari Agen pengikat fosfat Konsentrasi fosfor serum Kalsium karbonat lebih Konsentrasi kalsium harus
digunakan selain pembatasan normal pada orang dewasa murah dibandingkan kalsium dipantau dan dikoreksi sesuai
fosfor makanan untuk adalah 2,7 hingga 4,5 mg/dL asetat, namun lebih mungkin kebutuhan.
membatasi penyerapan fosfat (0,9-1,45 mmol/L) (DiPiro menyebabkan kadar kalsium Kisaran konsentrasi serum
pada GI. Agen ini dkk, 2020). serum tinggi dan efek kalsium total normal adalah
diindikasikan untuk pasien samping lain (NICE, 2021). 8,6 hingga 10,2 mg/dL
CKD dengan hiperfosfatemia (2,15-2,55 mmol/L).
progresif atau persisten Fraksi kalsium serum yang
(DiPiro dkk, 2020). tidak terikat atau terionisasi
tetap normal (kisaran normal,
SIMULASI KIE
Keterangan: Pasien (P); Apoteker (A)
A: “Pasien atas nama Ibu Sina.”
P: “Saya.” *pasien menghampiri apoteker di konter*
A: “Boleh konfirmasi umurnya ibu?”
P: “64 tahun.”
A: “Baik Ibu Sina. Sebelumnya boleh saya meminta waktunya sekitar 5 menit untuk
melakukan konseling mengenai obat yang diresepkan oleh dokter?”
P: “Oh iya. Boleh, mas.”
A: “Baik Ibu Sina. Mari.” *apoteker mengajak pasien menuju ruang konseling*
A: “Sebelumnya perkenalkan, saya x selaku apoteker yang bertugas pada hari ini. Ibu
baru saja selesai kunjungan ke dokter z ya, Ibu Sina?”
P: “Iya, mas.”
A: “Apakah dokter sempat menyampaikan tentang obat yang akan Ibu terima?”
P: “Tidak sih, mas. Tadi tidak menyinggung tentang obat-obatan sama sekali.”
A: “Berarti untuk cara pemakaian obat dan hasil yang diharapkan setelah menerima
terapi obat juga belum disampaikan ya, Ibu Sina?”
P: “Belum, mas.”
A: “Baik, bu. Tidak apa-apa karena saya akan membantu menjelaskan beberapa hal yang
penting untuk ibu ketahui. Ini total ada enam jenis obat yang telah diresepkan oleh
dokter ya, Ibu Sina. Berdasarkan hasil pengecekan, ternyata tekanan darah Ibu Sina
cukup tinggi, bu. Untuk itu, dokter meresepkan dua jenis obat untuk membantu
menurunkan tekanan darah Ibu Sina. Pertama ada obat yang namanya Valsartan 80 mg.
Ibu Sina minum Valsartan sebanyak 1 kali sehari sesudah makan ya, bu. Yang satu lagi
namanya Lisinopril 5 mg. Obat ini juga diminum sebanyak 1 kali sehari sesudah makan
ya, bu. Akan tetapi, dianjurkan untuk tidak mengonsumsi kedua obat ini secara
bersamaan. Jadi, apabila di pagi hari sudah mengonsumsi Valsartan, Lisinopril sebaiknya
dikonsumsi siang harinya, Ibu Sina. Hal ini bertujuan untuk menghindari tekanan darah
Ibu Sina menurun drastis.”
P: “Oh, berarti saya minumnya satu macam saja dari kedua jenis obat ini setiap setelah
makan ya, mas?”
A: “Betul, ibu. Selanjutnya adalah obat untuk mengendalikan penyakit gula Ibu Sina.
Dokter meresepkan obat yang bernama Novorapid Insulin Flexpen, bu. Penggunaan obat
ini cukup unik, bu. (apoteker sambil mendemonstrasikan setiap langkahnya) Pertama kali
yang ibu harus lakukan sebelum menggunakan obat ini adalah mencuci tangan Ibu Sina
terlebih dahulu. Setelah itu, dibuka penutup insulin flexpen dan cek penampilan
cairannya, apakah jernih dan tidak menggumpal. Jika menggumpal, dapat diputar-putar
secara perlahan sampai gumpalan hilang. Diambil jarum, dibuka kertas pembungkusnya,
lalu dipasang pada flexpen. DIbuka tutup jarum yang telah terpasang pada flexpen.
Diatur tombol pengatur dosis pada ujung pen hingga menunjukkan angka 6, sesuai yang
diperintahkan oleh dokter. Siapkan bagian tubuh yang akan disuntikkan, pastikan dalam
posisi nyaman, cubit lalu usap kapas alkohol pada bagian tubuh yang akan disuntik.
Penyuntikan dapat dilakukan pada bagian perut, lengan, paha, atau bokong. Namun,
tidak dianjurkan untuk menyuntik pada lokasi yang sama secara terus-menerus ya, bu.
Jadi, sebisa mungkin lokasi penyuntikan berbeda setiap penggunaan. Apabila sudah siap,
suntikkan jarum secara tegak lurus dengan tubuh, gunakan ibu jari untuk menekan
tombol dosis sampai berhenti yang ditandakan klep dosis kembali menunjukkan angka
nol. Didiamkan selama 5-10 detik untuk memastikan obat benar-benar masuk dan
mencegah keluarnya insulin dari lokasi penyuntikkan. Tarik perlahan-lahan jarum dari
tempat penyuntikkan, lalu usap kembali secara perlahan-lahan menggunakan kapas
alkohol yang baru. Jarum ditutup kembali lalu diputar untuk melepaskannya dari flexpen.
Jarum ini hanya boleh digunakan satu kali ya, bu. Jadi, setiap setelah pemakaian, jarum
dibengkokkan sampai tumpul atau rusak, dibungkus pada wadah atau pembungkus yang
aman, dan dibuang pada tempat sampah. Simpan kembali insulin pen pada tempat yang
aman dan stabil pada suhu ruang. Jangan lupa untuk mencuci tangan kembali setelah
selesai menggunakan insulin pen.
P: “Wah, lumayan rumit ya, mas.”
A: “Betul, tetapi lama-lama bisa terbiasa kok, bu. Untuk penggunaan flexpen ini 3 kali
sehari dan disuntikkan 15 menit sebelum makan, ya, bu.”
P: “Baik, mas. Ada obat yang lain lagi, mas?”
A: “Ada, bu. Obat selanjutnya adalah anemolat. Ini merupakan suplemen asam folat yang
berperan mencegah memperburuknya kondisi Ibu Sina. Dikonsumsi satu kali sehari saja
ya, bu.”
P: “Dikonsumsinya sebelum atau sesudah makan, mas?”
A: “Untuk obat anemolat dikonsumsi pada saat perut kosong 30 hingga 60 menit
sebelum makan ya, bu.”
P: “Baik, mas.”
A: “Betul, Ibu Sina. Selain itu, dokter juga memberikan obat yang bernama kalsium
karbonat. Ini juga obat untuk mencegah memperburuknya kondisi Ibu Sina.
Dikonsumsinya juga satu kali sehari saja ya, bu. Kalau ini bisa dikonsumsi sebelum
maupun sesudah makan.”
P: “Baik, mas”
A: “Ini adalah obat terakhir, bu. Namanya pregabalin 25 mg yang berguna untuk
mengurangi rasa nyeri yang Ibu Sina rasakan pada kaki ibu. Obat ini dikonsumsi satu kali
sehari, bisa sebelum maupun sesudah makan.
P: “Siap, mas.”
A: “Cukup sekian untuk penyampaian penggunaan obatnya. Apakah ada pertanyaan yang
ingin Ibu Sina tanyakan?”
P: “Tidak ada sih, mas. Sudah cukup jelas.”
A: “Baik, kalau begitu, bu. Apakah Ibu Sina bisa menjelaskan kembali apa yang telah saya
sampaikan?”
P: “Obat yang saya terima ada 6 macam. 2 di antaranya untuk tekanan darah saya. Satu
namanya valsartan dan minumnya 1 kali sehari. Satu lagi namanya lisinopril dan diminum
1 kali sehari juga, tetapi tidak boleh bersamaan minumnya dengan valsartan. Terus, ada
flexpen untuk penyakit gula. Caranya disuntikkan dibagian perut, paha, atau bisa juga di
bokong. Disuntik setiap 15 menit sebelum mau makan sebanyak 6 digit 3 kali sehari.
Lanjut, ada anemolat sebagai suplemen dan diminum 1 kali sehari saat perut kosong 30
hingga 60 menit sebelum makan. Ada juga kalsium karbonat ya, mas? Nah, itu diminum
satu kali sehari juga. Terakhir ada obat untuk nyeri kaki saya tapi saya lupa namanya,
hehe. Kalau tidak salah, diminum satu kali sehari juga.”
A: “Betul, Ibu Sina. Obat yang untuk nyeri namanya pregabalin, bu, dan bisa diminum
sebelum maupun sesudah makan ya, bu.”
P: “Oh iya, pregabalin.”
A: “Ini untuk obatnya saya serahkan ya, bu. Apabila di kemudian hari ada pertanyaan
seputar obat-obat yang telah ibu dapatkan, bisa hubungi saya di nomor ini” (apoteker
memberi kartu nama)
P: “Baik, mas. Terima kasih banyak.”
A: “Terima kasih kembali, Ibu Sina. Semoga lekas sembuh.”
Dilakukan monitoring kadar GDP, GDS, GD2PP dan HbA1c (rentang normal:
GDS <200 mg/dL; GDP 80 - 110 mg/dL; GD2PP < 180 mg/dL; dan HbA1C
<7%). Perlu dilakukan kontrol rutin ke dokter setidaknya 3 bulan sekali.
Dilakukan monitoring efek samping berupa hipoglikemi dan alergi.
d. Neuropati Diabetik
1. Pregabalin 25 mg 1x sehari
Dilakukan monitoring gejala yang dirasakan pasien. Apabila dalam 4-6
minggu belum ada perubahan gejala maka dapat langsung dikonsultasikan
kepada dokter. Dilakukan monitoring efek samping obat berupa depresi
sistem saraf pusat dan pernapasan, gangguan penglihatan, dan peningkatan
berat badan.
e. Hiperlipidemia
Dilakukan monitoring kadar Kolesterol Total, LDL, HDL, dan Trigliserida (rentang
normal: Kolesterol Total <200 mg/dL; LDL <100 mg/dL; HDL ≥60 mg/dL; dan
Trigliserida <150 mg/dL) secara rutin.
KESIMPULAN
1. Rekomendasi terapi farmakologi yang diberikan yaitu untuk diagnosis gagal ginjal
kronis diberikan anemolat 1x sehari dan CaCO3 3x sehari, untuk diagnosis
diabetes melitus diberikan novorapid flexpen 6 unit/8 jam, untuk diagnosis
hipertensi diberikan valsartan 80 mg 1x sehari dan lisinopril 5 mg 1x sehari, serta
untuk diagnosis neuropati diabetik diberikan pregabalin 25 mg 1x sehari.
2. Monitoring yang perlu dilakukan yaitu monitoring kadar BUN dan kadar kreatinin
serum untuk gagal ginjal kronis, monitoring kadar HbA1c, GDP, dan GD2PP untuk
diabetes melitus, monitoring tekanan darah untuk hipertensi, monitoring kadar
kolesterol, kadar trigliserida, dan kadar LDL untuk hiperlipidemia, monitoring
tingkat nyeri untuk neuropati diabetik, serta monitoring kepatuhan dan efek
samping obat yang mungkin terjadi secara keseluruhan.
3. Selain terapi farmakologi, direkomendasikan pula terapi non farmakologi untuk
pasien, seperti terapi hemodialisis, menjaga pola hidup sehat, melakukan
olahraga ringan secara teratur, berhenti merokok, mengurangi konsumsi gula,
mengontrol asupan garam dan protein, meningkatkan konsumsi buah dan sayur,
mengurangi konsumsi makanan yang digoreng, serta melakukan simulasi elektrik
atau terapi akupuntur.
DAFTAR PUSTAKA
ADA, 2021, Standar Of Medical Care In Diabetes 2021, Edisi ke-1, American Diabetes
Association, Amerika Serikat.
Athiah, M., Safyudin, S., Amalia, E., Saleh, I., Hermansyah, H., Gunarti, D.R., 2022, Asam
Folat: Peran dalam Metabolisme dan Metode Pemeriksaan, Majalah Kedokteran
Andalas, vol. 45, no. 1.
DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L. and Ellingrod, V. L., 2020, Pharmacotherapy: A
Pathophysiologic Approach, Edisi ke-11, McGraw Hill, Amerika Serikat.
JNC-7, 2003, The Seventh Report of the Joint National Committee on prevention,
detection, evaluation, and treatment of high blood pressure, Hypertension
Guidelines, AM J Manage Care.
Johns Hopkins Medicine, 2023, Vital Signs (Body Temperature, Pulse Rate, Respiration
Rate, Blood Pressure), tersedia pada laman
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/vital-signs-bod
y-temperature-pulse-rate-respiration-rate-blood-pressure, diakses pada tanggal 3
September 2023, pukul 18.40 WIB.
Lexicomp®, 2023, Folic Acid (Lexi-Drugs), tersedia pada laman
https://online.lexi.com/lco/action/doc/retrieve/docid/patch_f/6943?cesid=5oXiwz
Z9MX6&searchUrl=%2Flco%2Faction%2Fsearch%3Fq%3Dfolic%2Bacid%26t%3Dna
***