Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

INFEKSI DAERAH OPERASI (IDO)


DI RUANG KUTILANG LANTAI 1 RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktek Klinik Lapangan di IPCN


RSUP DR. Kariadi Semarang

Oleh:
AGNI JAYANTI NIM. P1337420819004
DWI NOPITA SARI NIM. P1337420818030

PRODI MAGISTER TERAPAN KEPERAWATAN


PROGRAM PASCASARJANA
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1

B. Tujuan Umum.........................................................................................2

C. Tujuan Khusus.........................................................................................2

BAB II PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI


NOSOKOMIAL.......................................................................................................3

A. Pengertian dan Peran IPCN.....................................................................3

1. Pengertian........................................................................................3

2. Peran................................................................................................3

B. Pengkajian...............................................................................................4

C. Masalah....................................................................................................6

D. Perencanaan.............................................................................................6

E. Implementasi...........................................................................................6

F. Evaluasi...................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................8

A. Infeksi Daerah Operasi............................................................................8

1. Pengertian........................................................................................8

2. Penyebab..........................................................................................8

3. Bundel IDO.....................................................................................8

4. Perhitungan....................................................................................11

i
5. Kriteria IDO...................................................................................11

6. Pembahasan fenomena lapangan...................................................14

B. Inovasi Keperawatan.............................................................................14

C. PPI.........................................................................................................15

1. Pencegahan Infeksi Sebelum Operasi (Pra Bedah).......................15

2. Pencegahan Infeksi Selama Operasi..............................................18

3. Pencegahan Infeksi Setelah Operasi..............................................20

BAB IV penutup....................................................................................................22

A. Kesimpulan............................................................................................22

B. Saran......................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23

ii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah global termasuk di Indonesia. 1
Gambaran Angka HAIs di rumah sakit Amerika Serikat mencapai 722.000 di
unit perawatan akut dan 75.000 pasien dengan HAIs meninggal ketika dirawat
di rumah sakit.2 Jenis infeksi yang paling sering terjadi rumah sakit adalah
Ventilator Associate Pneumonia (VAP), Infeksi Aliran Darah Pusat (IADP),
Infeksi Saluran Kemih (ISK), dan Infeksi Daerah Operasi (IDO).3
Kejadian infeksi nosokomial di sepuluh RS Indonesia tahun 2010
cukup tinggi yaitu 6-16% dengan rata-rata 9,8%. Infeksi nosokomial paling
umum terjadi adalah infeksi daerah operasi (IDO). Hasil penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa angka kejadian IDO pada RS di Indonesia bervariasi
antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan.1 Risiko terjadinya IDO
akan meningkat tergantung dari jumlah bakteri yang memasuki daerah
operasi, virulensi dari bakteri, dan resistensi dari host. Berbagai faktor risiko
berpotensi untuk terjadinya kolonisasi bakteri, diantaranya adalah usia, jenis
kelamin, ras, status kesehatan, penyakit kronik, diabetes, lama perawatan,
penggunaan antibiotik, merokok, status imunologi, hygiene.4
Angka kejadian HAIs di rumah sakit adalah indikator mutu
pelayanan rumah sakit, tingginya angka akan mengindikasikan rendahnya
kualitas mutu pelayanan. HAIs dapat dicegah dengan menerapkan program
PPI bundles care yang salah satunya ditujukan untuk mencegah terjadinya
IDO. Beberapa penelitian memaparkan dampak positif dari penerapan bundles
care adalah dapat menurunkan angka kematian, biaya perawatan dan lama
rawatan.2,3
Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan Ruang
Kutilang Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang, tidak ditemukan adanya
kejadian IDO selama bulan Desember. Dimana ruangan tersebut adalah

1
bangsal bedah dengan kapasitas 30 tempat tidur. Hal ini menandakan perawat
telah mematuhi kaidah PPI dalam merawat pasien baik pre dan post operasi.
Sehingga akan dibahas lebih lanjut mengenai manajemen HAIs IDO yang ada
di Ruang Kutilang Lantai 1 RSUP DR. Kariadi Semarang.

B. Tujuan Umum
Menganalisis infeksi daerah operasi (IDO) di Ruang Kutilang Lantai 1 RSUP
Dr. Kariadi Semarang.

C. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dan peran IPCN.
2. Menganalisis pengkajian, masalah, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi terkait fenomena IDO dilapangan.
3. Menganalisis inovasi keperawatan untuk infeksi daerah operasi di Ruang
Kutilang Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2
BAB II PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI NOSOKOMIAL

PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN INFEKSI NOSOKOMIAL

A. Pengertian dan Peran IPCN


1. Pengertian
IPCN (Infection Prevention Control Nurse) atau Perawat
pencegah dan pengendali infeksi adalah tenaga perawat
praktisi/professional yang bekerja purna waktu dan khusus dibidang
infeksi atau berhubungan dengan infeksi terkait dengan pelayanan
kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.5
IPCN adalah perawat yang ditugaskan dalam komite PPI yang
bekerja purna waktu dengan perbandingan 100 tempat tidur minimal
satu IPCN.6

2. Peran
Peran dan fungsi IPCN Praktisi klinik yang tugasnya
mengunjungi area klinik antara 3 lain mengkaji status pasien,
mengobservasi adanya tanda dan gejala infeksi, memberikan saran
kepada staf sehubungan dengan adanya tanda dan gejala infeksi,
menganjurkan melakukan teknik yang benar dalam rangka mencegah
infeksi.7
Sesuai dengan Permenkes No 27 tahun 2017, perawat IPCN
memiliki peran sebagai berikut:3
a. Melakukan kunjungan kepada pasien yang berisiko di ruangan
setiap hari untuk mengidentifikasi kejadian infeksi pada pasien di
baik rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
b. Memonitor pelaksanaaan program PPI, kepatuhan penerapan SPO
dan memberikan saran perbaikan bila diperlukan.
c. Melaksanakan surveilans infeksi dan melaporkan kepada
Komite/Tim PPI.

3
d. Turut serta melakukan kegiatan mendeteksi dan investigasi KLB.
e. Memantau petugas kesehatan yang terpajan bahan infeksius/
tertusuk bahan tajam bekas pakai untuk mencegah penularan
infeksi.
f. Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan isolasi dan
memberikan konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus
tertentu yangterjadi di fasyankes.
g. Melakukan audit PPI di seluruh wilayah fasyankes dengan
menggunakan daftar tilik.
h. Memonitor pelaksanaan pedoman penggunaan antibiotika bersama
Komite/Tim PPRA.
i. Mendesain, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan
melaporkan surveilans infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan bersama Komite / Tim PPI.
j. Memberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI.
k. Memberikan saran desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan
prinsip PPI.
l. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit
tentang PPI.
m. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pasien,
keluarga dan pengunjung tentang topik infeksi yang sedang
berkembang (New-emerging dan reemerging) atau infeksi dengan
insiden tinggi.
n. Sebagai koordinator antar departemen/unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi dirumah sakit.
o. Memonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re-
use.

B. Pengkajian
Pengkajian dilakukan di Ruang Kutilang Lantai 1 RSUP Dr.
Kariadi Semarang pada tanggal 28 Desember 2020, diketahui jika selama

4
sebulan terakhir tidak ditemukan kejadian infeksi daerah operasi. Ruang
Kutilang Lantai 1 adalah bangsal bedah dengan kapasitas 38 tempat tidur
dan saat ini terisi oleh 21 pasien dengan 9 pasien pre operasi, 4 pasien post
operasi, 1 pasien radiofrekuensi dan 7 pasien dengan rencana operasi.
Terdapat 9 pasien pre-operasi pada 28 Des 2020 dengan jenis
operasi bersih 4 pasien (kraniotomi, vitrektomi, ERCP), bersih
terkontaminasi 3 pasien (SOU FS, urethroplasty, TURP), terkontaminasi 1
pasien (aff tampon Ca Sinonasal), dan operasi kotor 1 pasien (tutup defek
ulkus granulosum). Kepala ruang mengatakan sebelum dilakukan tindakan
operasi, seluruh pasien telah dipersiapkan sesuai dengan kriteria yang
tercantum dalam assesmen keperawatan pasien pra operasi.
Sedangkan pada 4 pasien post operasi didapatkan data seperti berikut:
No Nama pasien Jenis operasi Klasifikasi LOS Tanda infeksi
1 Tn. R (49 th) Odontektomy Bersih 3 Tidak ada
(post op hari ke 1)
2 Ny. P (37 th) Mastektomi dextra Bersih 7 Tidak ada
(post op hari ke 6)
3 Tn. F (34 th) Radikal kuretase Bersih 3 Leukosit:
dan odontektomy 11.4x103/uL
(post op hari ke 2)
4 Ny. J (49 th) Mastektomi dextra Bersih 8 Tidak ada
(post op hari ke 7)

Dari data diatas diketahui 1 dari 4 pasien menunjukkan kadar leukosit


yang tinggi. Berikut adalah data dari pasien tersebut:

1. Nama : Tn. F
2. Usia : 34 th)
3. Alamat : Boyolali
4. Tgl MRS : 25 Desember 2020
5. No. RM : C838XXX
6. Dx Medis : Ameloblastoma
7. Alasan masuk:

5
Pasien masuk RSUP Dr. Kariadi pada tanggal 25 Desember 2020
dengan program fastrect ameloblastoma untuk menjalani reseksi
mandibula pada 26 Desember 2020. Sebelumnya pasien telah
dilakukan excisi di RS Boyolali pada Oktober 2020.
8. Riwayat saat ini:
Pasien mengeluh luka operasinya terasa nyeri, nyeri hilang timbul,
nyeri yang dirasakan sedang, muncul saat membuka mulut, dan saat
makan hanya dapat menggunakan sendok kecil. Terdapat
pembengkakan pada rahang kiri pada daerah bekas operasi. Suhu
badan pasien 36,5oC. Luka tidak bau. Pasien telah dilakukan ganti
balut dan aff tampon pada pagi ini 28 Des 2020. Luka pasien tidak
mengeluarkan pus. Hari ini pasien direncanakan pulang.
9. Laboratorium:
Hasil pemeriksaan darah
Tanggal 25 Des 20: Leukosit 8.7 x 103/uL (normal) (RS Boyolali)
Tanggal 27 Des 20: Leukosit 11.4 x 103/uL (tinggi) (RSUP Dr.
Kariadi)
(Nilai normal: 3.8-10.6 103/uL).

C. Masalah
Berdasarkan pengkajian, diketahui jika:
1. Terdapat 1 pasien dengan kadar leukosit yang meningkat setelah
dilakukan operasi pada 26 Desember 2020.
2. Perlu diketahuinya tentang penerapan tindakan PPI dan bundel IDO di
Ruang Kutilang Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

D. Perencanaan
Rencana yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan analisis masalah pasien terkait dengan infeksi daerah
operasi.

6
2. Melakukan analisis tentang penerapan tindakan PPI dan bundel IDO di
Ruang Kutilang Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang.

E. Implementasi
Implementasi dilakukan dengan cara:
1. Mengkaji keadaan pasien.
2. Mengidentifikasi pelaksanaan bundel infeksi daerah operasi pada
pasien dan perawat.
3. Menganalisis keadaan pasien berdasarkan kajian teoritis.
4. Melakukan kontrol risiko.

F. Evaluasi
Keberhasilan tindakan diketahui dengan:
1. Pasien mengerti tanda dan gejala terjadinya infeksi.
2. Pasien mengerti tentang perawatan luka post operasinya.
3. Terdapat relevansi antara ketentuan tindakan PPI dan bundel di RSUP
Dr. Kariadi dengan Permenkes No. 27 tahun 2017.

7
BAB III PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

A. Infeksi Daerah Operasi


1. Pengertian
Infeksi daerah operasi (IDO) atau Surgical Site Infection
(SSI) adalah infeksi yang terjadi pada luka yang ditimbulkan oleh
prosedure pembedahan invasive.8 Proses infeksi luka sangat
kompleks dan melibatkan interaksi antara beberapa jalur biologis
pada tingkat molekuler.9

2. Penyebab
Menurut Permenkes No 27 tahun 2017, infeksi daerah operasi
dapat dibedakan menjadi:
a. Endogenous
Bersumber dari patogen flora endogenous kulit pasien dan
membrane mukosa. Bila membrane mukosa atau kulit di insisi,
jaringan tereksposur risiko dengan flora endogenous.
b. Exogenous
Sumber:
1) Tim bedah
2) Lingkungan ruang operasi
3) Peralatan, instrument, dan alat kesehatan
4) Kolonisasi mikroorganisme
5) Daya tahan tubuh lemah
6) Lama rawat inap pra bedah

3. Bundel IDO
Pencegahan dan pengendalian infeksi daerah operasi, dapat
dilakukan dengan cara melaksanakan tindakan PPI dan bundles
IDO. Hasil pengkajian menunjukkan jika terdapat relevansi antara

8
bundles IDO di rumah sakit dengan Permenkes No. 27 tahun 2017.
Berikut adalah masing-masing bundles tersebut:
a. Bundles IDO menurut Permenkes No. 27 tahun 2017
Pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan
cara:
1) Pencukuran rambut, dilakukan jika mengganggu jalannya
operasi dan dilakukan sesegera mungkin sebelum tindakan
operasi.
2) Antibiotika profilaksis, diberikan satu jam sebelum
tindakan operasi dan sesuai dengan empirik.
3) Temperatur tubuh, harus dalam kondisi normal.
4) Kadar gula darah, pertahankan kadar gula darah normal.

9
b. Bundles IDO RSUP Dr. Kariadi Semarang

FORMULIR PEMANTAUAN KEPATUHAN BUNDEL PENCEGAHAN INFEKSI


DAERAH OPERASI / IDO RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Diagnosa : ……………………… Nama : ……………………..


Tindakan : ……………………… No. RM : ……………………..
Tanggal op : ……………………… Ruang : ……………………..
Kamar Operasi: …… Operasi ke MRS : ……………………..
……
Jam mulai : …….. Jam Selesai ….
Operator : ………………………
Anestesi : ………………………
Instrument : ……………………… (Diisi oleh petugas ruangan/ tempat stiker
identitas pasien)
(Diisi petugas IBS)
KEPATUHAN BUNDLE URAIAN
Lama rawat sebelum operasi
Hyegiene/sanitasi sebelum operasi Mandi / keramas
 YA  TIDAK
Cukur  YA  TIDAK
Jika YA, dilakukan di :
 IBS  RUANGAN
Dilakukan sebelum insisi :
 ≤ 30 menit  ≥ 31 menit
Antibiotik Profilaksis  YA  TIDAK
Jika YA, dilakukan di :
 IBS  RUANGAN
Nama antibiotik :

Dosis antibiotik :

Waktu diberikan sebelum insisi :


 ≤ 29 menit  30-60 menit  ≥ 61 menit
Suhu Tubuh  Hipotermi  Normal
 Hipertermi
Gula Darah  ≤ 179 mg/dl  180-200  ≥ 201 menit
mg/dl
Volume Perdarahan  ≤ 500 cc  > 500 cc
Pintu Kamar Operasi  Tertutup  Terbuka

10
11
4. Perhitungan
Pemantauan IDO dilakukan untuk meningkatkan patient
safety, sebagai indikator penilaian direktur utama, merupakan
indikator standar akreditasi nasional dan internasional, serta rumah
sakit sebagai pusat rujukan pendidikan dan pelayanan.3
Semua operasi yang termasuk dalam target prosedur
operasi harus diikuti dan dipantau untuk mencermati infeksi IDO
daerah superfisial, dalam/deep, dan organ/rongga. Surveillance
dilakukan pada jenis operasi bersih dan bersih tercemar.
Pemantauan IDO memerlukan pengawasan aktif, berbasis pasien
yang prospektif, termasuk peninjauan rekam medis, dan kunjungan
ke ruang perawatan pasien. Pasien harus ditindak lanjuti selama 30
atau 90 hari paska operasi.3,10
Target capaian yang harus dipenuhi adalah 2%. Penilaian
dan pelaporan kejadian IDO dilakukan setiap bulan dan
penyebaran hasil capaian dilakukan setiap 3 bulan ke unit kerja dan
direksi. Analisis angka kejadian IDO dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut:3,10,11
Jumlah kasus IDO
Incidence Rate IDO = X 100
Jumlah kasus operasi

5. Kriteria IDO
Permenkes No. 27 tahun 2017 membuat kriterisa IDO sebagai
berikut:
a. Infeksi Daerah Operasi Superfisial
Infeksi daerah operasi superfisial harus memenuhi paling
sedikit satu kriteria berikut ini:

12
1) Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu 30 hari
pasca bedah dan hanya meliputi kulit, subkutan atau
jaringan lain diatas fascia.
2) Terdapat paling sedikit satu keadaan berikut:
a) Pus keluar dari luka operasi atau drain yang dipasang
diatas fascia
b) Biakan positif dari cairan yang keluar dari luka atau
jaringan yang diambil secara aseptic
c) Terdapat tanda–tanda peradangan (paling sedikit
terdapat satu dari tanda-tanda infeksi berikut: nyeri,
bengkak lokal, kemerahan dan hangat lokal), kecuali
jika hasil biakan negatif.
d) Dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi.
b. Infeksi Daerah Operasi Profunda/Deep Incisional
Infeksi daerah operasi profunda harus memenuhi paling sedikit
satu kriteria berikut ini:
1) Infeksi yang terjadi pada daerah insisi dalam waktu 30 hari
pasca bedah atau sampai satu tahun pasca bedah (bila ada
implant berupa non-human derived implant yang dipasang
permanan) dan meliputi jaringan lunak yang dalam (misal
lapisan fascia dan otot) dari insisi.
2) Terdapat paling sedikit satu keadaan berikut:
a) Pus keluar dari luka insisi dalam tetapi bukan berasal
dari komponen organ/rongga dari daerah pembedahan.
b) Insisi dalam secara spontan mengalami dehisens atau
dengan sengaja dibuka oleh ahli bedah bila pasien
mempunyai paling sedikit satu dari tanda-tanda atau
gejala-gejala berikut: demam (> 38ºC) atau nyeri lokal,
terkecuali biakan insisi negatif.
c) Ditemukan abses atau bukti lain adanya infeksi yang
mengenai insisi dalam pada pemeriksaan langsung,

13
waktu pembedahan ulang, atau dengan pemeriksaan
histopatologis atau radiologis.
d) Dokter yang menangani menyatakan terjadi infeksi.

c. Infeksi Daerah Operasi Organ/Rongga


Infeksi daerah operasi organ/rongga memiliki kriteria sebagai
berikut:
1) Infeksi timbul dalam waktu 30 hari setelah prosedur
pembedahan, bila tidak dipasang implant atau dalam waktu
satu tahun bila dipasang implant dan infeksi tampaknya ada
hubungannya dengan prosedur pembedahan.
2) Infeksi tidak mengenai bagian tubuh manapun, kecuali
insisi kulit, fascia atau lapisan lapisan otot yang dibuka atau
dimanipulasi selama prosedur pembedahan.

Pasien paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut:

1) Drainase purulen dari drain yang dipasang melalui luka


tusuk ke dalam organ/rongga.
2) Diisolasi kuman dari biakan yang diambil secara
aseptik dari cairan atau jaringan dari dalam organ atau
rongga:
a) Abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai
organ/rongga yang ditemukan pada pemeriksaan
langsung waktu pembedahan ulang atau dengan
pemeriksaan histopatologis atau radiologis.
b) Dokter menyatakan sebagai IDO organ/rongga.

Berdasarkan data yang didapat dari RSUP Dr. Kariadi, pasien


pasca operasi sampai 1 tahun akan dinyatakan mengalami HAIs
IDO apabila pasien memiliki tanda dan gejala sebagai berikut:
a. Umum

14
Terdapat:
1) Pus dari luka
2) Pus dari drainase
3) Insisi membuka spontan
4) Operasi ulang/repair

b. Laboratorium
Kultur cairan/jaringan ditemukan mikroba pathogen.

6. Pembahasan fenomena lapangan


Hasil pengkajian ditemukan jika terdapat 1 pasien post
operasi hari ke 2 dengan peningkatan kadar leukosit dari 8.7 x
103/uL menjadi 11.4 x 103/uL (nilai normal: 3.8-10.6 x 103/uL).
Setelah dilakukan identifikasi, pasien mengatakan terdapat nyeri
post operasi pada daerah rahang, nyeri sedang, hilang timbul,
muncul ketika rahang digerakkan, dan terdapat pembengkakan
pada pipi kiri. Namun saat dilakukan perawatan luka tidak
ditemukan adanya pus, luka tidak bau, dan suhu badan pasien
36,5oC.
Setelah dilakukan identifikasi pada perawat dan pasien,
sebelum operasi dilaksanakan pasien terlebih dulu telah dilakukan
prosedur assessment keperawatan pre operasi oleh perawat.
Adanya fenomena peningkatan leukosit disebabkan oleh
peradangan yang merupakan fase pertama dari penyembuhan luka.
Fase ini berjalan selama 3 hingga 6 hari setelah terjadi perlukaan.
Proses utama yang terjadi selama fase ini adalah hemostatis dan
fagositosis. Fagositosis ini akan melibatkan peranan dari leukosit.12

B. Inovasi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang dilakukan oleh perawat dalam
merawat pasien bedah dan memanajemen IDO adalah dengan

15
menerapkan bundle IDO. Kemudian perawat juga memberi edukasi
pada pasien dan keluarga tentang perawatan luka operasi, tanda dan
gejala ILO, perawatan luka, cuci tangan, dan mempersiapkan
kepulangan pasien jika memungkinkan.13
Tidak adanya kejadian IDO selama Desember menunjukkan jika
perawatan pasien bedah di Ruang Kutilang Lantai 1 sudah tepat.
Strategi yang dapat dilakukan untuk menjaga ataupun meningkatkan
kualitas mutu pelayanan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman perawat tentang manajemen HAIs.
Inovasi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pelatihan
manajemen bundle care HAIs. Pelatihan memiliki nilai manfaat yang
cukup besar dilihat dari aspek staf maupun organisasi. Transfer ilmu
pengetahuan yang dipelajari oleh staf dalam pekerjaannya
berhubungan dengan kinerja staf lainnya. Selain itu manfaat dari
pelatihan dan pengembangan terhadap organisasi adalah meningkatkan
kualitas dan kuantitas output, menurunkan biaya perawatan dan biaya
kecelakaan dan meningkatkan kepuasan kerja.2

C. PPI
Pencegahan infeksi daerah operasi menurut Permenkes No. 27
tahun 2017 terdiri dari pencegahan infeksi sebelum operasi (pra
bedah), pencegahan infeksi selama operasi dan pencegahan infeksi
setelah operasi.3
1. Pencegahan Infeksi Sebelum Operasi (Pra Bedah)
a. Persiapan pasien sebelum operasi
1) Jika ditemukan ada tanda-tanda infeksi, sembuhkan terlebih
dahulu infeksi nya sebelum hari operasi elektif, dan jika
perlu tunda hari operasi sampai infeksi tersebut sembuh.
2) Jangan mencukur rambut, kecuali bila rambut terdapat pada
sekitar daerah operasi dan atau akan menggangu jalannya
operasi.

16
3) Bila diperlukan mencukur rambut, lakukan di kamar bedah
beberapa saat sebelum operasi dan sebaiknya menggunakan
pencukur listrik (Bila tidak ada pencukur listrik gunakan
silet baru).
4) Kendalikan kadar gula darah pada pasien diabetes dan
hindari kadar gula darah yang terlalu rendah sebelum
operasi.
5) Sarankan pasien untuk berhenti merokok, minimun 30 hari
sebelum hari elektif operasi.
6) Mandikan pasien dengan zat antiseptik malam hari sebelum
hari operasi.
7) Cuci dan bersihkan lokasi pembedahan dan sekitarnya
untuk menghilangkan kontaminasi sebelum mengadakan
persiapan kulit dengan anti septik.
8) Gunakan antiseptik kulit yang sesuai untuk persiapan kulit.
9) Oleskan antiseptik pada kulit dengan gerakan melingkar
mulai dari bagian tengah menuju ke arah luar. Daerah yang
dipersiapkan haruslah cukup luas untuk memperbesar
insisi, jika diperlukan membuat insisi baru atau memasang
drain bila diperlukan.
10) Masa rawat inap sebelum operasi diusahakan sesingkat
mungkin dan cukup waktu untuk persiapan operasi yang
memadai.
11) Belum ada rekomendasi mengenai penghentian atau
pengurangan steroid sistemik sebelum operasi.
12) Belum ada rekomendasi mengenai makanan tambahan yang
berhubungan dengan pencegahan infeksi untuk pra bedah.
13) Belum ada rekomendasi untuk memberikan mupirocin
melalui lubang hidung untuk mencegah IDO.
14) Belum ada rekomendasi untuk mengusahakan oksigenisasi
pada luka untuk mencegah IDO.

17
b. Antiseptik tangan dan lengan untuk tim bedah
1) Jaga agar kuku selalu pendek dan jangan memakai kuku
palsu.
2) Lakukan kebersihan tangan bedah (surgical scrub) dengan
antiseptik yang sesuai. Cuci tangan dan lengan sampai ke
siku.
3) Setelah cuci tangan, lengan harus tetap mengarah ke atas
dan di jauhkan dari tubuh supaya air mengalir dari ujung
jari ke siku. Keringkan tangan dengan handuk steril dan
kemudian pakailah gaun dan sarung tangan.
4) Bersihkan sela-sela dibawah kuku setiap hari sebelum cuci
tangan bedah yang pertama.
5) Jangan memakai perhiasan di tangan atau lengan.
6) Tidak ada rekomendasi mengenai pemakaian cat kuku,
namun sebaiknya tidak memakai.
c. Tim bedah yang terinfeksi atau terkolonisasi
1) Didiklah dan biasakan anggota tim bedah agar melapor jika
mempunyai tanda dan gejala penyakit infeksi dan segera
melapor kepada petugas pelayan kesehatan karyawan.
2) Susun satu kebijakan mengenai perawatan pasien bila
karyawan mengidap infeksi yang kemungkinan dapat
menular. Kebijakan ini mencakup:
a) Tanggung jawab karyawan untuk menggunakan jasa
pelayanan medis karyawan dan melaporkan
penyakitnya.
b) Pelarangan bekerja.
c) Ijin untuk kembali bekerja setelah sembuh penyakitnya.
d) Petugas yang berwewenang untuk melakukan
pelarangan bekerja.
3) Ambil sampel untuk kultur dan berikan larangan bekerja
untuk anggota tim bedah yang memiliki luka pada kulit,

18
hingga infeksi sembuh atau menerima terapi yang
memadai.
4) Bagi anggota tim bedah yang terkolonisasi mikroorganisme
seperti S. Aureus Bagi anggota tim bedah yang
terkolonisasi mikroorganisme seperti S. Aureus atau
Streptococcus grup A tidak perlu dilarang bekerja, kecuali
bila ada hubungan epidemiologis dengan penyebaran
mikroorganisme tersebut di rumah sakit.

2. Pencegahan Infeksi Selama Operasi


a. Ventilasi
1) Pertahankan tekanan lebih positif dalam kamar bedah
dibandingkan dengan koridor dan ruangan di sekitarnya.
2) Pertahankan minimun 15 kali pergantian udara per jam,
dengan minimun 3 di antaranya adalah udara segar.
3) Semua udara harus disaring, baik udara segar maupun
udara hasil resirkulasi.
4) Semua udara masuk harus melalui langit-langit dan keluar
melalui dekat lantai.
5) Jangan menggunakan fogging dan sinar ultraviolet di kamar
bedah untuk mencegah infeksi IDO.
6) Pintu kamar bedah harus selalu tertutup, kecuali bila
dibutuhkan untuk lewatnya peralatan, petugas dan pasien.
7) Batasi jumlah orang yang masuk dalam kamar bedah.
b. Membersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan
1) Bila tampak kotoran atau darah atau cairan tubuh lainnya
pada permukaan benda atau peralatan, gunakan disinfektan
untuk membersihkannya sebelum operasi dimulai.
2) Tidak perlu mengadakan pembersihan khusus atau
penutupan kamar bedah setelah selesai operasi kotor.

19
3) Jangan menggunakan keset berserabut untuk kamar bedah
ataupun daerah sekitarnya.
4) Pel dan keringkan lantai kamar bedah dan disinfeksi
permukaan lingkungan atau peralatan dalam kamar bedah
setelah selesai operasi terakhir setiap harinya dengan
disinfektan.
5) Tidak ada rekomendasi mengenai disinfeksi permukaan
lingkungan atau peralatan dalam kamar bedah di antara dua
operasi bila tidak tampak adanya kotoran.
c. Sterilisasi instrumen kamar bedah
1) Sterilkan semua instrumen bedah sesuai petunjuk.
2) Laksanakan sterilisasi kilat hanya untuk instrumen yang
harus segera digunakan seperti instrumen yang jatuh tidak
sengaja saat operasi berlangsung. Jangan melaksanakan
sterilisasi kilat dengan alasan kepraktisan, untuk
menghemat pembelian instrumen baru atau untuk
menghemat waktu.
d. Pakaian bedah dan drape
1) Pakai masker bedah dan tutupi mulut dan hidung secara
menyeluruh bila memasuki kamar bedah saat operasi akan
di mulai atau sedang berjalan, atau instrumen steril sedang
dalam keadaan terbuka. Pakai masker bedah selama operasi
berlangsung.
2) Pakai tutup kepala untuk menutupi rambut di kepala dan
wajah secara menyeluruh bila memasuki kamar bedah
(semua rambut yang ada di kepala dan wajah harus
tertutup).
3) Jangan menggunakan pembungkus sepatu untuk mencegah
IDO.

20
4) Bagi anggota tim bedah yang telah cuci tangan bedah,
pakailah sarung tangan steril. Sarung tangan dipakai setelah
memakai gaun steril.
5) Gunakan gaun dan drape yang kedap air.
6) Gantilah gaun bila tampak kotor, terkontaminasi percikan
cairan tubuh pasien.
7) Sebaiknya gunakan gaun yang dispossable.
e. Teknik aseptik dan bedah
1) Lakukan tehnik aseptik saat memasukkan peralatan
intravaskuler (CVP), kateter anastesi spinal atau epidural,
atau bila menuang atau menyiapkan obat-obatan intravena.
2) Siapkan peralatan dan larutan steril sesaat sebelum
penggunaan.
3) Perlakukan jaringan dengan lembut, lakukan hemostatis
yang efektif, minimalkan jaringan mati atau ruang kosong
(dead space) pada lokasi operasi.
4) Biarkan luka operasi terbuka atau tertutup dengan tidak
rapat, bila ahli bedah menganggap luka operasi tersebut
sangat kotor atau terkontaminasi.
5) Bila diperlukan drainase, gunakan drain penghisap tertutup.
Letakkan drain pada insisi yang terpisah dari insisi bedah.
Lepas drain sesegera mungkin bila drain sudah tidak
dibutuhkan lagi.

3. Pencegahan Infeksi Setelah Operasi


Perawatan luka setelah operasi:
a. Lindungi luka yang sudah dijahit dengan perban steril selama
24 sampai 48 jam paska bedah.
b. Lakukan Kebersihan tangan sesuai ketentuan: sebelum dan
sesudah mengganti perban atau bersentuhan dengan luka
operasi.

21
c. Bila perban harus diganti gunakan tehnik aseptik.
d. Berikan pendidikan pada pasien dan keluarganya mengenai
perawatan luka operasi yang benar, gejala IDO dan pentingnya
melaporkan gejala tersebut.

Catatan:

a. Belum ada rekomendasi mengenai perlunya menutup luka


operasi yang sudah dijahit lebih dari 48 jam ataupun kapan
waktu yang tepat untuk mulai diperbolehkan mandi dengan
luka tanpa tutup.
b. Beberapa dokter membiarkan luka insisi operasi yang bersih
terbuka tanpa kasa, ternyata dari sudut penyembuhan hasilnya
baik.
c. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa luka insisi
operasi yang bersih dapat pulih dengan baik walaupun tanpa
kasa.
d. Belum ada terbukti tertulis yang mengatakan bertambahnya
tingkat kemungkinan terjadinya infeksi bila luka dibiarkan
terbuka tanpa kasa.
e. Namun demikian masih banyak dokter tetap menutup luka
operasi dengan kasa steril sesuai dengan prosedur pembedahan,
dengan tujuan:
1) Menutupi luka terhadap mikroorganisme yang dari tangan.
2) Menyerap cairan yang meleleh keluar agar luka cepat
kering.
3) Memberikan tekanan pada luka supaya dapat menahan
perdarahan perdarahan superficial.
4) Melindungi ujung luka dari trauma lainnya.

22
BAB IV penutup
PENUTUP

A. Kesimpulan
Simpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Angka kejadian HAIs di rumah sakit adalah indikator mutu
pelayanan rumah sakit, tingginya angka akan mengindikasikan
rendahnya kualitas putu pelayanan.
2. Terdapat relevansi bundle IDO dari RSUP Dr. Kariadi dan
Permenkes No. 27 tahun 2017.
3. Tidak terdapat kejadian IDO selama bulan Desember di Ruang
Kutilang Lantai 1 RSUP Dr. Kariadi Semarang.
4. Inovasi keperawatan yang dapat diterapkan untuk tenaga
keperawatan adalah pelatihan manajemen bundle care yang
bertujuan untuk menjaga dan meningkatkan pengetahuan perawat
serta kualitas asuhan.

B. Saran
Diharapkan semua petugas rumah sakit senantiasa memperbarui dan
meningkatkan pengetahuan tentang tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi terutama pada pasien perioperative.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Nurmalia D, Ulliya S, Neny L, et al. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung


Diri oleh Perawat di Ruang Perawatan Rumah Sakit. Journal of Holistic
Nursing and Health Science 2019; 2: 45–53.

2. Suherlin N. Efektifitas Pelatihan Manajemen Bundle Care Healthcare


Associated Infections (HAIs) Terhadap Pengetahuan Perawat di RSI Siti
Rahmah Padang. MENARA Ilmu 2020; XIV: 61–69.

3. Indonesia MKR. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Kesehatan. 2017.

4. Wilantri GD, Farida H. Kolonisasi Bakteri Patogen Potensial Penyebab


Infeksi Daerah Operasi Pada Kulit Pasien Preoperatif (Studi Faktor Risiko
Usia, Kebiasaan Merokok, Higiene Personal dan Lama Perawatan
Praoperatif di RSUP Dr Kariadi Semarang). Media Medika Muda 2015; 4:
859–872.

5. Ibrahim N, Lubis AN, Arruum D. Pengaruh Budaya Organisasi dan


Supervisi Infection Prevention Control Nurse ( IPCN ) Terhadap Kinerja
Infection Prevention And Control Link Nurse ( IPCLN ) dalam Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Kota Medan. Universitas
Sumatera Utara, 2019.

6. Susanti H, Yulihasri, Maisa EA. Analisis Penerapan Kewaspadaan


Standar pada Perawat Melalui Peran Infection Prevention Control Nurse
(IPCN) dan Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN) di Ruang
Rawat Inap RSUD Pasaman Barat. Universitas Andalas, 2019.

7. Aprilyani D. Hubungan Antara Peran Infection Prevention Control Nurse


(IPCN) dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Universitas Islam Sultan
Agung Semarang, 2018.

8. Rosadiana A, Rinawati SAW, Sutejo. Hubungan Kepatuhan Perawat


Kamar Bedah dengan Risiko Infeksi Daerah Operasi (IDO) di RSUD
Wonosari. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta., 2020.

9. Zabaglo M ST. Postoperative Wound Infection. StatPearls (Internet),


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560533/ (2020).

10. APSIC. Pedoman APSIC unruk Pencegahan Infeksi Daerah Operasi. 2018.

24
11. Lestari TM, Muhimmah I. Model Ragam Dialog Dashboard Business
Intelligence Surveilans Berbasis Web : Studi Kasus Rumah Sakit Umum
Islam Harapan Anda Tegal. Universitas Islam Indonesia, 2019.

12. Crystanty IE, Y FL, Wulandari Y. Studi Kasuspemberianvirgin Coconut


Oilpada Penyembuhan Luka Perineum (Fase Inflamasi) Ibu Post Partum
Dengan Episiotomi Derajat II di BPS Ny. Sri Mulatsih Kecamatan Taman
Kabupaten Sidoarjo. Universitas Muhammadiyah Surabaya, 2018.

13. Bangun SR. Pengaruh Edukasi Terhadap Perilaku Keluarga Dalam


Pencegahan Infeksi Luka Operasi Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2016. Ilmiah Kohesi 2018; 2: 1–9.

25

Anda mungkin juga menyukai