Oleh :
OLEH:
KELOMPOK 1
JT, 55 tahun, seorang wanita didiagnosis hipertensi. Tinggi JT 165 cm dan beratnya 72
kg, dengan indeks massa tubuh (BMI) 26,6 kg/m 2. JT tidak merokok, tidak minum alkohol, dan
melakukan latihan fisik sekitar seminggu sekali. Pengujian fisik menunjukkan hasil normal.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : JT
Umur : 55 tahun
BB : 72 kg
TB : 165 cm
IMT : 26,6 kg/m2
II. SUBJECTIVE
2.1. Keluhan Utama
-
IV. ASSESSMENT
OBAT DOSIS RUTE
- - -
- - -
- - -
V. DRP
PROBLEM S/O TERAPI DRP CARE PLAN
MEDIK
Hipertensi TD: 165/86mmHg - Indikasi tidak Rekomendasi:
stage II tertangani Kombinasi ARB+diuretic
Gagal Ginjal Serum kreatinin: - Indikasi tidak Losartan 1x 50mg dan
Akut 1,5 mg/dl - tertangani furosemid 2x 40mg
Urinalisis Indikasi tidak Monitoring :
(+)
Mikroalbuminuria tertangani Tekanan darah terkontrol
HIPERTENSI STAGE II
1. SUBJECTIVE/OBJECTIVE
- Tekanan darah 165/86 mmHg
2. TERAPI
-
3. DRP
- Indikasi tidak tertangani
4. PLAN
4.1 REKOMENDASI TERAPI
- Losartan 1x 50mg
- furosemid 2x 40mg
4.2 MONITORING
- Tekanan darah terkonntrol
4.3 TERAPI NON FARMAKOLOGI
- Hindari stress
- Diet kaya buah dan sayur
- Hindari konsumsi alcohol dan rokok
- Diet rendah garam
- Olahraga teratur
5. EBM
a. Angiotensin II digenerasikan oleh jalur rennin – angiotensin (termasuk ACE) dan
jalur alternative yang digunakan untuk enzim lain seperti chymases. Inhibitor ACE
hanya menutup jalur rennin – angiotensin, ARB menahan langsung reseptor
angiotensin tipe I (AT1), reseptor yang memperantarai efek angiotensi II
(vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormone
antidiuretik, dan konstriksi arteriol eferen glomerulus).
(sumber : ISO Farmakoterapi hal 124)
b. ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin. Hal ini tidak memberika efek samping
batuk.
(sumber : ISO Farmakoterapi hal 124)
c. Penderita diabetes dan hiertensi seharusnya mendapatkan pengobatan yang
mengandung ACEI atau ARB. Kedua kelompok ini menyebabkan nefroproteksi dan
mengurangi resiko kardiovaskular.
(sumber : ISO Farmakoterapi hal 130)
d. ARB menurunkan tekanan darah juga dan juga mengurangi tekanan intraglomerular
yang lebih lanjut dapat dapat menurunkan fungsi ginjal.
(sumber : ISO Farmakoterapi hal 130)
SOAP II
1. SUBJECTIVE/OBJECTIVE
- Serum kreatinin: 1,5 mg/dl
- Urinalisa (+)mikroalbuminuria
2. TERAPI
- Tidak ada
3. DRP
- Indikasi tidak tertangani
4. PLAN
4.1 REKOMENDASI TERAPI
a. Furosemid 2 x 40mg
4.2 MONITORING
- Meningkatkan outcome
4.3 TERAPI NON FARMAKOLOGI
- Istirahat cukup
- Menejemen cairan dan elektrolit
5. EBM
a. Salah satu terapi farmakologi yang diberikan pada pasien penyakit ginjal adalah loop
diuretic. Furosemid merupakan obat golongan loop diuretic yang berpotensi tinggi
yang banyak digunakan pada pasien dengan kondisi hipervolemik, (kitsios et al.,
2014)
(sumber : Robiatul Ainiyah. Skripsi : Studi Penggunaan Terapi Furosemid pada
Pasien Penyakit Ginjal. 2016)
SOAP III
DIABETES MELITUS TIPE II
1. SUBJECTIVE /OBJETIVE
- Glukosa darah puasa 124 mg/dL
2. TERAPI
- Tidak ada
3. DRP
- Indikasi tidak tertangani
4. PLAN
4.1 REKOMENDASI TERAPI
- Metformin 3 x 500 mg
4.2 MONITORING
- Kadar gula darah terkontrol
4.3 TERAPI NON FARMAKOLOGI
- Diet rendah karbohidrat
- Istirahat cukup
- Diet tinggi serat
- Olahraga teratur
- Makan sedikit tapi sering
5. EBM
a. Metformin adalah terapi yang diberikan pada penderita diabetes tipe 2 yang
kadarglukosa darahnya tidak terkontrol engan diet dan aktivitas fisik.
(ISO Vol 5, tahun 2016)
b. Biguanid (metformin) dapat menigkatkat penggunaan glukosa di jaringan.
( ISO Farmakoterapi hal 33)
SOAP IV
DISLIPIDEMIA
1. SUBJEK /OBJEK
- Kolesterol Total : 200 mg / dL (5,18 mmol/L),
- Kolesterol HDL : 40 mg / dL (1,04 mmol/L),
- Trigliserida : 200 mg / dL (2,26 mmol / L), dan
- Kolesterol LDL :120 mg / dL (3,11 mmol/L).
2. TERAPI
- Tidak ada
3. DRP
- Indikasi tidak tertangani
4. PLAN
4.1 REKOMENDASI TERAPI
Simvastatin 1 x 5mg pa
4.2 MONITORING
-
4.3 TERAPI NON FARMAKOLOGI
- Intervensi gaya hidup : kurangi asupan lemak jenuh, tingkatkan asupan serat,
kurangi asupan karbohidrat, rajin berolah raga, kurangi berat badan.
5. EBM
a. Statin (inhibitor HMG – CoA reduktase) efektif menurunkan kolesterol LDL,
Trigliserida, dan meningkatkan kolesterol HDL. Bekerja dengan menghambat
kerja HMG – CoA reduktase. Statin merupakan obat pilihan penurun konsentrasi
kolesterol LDL dan digunakan sampai dosis terbesar yang dapat ditoleransi untuk
mencapai target konsentrasi kolesterol LDL.
(sumber : PERKI. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia, 2013)
DAFTAR PUSTAKA
- Yulinah Sukandar, Elin, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI : Jakarta
- Anonym. 2016. Informasi Spesialis Obat Indonesia Volume 5. PT. ISFI : Jakarta
- PERKI Edisi 1. 2013. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Centra Communications:
Versi Online: http://jki.or.id
- Kandarini, Yenny. Jurnal Tata Laksana Farmakologi Terapi Hipertensi. SMF Ilmu
Penyakit Dalam FK Unud /RSUP Sanglah : Denpasar