Anda di halaman 1dari 14

Volume 

25 Nomor 1, Januari 2020: 97-110 E-ISSN: 2579-6518
DOI:10.20885/psikologika.vol25.iss1.art8 P-ISSN: 1410-1289

Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap


Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor


Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies, Program Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

Abstrak. Konsep belajar yang diusung humanistik adalah memanusiakan manusia, dan lebih
menekankan  proses  daripada  hasil  belajar.  Penelitian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui
pengimplementasian konsep belajar humanistik bagi siswa tahap operasional formal di SMK
Miftahul Khair yang berada di bawah naungan pesantren. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi
terstruktur dan observasi. Hal itu dilakukan untuk mengetahui validitas dan konsistensi data
yang diperoleh. Adapun hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa strategi yang digunakan
guru dalam mengimplementasikan pembelajaran humanistik pada siswa, yaitu: (1) Memberikan
respon  positif  terhadap  siswa  baik  verbal  maupun  nonverbal,  seperti  menghargai  siswa,
memberikan apresiasi (misal pujian), berlaku adil, tersenyum, dan lain-lain; (2) Memberikan
cerita inspiratif untuk menumbuhkan serta meningkatkan hasrat dan minat belajar siswa, di
mana hal tersebut berdampak terhadap perubahan siswa (meliputi pengetahuan, sifat, dan
perilaku  siswa);  (3)  Pemilihan  metode  belajar  yang  tepat  dan  menyenangkan  agar  proses
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa; dan (4) Membuat siswa merasa nyaman dengan
tidak  memberikan  ancaman  atau  kecaman  terhadap  siswa,  sehingga  siswa  merasa  bebas
berekspresi dalam pembelajaran.
Kata Kunci: belajar humanistik, sekolah menengah kejuruan, tahap operasional formal

The Implementation of Humanistic Learning Concept on Students with Formal


Operational Stage at Miftahul Khair Vocational School

Abstract. The concept of learning which so called humanistic was humanizing human beings
and emphasizes the process rather than learning outcomes. This research was conducted to
determine the implementation of the concept of humanist learning for students in the formal
operational stage  at the  Miftahul  Khair’s  Vocational High  School under  the auspices  of the
Pesantren. The study used a descriptive qualitative approach. The data collection, however,
used semi-structured interviews and observations. it was done to determine the validity and
consistency of the data obtained. The results stated that there were several strategies used by
teachers in implementing humanistic learning in students, namely: (1) Giving positive responses
to students both verbally and non-verbally such as respecting students, giving appreciation (ex:
praise), acting fairly, smiling, etc.; (2) Provide inspirational stories to foster and increase the
desires and interest in student learning, where it has an impact on student change (including
knowledge, nature, and behavior of students); (3) The selection of appropriate and fun learning
methods so that the learning process becomes meaningful for students; and (4) Make students
feel comfortable by not giving threats or criticism to students, so students feel free to express
themselves in learning. 
Keywords: formal operational stages, humanistic learning, vocational high school

Korespondensi: Nailil Maslukiyah. Email: naililmaslukiyah@gmail.com

97
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

Belajar merupakan kegiatan vital dalam dari sistem pendidikan nasional memiliki tiga
setiap  usaha  pendidikan,  yang  melibatkan unsur  utama,  yaitu:  (a)  kiai  sebagai  pemilik
aktivitas  psikis  dan  mental  dalam  prosesnya. sekaligus  pendidik  bagi  para  santri;  (b)
Robert Gagne memberikan dua definisi belajar, kurikulum  pesantren;  dan  (c)  sarana
yaitu  belajar  adalah  suatu  proses  untuk peribadatan  dan  pendidikan  seperti  masjid,
memperoleh  motivasi  dalam  pengetahuan, madrasah, pondok, dan lain-lain. Dalam pasal 3
keterampilan,  kebiasaan,  dan  tingkah  laku. Undang-Undang  Sistem  Pendidikan  Nasional
Selain itu, ia mengatakan bahwa belajar adalah (UU Sisdiknas) menjelaskan bahwa pendidikan
penguasaan  pengetahuan  atau  keterampilan nasional  berfungsi  untuk  mengembangkan
yang diperoleh dari instruksi (Lahir et al., 2017). kemampuan  dan  membentuk  watak  serta
Selanjutnya,  Gagne  berpendapat  bahwa  hasil peradaban  bangsa  yang  bermartabat  dalam
belajar siswa terbagi menjadi lima kategori: (a) rangka  mencerdaskan  kehidupan  bangsa,
informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, bertujuan  untuk  mengembangkan  potensi
(c)  keterampilan  motorik,  (d)  sikap,  dan  (e) peserta  didik  agar  menjadi  manusia  yang
strategi kognitif (Nurhasanah & Sobandi, 2016). beriman  dan  bertakwa  kepada  Tuhan  Yang
Adapun hasil rangkaian proses belajar tersebut Maha  Esa,  berakhlak  mulia,  sehat,  berilmu,
dilakukan dalam bentuk  keterlibatannya baik cakap,  kreatif,  mandiri  dan  menjadi  warga
dalam  pendidikan  informal,  formal  dan/atau negara  yang  demokratis,  serta  bertanggung
pendidikan nonformal (Winataputra, 2008). jawab.  Ketentuan  tersebut  telah  berlaku  dan
Indonesia  memiliki  berbagai  macam diimplementasikan  di  pesantren.  Sejak  lama,
sistem  pendidikan  atau  pembelajaran,  salah pesantren  sudah  menjadi  lembaga  yang
satunya  yaitu  pendidikan  pesantren  yang membentuk  peradaban  serta  mencerdaskan
dikategorikan  sebagai  subkultur  dalam kehidupan bangsa yang berbasis keimanan dan
masyarakt Indonesia, karena memiliki ciri khas ketakwaan kepada Allah Swt, yang dilengkapi
yang unik dan tidak diragukan lagi kualitasnya. dengan akhlak mulia (Arifin, 2016).
Pesantren dipandang sebagai salah satu lembaga Salah satu aliran pembelajaran dalam ilmu
pendidikan  yang  menjadi  pusat  awal psikologi  yaitu  aliran  humanistik,  yang
dimulainya perubahan-perubahan sosial (Haris, mengatakan  bahwa  proses  belajar  harus
2017).  Selain  itu,  pesantren  dikenal  sebagai dimulai  dan  ditunjukkan  untuk  kepentingan
lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas, memanusiakan manusia itu sendiri. Teori ini
seperti berprinsip keikhlasan, kesederhanaan, lebih  mementingan  orang  yang  dipelajari
kebersamaan,  kekeluargaan,  kesopanan, dibandingkan dengan proses belajar itu sendiri
beriman  dan  bertakwa,  serta  kemandirian. (Khairani,  2017).  Aliran  humanistik  dalam
Pendidikan pesantren yang merupakan bagian pendidikan  mengusung  prinsip

98 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

memperdayakan  setiap  manusia  sebagai mengembangkan  potensi  peserta  didik,  baik


individu  yang  bebas  untuk  mengembangkan dari  keilmuan  maupun  dari  sikap
potensinya,  serta  dapat  mengaktualisasikan kemanusiaannya  (Alagona  &  Simon,  2010;
dirinya.  Pengimplementatasian  humanistik Faqihuddin,  2017;  Tabatabaie,  2013).  Hal  itu
dalam  pendidikan  berkonstribusi  dalam berkaitan  dengan  perkembangan  kognitif
membentuk  peserta  didik  yang  memiliki siswa, adapun tahapan perkembangan kognitif
karakter atau sifat-sifat positif, peduli terhadap yang paling tinggi menurut Jean Piaget adalah
sesama  (hablum minannas),  dan  bisa tahap  operasional  formal, sebab  dalam  tahap
mengembangkan potensi-potensi yang ada di tersebut  anak-anak  sudah  mampu  berpikir
dalam dirinya sendiri. Pengembangan potensi abstrak,  mampu  menangani  masalah  dalam
dapat menciptakan manusia unggul dan berhati semua bingkai waktu (masa lalu, sekarang, atau
nurani  (humanis)  (Hibana  et  al.,  2015; masa  depan),  selain  itu  ia  juga  mampu
Jumarudin et al., 2014; Lynch & Cicchetti, 1997; memahami  bentuk  argumen  dan  tidak
Sidhiq,  2016).  Sedangkan  Carl  Rogers  yang dibingungkan oleh argumen itu sendiri (Salkind,
terkenal dengan teori belajar humanistik dan 2009). Berdasarkan penjelasan di atas penulis
terapi yang berpusat pada klien (client centered ingin menggabungkan serta menganalisis teori
therapy),  mengatakan  bahwa  jika  hal  itu konsep belajar humanistik dari Carl Rogers dan
diterapkan, maka akan menghasilkan peserta tahapan  perkembangan  kognitif  dari  Jean
didik (output) yang humanis, mandiri, kreatif, Piaget terhadap siswa yang ada di pesantren.
bertanggung  jawab,  pantang  menyerah, Oleh sebab itu, tujuan dari penelitian ini adalah
berdaya saing, dan lain sebagainya (Parjuangan, untuk  mengetahui  serta  menganalisis
2016). Aliran humanistik ini dapat terlaksana pengimplementasian konsep belajar humanistik
dengan  optimal  dalam  pendidikan  jika  kelas, pada siswa tahap operasional formal yang ada
kurikulum, sistem atau model pembelajaran dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Miftahul
pengajaran, serta pendidik telah menggunakan Khair.
prinsip-prinsip  dan  konsep  pendidikan
Metode
humanistik (Dwiningrum, 2016; Putri, 2018).
Secara  praktis,  pengimplementasian Penelitian  ini  merupakan  penelitian

aliran  humanistik  dalam  sistem  pendidikan kualitatif  yang  mengacu  pada  pendapat

dapat dikombinasikan dengan teknologi, kursus Creswell,  yakni  bahwa  informasi  tentang

studi lapangan, dan model pembelajaran lainnya. proses pembelajaran humanistik dideskripsikan

Penelitian  tersebut  mengatakan  bahwa berdasarkan  perspektif  dari  objek  atau

penerapan  pendekatan  humanistik  terhadap partisipan  yang  dalam  konteks  ini  guru  dan

pembelajaran  bisa  meningkatkan  dan siswa  (Creswell,  2012)  yang  bersifat

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 99
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

pandangan  subjektif.  Lokasi  penelitian  di siswa  dalam  proses  pembelajaran  yang


yayasan  pondok  pesantren  Raudhatul digunakan oleh guru.  Wawancara difokuskan
Mubtadiin  yang  terletak  di  salah  satu  desa  di untuk mengetahui strategi yang digunakan guru
Pamekasan, Madura. dalam  mengimplementasikan  pembelajaran
Subjek  penelitian  ini  dipilih  dengan humanistik terhadap siswa. Selain wawancara,
purposive sampling berjumlah  tiga guru SMK observasi  juga  dilakukan  sebagai  teknik
Miftahul Khair dengan kriteria telah mengajar pengambilan  data  dalam  penelitian  ini  untuk
lebih  dari  satu  tahun.  Pengambilan  data menguatkan  serta  melengkapi  hasil  yang
dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur diperoleh  dari  wawancara.  Hal  itu  dilakukan
dengan kisi-kisi pedoman pertanyaan, yaitu: (1) dengan mengamati proses pembelajaran antara
Terkait  dengan  strategi  guru  dalam guru  dan  siswa  saat  berada  di  dalam  kelas,
menumbuhkan  serta  meningkatkan  hasrat dengan  cara  peneliti  ikut  serta  dalam
belajar  siswa;  (2)  Mengenai  metode  yang pembelajaran sebagai guru bantu. Peneliti juga
digunakan guru untuk membuat belajar yang mengamati interaksi antara guru dan siswa saat
bermakna bagi siswa; (3) Mencari tahu apakah berada  di  luar  kelas,  karena  hal  ini  menjadi
guru  melakukan  proses  pembelajaran  tanpa faktor pendukung dalam penelitian ini. Adapun
ancaman; (4)  Terkait dengan bagaimana cara subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah
guru  untuk  membuat  siswa  belajar  dengan guru yang mengampu mata pelajaran produktif,
inisiatif sendiri; dan (5) mengenai perubahan mulok fikih, dan guru piket.

Tabel 1
Partisipan Penelitian
Inisial  Jenis kelamin  Mata pelajaran  Lama mengajar 
IN  Perempuan  Produktif  6 tahun 
NA  Perempuan  Guru piket  1,6 tahun 
MR  Laki-Laki  Mulok fikih  11 tahun 
Catatan. Lama mengajar terhitung sejak pertama kali menjadi guru di SMK Miftahul Khair hingga
tahun 2020.

Analisis  dan  interpretasi  data  dalam langkah besar dalam  melakukan analisis data


penelitian ini berkaitan dengan segmentasi dan kualitatif,  yang  pertama  adalah  kode  terbuka
pemilahan  data  yang  dibutuhkan  serta (open coding),  di  mana  peneliti  berupaya
menyusunnya  kembali.  Analisis  data  dalam menemukan selengkap dan sebanyak mungkin
penelitian ini berlangsung bersamaan dengan variasi data yang ada di lokasi penelitian, hal ini
bagian-bagian  lain  dari  perkembangan dilakukan  peneliti  dengan  cara  melakukan
penelitian  kualitatif,  yaitu  pengumpulan  data triangulasi teknik (wawancara dan observasi).
dan penulisan temuan (Creswell, 2014). Ada tiga Alasan menggunakan triangulasi, karena tidak

100 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

adanya  metode  tunggal  yang  cocok  dan keagaamaan. Hal ini disebabkan oleh pesantren


sempurna dalam penelitian ini. Triangulasi juga yang  menaungiya,  yang  juga  berimbas  pada
berguna sebagai penguji validasi dan reliabilitas kurikulum  dan  sistem  pembelajaran  yang
data, selain itu variasi data juga berguna untuk digunakan dalam lembaga tersebut. Guru-guru
saling menguatkan data yang menjadi titik fokus yang mengajar di lembaga ini merupakan orang
dari  penelitian  ini.  Kedua,  kode  aksial (axial yang  sudah  kompeten  di  bidangnya  masing-
coding), di mana hasil yang diperoleh kemudian masing dan  berperan  sebagai  fasilitator bagi
ditemakan  berdasarkan  kategori-kategori siswa. Maka, dengan peran tersebut guru harus
untuk dikembangkan ke arah proposisi, yaitu menempatkan  dirinya  sebagai  sumber  yang
dengan cara memakai teori humanistik dari Carl dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Menurut
Rogers sebagai tema utama, dan prinsip-prinsip Sukmadinata  dan  Syaodih  (Sukmadinata  &
belajar humanistik sebagai kategorinya. Pada Syaodih,  2007),  beberapa  ciri  guru  sebagai
tahap ini peneliti melakukan analisis hubungan fasilitator  di  antaranya  adalah:  (a)  merespon
antar  kategori,  agar  mendapatkan  gambaran perasaan peserta didik, (b) menggunakan ide
umum  tentang  hasil  penelitian  ini.  Ketiga, atau  gagasan  peserta  didik  untuk  melakukan
pengodean selektif (selective coding), di mana interaksi yang sudah dirancang, (c) berdialog
setelah  data  dianalisis  kemudian  peneliti dan  berdiskusi  dengan  peserta  didik,  (d)
menggolongkan  kategori  tersebut  menjadi menghargai peserta didik, (e) kesesuaian antara
kriteria  inti  dan  pendukung  serta ucapan  dan  perilaku  guru,  serta  (f)
mengaitkannya.  Selanjutnya,  peneliti menyesuaikan  diri  dengan  kerangka  berfikir
memberikan  hubungan  antar-kategori  yang peserta  didik.  Hal  tersebut  di  atas  sudah
akhirnya  menghasilkan  simpulan  dalam diaplikasikan  oleh  subjek  dalam  proses
penelitian ini (Hibana et al., 2015). pembelajaran,  baik  di  dalam  maupun  di  luar
kelas, lebih lanjut hal itu akan dijelaskan dalam
Hasil
hasil penelitian.
Latar belakang objek penelitian
Hasil wawancara
Sekolah  Menengah  Kejuruan  Miftahul
Pemberian respon positif kepada siswa
Khair  adalah  salah  satu  lembaga  di  bawah
naungan  Pondok  Pesantren  Raudhatul Dari hasil wawancara yang didapat dari
Mubtadiin  yang  terletak  di  desa  Cenlecen, ketiga  subjek  diketahui  bahwa  ketiganya
kecamatan  Pakong,  kabupaten  Pamekasan. melakukan  proses  pembelajaran  dengan
Jurusan yang ada di sekolah ini adalah Rekayasa memberikan sikap positif terhadap siswa agar
Perangkat  Lunak  (RPL),  dengan  mengusung bisa  membuatnya  merasa  nyaman,  sehingga
visi misi yang sangat kental dengan agama dan siswa tidak merasa tertekan dan bisa maksimal

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 101
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

dalam proses pembelajaran. Hal itu dilakukan telah dijelaskan di atas, membuat hasrat belajar
dengan  memberikan  respon  positif  sebagai siswa meningkat.
penguat  terhadap  siswa  baik  secara  verbal Cerita inspiratif membawa perubahan
maupun  nonverbal  seperti:  tersenyum  dan terhadap siswa

memberikan pujian, mencoba memahami siswa Dari hasil wawancara diketahui bahwa
dan  tidak  membeda-bedakan  karakter,  serta ketiga  subjek  sering  memberikan  cerita
kemampuan  setiap  siswa.  Hal  tersebut inspiratif baik dari tokoh terkenal, seperti Nabi
diterapkan  oleh  subjek  1  (IN)  serta  subjek  3 Muhammad  Saw,  B.J.  Habibie,  dan  lain-lain,
(MR). Selain itu subjek 1 (IN) dan subjek 2 (NA) hingga cerita pribadi yang bisa menginspirasi
juga  memberikan  kebebasan  kepada  siswa siswa.  Hal  tersebut  dilakukan  untuk
untuk  mengevaluasi  metode  belajar  yang  ia menumbuhkan motivasi  intrinsik  siswa agar
gunakan  agar  bisa  mengetahui  kekurangan, melakukan  perubahan  dengan  menikmati
kelebihan, serta keinginan siswa dalam proses prosesnya. Adapun motivasi intrinsik memiliki
pembelajaran.  Selain  itu,  subjek  2  (NA) posisi penting dalam aliran ini. Menurut salah
menambahkan bahwa, ia menganggap siswa satu subjek penelitian, yakni subjek 3 (MR), hal
seperti anak sendiri, agar ia bisa memiliki rasa tersebut  terjadi  karena  cerita  inspiratif
tulus  dan  ikatan  emosional  dalam  proses membuat siswa memiliki pandangan ke depan
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan karena tentang  dirinya.  Melalui  hal  tersebut,  siswa
ia percaya bahwa hati (perasaan) mempunyai terdorong  untuk  merealisasikannya  dengan
koneksi dengan hati lainnya. Sedangkan hasil cara melakukan perubahan atau memperbaiki
wawancara  terhadap  subjek  3  (MR),  beliau kualitas diri. Perbedaan strategi ketiga subjek
mengatakan bahwa: dalam  hal  ini  adalah  berkaitan  dengan  sudut
“Saya sebisa mungkin selalu memberikan pandang serta tokoh yang dijadikan inspirasi
reward atau apresisasi kepada siswa yang terhadap siswa. Subjek 1 (IN) lebih cenderung
berprestasi,  yah  meskipun  itu  hanya
sebatas pujian, dan tepuk tangan. Tapi saya menceritakan  tokoh-tokoh  kekinian  yang
yakin  kalau  itu  bisa  membuat  siswa sukses meraih cita-citanya dan menjadi orang
merasa  bahagia  dan  dihargai  atas  kerja
kerasnya,  sehingga  siswa  berusaha sukses  dengan  cara  dan  sifat  yang  ia  miliki,
mempertahankan  prestasinya.”
seperti  B.J.  Habibie,  Mahfud  MD,  dan  lain
(Wawancara subjek 3 = MR)
sebagainya. Adapun subjek 2 (NA) hampir sama
Cara  tersebut  dilakukan  oleh  ketiga dengan subjek 1 (IN), akan tetapi subjek 2 (NA)
subjek  karena  bisa  membuat  siswa  merasa lebih sering mengutip cerita dari tokoh-tokoh
nyaman,  merasa  dihargai,  tidak  tertekan, yang ada di lingkungan lembaga tersebut untuk
mendapat kebebasan, dan tidak didiskriminasi. mengisnpirasi siswa. Dalam hal ini, biasanya NA
Dampak dari perilaku subjek sebagaimana yang mengambil  sifat  atau  sikap  positif  tokoh

102 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

tersebut untuk dijadikan inpirasi bagi siswa, teori  saja.  Yaah  intinya  saya  melakukan


praktik  jika  itu  memang  dibutuhkan”.
seperti  guru  yang  ulet,  gigih,  dan  disiplin. (Wawancara subjek 1 = IN)
Sedangkan  subjek  3  (MR)  lebih  cenderung
Selain penggunaan metode di atas, ketiga
bercerita tentang nabi dan para sahabatnya, hal
subjek juga mengaplikasikan beberapa model
itu  karena  ia  mengajar  tentang  hal  yang
pembelajaran  lain,  yaitu:  (1)  Metode
berkaitan  dengan  agama.  Dalam  hal  ini,  ia
pembelajaran  yang  berpusat  pada  siswa
menceritakan tokoh dari sisi sifat atau perilaku
(student centered learning/SCL)  seperti
yang  ia  miliki,  seperti  Sayyidina  Abu  Bakar
diskusi; dan (2) Pembelajaran yang dipercepat
dengan sifat jujurnya, Sayyidina Umar dengan
(the accelerated learning) seperti penggunaan
keberaniannya, Bilal dengan kegigihannya, dan
media pendukung dan praktik langsung, agar
lain sebagainya.
pembelajaran  lebih  variatif  dan  tidak
Metode pembelajaran yang menyenangkan membosankan.
Sebelum  memulai  pelajaran,  terkadang Penguatan negatif sebagai cara terakhir
subjek  melakukan  kuis  untuk  merangsang
Selain memberikan beberapa upaya di
ingatan  siswa  tentang  pelajaran  yang  telah
atas, ketiga subjek dalam mengimplentasikan
berlalu.  Hal  ini  sangat  efektif  untuk
pembelajaran  humanistik  terkadang  juga
membudayakan sikap kompetitif dalam belajar
mengombinasikannya  dengan  aliran
bagi  siswa.  Selain  itu,  ketiga  partisipan
pembelajaran  lain  seperti  behaviorisme,
khususnya  subjek  1  (IN)  sering  melakukan
dengan  menggunakan  penguatan  negatif
praktik untuk mendukung proses pembelajaran
terhadap beberapa  siswa yang  bisa dibilang
agar siswa mudah memahami dan mengingat
“tidak  mudah  ditangani”.  Menurut  hasil
hal yang sedang dipelajari (belajar bermakna).
wawancara,  sebelum  subjek  memberikan
Subjek  2  (NA)  mengatakan  bahwa,  dengan
penguatan negatif pada siswa yang sulit diatur,
menjadikan kuis dan praktik sebagai salah satu
ia memberikan arahan terlebih dahulu dengan
metode pembelajaran yang berbasis humanistik
bekerja  sama  dengan  guru  Bimbingan
bagi siswa, selain mendapat keuntungan di atas,
Konseling (BK) yang ada. Akan tetapi, jika hal
hal  tersebut  juga  menjadikan  belajar  lebih
itu tidak berhasil, maka biasanya subjek akan
menyenangkan dan tidak membosankan bagi
memberikan  penguatan  negatif  terhadap
siswa. Akan tetapi menurut subjek 1 (IN), tidak
siswa, seperti meminta siswa maju ke depan,
semua materi dilakukan dengan cara praktik,
berdiri  di  tempat, dan  menjawab  pertanyan
seperti ungkapannya:
guru.  Hal  ini  hampir  dilakukan  oleh  ketiga
“Iya, saya tidak selalu memberikan praktik subjek  terhadap  kasus-kasus  tertentu  yang
dalam proses pembelajaran, karena kadang
ada  pelajaran  yang  hanya  menjelaskan dianggap “keluar batas”.

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 103
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

Pembahasan yang  berarti,  belajar  tanpa  ancaman,  belajar


harus  inisiatif  sendiri,  serta  belajar  dan
Konsep belajar humanistik
perubahan (Irham & Wiyani, 2016). Sedangkan
Secara garis besar, teori humanistik ini
hasil penelitian yang didapat dari tiga partisipan
lebih menekankan pada proses pembelajaran,
telah memenuhi syarat, dengan menggunakan
bukan  pada  hasil  belajar.  Teori  ini  memiliki
prinsip-prinsip  belajar  yang  dimiliki  Carl
konsep  memanusiakan  manusia  (peserta
Rogers  yang  digunakan  sebagai  acuan
didik), sehingga ia mampu mengenali dirinya
wawancara sebagai berikut.
serta lingkungan sekitarnya. Terdapat beberapa
Hasrat untuk belajar
tokoh  yang  menonjol  dalam  aliran  ini,  yaitu
Combs,  Maslow,  dan  Rogers.  Pengertian Menurut  pandangan  Rogers,  setiap
humanistik yang beragam membuat batasan- individu mempunyai hasrat alami untuk belajar.
batasan aplikasi teori humanistik dalam dunia Konsep  dorongan  ingin  tahu  tersebut
pedidikan  juga  menjadi  beragam  (Sumanto, merupakan  asumsi  dasar  pendidikan  dan
2014).  Oleh  karena  itu,  peneliti  hanya pembelajaran dari sudut pandang humanistik.
menggunakan satu tokoh dalam penelitian ini, Dengan  demikian  proses  pembelajaran  yang
yaitu Carl Rogers. Ia mengatakan bahwa belajar menggunakan  teori  ini  dapat  diwujudkan
adalah fungsi keseluruhan pribadi, lebih jelas ia dengan  memberi  kesempatan  siswa  untuk
mengatakan  belajar  yang  sebenarnya  tidak memberikan  kebebasan  terhadap  rasa  ingin
dapat berlangsung jika tidak ada keterlibatan tahunya, memenuhi minatnya, serta membantu
intelektual  maupun  emosional  peserta  didik. siswa untuk menemukan hal yang berarti atau
Oleh karena itu, motivasi yang bersumber dari penting  bagi  dirinya  sekarang  atau  di  masa
diri sendiri (siswa) sangat penting dalam aliran mendatang (Irham & Wiyani, 2016).
ini. Rogers juga membedakan dua ciri belajar, Hal ini sesuai dengan temuan di lapangan
yaitu:  (1)  Belajar  bermakna,    terjadi  apabila bahwa  guru  di  SMK  Miftahul  Khair  dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran meningkatkan  hasrat  belajar  serta
dan  perasaan  peserta  didik;  dan  (2)  Belajar menumbuhkan  motivasi  siswa,
tidak  bermakna,  terjadi  jika  proses mengimplementasikannya  dengan  cara
pembelajaran melibatkan aspek pikiran, akan membuat siswa merasa nyaman terhadapnya,
tetapi  mengabaikan  aspek  perasaan  peserta berusaha membuat kelas kondusif namun tetap
didik (Khairani, 2017). menyenangkan dengan menggunakan metode
Adapun  prinsip  belajar  humanistik pembelajaran yang berbasis humanistik, seperti
menurut  Carl  Rogers  harus  mencakup memberikan kuis, diskusi, dan lain sebagainya.
beberapa hal, yaitu hasrat untuk belajar, belajar Selain  itu,  subjek  juga  memberikan  cerita

104 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

inspiratif  terhadap  siswa;  melibatkan  emosi Perangkat Lunak (RPL). Sehingga praktik dan


siswa  dengan  berinteraksi  dan  memberikan alat peraga (metode belajar pembelajaran aktif)
respon  positif,  baik  secara  verbal  maupun dalam  pembelajaran  selalu  digunakan  oleh
nonverbal,  seperti  acungan  jempol,  senyum, subjek.  Harapannya,  dengan  melakukan  hal
apresiasi dengan pujian dan tepuk tangan dan tersebut, siswa lebih mudah dalam memahami
sebagainya;  serta  memberikan  kebebasan pelajaran,  serta  dapat  membuat  pengalaman
terhadap siswa untuk mengeksplorasi rasa ingin belajar  siswa  tidak  terlupakan  (bermakna).
tahunya  terhadap  suatu  mata  pelajaran. Selain itu, terkadang guru menggunakan metode
Sedangkan  untuk  memfasilitasi  rasa pembelajaran  yang  berpusat  pada  siswa
keingintahuan siswa, guru selalu memberikan (student centered learning),  dengan  harapan
kesempatan bertanya bagi siswa, baik di dalam dapat membuat siswa aktif dalam membangun
maupun di luar kelas, guna memenuhi hasrat pengetahuan,  sikap,  serta  perilaku.  Hal  ini
alami  siswa  untuk  belajar  dan  mengetahui biasanya  dilakukan  dengan  cara  diskusi  atau
sesuatu. melakukan  kuis  untuk  mempertajam

Belajar bermakna pemahaman  siswa  yang  merupakan


pembelajaran  kuantum  (quantum learning)
Prinsip belajar yang berarti menjelaskan
yang  dilakukan  sebelum  atau  sesudah  mata
bahwa siswa hanya akan belajar dengan cepat
pelajaran.
dan  berhasil,  apabila  materi  yang  dipelajari
Belajar tanpa ancaman
mempunyai arti baginya. Hal ini akan sangat
mungkin terjadi apabila materi pelajaran yang Proses  belajar  akan  lebih  mudah
dipelajari siswa sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan  oleh  siswa  apabila  pelaksanaan
maksud siswa  (Irham & Wiyani,  2016). Dari proses  belajar  mengajar  berlangsung  dalam
hasil  penelitian  yang  dilakukan,  ditemukan lingkungan yang terbebas dari ancaman yang
bahwa  untuk  menjadikan  belajar  bermakna dapat  mengganggu  atau  bahkan
bagi siswa, subjek menyesuaikan materi dengan membahayakan siswa (Irham & Wiyani, 2016).
kebutuhan siswa. Menurut salah satu guru yang Dari  temuan  yang  didapat  oleh  peneliti,
telah  diwawancarai,  diketahui  bahwa  sarana lingkungan yang ada di lembaga tersebut telah
dan prasarana sangat penting utuk menjadikan dikondisikan  sedemikian  rupa  agar  siswa
proses belajar siswa lebih menyenangkan dan merasa  nyaman,  kondusif,  dan  fokus  dalam
berarti (bermakna). Salah satu fasilitas yang ada melakukan  proses  belajar.  Menurut  hasil
di  sekolah  tersebut  adalah  laboratorium wawancara,  diketahui  bahwa  guru
komputer. Hal tersebut menjadi penting karna memberikan dorongan terhadap siswa untuk
spesialisasi  sekolah  ini  adalah  Rekayasa pantang menyerah, yaitu dengan mencoba lagi

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 105
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

dan  lagi  sampai  siswa  berhasil,  tanpa bahwa belajar adalah kebutuhan pribadi, guru


memberikan  ancaman  atau  kecaman memberikan  arahan  bahwa  belajar  adalah
(komentar  negatif)  yang  dapat  menyinggung kebutuhan  untuk  mejalani  kehidupan  serta
perasaan siswa. Akan tetapi, dalam beberapa sangat  penting  bagi  individu,  baik  di  masa
kasus  biasanya  guru  akan  memberikan sekarang maupun masa depan. Salah satu cara
peringatan  atau  bahkan  hukuman  ringan, yang  ia  gunakan  adalah  dengan  memberikan
seperti:  maju  ke  depan  kelas,  berdiri,  dan cerita inspiratif dari tokoh-tokoh ternama, baik
menjawab pertanyaan kepada siswa yang sudah dari masa lampau hingga masa kini, seperti Nabi
melampaui  batas.  Hal  itu  diberikan  untuk Muhammad,  B.J.  Habibie,  dan  sebagainya,
mengajak siswa menyadari kesalahannya dan dengan  tujuan  agar  memotivasi  siswa  dan
memberikan efek jera pada siswa. Berdasarkan menjadikan tokoh tersebut sebagai pedoman,
hasil  wawancara  yang  didapat,  salah  satu idola,  atau  acuan  untuk  ditiru  oleh  siswa.
contoh  dari  dorongan  positif  terhadap  siswa Hasilnya, siswa lebih bersemangat dan atusias
tanpa memberikan ancaman, misalnya ketika dalam  proses  pembelajaran  karena  mereka
pengerjaan  tugas,  guru  tetap  memberikan menyadari  bahwa  belajar  itu  penting  guna
respon  positif,  baik  kepada  siswa  yang mencapai cita-cita yang mereka inginkan.
mengerjakan tugas dengan baik maupun tidak Belajar dan perubahan
seperti:
Rogers menjelaskan bahwa belajar yang
“Wah bagus sekali”,
paling  bermanfaat bagi  siswa adalah  tentang
“Kerjamu sudah baik, namun masih ada yg
proses  belajar  itu  sendiri.  Ilmu  pengetahuan
perlu  ditingkatkan  atau  diperbaiki.”
(Wawancara subjek 1 = IN). terus mengalami kemajuan dan perkembangan
yang pesat hingga saat ini. Oleh sebab itu, yang
Belajar harus inisiatif sendiri
dibutuhkan siswa adalah individu (pendidik)
Prinsip  belajar  atas  insiatif  sendiri yang mampu belajar di lingkungan yang sedang
menjelaskan bahwa belajar akan menjadi lebih dan akan terus berubah. Artinya belajar adalah
berarti dan bermakna bagi siswa apabila proses untuk mempersiapkan siswa untuk hidup dan
tersebut  dilakukan  atas  insiatif  sendiri  serta mampu menghadapi masa depan. Belajar akan
melibatkan perasaan dan pikiran siswa. Dengan terus memunculkan perubahan, baik dari siswa
demikian, proses belajar akan lebih efektif, serta itu sendiri maupun dari apa yang dipelajarinya.
membuat siswa lebih antusias dan bersemangat Hal  ini  membuat  siswa  akan  terus  menerus
dalam  proses  belajarnya  (Irham  &  Wiyani, belajar  karena  adanya  perubahan  dan
2016). Dari penelitian yang didapat ditemukan perkembangan  atas  apa  yang  dipelajarinya
bahwa untuk merekonstruksi pemikiran siswa (Irham & Wiyani, 2016).

106 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

Visi yang diusung oleh SMK Miftahul Khair, manusia  yang meliputi  perilaku mental  yang


yaitu  “menjadi  lembaga  pendidikan  yang berhubungan  dengan  pemahaman,
menghasilkan  sumber  daya  manusia  yang pertimbangan,  pengolahan  informasi,
profesional dan mampu berkompetisi di tingkat pemecahan  masalah,  kesengajaan,  dan
lokal,  nasional,  maupun  internasional”.  Visi keyakinan.  Ranah  kognitif  juga  memiliki
tersebut  membuat  lembaga  ini  berusaha hubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi
mempersiapkan  kurikulum,  tenaga  pengajar, (perasaan) (Syah, 2013). Oleh sebab itu, proses
serta sarana dan prasana yang memadai, agar belajar selalu berkaitan dengan proses kognitif
mampu mencapai apa yang telah diharapkan. seseorang.  Adapun  tahap  perkembangan
Menurut  hasil  wawancara,  diketahui  bahwa kognitif  menurut  Piaget  adalah:  (1)  Tahap
proses  belajar  mengajar  berbasis  humanistik sensori motor yang terjadi pada usia 0 – 2 tahun,
yang  dilakukan telah  memberikan  perubahan ditandai dengan pemikiran yang berdasarkan
bagi  siswa,  baik  dari  pengetahuan  maupun tindakan  indrawinya;  (2)  Tahap  pra-
perilaku  siswa,  seperti  siswa  lebih  memiliki operasional formal yang terjadi pada usia 2 – 7
wawasan  luas  terhadap  suatu  disiplin  ilmu, tahun,  ditandai  dengan  penggunaan  simbol
memiliki  pandangan  kedepan,  lebih  mandiri, untuk  menghadirkan  benda  atau  pemikiran,
kritis terhadap sesuatu, dan bertanggung jawab. khususnya  penggunaan  bahasa;  (3)  Tahap
Selain itu, guru terus melakukan inovasi terhadap operasional konkret yang terjadi pada usia 8 –
metode  yang  ia  gunakan  dengan  meminta 11 tahun, ditandai dengan penggunaan aturan
pendapat siswa. Biasanya guru meminta siswa logis  yang  jelas;  dan  (4)  Tahap  operasional
untuk  menulis  pendapatnya  baik  berupa formal yang terjadi pada usia 11 tahun ke atas,
kekurangan  maupun  kelebihan  metode  yang ditandai dengan mampu berpikir abstrak, logis
digunakan guru selama proses belajar mengajar dan  probabilitas,  berpikir  deduktif-induktif,
secara anonim agar siswa lebih terbuka dan jujur serta  mampu  membuat  hipotesis  dan
dalam menyampaikan pendapatnya. kesimpulan (Suparno, 2001).
Menurut Ginsburg dan Opper, seseorang
Tahap operasional formal
pada  tahap  operasional  formal  mempunyai
Tahap  operasional  formal  adalah  salah tingkat ekuilibrium yang tinggi, dapat berpikir
satu  tahapan  dalam  perkembangan  kognitif fleksibel  dan  efektif,  mampu  berhadapan
menurut  Piaget.  Sebelum  membahas  tentang dengan persoalan yang kompleks, serta ia dapat
tahapan tersebut, definisi tentang kognitif perlu berpikir fleksibel karena dapat melihat semua
diketahui  terlebih  dahulu.  Adapun  istilah unsur  dan  kemungkinan  yang  ada  (Suparno,
kognitif  menurut  Chaplin  adalah  salah  satu 2001). Alasan mengapa ia bisa berpikir efektif
wilayah  atau  domain  atau  ranah  psikologis adalah  karena  ia  dapat  mengidentifikasi

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 107
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

pemikiran mana yang cocok untuk persoalan proses  belajar  mengajar  di  SMK  Miftahul


yang  dihadapi.  Selain  itu,  ia  juga  mampu Khair  memberikan  dampak  positif  dan
menganalisis,  memikirkan  solusi,  atau negatif bagi siswa. Adapun dampak positif
kemungkinan-kemungkinan lain dari masalah di  antaranya  siswa  mampu  belajar  atas
yang  ia  hadapi.  Dari  penjelasan  di  atas, inisiatif sendiri, merasa nyaman saat belajar,
disimpulkan bahwa tahap operasional adalah merasa  dihargai,  tidak  membedakan  atau
tahapan tertinggi dalam perkembangan kognitif mendiskriminasi  siswa,  serta  siswa  bebas
manusia,  hal  itu  membuat  seseorang  dalam dalam  mengeskplorasi  rasa
tahap ini memiliki pemikiran yang kompleks. keingintahuannya  tanpa  ada  ancaman.
Berdasarkan hasil penelitian ini, telah dijelaskan Sedangkan  dampak  negatif nya,  terdapat
bahwa ciri-ciri siswa tahap operasional formal beberapa siswa yang mengabaikan proses
yang  ada,  sama  persis  dengan  apa  yang pembelajaran  sehingga  ia  kurang  mampu
disebutkan  dalam  teori  Piaget.  Jadi,  selain memahami  materi  yang  diberikan.  Hal  ini
terletak pada usia siswa (16 – 18 tahun), siswa terjadi  karena  tidak  adanya  ancaman  dari
juga  mampu  berpikir  kritis,  logis  (deduktif- guru. Akan tetapi, pada kasus tertentu, guru
induktif),  mampu  membuat  hipotesis,  dan memberikan hukuman (punishment) ringan
bahkan memecahkan masalah yang ia hadapi. terhadap siswa seperti maju ke depan kelas,
Hal ini bisa dilihat saat proses pembelajaran berdiri, menjawab pertanyaan dari guru, dan
siswa, baik yang bersifat praktik maupun tidak, sebagainya.  Hal  tersebut  dilakukan  agar
misalnya seperti penugasan. Akan tetapi, ada siswa  menyadari  kesalahannya  dengan
pula siswa yang kurang aktif atau antusias dalam harapan  dapat  mem berikan  efek  jera
pembelajaran, sehingga mereka kurang kritis terhadap siswa.
terhadap  permasalahan  yang  ada.  Hal  itu
Saran
menjadi  tugas  guru  untuk  menumbuhkan
semangat dan memotivasi siswa agar mampu Saran yang dapat peneliti berikan bagi

belajar kooperatif dan efektif. lembaga yang bersangkutan adalah agar lembaga
dapat mengadakan seminar atau pelatihan yang
Simpulan
dapat menumbuhkan gairah dan prestasi belajar
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang siswa. Selain itu, guru juga dapat menanamkan
telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan nilai-nilai positif pada siswa dengan tidak hanya
bahwa strategi, metode, serta perilaku guru melalui  ucapan  saja,  akan  tetapi  diikuti  aksi
sangat penting dalam pengimplementasian nyata.  Sehingga,  guru  dapat  menjadi  model
konsep  belajar  humanistik  bagi  siswa. positif yang bisa ditiru oleh siswa dalam lembaga
Penggunaan  metode  humanistik  dalam tersebut.

108 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair

Referensi Jumarudin, Gafur, A., & Suardiman, S. P. (2014).
Pengembangan  model  pembelajaran
Alagona, P. S., & Simon, G. L. (2010). The role of humanis  religius  dalam  pendidikan
field  study  in  humanistic  and karakter  di  sekolah  dasar.  Jurnal
interdisciplinary  environmental Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan
education.  Journal of Experiential Aplikasi, 2(2), 114–129. https://doi.org/
Education,  32(3),  191–206.  https:// 10.21831/jppfa.v2i2.2623
doi.org/10.1177/105382590903200302
Khairani, M. (2017). Psikologi Belajar. Aswaja
Arifin, M. (2016). Manajemen keuangan pondok Pressindo.
pesantren. Fikrotuna, 4(2), 10–24. https:/
/doi.org/10.32806/jf.v4i2.2745 Lahir,  S.,  Ma’ruf,  M.  H.,  &  Tho’in,  M.  (2017).
Peningkatan  prestasi  belajar  melalui
Creswell,  J.  W.  (2012).  Educational research: model  pembelajaran  yang  tepat  pada
Planning, conducting, and evaluating sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
quantitative and qualitative research Jurnal Ilmiah Edunomika,  1(1),  1–8.
(4th ed.). Pearson. https://doi.org/10.29040/jie.v1i01.194
Creswell,  J.  W.  (2014).  Research design: Lynch,  M.,  &  Cicchetti,  D.  (1997).  Children’s
Qualitative, quantitative, and mixed relationships with adults and peers: An
methods approaches (4th edition, examination  of  elementary  and  junior
international student edition). SAGE. high  school  students.  Journal of School
Dwiningrum,  S.  I.  A.  (2016).  Menciptakan Psychology,  35(1),  81–99.  https://
belajar humanis tantangan pendidik yang doi.org/https://doi.org/10.1016/S0022-
profesional  dan  berkarakter.  Jurnal 4405(96)00031-3
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Nurhasanah,  S.,  &  Sobandi,  A.  (2016).  Minat
Aplikasi, 4(2), 154–165. https://doi.org/ belajar sebagai determinan hasil belajar
10.21831/jppfa.v4i2.12420 siswa.  Jurnal Pendidikan Manajemen
Faqihuddin, A. (2017). Internalisasi nilai-nilai Perkantoran, 1(1), 128. https://doi.org/
humanistik  religius  pada  Generasi  Z h t t p s : / / do i . o r g / 1 0 . 1 7 5 0 9 /
dengan  “Design  for  Change.”  Edukasia: jpm.v1i1.3264
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Parjuangan.  (2016).  Kreativitas  dalam
12(2),  263–284.  https://doi.org/ perspektif teori humanistik Rogers dan
10.21043/edukasia.v12i2.2471 relevansinya dalam pendidikan. At-Tajdid:
Haris, A. (2017). Sistem pendidikan di Pondok Jurnal Ilmu Tarbiyah, 5(2), 279–299.
Pesantren  Mansyaul  Ulum  Congkop Putri, E. I. E. (2018). Humanis dalam mendidik
Nagasari  Tlambah  Kecamatan  Karang (Analisis  terapan  aliran  psikologi
Penang  Kabupaten  Sampang.  Al-Ulum: humanistik).  Jurnal Tarbiyatuna/ :
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Kajian Pendidikan Islam, 2(2), 50–65.
Keislaman, 4(1), 59–72. https://doi.org/
10.31102/alulum.4.1.2017.59-72 Salkind, N. J. (2009). Teori-Teori Perkembangan
Manusia (Pertama). Penerbit Nusa Media.
Hibana,  Kuntoro,  S.  A.,  &  Sutrisno.  (2015).
Pengembangan  pendidikan  humanis Sidhiq,  N.  (2016).  Humanisme  pendidikan
religius  di  madrasah.  Jurnal pesantren. Jurnal Al-Qalam, 11(1), 21–34.
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan
Aplikasi,  3(1),  19–30.  https://doi.org/ Sukmadinata, & Syaodih, N. (2007). Landasan
10.21831/jppfa.v3i1.5922 psikologi proses pendidikan (IV). Remaja
Rosdakarya.
Irham,  M.,  &  Wiyani,  A.  N.  (2016).  Psikologi
pendidikan: Teori dan aplikasi dalam proses Sumanto.  (2014).  Psikologi umum.  Center
pembelajaran (Ketiga). Ar-Ruzz Media. Academic Publishing Service.

PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 109
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor

Suparno,  P.  (2001).  Teori Perkembangan 4 (1),  45–51.  h ttps ://doi .org/
Kognitif Jean Piaget. Kanisius. 10.4304/jltr.4.1.45-51
Syah, M. (2013). Psikologi Pendidikan Dengan Winataputra, D. U. S. (2008). Teori belajar dan
Pendekatan Baru (18th ed.). PT  Remaja pembelajaran.  Universitas  Terbuka.
Rosdakarya.
Tabatabaie,  A.  K.  M.  (2013).  Humanistic 
education:  Concerns,  implications Received 31 January 2020
and  applic ati ons .  J o urnal o f Revised 20 April 2020
Language Teaching and Research, Accepted 30 May 2020

110 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai