25 Nomor 1, Januari 2020: 97-110 E-ISSN: 2579-6518
DOI:10.20885/psikologika.vol25.iss1.art8 P-ISSN: 1410-1289
Abstrak. Konsep belajar yang diusung humanistik adalah memanusiakan manusia, dan lebih
menekankan proses daripada hasil belajar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengimplementasian konsep belajar humanistik bagi siswa tahap operasional formal di SMK
Miftahul Khair yang berada di bawah naungan pesantren. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara semi
terstruktur dan observasi. Hal itu dilakukan untuk mengetahui validitas dan konsistensi data
yang diperoleh. Adapun hasil dari penelitian ini adalah terdapat beberapa strategi yang digunakan
guru dalam mengimplementasikan pembelajaran humanistik pada siswa, yaitu: (1) Memberikan
respon positif terhadap siswa baik verbal maupun nonverbal, seperti menghargai siswa,
memberikan apresiasi (misal pujian), berlaku adil, tersenyum, dan lain-lain; (2) Memberikan
cerita inspiratif untuk menumbuhkan serta meningkatkan hasrat dan minat belajar siswa, di
mana hal tersebut berdampak terhadap perubahan siswa (meliputi pengetahuan, sifat, dan
perilaku siswa); (3) Pemilihan metode belajar yang tepat dan menyenangkan agar proses
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa; dan (4) Membuat siswa merasa nyaman dengan
tidak memberikan ancaman atau kecaman terhadap siswa, sehingga siswa merasa bebas
berekspresi dalam pembelajaran.
Kata Kunci: belajar humanistik, sekolah menengah kejuruan, tahap operasional formal
Abstract. The concept of learning which so called humanistic was humanizing human beings
and emphasizes the process rather than learning outcomes. This research was conducted to
determine the implementation of the concept of humanist learning for students in the formal
operational stage at the Miftahul Khair’s Vocational High School under the auspices of the
Pesantren. The study used a descriptive qualitative approach. The data collection, however,
used semi-structured interviews and observations. it was done to determine the validity and
consistency of the data obtained. The results stated that there were several strategies used by
teachers in implementing humanistic learning in students, namely: (1) Giving positive responses
to students both verbally and non-verbally such as respecting students, giving appreciation (ex:
praise), acting fairly, smiling, etc.; (2) Provide inspirational stories to foster and increase the
desires and interest in student learning, where it has an impact on student change (including
knowledge, nature, and behavior of students); (3) The selection of appropriate and fun learning
methods so that the learning process becomes meaningful for students; and (4) Make students
feel comfortable by not giving threats or criticism to students, so students feel free to express
themselves in learning.
Keywords: formal operational stages, humanistic learning, vocational high school
97
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
Belajar merupakan kegiatan vital dalam dari sistem pendidikan nasional memiliki tiga
setiap usaha pendidikan, yang melibatkan unsur utama, yaitu: (a) kiai sebagai pemilik
aktivitas psikis dan mental dalam prosesnya. sekaligus pendidik bagi para santri; (b)
Robert Gagne memberikan dua definisi belajar, kurikulum pesantren; dan (c) sarana
yaitu belajar adalah suatu proses untuk peribadatan dan pendidikan seperti masjid,
memperoleh motivasi dalam pengetahuan, madrasah, pondok, dan lain-lain. Dalam pasal 3
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Selain itu, ia mengatakan bahwa belajar adalah (UU Sisdiknas) menjelaskan bahwa pendidikan
penguasaan pengetahuan atau keterampilan nasional berfungsi untuk mengembangkan
yang diperoleh dari instruksi (Lahir et al., 2017). kemampuan dan membentuk watak serta
Selanjutnya, Gagne berpendapat bahwa hasil peradaban bangsa yang bermartabat dalam
belajar siswa terbagi menjadi lima kategori: (a) rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, bertujuan untuk mengembangkan potensi
(c) keterampilan motorik, (d) sikap, dan (e) peserta didik agar menjadi manusia yang
strategi kognitif (Nurhasanah & Sobandi, 2016). beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Adapun hasil rangkaian proses belajar tersebut Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
dilakukan dalam bentuk keterlibatannya baik cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
dalam pendidikan informal, formal dan/atau negara yang demokratis, serta bertanggung
pendidikan nonformal (Winataputra, 2008). jawab. Ketentuan tersebut telah berlaku dan
Indonesia memiliki berbagai macam diimplementasikan di pesantren. Sejak lama,
sistem pendidikan atau pembelajaran, salah pesantren sudah menjadi lembaga yang
satunya yaitu pendidikan pesantren yang membentuk peradaban serta mencerdaskan
dikategorikan sebagai subkultur dalam kehidupan bangsa yang berbasis keimanan dan
masyarakt Indonesia, karena memiliki ciri khas ketakwaan kepada Allah Swt, yang dilengkapi
yang unik dan tidak diragukan lagi kualitasnya. dengan akhlak mulia (Arifin, 2016).
Pesantren dipandang sebagai salah satu lembaga Salah satu aliran pembelajaran dalam ilmu
pendidikan yang menjadi pusat awal psikologi yaitu aliran humanistik, yang
dimulainya perubahan-perubahan sosial (Haris, mengatakan bahwa proses belajar harus
2017). Selain itu, pesantren dikenal sebagai dimulai dan ditunjukkan untuk kepentingan
lembaga pendidikan yang memiliki ciri khas, memanusiakan manusia itu sendiri. Teori ini
seperti berprinsip keikhlasan, kesederhanaan, lebih mementingan orang yang dipelajari
kebersamaan, kekeluargaan, kesopanan, dibandingkan dengan proses belajar itu sendiri
beriman dan bertakwa, serta kemandirian. (Khairani, 2017). Aliran humanistik dalam
Pendidikan pesantren yang merupakan bagian pendidikan mengusung prinsip
98 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair
aliran humanistik dalam sistem pendidikan kualitatif yang mengacu pada pendapat
studi lapangan, dan model pembelajaran lainnya. proses pembelajaran humanistik dideskripsikan
penerapan pendekatan humanistik terhadap partisipan yang dalam konteks ini guru dan
PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 99
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
Tabel 1
Partisipan Penelitian
Inisial Jenis kelamin Mata pelajaran Lama mengajar
IN Perempuan Produktif 6 tahun
NA Perempuan Guru piket 1,6 tahun
MR Laki-Laki Mulok fikih 11 tahun
Catatan. Lama mengajar terhitung sejak pertama kali menjadi guru di SMK Miftahul Khair hingga
tahun 2020.
100 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair
PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 101
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
dalam proses pembelajaran. Hal itu dilakukan telah dijelaskan di atas, membuat hasrat belajar
dengan memberikan respon positif sebagai siswa meningkat.
penguat terhadap siswa baik secara verbal Cerita inspiratif membawa perubahan
maupun nonverbal seperti: tersenyum dan terhadap siswa
memberikan pujian, mencoba memahami siswa Dari hasil wawancara diketahui bahwa
dan tidak membeda-bedakan karakter, serta ketiga subjek sering memberikan cerita
kemampuan setiap siswa. Hal tersebut inspiratif baik dari tokoh terkenal, seperti Nabi
diterapkan oleh subjek 1 (IN) serta subjek 3 Muhammad Saw, B.J. Habibie, dan lain-lain,
(MR). Selain itu subjek 1 (IN) dan subjek 2 (NA) hingga cerita pribadi yang bisa menginspirasi
juga memberikan kebebasan kepada siswa siswa. Hal tersebut dilakukan untuk
untuk mengevaluasi metode belajar yang ia menumbuhkan motivasi intrinsik siswa agar
gunakan agar bisa mengetahui kekurangan, melakukan perubahan dengan menikmati
kelebihan, serta keinginan siswa dalam proses prosesnya. Adapun motivasi intrinsik memiliki
pembelajaran. Selain itu, subjek 2 (NA) posisi penting dalam aliran ini. Menurut salah
menambahkan bahwa, ia menganggap siswa satu subjek penelitian, yakni subjek 3 (MR), hal
seperti anak sendiri, agar ia bisa memiliki rasa tersebut terjadi karena cerita inspiratif
tulus dan ikatan emosional dalam proses membuat siswa memiliki pandangan ke depan
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan karena tentang dirinya. Melalui hal tersebut, siswa
ia percaya bahwa hati (perasaan) mempunyai terdorong untuk merealisasikannya dengan
koneksi dengan hati lainnya. Sedangkan hasil cara melakukan perubahan atau memperbaiki
wawancara terhadap subjek 3 (MR), beliau kualitas diri. Perbedaan strategi ketiga subjek
mengatakan bahwa: dalam hal ini adalah berkaitan dengan sudut
“Saya sebisa mungkin selalu memberikan pandang serta tokoh yang dijadikan inspirasi
reward atau apresisasi kepada siswa yang terhadap siswa. Subjek 1 (IN) lebih cenderung
berprestasi, yah meskipun itu hanya
sebatas pujian, dan tepuk tangan. Tapi saya menceritakan tokoh-tokoh kekinian yang
yakin kalau itu bisa membuat siswa sukses meraih cita-citanya dan menjadi orang
merasa bahagia dan dihargai atas kerja
kerasnya, sehingga siswa berusaha sukses dengan cara dan sifat yang ia miliki,
mempertahankan prestasinya.”
seperti B.J. Habibie, Mahfud MD, dan lain
(Wawancara subjek 3 = MR)
sebagainya. Adapun subjek 2 (NA) hampir sama
Cara tersebut dilakukan oleh ketiga dengan subjek 1 (IN), akan tetapi subjek 2 (NA)
subjek karena bisa membuat siswa merasa lebih sering mengutip cerita dari tokoh-tokoh
nyaman, merasa dihargai, tidak tertekan, yang ada di lingkungan lembaga tersebut untuk
mendapat kebebasan, dan tidak didiskriminasi. mengisnpirasi siswa. Dalam hal ini, biasanya NA
Dampak dari perilaku subjek sebagaimana yang mengambil sifat atau sikap positif tokoh
102 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair
PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 103
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
104 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair
PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 105
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
106 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair
PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 107
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
belajar kooperatif dan efektif. lembaga yang bersangkutan adalah agar lembaga
dapat mengadakan seminar atau pelatihan yang
Simpulan
dapat menumbuhkan gairah dan prestasi belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang siswa. Selain itu, guru juga dapat menanamkan
telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan nilai-nilai positif pada siswa dengan tidak hanya
bahwa strategi, metode, serta perilaku guru melalui ucapan saja, akan tetapi diikuti aksi
sangat penting dalam pengimplementasian nyata. Sehingga, guru dapat menjadi model
konsep belajar humanistik bagi siswa. positif yang bisa ditiru oleh siswa dalam lembaga
Penggunaan metode humanistik dalam tersebut.
108 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020
Implementasi Konsep Belajar Humanistik pada Siswa dengan Tahap Operasional Formal di SMK Miftahul Khair
Referensi Jumarudin, Gafur, A., & Suardiman, S. P. (2014).
Pengembangan model pembelajaran
Alagona, P. S., & Simon, G. L. (2010). The role of humanis religius dalam pendidikan
field study in humanistic and karakter di sekolah dasar. Jurnal
interdisciplinary environmental Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan
education. Journal of Experiential Aplikasi, 2(2), 114–129. https://doi.org/
Education, 32(3), 191–206. https:// 10.21831/jppfa.v2i2.2623
doi.org/10.1177/105382590903200302
Khairani, M. (2017). Psikologi Belajar. Aswaja
Arifin, M. (2016). Manajemen keuangan pondok Pressindo.
pesantren. Fikrotuna, 4(2), 10–24. https:/
/doi.org/10.32806/jf.v4i2.2745 Lahir, S., Ma’ruf, M. H., & Tho’in, M. (2017).
Peningkatan prestasi belajar melalui
Creswell, J. W. (2012). Educational research: model pembelajaran yang tepat pada
Planning, conducting, and evaluating sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
quantitative and qualitative research Jurnal Ilmiah Edunomika, 1(1), 1–8.
(4th ed.). Pearson. https://doi.org/10.29040/jie.v1i01.194
Creswell, J. W. (2014). Research design: Lynch, M., & Cicchetti, D. (1997). Children’s
Qualitative, quantitative, and mixed relationships with adults and peers: An
methods approaches (4th edition, examination of elementary and junior
international student edition). SAGE. high school students. Journal of School
Dwiningrum, S. I. A. (2016). Menciptakan Psychology, 35(1), 81–99. https://
belajar humanis tantangan pendidik yang doi.org/https://doi.org/10.1016/S0022-
profesional dan berkarakter. Jurnal 4405(96)00031-3
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Nurhasanah, S., & Sobandi, A. (2016). Minat
Aplikasi, 4(2), 154–165. https://doi.org/ belajar sebagai determinan hasil belajar
10.21831/jppfa.v4i2.12420 siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen
Faqihuddin, A. (2017). Internalisasi nilai-nilai Perkantoran, 1(1), 128. https://doi.org/
humanistik religius pada Generasi Z h t t p s : / / do i . o r g / 1 0 . 1 7 5 0 9 /
dengan “Design for Change.” Edukasia: jpm.v1i1.3264
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, Parjuangan. (2016). Kreativitas dalam
12(2), 263–284. https://doi.org/ perspektif teori humanistik Rogers dan
10.21043/edukasia.v12i2.2471 relevansinya dalam pendidikan. At-Tajdid:
Haris, A. (2017). Sistem pendidikan di Pondok Jurnal Ilmu Tarbiyah, 5(2), 279–299.
Pesantren Mansyaul Ulum Congkop Putri, E. I. E. (2018). Humanis dalam mendidik
Nagasari Tlambah Kecamatan Karang (Analisis terapan aliran psikologi
Penang Kabupaten Sampang. Al-Ulum: humanistik). Jurnal Tarbiyatuna/ :
Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Kajian Pendidikan Islam, 2(2), 50–65.
Keislaman, 4(1), 59–72. https://doi.org/
10.31102/alulum.4.1.2017.59-72 Salkind, N. J. (2009). Teori-Teori Perkembangan
Manusia (Pertama). Penerbit Nusa Media.
Hibana, Kuntoro, S. A., & Sutrisno. (2015).
Pengembangan pendidikan humanis Sidhiq, N. (2016). Humanisme pendidikan
religius di madrasah. Jurnal pesantren. Jurnal Al-Qalam, 11(1), 21–34.
Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan
Aplikasi, 3(1), 19–30. https://doi.org/ Sukmadinata, & Syaodih, N. (2007). Landasan
10.21831/jppfa.v3i1.5922 psikologi proses pendidikan (IV). Remaja
Rosdakarya.
Irham, M., & Wiyani, A. N. (2016). Psikologi
pendidikan: Teori dan aplikasi dalam proses Sumanto. (2014). Psikologi umum. Center
pembelajaran (Ketiga). Ar-Ruzz Media. Academic Publishing Service.
PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020 109
Nailil Maslukiyah, Prasetio Rumondor
Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan 4 (1), 45–51. h ttps ://doi .org/
Kognitif Jean Piaget. Kanisius. 10.4304/jltr.4.1.45-51
Syah, M. (2013). Psikologi Pendidikan Dengan Winataputra, D. U. S. (2008). Teori belajar dan
Pendekatan Baru (18th ed.). PT Remaja pembelajaran. Universitas Terbuka.
Rosdakarya.
Tabatabaie, A. K. M. (2013). Humanistic
education: Concerns, implications Received 31 January 2020
and applic ati ons . J o urnal o f Revised 20 April 2020
Language Teaching and Research, Accepted 30 May 2020
110 PSIKOLOGIKA Volume 25 Nomor 1 Januari 2020