Anda di halaman 1dari 22

HOMESCHOOLING; PARADIGMA BARU PENDIDIKAN ISLAM DI

INDONESIA

AHMAD NAUFAL

Abstract
Ahmad Naufal Homeschooling sebagai model pendidikan alternatif yang
Universitas Ibn Khaldun berbasis keluarga, akhir-akhir ini telah menjadi trend baru
pendidikan di Indonesia. Tulisan ini memaparkan tren
Email homeschooling yang berkembang dengan mengkajinya
jurnal@ppsuika.ac.id secara kepustakaan. Hasil yang didapat bahwa
homeschooling merupakan model pendidikan yang
berbasis pada keluarga, sehingga menuntut pelibatan
secara aktif peran orangtua dalam menentukan arah
tujuan, proses, metode serta evaluasi pendidikan anak.
Model homeschooling menjadi alternatif ideal bagi
orangtua yang mengerti bagaimana cara mendidik anak-
anaknya di rumah. Pendidikan Islam menjadi lebih efektif
diterapkan dalam homeschooling, karena sekolah tidak
dapat mendidik beberapa hal yang dalam konsep
pendidikan Islam sangat penting. Pembinaan akhlak,
penanaman iman, internalisasi nilai-nilai, dan
fungsionalisasi ilmu yang dipelajari dengan kehidupan
nyata, merupakan beberapa contoh proses pendidikan
yang tidak bisa didapat dari sekolah.
Keywords : pendidikan, homeschooling, sekolah rumah,
paradigma pendidikan

27
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

A. Pendahuluan secara terstruktur dan berjenjang dari


Pendidikan bertalian dengan mulai pendidikan dasar, pendidikan
transmisi pengetahuan, sikap, menengah, hingga pendidikan tinggi.
kepercayaan, keterampilan, dan aspek- Pendidikan non formal adalah proses
aspek kelakuan lainnya. Jadi, mengkaji pendidikan yang berjalan di luar
pendidikan berarti mengkaji proses- pendidikan formal yang dapat
proses pendidikan secara sosial, baik dilaksanakan secara terstruktur dan
proses itu terjadi dalam suatu lembaga berjenjang. Dan pendidikan informal
maupun di luar lembaga. adalah jalur pendidikan keluarga dan
Pendidikan, dalam hal ini lingkungan.2
sejatinya adalah interaksi sosial. Hampir Ketiga lingkup proses pendidikan
segala sesuatu yang dipelajari seseorang tersebut akan mempengaruhi seorang
merupakan hasil hubungan dengan anak dalam hidupnya. Namun
orang lain di rumah, sekolah, tempat keseriusan pemerintah memerhatikan
bermain, tempat kerja, dan sebagainya. ketiga proses pendidikan tersebut
Nasution menjelaskan bahwa dalam ternyata tidak seimbang. Pemerintah
masyarakat primitif tidak ada lembaga lebih serius memperhatikan pendidikan
pendidikan formal. Setiap anak harus formal ketimbang satuan pendidikan
belajar dari lingkungan sosialnya dan nonformal, apalagi informal. Bahkan,
harus menguasai sejumlah kelakuan menurut Sumardiono, pendidikan
yang diharapkan darinya tanpa adanya nonformal dan informal tidak diberi
guru yang bertanggungjawab. Bahasa, ruang untuk mengembangkan keunikan
kebiasaan, makan, dan kepribadian dan keragaman model pendidikan
fundamental sebagian besar diperoleh sendiri karena “dipaksa” mengikuti
dari pendidikan tidak formal.1 standar-standar persekolahan.3
Di Indonesia, lingkup pendidikan Dampaknya adalah pengertian
dibagi menjadi tiga, yaitu pendidikan “pendidikan” menjadi tereduksi.
formal, pendidikan non formal, dan
pendidikan informal. Pendidikan formal Undang-Undang No. 20/2003 tentang
2

Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, ayat 10-13


adalah proses pendidikan yang berjalan 3 Sumardiono, “Strategi Pengembangan

Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan


Karakter”, 2014, hlm. 2. File berupa pdf,
1 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, diunduh dari www.rumahispirasi.com, tanggal
Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 11. 20 Desember 2014.

28
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
Pendidikan sering kali disamakan bertingkah laku tidak sesuai dengan
dengan hanya sekedar pendidikan ajaran agama, adat dan martabat
formal, yaitu persekolahan. Wajib manusia. Banyak pelanggaran yang
belajar diartikan sebagai wajib sekolah. dilakukan oleh para pelajar seperti
Dalam sistem kewajiban belajar, tawuran, penggunaan narkoba,
kelalaian menghadiri pelajaran di perampokan, pergaulan bebas. Tidak
sekolah tanpa alasan dipandang sebagai hanya remaja, para pejabatnya pun
pelanggaran undang-undang yang dapat banyak yang merugikan perekonomian
diberi hukuman. negara dan masyarakat luas; korupsi,
Dengan perhatian pemerintah penyalahgunaan jabatan, dan
yang tidak seimbang tersebut, akhirnya sebagainya.
muncul pelimpahan peran dan Menurut Muhammad Fādhil al-
tanggungjawab. Peran orang tua yang Jamalī, kenyataan pendidikan formal
seharusnya memiliki peran penuh dalam sekarang tidak menghasilkan manusia
mendidik anak kini dilimpahkan kepada yang seutuhnya; manusia yang kurang
para pendidik formal. Muncul juga bertanggung jawab baik untuk dirinya
asumsi bahwa semakin lama bersekolah sendiri maupun masyarakat, juga
akan makin baik karena semakin cenderung melupakan Allah; Al-Abrasyi
terdidik. Hal itu membuat sebagian menambahkan: tidak berakhlak mulia,
orang tua tidak lagi memperhatikan tidak siap untuk bersaing dalam mencari
pendidikan anaknya di rumah dan rizki dan memelihara segi
lingkungannya. Disamping itu, kemanfaatannya, tidak tumbuhnya
kesibukan orang tua bekerja di luar semangat ilmiah di kalangan pendidik
rumah dan ketidakmengertian orang tua dan anak didik, dan tidak siap
bagaimana caranya mendidik anak di menghasilkan tenaga profesional yang
rumah, juga ikut andil dalam terampil.4 Dalam pandangan asy-
ketidakpedulian mereka terhadap Syaibānī, intinya pendidikan sekarang
pendidikan anaknya di luar menghasilkan manusia yang tidak siap
persekolahan.
Hasilnya adalah bisa dilihat
Mohammad Athiyah al-Abrasyi, Dasar-
4

berdasarkan pengamatan. Tampak Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustani A.


Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang,
kecenderungan generasi muda 1984, hlm. 1-4.

29
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

menghadapi kehidupan dunia dan Tulisan ini akan mengelaborasi


akhirat.5 mengenai trend baru tersebut. Bahasan
Melihat realitas di atas, sebagian dikaji secara kepustakaan (library
masyarakat khususnya orang tua yang research). Dan analisis dilakukan melalui
peduli terhadap perkembangan anak- tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian
anaknya, menjadikan fenomena sekolah data, dan penarikan kesimpulan.
formal tersebut sebagai sebuah
B. Kajian Literatur
kekhawatiran tersendiri. Di Amerika
1. Paradigma Homeshooling
Serikat pernah dilakukan survei oleh
Pengertian umum homeschooling
National Center of Education Statistics
adalah model pendidikan di mana
pada tahun 1999 mengenai alasan
sebuah keluarga memilih untuk
sebuah keluarga memilih
bertanggung jawab sendiri atas
homeschooling. Dari survei tersebut,
pendidikan anak-anaknya dan mendidik
ada tiga alasan tertinggi sebuah keluarga
anaknya dengan menggunakan rumah
memilih homeschooling, yaitu: orang
sebagai basis pendidikannya. Orangtua
tua menganggap homeschooling
bertanggung jawab secara aktif atas
memberikan pendidikan yang lebih baik
proses pendidikan yang diberikan pada
di rumah (48.9%); alasan agama/
anaknya. Bertanggung jawab secara aktif
keyakinan (38.4%); dan orang tua
di sini adalah keterlibatan penuh
menganggap lingkungan yang buruk di
orangtua pada proses penyelenggaraan
sekolah (25.6).6 Hal inilah yang
pendidikan, mulai dalam penentuan
kemudian menjadi salah satu faktor
arah dan tujuan pendidikan, nilai-nilai
pemicu berkembangnya homeschooling
yang ingin dikembangkan, kecerdasan
sebagai salah satu trend pendidikan
dan keterampilan yang hendak diraih,
alternatif untuk menjawab beberapa
kurikulum dan materi pembelajaran
permasalahan yang terjadi pada
hingga metode belajar serta praktik
pendidikan formal.
belajar keseharian anak.7

5 Omar Muhammad at-Toumy asy-


Tetapi, istilah homeschooling itu
Syaibānī, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan sendiri sering dianggap kurang tepat
Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, hlm.
410.
6 http://rumahinspirasi.com/apa-alasan- 7 Sumardiono, Homeschooling:
sebuah-keluarga-memilih-homeschooling, diakses Lompatan Cara Belajar, Jakarta: Elex Media
pada 21 April 2015. Komputindo, 2007, hlm. 4

30
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
karena istilah itu seolah-olah Meskipun ada beberapa
menggambarkan model pendidikan perbedaan dalam pemaknaan
yang menggunakan metode seperti homeschooling, secara substansi ada tiga
lembaga sekolah (ruang kelas, buku hal yang disepakati, yaitu:
pelajaran, guru, murid, tes, rapor, kelas, homeschooling adalah model
dan sebagainya). Padahal, banyak sekali pendidikan alternatif; homeschooling
model dan metode yang dijalani oleh adalah pendidikan berbasis keluarga,
keluarga-keluarga homeschooling. Oleh dan; anak-anak homeschooling tidak
karena itu, sebagian keluarga lebih bersekolah.
menyukai sebutan home education atau Secara yuridis, model pendidikan
home-based learning, karena mereka homeschooling ini dianggap sebagai
menggunakan rumah sebagai titik pendidikan informal yang dinaungi oleh
berangkat pendidikan dan belajar, serta beberapa peraturan perundangan
menggunakan keseharian dan berikut:
lingkungan sekitar sebagai bagian 1. UUD Negara Republik Indonesia
integral yang digunakan dalam proses Tahun 1945 dan perubahannya.
belajar.8 2. Undang-undang No. 20 tahun 2003
Menurut Muhtadi, tentang Sistem pendidikan Nasional.
homeschooling merupakan sekolah 3. Undang-undang No. 32 tahun 2003
alternatif yang mencoba menempatkan tentang Desentralisasi dan Otonomi
anak sebagai subjek belajar dengan Daerah.
pendekatan at home. Pendekatan at 4. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
home adalah pendekatan yang 2005 tentang Standar Nasional
memperlakukan anak belajar sesuai Pendidikan.
kenyamanan dalam rumah tidak seperti 5. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun
di sekolah dengan segudang peraturan.9 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan

8 Sumardiono, Homeschooling vs
Propinsi sebagai Daerah Otonom.
Sekolah, Bentang Ilmu, hlm. 3-4. Buku berupa 6. Peraturan Pemerintah No. 73 tahun
file pdf. Didownload dari
www.rumahinspirasi.com 1991 tentang Pendidikan Luar
9 Muhtadi, A., “Pendidikan dan
Pembelajaran di Sekolah Rumah (Home Sekolah.
Schooling): Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis,”
2008, hlm 4. Artikel berupa file pdf.

31
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

7. Keputusan Menteri Pendidikan dan Eksistensi Komunitas Belajar diakui


Kebudayaan Nomor 0131/U/1991 sebagai salah satu satuan pendidikan
tentang Paket A dan Paket B. nonformal yang berhak
8. Keputusan Menteri Pendidikan menyelenggarakan pendidikan.
Nasional No. 132/U/2004 tentang Untuk itu, pemerintah dan
paket C. pemerintah daerah berkewajiban untuk:
Meskipun telah mendapat 1) Melakukan pendataan Komunitas
pengakuan hukum, pemerintah tidak Belajar homeschooling yang menjadi
mengatur standar isi dan proses anggotanya; 2) Melakukan pembinaan
pelayanan sistem pendidikan informal terhadap Komunitas Belajar
seperti homeschooling, kecuali standar homeschooling; 3) Mefasilitasi
penilaian apabila akan disetarakan terselenggaranya ujian nasional bagi
dengan pendidikan jalur formal dan non peserta didik sekolah homeschooling
formal sebagaimana yang dinyatakan yang terdaftar pada Komunitas Belajar.10
dalam Undang-Undang Sistem
2. Karaakteristik Homeschooling
Pendidikan Nasional No. 20/2003 pasal
Menurut para pemerhati
27 ayat 2, yang menyebutkan bahwa
homeschooling, model pendidikan
hasil pendidikan informal diakui sama
homeschooling dibedakan menjadi tiga
dengan pendidikan formal dan non
jenis, yaitu homeschooling tunggal,
formal setelah peserta didik lulus ujian
homeschooling majemuk, dan
sesuai dengan standar nasional
komunitas homeschooling.11
pendidikan.
Homeschooling tunggal adalah
Untuk mendapatkan kesetaraan
suatu format layanan pendidikan yang
dengan pendidikan formal,
dilakukan orangtua/ wali dalam suatu
penyelenggara pendidikan informal
keluarga terhadap anak-anaknya di
(homeschooling) harus mengacu pada
ketentuan-ketentuan yang mengatur
10 Departemen Pendidikan Nasional,
pendidikan formal dan nonformal yang “Pendidikan Kesetaraan Mencerahkan Anak
telah dibuat. Bagi keluarga Bangsa”, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Kesetaraan, Dirjen Pendidikan Luar Sekolah,
homeschooling, salah satu jalan untuk 2006, hlm. 5
11 Hatta Fakhrurrazi, “Homeschooling

mendapatkan kesetaraan adalah Sebagai Model Alternatif Pendidikan Bagi


Masyarakat Terpencil” dalam Jurnal FIKRINA,
membentuk Komunitas Belajar. Vol 1, No. 1, Juli-Desember 2012, hlm. 154-155.

32
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
rumah maupun di tempat-tempat lain filosofis-substansial, dan ada yang
yang menyenangkan dimana orang merupakan improvisasi dan inovasi
tua/wali dengan sengaja tidak pengembangan dari model yang ada.
bergabung dengan keluarga lain. Perbedaan yang bersifat filosofis-
Komunitas homeschooling adalah substansial berangkat dari perbedaan
gabungan homeschooling majemuk dalam memandang anak dan
yang memiliki komitmen pengajaran pendidikan. Diantaranya ada yang
dengan perbandingan tertentu antara berkiblat ke Barat dengan memahami
komunitas dan orangtua yang menyusun “pendidikan” berasal dari bahasa Latin,
dan menentukan silabus serta bahan ajar “educare” yang berarti “mengeluarkan.”
bagi anak-anak homeschooling, Jadi, tugas utama pendidikan adalah
termasuk menentukan beberapa aktifitas mengeluarkan potensi anak,
dasar (olahraga, musik/seni, dan bahasa) berdasarkan hal itu, tugas utama
serta fasilitas dan proses belajar pendidikan adalah belajar (pengalaman
dilaksanakan pada waktu-waktu anak), bukan mengajar (inisiatif guru).
tertentu. Fungsi orangtua adalah sebagai
Homeschooling majemuk adalah fasilitator, bukan guru.12
suatu format layanan pendidikan yang Selain itu, ada juga yang berkiblat
dilaksanakan oleh orangtua/wali dari ke Timur dengan memahami
dua atau lebih keluarga yang tidak selalu “pendidikan” berasal dari bahasa Arab,
saling bertalian keluarga melakukan “ta‟līm” yang berarti mengajarkan,
suatu kegiatan homeschooling dimana sehingga bagi mereka tidak ada masalah
kegiatannya dibentuk dan dikelola dengan model pengajaran seperti
secara lebih teratur dan terstruktur. sekolah. Hanya mereka memiliki
Ciri khas homeschooling yang pandangan yang berbeda dengan
membedakannya dengan sekolah adalah sekolah tentang bagaimana pendidikan
keragaman dan tidak adanya model dijalankan. Mereka tidak menggunakan
yang standar. Perbedaan-perbedaan sistem paket seperti sekolah, tetapi
antara homeschooling dan sekolah pun menggunakan sistem modul. Dalam
sangat bervariasi, tergantung pandangan sistem paket, anak yang tidak lulus
dan praktik yang dijalani setiap keluarga
12 Sumardiono, Homeschooling vs
homeschooling; ada yang bersifat Sekolah..., hlm. 7
33
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

matematika harus tinggal kelas dan 4. Keberadaan guru (tutor) lebih


mengulang berfungsi sebagai pembimbing dan
seluruh paket materi pelajaran pengarah minat anak dalam mata
(walaupun materi pelajaran itu pelajaran yang disukainya.
dikuasainya). Dalam sistem modul, 5. Adanya fleksibilitas pengaturan
anak belajar terus sesuai dengan jadwal kegiatan pembelajaran.
kecepatannya pada setiap pelajaran. (Kegiatan pembelajaran bisa
Pada satu masa, bisa jadi yang menyukai dilakukan pada waktu pagi hari,
matematika berada pada kelas 6 untuk siang hari maupun malam hari).
pelajaran matematika, kelas 5 untuk 6. Adanya fleksibilitas pengaturan
sains, dan kelas 4 untuk bahasa. jumlah jam pelajaran untuk setiap
Terlepas dari beragamnya model materi pelajaran. (Pembahasan tidak
homeschooling yang diterapkan oleh akan pindah ke topik lain, jika anak-
tiap keluarga, secara umum karakteristik anak belum menguasai. Anak diberi
model pendidikan homeschooling dapat kesempatan secara lebih luas
diidentifikasikan sebagai berikut:13 menentukan topik bahasan untuk
1. Orientasi pendidikan lebih setiap pertemuan).
menekankan pada pembentukan 7. Pendekatan pembelajaran lebih
karakter pribadi dan perkembangan bersifat personal dan humanis.
potensi bakat, dan minat anak secara 8. Proses pembelajaran dilaksanakan
alamiah dan spesifik. kapan saja, bersama dengan siapa
2. Kegiatan belajar bisa terjadi secara saja dan di mana saja (tidak terpaku
mandiri, bersama orang tua, bersama pada keberadaan ruang kelas dan
tutor, dan di dalam suatu komunitas. gedung yang megah).
3. Orang tua memegang peran utama 9. Memberi kesempatan anak belajar
sebagai guru, motivator, fasilitator, sesuai minat, kebutuhan, kecepatan
dinamisator, teman diskusi dan dan kecerdasan masing-masing.
teman dialog dalam menentukan 10. Tidak ada istilah anak tidak naik
kegiatan belajar dan dalam proses kelas, semua anak bisa naik kelas
kegiatan belajar. sesuai kecepatan masing-masing.
11. Evaluasi Ujian akhir Nasional bisa
13 Muhtadi, A., Pendidikan dan
Pembelajaran ..., hlm. 4-5 dilaksanakan kapan saja sesuai
34
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
kesiapan masing-masing anak. Untuk 7. Membantu anak lebih berkembang,
Indonesia, Evaluasi Ujian Akhir memahami dirinya dan perannya
Nasional dapat ditempuh melalui dalam dunia nyata disertai
ujian kesetaraan paket A, B, dan C kebebasan berpendapat, menolak,
yang dilaksanakan oleh Dirjen PLS. atau menyepakati niali-nilai tertentu
Menurut Direktorat Pendidikan tanapa harus merasa takut untuk
Kesetaraan, kekuatan homeschooling mendapat celaan dari teman atau
terletak pada: nilai kurang.
1. Lebih memberikan kemandirian dan 8. Membelajarkan anak-anak dengan
kreativitas individu tidak seperti di berbagai situasi, kondisi, dan
sekolah yang memberikan pelajaran lingkungan sosial.
secara klasikal. 9. Masih memberikan peluang
2. Memberikan peluang untuk berinteraksi dengan teman sebaya di
mencapai kompetensi individual luar jam belajarnya.
semaksimal mungkin sehingga tidak
3. Pendekatan Pembelajaran
selalu harus mengikuti standar
Pada dasarnya homeschooling
kompetensi yang ditentukan oleh
bersifat unik. Karena setiap keluarga
kemampuan tertinggi, rata-rata, atau
mempunyai nilai dan latar belakang
bahkan kemampuan paling rendah
berbeda, sehingga setiap keluarga akan
di kelas.
melahirkan pilihan-pilihan model
3. Terlindung dari tawuran, kenakalan,
homeschooling yang unik. Pendekatan
NAPZA, pergaulan yang
yang dipakai dalam pelaksanaan
menyimpang, konsumerisme, dan
homeschooling memiliki rentang yang
jajan makanan yang tidak baik.
lebar antara yang sangat tidak
4. Lebih bergaul dengan orang dewasa
terstruktur (unschooling) hingga yang
sebagai panutan.
sangat terstruktur seperti belajar di
5. Lebih disiapkan untuk kehidupan
sekolah (school at-home). Menurut
nyata.
Ransom, ada beberapa pendekatan
6. Lebih didorong untuk melakukan
kegiatan keagamaan, rekreasi/
olahraga keluarga.

35
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

yang sering dipakai dalam praktek pembangun rumah (IPS), dan


homeschooling, antara lain:14 sebagainya.
1. School at-home approach, yaitu 3. The living book approach, yaitu
model pendidikan yang serupa model pendidikan melalui
dengan yang diselenggarakan di pengalaman dunia nyata. Metode ini
sekolah. Hanya saja, tempatnya dikembangkan oleh Charlotte
tidak di sekolah, tetapi di rumah. Mason. Pendekatannya dengan
Metode ini juga sering disebut text mengajarkan kebiasaan baik,
book approach, traditional keterampilan dasar (membaca,
approach, atau school approach. menulis, matematika), serta
2. Unit studies approach, yaitu model mengekspos anak dengan
pendidikan yang berbasis pada tema pengalaman nyata, seperti berjalan-
(unit study). Pendakatan ini banyak jalan, mengunjungi museum,
dipakai oleh orang tua berbelanja ke pasar, mencari
homeschooling. Dalam pendekatan informasi di perpustakaan,
ini, siswa tidak belajar satu mata menghadiri pameran, dan
pelajaran tertentu (matematika, sebagainya.
bahasa, IPA, IPS), tetapi mempelajari 4. The classical approach, yaitu model
banyak mata pelajaran sekaligus pendidikan yang dikembangkan
melalui sebuah tema yang dipelajari. sejak abad pertengahan. Pendekatan
Metode ini berkembang atas ini menggunakan kurikulum yang
pemikiran bahwa proses belajar distrukturkan berdasarkan tiga tahap
seharusnya terintegrasi (integrated), perkembangan anak yang disebut
bukan terpecah-pecah (segmented). Trivium. Penekanan metode ini
Misalnya, dengan tema tentang adalah kemampuan ekspresi verbal
“rumah”, anak-anak dapat belajar dan tertulis. Pendekatannya berbasis
tentang bentuk geometri teks/ literatur (bukan gambar/
(matematika), jenis-jenis rumah image).
(sejarah), fungsi rumah (IPA), profesi 5. The Waldorf approach, yaitu model
pendidikan yang dikembangkan oleh
Rudolph Steiner, banyak ditetapkan
14 Sumardiono, Homeschooling..., hlm.
33-36 di sekolah-sekolah alternatif Waldorf
36
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
di Amerika. Karena Steiner berusaha mendesain sendiri program
menciptakan setting sekolah yang homeschooling yang sesuai, dengan
mirip keadaan rumah, metodenya memilih atau menggabungkan dari
mudah diadaptasi untuk sistem yang ada.
homeschooling. Secara umum model pelaksanaan
6. The Montessori approach, yaitu homeschooling di Indonesia dapat
model pendidikan yang diidentifikasikan sebagai berikut:15
dikembangkan oleh Dr. Maria 1. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
Montessori. Pendekatan ini dilakukan oleh orang tua di rumah/
mendorong penyiapan lingkungan lingkungan
pendukung yang nyata dan alami, 2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
mengamati proses interaksi anak- dilakukan oleh orang tua dan tutor
anak di lingkungan, serta terus di rumah dan di dalam komunitas.
menumbuhkan lingkungan sehingga Biasanya kegiatan di komunitas
anak-anak dapat mengembangkan dilaksanakan 2 kali dalam seminggu
potensinya, baik secara fisik, mental, 3. Pelaksanaan kegiatan menggunakan
maupun spiritual. sistem campuran: 3 hari di sekolah
7. Unschooling atau Natural Learning formal yang mendukung
berangkat dari keyakinan bahwa homeschooling (seperti Morning Star
anak-anak memiliki keinginan Academy) dan selebihnya di rumah/
natural untuk belajar, dan jika lingkungan oleh orang tua
keinginan itu difasilitasi dan 4. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dikenalkan dengan pengalaman di bergabung dengan PKBM (Pusat
dunia nyata, maka mereka akan Kegiatan Belajar Masyarakat) dengan
belajar lebih banyak daripada tatap muka minimal 5x3 jam per
melalui metode lainnya. minggu, selebihnya mandiri dan
Unschooling tidak berangkat dari bersama orang tua.
textbook, tetapi dari minat anak Dalam hal bahan ajar, keluarga
yang difasilitasi. homeschooling bisa sangat fleksibel,
8. The Eclectic approach, yaitu dapat menggunakan bahan-bahan ajar
pendekatan yang memberikan
15 Muhtadi, A., Pendidikan dan
kesempatan pada keluarga untuk Pembelajaran ..., hlm. 16
37
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

dari pemerintah (seperti yang digunakan sesama keluarga homeschooling atau


oleh sekolah), dapat juga membuat mencarinya melalui internet.
bahan ajar sendiri, atau menggabungkan
C. Hasil dan Pembahasan
keduanya.
Menurut Yusuf al-Qardhawi
Menurut Sumardiono,
menjelaskan bahwa pendidikan Islam
sebenarnya dalam proses
adalah pendidikan manusia seutuhnya,
homeschooling, bahan ajar tersedia
akal dan hati, rohani dan jasmaninya,
melimpah di alam, tidak terbatas pada
serta akhlak dan keterampilannya.17
buku pelajaran. Proses pembelajaran
Yang ingin dihasilkan dari proses
tidak dibatasi dengan pengayaan
pendidikan itu, menurut Seyyed Naquib
intelektual (kecerdasan). Aktivitas sehari-
al-Attas adalah manusia yang beradab.
hari dapat dimanfaatkan untuk proses
Sebab, pendidikan Islam berkaitan
belajar, baik belajar mengenai rasa,
dengan ilmu. Ilmu tidak dapat diajarkan
sikap, maupun keterampilan.
kepada anak jika anak tersebut tidak
Keterkaitan materi pembelajaran
memiliki adab yang tepat terhadap ilmu
dengan dunia nyata dapat menjadi
pengetahuan. Hilangnya nilai adab telah
pembelajaran yang sangat efektif karena
melahirkan kehidupan yang penuh
anak lebih dapat memahami materi
dengan kezaliman, kebodohan dan
yang dipelajarinya dengan realitas nyata
kegilaan.18
yang diketahuinya.16
Untuk menciptakan pribadi-
Pengamatan dan pembahasan
pribadi yang beradab, menurut
mengenai lingkungan sekitar adalah
Abdullah Nashih Ulwan, setidaknya ada
bahan belajar yang tidak ada habisnya,
misalnya melakukan pengamatan di
tempat-tempat yang dikunjungi seperti
di pasar, sawah, jalan, bandara, kantor,
tempat rekreasi, tempat sosial, dan lain Yusuf al-Qardhawi, Pendidikan Islam
17

dan Madrasah Hasan al-Banna, 1980, hlm. 157.


sebagainya. Jika kekurangan ide dan 18Kezaliman adalah meletakkan sesuatu
bahan belajar, dapat berbagi dengan bukanpada tempatnya. Kebodohan adalah
melakukan kelakuan yang salah untuk mencapai
tujuan tertentu. Dan kegilaan adalah perjuangan
yang berlandaskan tujuan dan maksud yang
salah. Lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat
16 Sumardiono, Homeschooling..., hlm. dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib
39 al-Attas, Jakarta: Mizan, 2003, hlm. 24-25.
38
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
tujuh aspek manusia yang harus menjadi terang, merasa sempurna, suka
perhatian, yaitu:19 berbuat baik terhadap orang lain,
1. Aspek iman, yaitu mengikat anak menahan diri ketika marah dan
dengan dasar-dasar iman, rukun senang kepada seluruh bentuk
Islam dan dasar-dasar syariah, sejak keutamaan psikis dan moral secara
anak mulai mengerti dan dapat keseluruhan. Tujuan pendidikan ini
memahami sesuatu. adalah membentuk,
2. Aspek akhlak, yaitu pendidikan menyempurnakan dan
mengenai dasar-dasar moral dan menyeimbangkan kepribadian anak,
keutamaan perangai, tabiat yang sehingga ketika anak sudah mencapai
harus dimiliki dan dijadikan usia taklīf, ia dapat melaksanakan
kebiasaan oleh anak sejak masa kewajiban-kewajiban yang
tamyīz hingga ia menjadi seorang dibebankan pada dirinya dengan
mukallaf. baik dan penuh kemuliaan diri.
3. Aspek fisik, yaitu agar anak tumbuh 6. Aspek sosial, yaitu pendidikan anak
dewasa dengan kondisi fisik yang sejak kecil agar terbiasa menjalankan
kuat dan selamat, sehat, bergairah adab sosial yang baik dan dasar-
dan bersemangat. dasar psikis yang mulia, bersumber
4. Aspek intelektual, yaitu upaya pada akidah Islam dan perasaan
pembentukan dan pembinaan keimanaan yang mendalam, agar di
berfikir anak dengan segala sesuatu dalam masyarakat kelak ia dapat
yang bermanfaat, ilmu pengetahuan tampil dengan pergaulan dan adab
hukum, peradaban ilmiah dan yang baik, keseimbangan akal yang
modern, serta kesadaran berfikir dan matang dan bijaksana dalam
berbudaya. Dengan demikian, ilmu, bertindak.
rasio dan peradaban anak dapat 7. Aspek seksual, yaitu upaya
terbina. pengajaran, penyadaran dan
5. Aspek psikis, yaitu mendidik anak penerangan tentang masalah-
supaya bersikap berani, berterus masalah seksual yang diberikan
kepada anak, sejak ia mengerti
19 Abdulah Nasih Ulwan, Pedoman masalah-masalah yang berkenaan
Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 1, Semarang:
Asy-Syifa, tt., hlm. 141-572 dengan seks, naluri dan perkawinan.
39
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

Sehingga, ketika anak telah tumbuh karakter” dalam sistem pendidikan


menjadi seorang pemuda, ia telah nasional memiliki ruh pendidikan Islam.
mengetahui hal-hal yang diharamkan Istilah “iman dan takwa” yang
dan dihalalkan, bahkan mampu disebutkan dalam undang-undang,
menerapkan tingkah laku islami sebenarnya sudah cukup mewakili
sebagai akhlak, kebiasaan, dan tidak pendidikan akhlak dalam Islam,
akan mengikuti syahwat dan cara- sebagaimana yang disebutkan oleh Ibn
cara hedonisme. Taimiyah, bahwa pembentukan
Dalam Undang-Undang No. karakter/akhlak dalam Islam berawal
20/2003 tentang Sistem Pendidikan dari iman kepada Allah Swt. Singkatnya,
Nasional, disebutkan bahwa tujuan pendidikan karakter/akhlak tidak dapat
pendidikan adalah untuk dipisahkan dari pendidikan Islam itu
mengembangkan potensi peserta didik sendiri, karena tujuan diutusnya Rasul
agar menjadi manusia yang beriman dan adalah untuk pembentukan akhlak yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha mulia.21
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, Jika selama ini pendidikan
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi nasional (khususnya yang mewujud
warga negara yang demokratis serta dalam pendidikan formal) telah memuat
bertanggung jawab.20 visi pendidikan Islam, sementara hasil
Kesembilan karakter yang ingin yang terbentuk justru bertentangan
diraih tersebut secara substansial sangat dengan tujuan pendidikan yang ingin
dekat dengan pendidikan Islam. Istilah diraih, berarti ada masalah dalam
“iman, takwa, akhlak dan ilmu” praktik pendidikan nasional.
merupakan istilah yang berasal dari Bisa jadi masalah tersebut muncul
Islam. Sehingga dalam memaknainya karena tidak dipahaminya visi
pun tentu harus sesuai dengan pendidikan nasional sebagai visi
worldview Islam sebagaimana rumusan pendidikan Islam sehingga konsep
para ulama. Inilah sesungguhnya yang pendidikan Islam tidak turun dalam
menjadikan istilah “pendidikan 21 Rasulullah Saw bersabda: ‫إنَّما بعِثْتُ ِلُتَمم‬
َ ِّ ِ ُ َ ِ
‫ق‬ َ ْ َ ْ ِ ‫( َمك‬Sesungguhnya aku diutus untuk
ِ ‫َار َم اِلخَل‬
menyempurnakan akhlak yang mulia). Lihat Al-
Bazzār, Musnad al-Bazzār, Madinah al-
20 Undang-Undang No. 20/2003 Munawwarah: Maktabat al-„Ulūm wa al-Hikam,
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3. 2009, Jilid 15, hlm. 364.

40
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
kurikulum dan pelaksanaannya. Atau Padahal, pendidikan formal tidak
karena pendidikan hanya dipahami dapat diharapkan menanggung seluruh
hanya persekolahan, sehingga transmisi kebudayaan. Masyarakat masih
membenahi pendidikan dianggap cukup akan tetap memegang fungsi penting
dengan membenahi sekolah. Hal dalam transmisi kebudayaan.
tersebut didukung dengan peran Pendidikan norma-norma, sikap adat
orangtua yang tidak begitu istiadat, keterampilan sosial, dan lain-
memerhatikan pendidikan anak-anaknya lain banyak diperoleh dalam keluarga
di rumah dan masyarakatnya. masing-masing.23 Nasution menulis:
Jika itu yang terjadi, maka wajar
Fungsi sekolah yang utama
jika kualitas pendidikan Islam tidak adalah pendidikan intelektual,
kunjung membaik. Tilaar menyatakan yakni “mengisi otak” anak
dengan berbagai macam
bahwa ada krisis pokok sistem pengetahuan... Dalam
pendidikan nasional, adalah: 1) pendidikan formal yang
biasanya memegang peranan
menurunnya moral dan akhlak peserta utama ialah guru, yaitu dengan
didik, 2) pemerataan kesempatan mengontrol reaksi dan respon
murid. Anak-anak biasanya
memperoleh pendidikan dan belajar dibawah tekanan dan
pemerataan kualitas pendidikan, 3) bila perlu paksaan tertentu dan
kelakuannya dikuasai dan diatur
rendahnya mutu pendidikan di berbagai dengan berbagai aturan.24
jenjang dan jenis pendidikan, 4) masih
Lebih lanjut, Nasution
rendahnya efisiensi internal sistem
menjelaskan bahwa pada dasarnya
pendidikan nasional, 5) masih
setiap sekolah mendidik anak agar
rendahnya efisiensi eksternal sistem
menjadi anggota masyarakat yang
pendidikan nasional dan pelatihan, 6)
berguna. Namun pendidikan di sekolah
kelembagaan pendidikan dan pelatihan,
sering kurang relevan dengan kehidupan
7) manajemen pendidikan yang tidak
masyarakat. Kurikulum kebanyakan
sejalan dengan pembangunan nasional,
berpusat pada mata pelajaran yang
dan 8) sumber daya yang belum
profesional.22
tengah Era Awal dan Indonesia, Jakarta:
Quantum Teaching, 2005, hlm. 214-215.
23 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan...,

hlm. 13.
22 Samsul Nizar, Sejarah dan Pergolakan 24 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan...,

Pemikiran Pendidikan Islam: Potret Timur hlm. 13-14

41
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

tersusun secara logis sistematis yang 1. Pendidikan dengan keteladanan.


tidak nyata hubungannya dengan Keteladanan ini merupakan
kehidupan sehari-hari. Kurikulum metode yang paling meyakinkan
bersifat akademis dan dapat dijalankan keberhasilannya dalam mempersiapkan
tanpa menggunakan sumber-sumber dan membentuk anak dalam moral,
masyarakat. Tidak selalu bahan itu spiritual dan sosial. Hal ini karena orang
menarik minat anak atau fungsional tua merupakan contoh terbaik dalam
dalam kehidupan anak itu. Maka, pandangan anak, yang akan ditirunya
karena itu guru berusaha menarik minat dalam tindak tanduknya, dan tata
anak, menggunakan paksaan atau santunnya, bahkan tercetak dalam
macam-macam motivasi ekstrinsik. Apa jiwanya.
yang dipelajari tampaknya hanya perlu 2. Pendidikan dengan adat kebiasaan.
untuk kepentingan sekolah, untuk ujian Maksudnya adalah mendidik
dan kelanjutan pelajaran di jenjang dengan membentuk lingkungan yang
berikutnya, dan bukan untuk membantu baik atau memilihkan teman yang baik.
anak agar hidup lebih efektif di Ketika seorang anak lahir, ia berada
masyarakatnya.25 dalam keadaan fithrah (tauhid),
Sistem yang berjalan dalam lingkungan sosial-lah yang kemudian
pendidikan formal (sekolah) juga tidak akan mempengaruhi perkembangan
mendukung proses pendidikan secara anak selanjutnya. Sebagaimana
utuh. Masih ada dua aspek lain yang Rasulullah Saw nyatakan dalam sebuah
sangat mempengaruhi anak, yaitu hadis:
keluarga dan masyarakatnya. Disamping ‫ َر َوا ُه‬.‫يِل فَلْ َي ْن ُظ ْر َأ َحدُ ُ ُْك َم ْن ُ َُيالِ ْل‬ ِ ِ ‫الْ َم ْر ُء عَ ََل ِد ِين َخ ِل‬
itu, pendidikan formal lebih didominasi ‫الّت ِم ِذ ُّي َو َأبُو د َُاو َد َوالْ َبْيْ َ ِق ُّي‬
ْ ّ ِ ‫َأ ْْحَدُ َو‬
oleh pengajaran, minus keteladanan, Seseorang itu tergantung pada
pembiasaan dan pengawasan. agama temannya. Maka
hendaklah salah seorang kalian
Dalam Islam, untuk dapat melihat siapa yang menjadi
menginternalisasikan ketujuh aspek temannya! (HR. Ahmad, at-
Tirmidzī, Abū Daūd, dan al-
pendidikan di atas, minimal harus Baihāqī).27
dengan metode berikut:26
At-Tabrīzī, Misykāt al-Māshābīh,
27
25 Ibid., hlm. 148 tahqīq al-Albānī, Jilid III, Beirut: Maktab al-
26 Ibid., Jilid II, hlm. 2-147 Islāmī, 1985, hlm. 1397

42
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
Hadis di atas menunjukkan pendidikan jasmani dan daya hasil
bahwa pergaulan sangat besar ilmiahnya.
pengaruhnya terhadap baik dan 5. Pendidikan dengan memberikan
buruknya seseorang. Dan ini merupakan hukuman
pengertian dari faktor lingkungan sosial, Pada dasarnya hukum-hukum
sekolah atau di luar rumah lainnya. Dari syariah berkisar sekitar penjagaan pada
sini dapat dipahami bahwa titik pertama lima hal (al-kulliyat al-khams), yaitu
untuk memperbaiki seorang anak yang menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga
telah rusak (meskipun ia telah dewasa) kehormatan, menjaga akal, dan
adalah merubah lingkungan yang rusak, menjaga harta benda. Untuk menjaga
menjauhkannya dari pergaulannya yang dan memelihara masalah tersebut, Allah
buruk. Swt telah meletakkan berbagai hukuman
3. Pendidikan dengan nasihat pencegah, bahkan bagi setiap pelanggar
Pemberian nasihat-nasihat kepada akan merasakan kepedihan. Hukuman-
anak dapat membukakan mata anak hukuman ini dikenal dengan istilah
terhadap hakikat sesuatu, dan hudūd dan ta‟zīr.
mendorongnya menuju situasi luhur, Ketika model pendidikan sekolah
menghiasinya dengan akhlak mulia, dan tidak mampu melaksanakan peran
membekalinya dengan prinsip-prinsip tersebut, maka disinilah perlunya
Islam. Karenanya, tidak heran jika alternatif lain, yaitu homeschooling.
didalam al-Qur‟an didapati metode ini, Model homeschooling secara otomatis
seolah-olah Allah Swt berbicara kepada menuntut peran keluarga, khususnya
jiwa, dan mengulang-ulangnya di orangtua yang lebih besar dalam proses
beberapa ayat dan tempat. pendidikan. Hal ini sejalan dengan
4. Pendidikan dengan memberikan prinsip Islam.
perhatian. Dalam sistem pendidikan Islam,
Maksudnya adalah mencurahkan, orang yang pertama kali memikul
memperhatikan dan senantiasa tanggungjawab pendidikan adalah
mengikuti perkembangan anak dalam orangtua, dan secara lebih spesifik
pembinaan akidah dan akhlak, adalah ibu. Peneliti Samiah Hamam
persiapan spiritual dan sosial, disamping menemukan bahwa pengaruh
selalu bertanya tentang situasi ketidakbersamaan ayah dengan anak
43
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

jauh lebih kecil dari pada pengaruh substantif, khususnya dalam mendidik
jauhnya ibu dari anak. Karena ibu bisa akhlak.
mengisi kekosongan akibat ditinggalkan Model homeschooling menuntut
ayah.28 keterlibatan penuh orangtua pada
Ketika pada usia tertentu, orang tua proses pendidikannya, mulai dalam
tidak sanggup lagi mendidik anaknya, penentuan tujuan, proses, metode serta
maka kewajiban orangtua adalah evaluasi pendidikan. Oleh karena itu,
mencarikan guru yang alim untuk pendekatan serta kurikulum yang
mendidik anak-anaknya. Artinya, tugas digunakan pun sangat beragam
mendidik adalah kewajiban orangtua tergantung pada keluarga masing-
yang tidak boleh dilimpahkan begitu masing.
saja kepada orang lain termasuk Hal itu sejalan dengan prinsip
sekolah, kecuali karena ada udzur syar‟i Islam sebagai agama yang sangat
yang menjadikan orangtua tidak mampu menekankan peran orangtua dalam
lagi memikul tanggungjawab tersebut. mendidik anak, meskipun dahulu belum
Berdasarkan hal itu, menurut penulis, memakai istilah homeschooling.. Orang
prinsip Islam mengenai pendidikan lain atau lembaga pendidikan baru
khususnya pada tahap awal-awal dapat mengambil alih tugas pendidikan
perkembangan anak adalah berbasis ketika orangtua tidak mampu lagi
keluarga, hanya dahulu belum dikenal memikul tanggungjawab tersebut.
istilah homeschooling. Oleh karena itu, homeschooling
menjadi alternatif ideal bagi orangtua
D. Penutup
yang peduli dan mengerti bagaimana
Homeschooling sebagai model
mendidik anak-anaknya dalam keluarga,
pendidikan alternatif yang berbasis
khususnya pada tahap-tahap awal
keluarga, dewasa ini telah menjadi trend
pendidikan anak. Pendidikan Islam
baru pendidikan di Indonesia.
menjadi lebih efektif diterapkan dalam
Munculnya trend ini tidak terlepas dari
homeschooling. Keteladanan,
kegagalan sistem pendidikan formal
pengawasan, pembiasaan, pembinaan
(sekolah) dalam mendidik anak secara
akhlak, penanaman iman, internalisasi
Khalid Ahmad asy-Syantut, Rumah:
28 nilai-nilai, dan fungsionalisasi ilmu yang
Pilar Utama Pendidikan Anak, Jakarta: Robbani
Press, 2005, hlm. 11 dipelajari dengan kehidupan nyata,
44
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
merupakan beberapa contoh proses
pendidikan yang tidak bisa didapat dari
sekolah.

45
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasyi, Mohammad Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustani A.


Gani dan Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1984.
Al-Bazzār, Musnad al-Bazzār, Madinah al-Munawwarah: Maktabat al-„Ulūm wa al-
Hikam, 2009.
Al-Qardhawi, Yusuf, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna, 1980.
Asy-Syaibānī, Omar Muhammad at-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan
Langgulung, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Asy-Syantut, Khalid Ahmad, Rumah: Pilar Utama Pendidikan Anak, Jakarta: Robbani
Press, 2005.
At-Tabrīzī, Misykāt al-Māshābīh, tahqīq al-Albānī, Jilid III, Beirut: Maktab al-Islāmī,
1985.
Departemen Pendidikan Nasional, “Pendidikan Kesetaraan Mencerahkan Anak
Bangsa”, Jakarta: Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Dirjen Pendidikan Luar
Sekolah, 2006.
Fakhrurrazi, Hatta, “Homeschooling Sebagai Model Alternatif Pendidikan Bagi
Masyarakat Terpencil” dalam Jurnal FIKRINA, Vol 1, No. 1, Juli-Desember
2012.
http://rumahinspirasi.com/
Muhtadi, A., “Pendidikan dan Pembelajaran di Sekolah Rumah (Home Schooling):
Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis”, 2008. Artikel berupa file pdf.
Nizar, Samsul, Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam: Potret Timur
tengah Era Awal dan Indonesia, Jakarta: Quantum Teaching, 2005.
S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sumardiono, “Strategi Pengembangan Keragaman Model Pendidikan dan Pendidikan
Karakter”, 2014.
, Homeschooling vs Sekolah, Bentang Ilmu. Buku berupa file pdf.
, Homeschooling: Lompatan Cara Belajar, Jakarta: Elex Media Komputindo,
2007
Ulwan, Abdulah Nasih, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang: Asy-Syifa,
tt.

46
Homeschooling; Paradigma Baru Pendidikan:...(Ahmad Naufal)
Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wan Daud, Wan Mohd Nor, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al-
Attas, Jakarta: Mizan, 2003.

47
Jurnal TAWAZUN Volume 8 No.1 Januari – Juni 2015

48

Anda mungkin juga menyukai