Anda di halaman 1dari 11

Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta 75

Ricca Vibriyanthy, Puji Yanti Fauziah

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER


DI HOMESCHOOLING KAK SETO YOGYAKARTA

THE IMPLEMENTATION OF CHARACTER EDUCATION


IN HOMESCHOOLING KAK SETO YOGYAKARTA

Ricca Vibriyanthy, Puji Yanti Fauziah


Sanggar Kegiatan Belajar, Universitas Negeri Yogyakarta
rvyanthy@ymail.com, pujiyantif@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Implementasi pendidikan karakter, (2)
Nilai-nilai karakter yang ditanamkan, (3) Faktor pendukung dan penghambat, dan (4) Hasil
dari implementasi pendidikan karakter di HSKS Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, tutor,
orangtua, dan homeschooler kelas 1-3 SD. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Keabsahan data dilakukan melalui pengamatan terus menerus
dan trianggulasi. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) Implementasi pendidikan karak-
ter dilakukan secara terpadu pada mata pelajaran, manajemen sekolah, dan ekstrakurikuler (2)
Nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada homeschooler mengacu pada finger print scan
yaitu tanggung jawab, rasa hormat, keadilan, keberanian, jujur, disiplin, peduli, ketekunan,
dan kemandirian. (3) Faktor pendukung yaitu pendekatan secara personal dan faktor peng-
hambat yaitu latar belakang keluarga yang sering memanjakan anak. (4) Hasil dari imple-
mentasi pendidikan karakter adalah perubahan sikap dan peningkatan hasil belajar home-
schooler.
Kata kunci: pendidikan karakter, nilai-nilai, homeschooler.

Abstract
This study aims to investigate: (1) The implementation of character education, (2)
Character values inculcated, (3) Facilitating and inhibiting factors, and (4) The results of the
implementation of character education. This study employed the qualitative approach and was a
case study. The research subjects comprised the principal, tutors, parents and homeschoolers.
The data were collected through interviews, observations, and documentation. The data
trustworthiness was conducting continuous observations and triangulation. The result of the
study are as follows: (1) Character education is implemented integrated into subject matter
learning, school management and extracurricular. (2) The character values inculcated refer the
finger print scan, namely responsibility, respect, fairness, courage, honesty, dicipline, caring,
perseverance, and independence. (3) The facilitating factor include a personal approach and the
inhibiting factos include the background of the families that often spoil the children. (4) The
results of the implementation of character education is a changes in the homeschoolers attitudes
and the improvement of their learning outcomes.
Keywords: character education, values, homeschoolers.

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


76 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

diberikan pengertian seperlunya agar mere-


PENDAHULUAN
ka mendapat pengetahuan serta kesadaran
Pendidikan merupakan bagian pen- akan kebaikan dan keburukan sehingga
ting dari kehidupan manusia karena sejak berperilaku dengan di sengaja. Dengan begi-
manusia dilahirkan sampai akhir hayatnya tu syarat pendidikan budi pekerti bisa
tidak bisa terlepas dari proses pendidikan. dilakukan dengan metode “ngreti-ngrasa-
Masyarakat masih mempunyai pandangan nglakoni” (menyadari, menginsyafi, dan me-
bahwa untuk mendapatkan pendidikan lakukan dapat terpenuhi.
harus dilakukan dengan belajar di sekolah. Kirschenbaum (1995, pp.31-42) me-
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 ngelompokkan pendekatan komprehensif
tentang Sisdiknas Pasal 13 ayat (1) dijelaskan pendidikan nilai sebagai berikut: (1) Inkul-
bahwa “Jalur pendidikan terdiri atas pen- kasi nilai dan moral (inculcating values and
didikan formal, nonformal, dan informal. moral); (2) Keteladanan nilai dan moral
Oleh karena itu, pemerintah menjamin (modeling values and morality); (3) Fasilitasi
kebebasan untuk memilih jalur pendidikan nilai dan moral (facilitating values and mo-
yang sesuai dengan kebutuhan dan kemam- rality); (4) Pengembangan keterampilan ni-
puan masyarakat. lai dan moral (skill for value development
Sistem persekolahan selama ini le- and moral literacy); (5) Pelaksanaan prog-
bih menekankan pengembangan kemampu- ram pendidikan nilai (implementating a
an intelektual untuk mampu mengerjakan values education program)
soal-soal ujian semata sehingga kurang Benninga, dkk (2003, pp.19-20) men-
memberikan perhatian pada pengembangan jelaskan penelitiannya me-ngenai hubungan
karakter siswa. Lickona (1993, pp.6-11) men- antara implementasi pendidikan karakter
jelaskan dua tujuan utama pendidikan yaitu dan prestasi akademik di sekolah-sekolah
membantu orang menjadi cerdas dan baik. dasar di California, Amerika Serikat. Hasil
Oleh karena itu, pendidikan tidaklah cukup penelitian menunjukkan bahwa sekolah-
hanya menjadikan anak pintar tetapi juga sekolah dasar yang melaksanakan pendidik-
harus membentuk anak dengan karakter an karakter secara serius dan dirancang
baik sehingga memperkuat martabatnya dengan baik cenderung memiliki prestasi
dan menjadikannya bermanfaat bagi orang akademik yang tinggi.
lain. Keterbatasan pendidikan formal saat
Lickona (2004, p.5) menjelaskan ini membuat orangtua khawatir untuk
bahwa karakter adalah kepemilikan akan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak
“hal-hal yang baik”. Dengan demikian, pada lembaga formal tersebut. Masyarakat
orangtua dan pendidik memiliki tugas mencoba alternatif pendidikan lain yang
penting untuk mengajarkan anak-anak akan sesuai dengan kebutuhan anak mereka salah
karakter yang seharusnya terintegrasi dalam satunya dengan memilih homeschooling.
proses pembelajaran. Lickona (1991, p.51) Kembara (2007, p.27) menjelaskan
menjelaskan kembali tiga komponen dalam bahwa homeschooling menjadi konsep alter-
membentuk karakter yang baik, mengetahui natif yang layak diterapkan untuk memberi
hal yang baik, menginginkan hal yang baik, pilihan setiap orang dalam menguasai pe-
dan melakukan hal yang baik sehingga ngetahuan sesuai dengan gaya mereka ma-
menjadi kebiasaan dalam berpikir, kebiasa- sing-masing. Linsenbach (2010, p.1) men-
an dalam hati, dan dalam bertindak. jelaskan bahwa orangtua tidak harus men-
Ki Hajar Dewantara (1977, pp.484- jadi guru profesional ketika ingin menye-
485) menjelaskan proses pendidikan perlu kolahkan anak-anak di rumah; anak-anak
melibatkan tripusat pendidikan yang ber- adalah pembelajar alamiah, sementara
langsung dalam sekolah, keluarga, dan ma- orangtua adalah guru-guru alamiah.
syarakat. Pengajaran budi pekerti untuk Saputro (2007, pp.64-65) mejelaskan
anak kecil cukup dengan membiasakan banyak alasan orangtua memilih home-
mereka bertingkah laku baik. Sedangkan shooling. Adapun alasan yang melatarbela-
bagi anak yang sudah dapat berfikir dapat kangi diantaranya tidak puas dengan pen-
Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta 77
Ricca Vibriyanthy

didikan formal, agar anak punya lebih Homeschooling dengan fleksibilitas-


banyak waktu bersosialisasi, agar anak bisa nya memungkinkan pendidikan karakter
memperoleh materi akademis yang lebih mendapatkan porsi lebih melalui pembel-
baik, mampu menjalankan nilai-nilai ke- ajaran tematik. Penanaman nilai-nilai mela-
agamaan tertentu, anak mempunyai bakat lui proses pembelajaran homeschooling bisa
bagus, anak-anak membutuhkan perhatian lebih optimal dalam pembentukan karakter
khusus (autis, hiperaktif, dan lain-lain), anak karena adanya keterlibatan lansung
anak-anak yang memilih karir, anak-anak orangtua, tutor dan homeschooler yang le-
yang menderita sakit parah, kendala geo- bih intensif dibandingkan sekolah formal.
grafis, fleksibilitas, dan sebagainya. Penelitian maupun pengembangan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 implementasi pendidikan karakter pada
tentang Sisdiknas Pasal 27 ayat 1 disebutkan pendidikan formal sudah banyak dilakukan.
bahwa “(1) kegiatan pendidikan informal Namun, pada pendidikan nonformal mau-
yang dilakukan oleh keluarga dan lingkung- pun informal masih sangat terbatas sehing-
an berbentuk kegiatan belajar secara man- ga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
diri dan (2) hasil pendidikan informal diakui untuk melihat bagaimana pelaksanaan im-
sama dengan pendidikan formal dan non- plementasi pendidikan karakter pada PNFI.
formal setelah peserta didik lulus ujian Berdasarkan permasalahan di atas
sesuai dengan standar nasional pendidikan.” peneliti tertarik untuk mengadakan pene-
Sementara itu, menurut data yang dihim- litian yang difokuskan pada pendidikan
pun oleh Direktoral Pendidikan Kesetaraan karakter di homeschooling. Oleh karena itu,
Departemen Pendidikan Nasional, ada seki- perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tar 600 peserta homeschooling di Indonesia. mengenai “Implementasi Pendidikan Karak-
Sebanyak 83,3% atau sekitar 500 orang ter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta.”
mengikuti homeschooling majemuk dan ko-
METODE
munitas sedangkan sebanyak 16,7% atau se-
kitar 100 orang mengikuti homeschooling Penelitian ini menggunakan pende-
tunggal (Mulyadi, 2007, pp.34-36). katan kualitatif dengan jenis penelitian stu-
Penelitian ini mengambil komunitas di kasus (case study). Yin (1989, p.1) men-
homeschooling. HSKS Yogyakarta merupa- jelaskan studi kasus secara umum meru-
kan kelas jauh HSKS Semarang yang men- pakan strategi yang lebih cocok bila pokok
jadi salah satu bagian dari franchise HSKS pertanyaan suatu penelitian berkenaan de-
yang tersebar di seluruh Indonesia. HSKS ngan how atau why, bila peneliti hanya
Yogyakarta memberikan kesempatan kepa- memiliki sedikit peluang untuk mengontrol
da semua anak dengan beragam karakter peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan
untuk memperoleh layanan pendidikan bilamana fokus penelitiannya terletak pada
yang disesuaikan dengan kebutuhannya. fenomena kontemporer (masa kini) di da-
Pendekatan dilakukan secara individu agar lam kehidupan nyata.
setiap anak dapat berkembang secara opti- Penelitian ini dilakukan di Home-
mal. Mayoritas homeschooler berasal dari schooling Kak Seto Yogyakarta Jalan Taman
keluarga menengah ke atas sehingga sering Palagan Asri 3, Palagan Tentara Pelajar Km
dimanjakan. Oleh karena itu, kegiatan yang 10 Yogyakarta yang merupakan kelas jauh
dilakukan tidak hanya membekali dengan dari Homeschooling Kak Seto Semarang. Pe-
kemampuan intelektual, tetapi lifeskill dan nelitian dilaksanakan pada bulan September
pembentukan karakter menjadi perhatian 2012 sampai dengan April 2013.
dalam proses belajar mengajar. Walaupun Subjek penelitian adalah 3 orang
pelaksanaan pendidikan karakter di HSKS homeschooler dengan karakteristik sebagai
Yogyakarta belum sepenuhnya disadari oleh berikut: (1) AG homeschooler kelas 1 SD me-
smua pihak yang terlibat karena berlang- miliki ayah berkebangsaan Perancis sehing-
sung secara implisit dalam kegiatan sehari- ga perlu menyesuaikan dengan kebudayaan
hari di komunitas. Indonesia baik dalam proses pembelajaran
maupun pergaulan; (2) ST homeschooler

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


78 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

kelas 3 SD memiliki kesulitan dalam calis- “Quality Insurance” sebagai upaya penja-
tung sehingga pihak HSKS memprediksi minan mutu akademik, yaitu dengan lang-
bahwa ST terindikasi disleksia; (3) HD kah plan, do, monitoring evaluation (monev)
homeschooler kelas 3 SD memiliki kesen- and improvement (Sumber: Hasil Wawan-
jangan antara IQ dan EQ termasuk kategori cara dengan Kepala Sekolah HSKS Yogya-
anak cerdas dengan IQ tinggi namun EQ karta).
kurang matang sehingga sangat emosional. Siswa siswi yang bergabung di HSKS
Selain homeschooler yang menjadi Yogyakarta berasal dari beragam latar bela-
subjek penelitian adalah orang dewasa yang kang dan karakteristik diantaranya: anak
turut berpartisipasi dalam kegiatan home- berkebutuhan khusus (hyperactive, autism,
schooling terdiri dari 1 orang kepala sekolah, dsb); korban kasus bullying di sekolah for-
3 orang tutor dan 2 orangtua homeschooler. mal baik fisik maupun psikis, anak yang me-
Pengumpulan data menggunakan teknik miliki kemampuan di bawah rata-rata, nor-
wawancara, observasi dan dokumentasi. mal, dan di atas rata-rata, anak berpres-
Analisis data menggunakan pengumpulan tasi/berbakat (artis, atlet, dsb), anak yang
data, reduksi data, penyajian data dan pena- tidak cocok dengan peraturan sekolah for-
rikan kesimpulan. Keabsahan data meng- mal (tidak bisa bangun pagi, berseragam,
gunakan teknik trianggulasi, perpanjangan dsb), dan anak-anak yang tidak diterima
pengamatan dan meminta pendapat ahli. atau tidak mendapat kesempatan untuk
mengikuti sekolah formal karena berbagai
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
alasan.
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara de-
HSKS bercermin berdasarkan filo- ngan kepala sekolah, tutor, dan orangtua
sofi sederhana “belajar dapat dilakukan ka- dapat diperoleh data bahwa implementasi
pan saja, di mana saja dan dengan siapa pendidikan karakter di HSKS Yogyakarta su-
saja”, dengan mengedepankan kreatifitas, dah berjalan secara implisit. Hal tersebut
ceria, dan inovatif serta mengutamakan pa- dapat dilihat dari hasil observasi dan doku-
da character building sebagai investasi saat mentasi dengan adanya perencanaan akade-
siswa-siswi terjun di masyarakat. Berdiri mik berdasarkan visi cerdas berkarakter
secara resmi pada tanggal 4 April 2007 ber- yang menjadi acuan standar minimal penca-
tempat di Cirendeu, Lebak Bulus Jakarta paian tujuan pembelajaran. Pendidikan ka-
Selatan. Melihat peluang dan respon positif rakter memang tidak direncanakan secara
masyarakat akan kebutuhan homeschooling khusus tetapi terpadu dengan mata pelajar-
maka Kak Seto membuka kesempatan un- an dan kegiatan sehari-hari di HSKS Yogya-
tuk kerja sama dalam bentuk waralaba karta.
(franchise) kepada masyarakat yang ingin Proses implementasi pendidikan ka-
membuka homeschooling di berbagai dae- rakter di HSKS Yogyakarta menggunakan
rah. Salah satunya yaitu HSKS Semarang pendekatan secara personal sehingga setiap
yang pada akhir tahun 2010 membuka kelas anak mendapat perhatian untuk dapat ber-
jauh untuk Yogyakarta (Sumber: Laporan kembang optimal. Tahapan yang dilakukan
HSKS Yogyakarta Tahun 2011-2012). adalah melihat perkembangan karakter
Program pembelajaran di kelas homeschooler terlebih dahulu, jika nilai-
semikomunitas HSKS Yogyakarta juga dise- nilai karakter belum muncul sama sekali
suaikan dengan program pembelajaran di maka harus dimulai dengan pengenalan
HSKS Semarang. Hal tersebut dilakukan nilai, ketedalanan, pembiasaan, dan pengu-
untuk menjaga kualitas dan iklim akademik atan.
yang dibangun oleh HSKS di bawah naung- Tutor memiliki peranan yang pen-
an Direktur Dr. Nugroho Widiasmadi, M. ting dalam pembentukan karakter anak tan-
Eng. Beliau menekankan kepada semua te- pa mengabaikan peran orangtua yang lebih
naga akademik di HSKS, baik Kelas Sema- besar karena interaksi anak lebih banyak di
rang dan Yogyakarta untuk tetap menjaga keluarga. Dalam prosesnya tutor harus be-
nar-benar memahami karakter siswa agar
Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta 79
Ricca Vibriyanthy

dapat memilih metode dan nilai yang tepat telepon, sms, email dan sebagainya. Selain
untuk ditanamkan pada anak. Selain tutor koordinasi untuk mengevaluasi pendidikan
faktor lain yang sangat menentukan keber- karakter di HSKS Yogyakarta juga dilakukan
hasilan pendidikan karakter adalah pemilih- penilaian tidak hanya dari segi kognitif
an metode dan cara pendekatan yang tepat tetapi juga afektif dan psikomotoriknya. Pe-
kepada anak. Tidak bisa hanya memilih me- nilaian ini tidak hanya untuk siswa tetapi
tode tunggal untuk diberlakukan kepada se- juga orangtua untuk menumbuhkan moti-
mua anak karena setiap anak unik. vasi agar terlibat aktif dalam proses pem-
Berdasarkan hasil penelitian me- belajaran anak.
mang tidak ada program khusus yang dibu- Pendidikan karakter merupakan
at untuk mengimplementasiktan pendidik- proses panjang sebagai sebuah usaha untuk
an karakter karena homeschooling bersifat mendidik anak agar memiliki pengetahuan,
fleksibel semua bisa diterapkan baik secara dapat merasakan dan mempraktekkan nilai-
formal, nonformal maupun informal dalam nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari,
keseharian anak di HSKS Yogyakarta. Imple- sehingga memberikan dampak positif kepa-
mentasi pendidikan karakter selain dilaku- da lingkungan sekitarnya. Walaupun inter-
kan dalam kegiatan sehari-hari dapat juga aksi anak yang minim di homeschooling
dapat diberikan pada program pendukung tutor berusaha secara optimal memanfaat-
pembelajaran lainnya. kan waktu dan kesempatan yang ada untuk
Monitoring dan evaluasi dilakukan membantu anak memiliki karakter yang
dengan koordinasi rutin antara HSKS Yog- baik.
yakarta dengan HSKS Semarang 3x/bulan. Keberhasilan suatu program tidak
Koordinasi rutin antara tutor dan kepala bisa terlepas dari adanya faktor pendukung
sekolah dilakukan setiap hari Jum’at. Koor- yang menjadi kekuatan dalam proses pelak-
dinasi tersebut dinilai cukup efektif karena sanaannya. Sistem pendidikan yang tepat
setiap tutor saling memberikan informasi dan sesuai dengan anak sangat membantu
dan masukan terkait perkembangan ma- keberhasilan pendidikan karakter. Tidak se-
sing-masing siswa dan kendala dalam proses perti sekolah formal di homeschooling pen-
pembelajaran. dekatan dilakukan kepada masing-masing
Minimnya waktu anak berada di anak sehingga tutor sangat mengetahui ka-
homeschooling disadari tidak mudah untuk rakter dan kebutuhan siswa.
dapat membentuk karakter anak dalam Komitmen tutor dan kultur home-
waktu singkat terlebih lagi karakter anak schooling yang kondusif juga turut men-
yang mengikuti homeschooling sangat ber- dukung pelaksanaan pendidikan karakter
variasi. Walaupun anak memiliki keter- bagi anak-anak. Selain dukungan dari pihak
batasan waktu berinteraksi di home- homeschooling peran keluarga terutama
schooling tetapi tidak mengurangi suasana orangtua sangat berpengaruh terhadap ke-
pembentukan moral di HSKS Yogyakarta berhasilan pendidikan karakter yang dapat
karena tutor sangat mengetahui kondisi sis- berkesinambungan baik di HSKS maupun di
wa secara mendalam. Walaupun anak me- rumah.
miliki keterbatasan waktu berinteraksi di Banyak hal yang bisa menjadi peng-
homeschooling tetapi tidak mengurangi sua- hambat dalam pelaksanaan pendidikan ka-
sana pembentukan moral di HSKS Yogya- rakter di HSKS Yogyakarta. Karakter anak
karta karena tutor sangat mengetahui kon- yang beragam dengan latar belakang keluar-
disi siswa secara mendalam. ga yang berbeda-beda juga dapat menjadi
Koordinasi untuk memonitor dan penghambat kesinambungan pembentukan
mengevaluasi perkembangan anak tidak ha- karakter anak yang telah diupayakan di
nya dilakukan oleh tutor dan kepala sekolah HSKS.
saja tetapi juga turut melibatkan orangtua. Kesibukan orangtua yang sulit me-
Komunikasi selalu dilakukan antara tutor, luangkan waktu memberi perhatian kepada
kepala sekolah dan orangtua dengan me- anak maupun berkoordinasi dengan pihak
manfaatkan berbagai fasilitas yang ada baik homeschooling juga menghambat proses

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


80 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

implementasi pendidikan karakter. Hal ini Pembahasan


menyebabkan tidak bisa bertukar informasi
Perencanaan mutlak diperlukan da-
terkait perkembangan anak dan mencari so-
lam suatu program untuk menjadi acuan
lusi pemecahan masalah jika ada kendala.
dalam pelaksanaannya. Adapun tahapan
Oleh karena itu, pihak HSKS terkadang
perencanaan implementasi pendidikan ka-
harus melakukan upaya lebih untuk men-
rakter yaitu: mengenal dan memahami anak
jalin komunikasi yang tetap berkesinam-
seutuhnya sesuai dengan tahap perkem-
bungan.
bangan dan karakteristiknya; mengidentifi-
Hasil dari implementasi pendidikan
kasi jenis-jenis kegiatan; mengembangkan
karakter memang tidak bisa dilihat secara
materi pembelajaran untuk setiap jenis ke-
instan namun untuk jangka panjang karena
giatan; dan mengembangkan rancangan pe-
proses pembentukan karakter memerlukan
laksanaan setiap kegiatan di HSKS Yogya-
waktu dan usaha yang sungguh-sungguh.
karta.
Pelaksanaannya dimulai dengan memberi
Perencanaan akademik di HSKS
pemahaman kepada anak sehingga bisa me-
Yogyakarta disesuaikan dengan visi cerdas
rasakan dan melakukan nilai-nilai kebaikan
berkarakter sebagai berikut: (1) SD Kelas 1,
menjadi perilaku yang diterapkan dalam
2, dan 3: Pandai menulis, membaca dan ber-
kehidupan sehari-hari.
hitung; (2) SD Kelas 4, 5, dan 6: Pengem-
Hasil pendidikan karakter dapat di-
bangan karakter dasar dan kemandirian
lihat baik dari peningkatan akademik mau-
siswa, menguasai perkalian dan pembagian;
pun perubahan perilaku. Beragamnya latar
(3) SMP: Pengembangan karakter, mental,
belakang anak yang mengikuti home-
soft skill, dan kemandirian dengan pembel-
schooling sehingga tidak memaksakan anak
ajaran interaktif dan belajar mandiri; (4)
untuk memiliki perubahan yang sama.
SMA: Pencapaian kelanjutan studi lulusan
Perubahan perilaku dari adanya
siswa HSKS ke perguruan tinggi; (5) Ekstra-
pendidikan karakter dapat terlihat dan turut
kurikuler, Outing dan Project Class: Men-
dirasakan oleh tutor dalam kegiatan sehari-
dukung kegiatan belajar mengajar, pengem-
hari. Hasil dari adanya pendidikan karakter
bangan karakter, sikap, mental, bakat, mi-
juga turut dirasakan oleh orangtua murid.
nat dan sportivitas.
Berdasarkan hasil observasi ketika
Idealnya sebuah perencanaan dibuat
mengikuti kegiatan outing ke Desa Wisata
secara eksplisit untuk melihat efektivitas
Kalibuntung dengan membandingkan
pencapaian program pendidikan karakter.
proses pembelajaran di HSKS Yogyakarta
Walaupun HSKS Yogyakarta tidak memiliki
terlihat perubahan perilaku HD yang sudah
perencanaan khusus untuk penerapan pen-
mampu mengendalikan emosinya, mulai da-
didikan karakter, namun terintegrasi dalam
pat bersosialisasi bersama teman-temannya
perencanaan akademik. Perencanaan terse-
dan mengurangi kebiasaan buruknya. Begi-
but dilakukan dengan menentukan nilai-
tu pula dengan AG adanya peningkatan
nilai karakter yang ingin ditanamkan, ke-
kemandirian dan tanggung jawab yang lebih
mudian dituangkan dalam mata pelajaran
baik ketika pertama kali melakukan obser-
atau menentukan kegiatan pendukung pem-
vasi pendampingan pembelajaran di HSKS
belajaran. Hal ini tidak menghambat upaya
dengan membandingkan proses pembel-
HSKS Yogyakarta untuk menciptakan pem-
ajaran di rumah melalui tutor visit. Adapun
bentukan karakter homeschooler dalam ke-
ST berdasarkan pengamatan perubahan
giatan sehari-hari.
sikap maupun kemampuan akademik sudah
HSKS Yogyakarta dengan fleksibili-
ada walaupun tidak signifikan karena ter-
tasnya mampu menggunakan pendekatan
kendala oleh proses pendidikan dan infor-
formal pada perencanaan akademik yaitu
masi yang kurang berkesinambungan de-
proses pembelajaran yang terjadwal, kegiat-
ngan orangtua.
an dan kurikulum yang disiapkan dari HSKS
Semarang. Walaupun demikian pendekatan
nonformal dan informal tetap digunakan
Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta 81
Ricca Vibriyanthy

dalam pelaksanaannya yaitu untuk beberapa HSKS menerima siswa dengan ber-
anak yang tidak bisa bangun pagi bisa me- bagai macam latar belakang kondisi seperti
milih belajar di waktu siang, memilih mata anak yang hyperactive, korban bullying,
pelajaran dan tutor sesuai keinginannya, anak yang slower atau IQ di bawah rata-
metode belajar melalui pendekatan personal rata, anak yang berprestasi baik dengan IQ
dan sesuai dengan kondisi anak. di atas rata-rata maupun memiliki kegiatan
Hal ini sesuai dengan penjelasan sebagai artis, atlet dan sebagainya sehingga
Mulyadi (2007, p.52) sebagai bentuk dari tidak memiliki cukup waktu mengikuti se-
pendidikan informal kunci utama penye- kolah formal. Oleh karena itu, dalam pelak-
lenggaraan homeschooling adalah adanya sanaan pendidikan karakter dibutuhkan pe-
kelenturan atau fleksibilitas. Perencanaan milihan metode dan pendekatan yang tepat
tidak boleh kaku dan terlalu berstruktur sesuai dengan kebutuhan dan perkembang-
seperti sekolah formal. Jika terlalu disusun an anak sehingga tercipta suasana belajar
dalam kurikulum yang baku maka home- yang menyenangkan dan mampu melibat-
schooling akan kehilangan makna utamanya kan anak secara aktif.
namun bukan berarti tanpa arahan yang Proses pembelajaran berjalan de-
jelas. Fleksibilitas homeschooling tetap di- ngan sangat fleksibel menggunakan pende-
laksanakan dengan penuh tanggung jawab katan formal, nonformal dan informal. Ber-
khususnya orangtua memiliki peranan be- bagai kegiatan yang dilakukan dan biaya
sar dalam pendidikan anaknya. yang ditawarkan menunjukkan bahwa tidak
Pendidikan karakter di HSKS dilak- selamanya pendidikan nonformal informal
sanakan sebagai berikut: (1) Pembentukan identik dengan “murahan dan dilaksanakan
karakter terpadu dengan pembelajaran pada sekedarnya” tetapi mampu menjadi pilihan
mata pelajaran yaitu kelas komunitas, dis- masyarakat dalam memenuhi layanan pen-
tance learning, tutor visit, outing, dan didikan yang berkualitas sesuai dengan ka-
project class; (2) Pembentukan karakter ter- rakter anak yang unik.
padu dengan manajemen sekolah yaitu Zuchdi, dkk (2012, pp.35-41) menje-
parents meeting dan budaya akademik; (3) laskan evaluasi komprehensif dilakukan un-
Pembentukan karakter terpadu dengan ke- tuk mengetahui ketercapaian tujuan. Secara
giatan pendukung yaitu olahraga, teater, lengkap, tujuan pendidikan karakter harus
karawitan, bahasa jawa, agama; (4) Pem- meliputi tiga kawasan yaitu yang meliputi
bentukan karakter terpadu dengan kegiatan tiga kawasan yakni pemikiran, perasaan,
ekstrakurikuler yaitu robotik, musik, vokal, dan perilaku.
modeling, melukis dan menggambar. Monitoring dan evaluasi pendidikan
Proses pelaksanaan pembelajaran karakter dilaksanakan mengacu pada “Qua-
dan kegiatan pendukung lainnya di HSKS lity Insurance” (Penjaminan Mutu Akade-
Yogyakarta, yaitu sebagai berikut: (1) Siswa mik) dengan konsep Plan, Do, Monev, dan
program Komunitas, yaitu 60% tanggung Improvement. Koordinasi antara tutor dan
jawab proses pembelajaran orangtua, 40% kepala sekolah juga rutin dilakukan setiap
tutor HSKS; (2) Siswa program distance hari Jumat. Evaluasi ini dilakukan untuk
learning, yaitu 90% tanggung jawab proses mendiskusikan permasalahan anak secara
pembelajaran orangtua, 10% tutor HSKS; (3) personal sehingga menghasilkan solusi yang
Jadwal komunitas, yaitu seminggu dua kali dapat dilakukan segera untuk melihat per-
untuk Kelas 1-5 SD, Kelas 1-2 SMP, dan Kelas kembangannya. Penanganan secara perso-
1-2 SMA. Kelas 6, 9, dan 12 belajar setiap hari nal dengan melihat case by case lebih efektif
Senin-Jumat dari pukul 09.00-12.00 WIB; (4) karena setiap siswa mendapatkan perhatian
Program ekstrakurikuler, yaitu 1x seminggu, dan solusi sesuai dengan kebutuhan ma-
outing dan project class 1x sebulan, out- sing-masing.
bound 3 bulan sekali; (5) Parents meeting Koordinasi dengan melibatkan
dan gathering setiap 3 bulan dan 6 bulan orangtua juga dilakukan dengan memberi-
sekali. kan informasi terkait perkembangan anak
sehari-hari di HSKS Yogyakarta. Komunikasi

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


82 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

tersebut terjadi secara dua arah baik dengan interaksi sehari-hari dengan pemberian con-
memanfaatkan berbagai media yang ada ba- toh dilakukan oleh tutor dan akhirnya me-
ik melalui telepon, sms, email, dan sebagai- lakukan pembiasaan melalui nasihat, dis-
nya. Tutor dan orangtua juga memanfaat- kusi, tanya jawab serta refleksi kegiatan.
kan waktu ketika mengantar atau men- Finger print scan membantu tutor
jemput anak untuk saling berbagi informasi sebagai panduan awal mengenal karakter
tentang perkembangan anaknya. Secara for- homeschooler untuk selanjutnya dikem-
mal pertemuan rutin dilakukan setiap te- bangkan. Selain itu penentuan nilai yang
ngah semester, semesteran dan akhir tahun akan ditanamkan disesuaikan dengan kon-
dalam agenda parents meeting. disi anak. Seperti HD yang sudah memiliki
Penilaian juga dilakukan tidak ha- IQ di atas rata-rata namun memiliki kesen-
nya aspek kognitif tetapi juga aspek afektif jangan dengan emosionalnya maka tutor
dan psikomotorik anak. Dalam laporan hasil akan melatih kematangan emosinya agar
belajar ada penilaian terkait sikap home- bisa bersosialisasi dengan anak lainnya. ST
schooler seperti kedisiplinan, tanggung ja- yang kurang memiliki kemandirian dan
wab, kerapihan, dan sebagainya. Keaktifan tanggung jawab maka tutor akan mem-
anak dalam mengikuti kegiatan ekstrakuri- biasakan nilai-nilai tersebut selama proses
kuler turut menunjang penilaian. Tidak ha- pembelajaran. AG yang sudah terbiasa man-
nya keaktifan anak tetapi keaktifan diri namun karena biasa tinggal di luar
orangtua terlibat dalam pembelajaran anak negeri sehingga perlu diajarkan nilai-nilai
men-jadi aspek penilaian lain. Hal ini sangat terkait norma di Indonesia.
berbeda dengan sekolah formal yang cen- Penanaman nilai di HSKS tidak
derung menilai anak saja dari segi kognitif terpaku pada kebakuan nilai apa saja yang
dan mengabaikan peranan orangtua dalam akan diterapkan tetapi disesuaikan dengan
proses pembelajaran. kondisi anak. Nilai mana yang sudah dimi-
Penilaian tersebut dituangkan da- liki anak dengan baik akan dilatih untuk
lam laporan perkembangan anak yang di- menjadi suatu pilihan nilai yang akan dijadi-
buat oleh wali kelas berdasarkan tutor yang kan pedoman dalam perilaku. Kemudian ni-
mengampu. Monitoring dan evaluasi juga lai mana yang belum dapat berkembang de-
dilengkapi dengan berbagai instrumen se- ngan baik atau belum dimiliki maka akan
perti student kit, parent kit, portofolio dan diberikan pengenalan nilai secara kognitif,
parenting berdasarkan hasil pengamatan penghayatan nilai secara afektif dan akhir-
kegiatan sehari-hari homeschooler. nya pengamalan nilai secara nyata oleh
Megawangi (2009, p.93) menjelas- homeschooler dalam kehidupan sehari-hari.
kan nilai-nilai karakter yang perlu ditanam- Untuk proses ini diperlukan adanya kerja
kan kepada anak-anak adalah nilai-nilai uni- sama yang baik antara pihak homeschooling,
versal di mana seluruh agama, tradisi, dan orangtua, dan masyarakat untuk menjaga
budaya menjunjung tinggi nilai-nilai ter- kesinambungan karakter baik yang sudah
sebut. Nilai-nilai yang ditanamkan kepada dimiliki anak.
homeschooler di HSKS Yogyakarta mengacu Ada banyak faktor yang mendukung
kepada hasil finger print scan yaitu tang- keberhasilan implementasi pendidikan ka-
gung jawab, rasa hormat, keadilan, kebera- rakter di HSKS Yogyakarta antara lain: (1)
nian, jujur, disiplin, peduli, ketekunan, dan Badan tutorial yang memiliki komitmen; (2)
kemandirian. Budaya akademik yang kondusif untuk
Dalam keseharian HSKS memberi- pembentukan karakter anak; (3) Sistem
kan suasana lingkungan sekolah yang sesuai mengajar dan pemecahan masalah yang
dengan nilai-nilai moral walaupun tidak fokus secara personal; (4) Regulasi dan atur-
memiliki program pendidikan karakter se- an dalam proses pembelajaran; (5) Keleng-
cara tertulis dan kadang penerapan nilai kapan instrumen penilaian untuk meman-
terjadi tanpa disadari maupun terintegrasi tau perkembangan siswa; dan (6) Kerja
dalam mata pelajaran disebut hidden curri- sama antara tutor dan orangtua yang baik
culum (kurikulum tersembunyi). Melalui
Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta 83
Ricca Vibriyanthy

dalam mengkondisikan anak untuk terjadi pembelajarannya. Bahkan ketika outing HD


pembelajaran yang berkesinambungan. sempat mengamuk dalam bus sehingga su-
Keberhasilan suatu program juga ti- pir dan kernet tidak mau jalan sebelum HD
dak terlepas dari adanya hambatan dalam diturunkan. Dengan penuh kesabaran tutor
pelaksanaan pendidikan karakter di HSKS mencoba berbagai metode dan pendekatan
Yogyakarta. Adapun beberapa faktor peng- untuk HD dan akhirnya sekarang sudah
hambat antara lain: (1) Latar belakang kelu- mau belajar di komunitas. Bahkan bisa di-
arga yang sebagian besar kelas menengah lihat kemajuan yang cukup baik untuk kon-
sehingga sering memanjakan anak; (2) Kesi- trol emosinya saat ini sehingga dapat ber-
bukan orangtua sehingga minim untuk ber- sosialisasi dengan teman lainnya.
koordinasi dengan pihak HSKS dan mem- AG yang memiliki basic penanaman
berikan perhatian pada pendidikan anak; (3) disiplin yang kuat dari keluarganya namun
Minimnya sarana dan prasarana yang ada ketika awal masuk di komunitas agak sulit
karena harus melakukan pengajuan terlebih di atur untuk belajar dan bertanggung ja-
dahulu ke HSKS Semarang; (4) Waktu inter- wab. Seiring berjalan waktu dengan kerja
aksi anak minim sehingga sangat terbatas sama yang baik antara tutor dan orangtua
melakukan penanaman nilai-nilai yang da- maka penanaman disiplin tersebut dapat
pat berkesinambungan baik di lingkungan berkesinambungan terjadi di komunitas. Se-
keluarga maupun masyarakat; dan (5) karang AG sudah mudah diajak untuk bel-
Kemampuan memfilter diri sendiri dari ajar dan mampu bertanggung jawab terha-
pergaulan lintas vertikal dan pemanfaatan dap diri sendiri. Kemampuan membaca, me-
IPTEK yang kurang tepat. nulis dan berhitungnya juga sudah menun-
Hasil dari implementasi pendidikan jukkan kemajuan yang sangat baik sehingga
karakter tidak bisa dilihat secara instan mengalami peningkatan untuk nilai akade-
karena pendidikan karakter sebagai proses mik. Begitu pula dengan penyesuaian buda-
panjang yang nantinya akan membentuk ya di Indonesia sudah memiliki pemahaman
perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari. yang lebih baik karena terbiasa diajarkan
HSKS Yogyakarta memiliki siswa yang lebih oleh tutor dan teman-teman sebaya di
bervariasi dibandingkan sekolah formal. komunitas.
Oleh karena itu, diperlukan usaha lebih ke- ST yang termasuk kategori anak
ras untuk dapat menanamkan nilai-nilai se- hyperactive dan terindikasi disleksia sehing-
hingga terbentuk karakter anak yang baik. ga memiliki kesulitan penyesuaian belajar
Tutor di HSKS Yogyakarta sangat terutama untuk membaca, dan berhitung.
mengetahui karakter masing-masing anak Pihak HSKS sudah berupaya menyarankan
dan juga kondisi anak ketika di rumah. Hal kepada orangtua untuk memeriksakan ST
ini membantu tutor untuk dapat menerap- ke pihak medis namun sampai saat ini be-
kan metode dan memlilih pendekatan yang lum dilakukan. Kesibukkan orangtua ST
sesuai kondisi anak dalam proses pembel- sedikit menjadi faktor penghambat untuk
ajaran. Hasil finger print scan juga turut menerapkan pendidikan karakter yang ber-
membantu tutor sebagai bahan rujukan da- kesinambungan antara di komunitas dan di
lam mengembangakan karakter anak. Un- rumah sehingga berdampak pada kemajuan
tuk selanjutnya hasil pendidikan karakter akademik dan perubahan perilaku yang
ini dapat dilihat dari perubahan perilaku terlihat lebih lambat dibandingkan anak-
anak dan kemampuan akademiknya. anak lainnya.
HD yang termasuk kategori anak Hasil dari implementasi pendidikan
cerdas namun memiliki kesenjangan antara karakter berdasarkan penelitian yang sudah
IQ dan EQ. Untuk kondisi anak seperti ini dilakukan memang memiliki pengaruh ter-
pihak HSKS lebih menekankan pada per- hadap perkembangan kognitif. Hal ini bisa
ubahan perilaku yang lebih baik dengan dilihat dari peningkatan hasil belajar dari
melatih kematangan emosinya. Awalnya HD ketiga homeschooler yang menjadi fokus pe-
belum bisa untuk belajar di komunitas dan nelitian. Hasil tersebut tidak mengharuskan
tidak semua orang bisa menangani proses pada peningkatan hasil belajar secara nume-

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014


84 - Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

rik namun kepada perkembangan yang di- nilai dan perilaku yang baik sehingga mene-
tunjukkan homeschooler dalam kemampuan tap dalam kehidupan sehari-harinya.
membaca, menulis dan berhitung.
SIMPULAN DAN SARAN
Perkembangan kognitif bagi home-
schooler lebih difokuskan pada anak normal Simpulan
yang tidak memiliki masalah baik pada IQ Implementasi pendidikan karakter
dan EQ sehingga hasil belajarnya menjadi di HSKS Yogyakarta sudah berjalan melalui
lebih baik setelah didukung dengan terben- pembentukan karakter terpadu dengan
tuknya karakter yang baik. Seperti anak pembelajaran pada mata pelajaran, mana-
yang sebelumnya tidak bisa mandiri dan jemen sekolah, dan kegiatan pendukung
bertanggung jawab setelah memiliki nilai maupun ekstrakurikuler.
tersebut maka secara tidak langsung ber- Nilai-nilai yang ditanamkan kepada
dampak pada kesadarannya untuk belajar homeschooler di HSKS Yogyakarta mengacu
sehingga memiliki prestasi yang lebih baik. kepada hasil finger print scan yaitu tang-
Bagi anak-anak yang slower atau gung jawab, rasa hormat, keadilan, kebe-
memiliki IQ di bawah rata-rata, sudah dila- ranian, jujur, disiplin, peduli, ketekunan,
kukan berbagai upaya dalam proses pem- dan kemandirian.
belajaran namun kemampuan intelektual- Faktor pendukung yaitu pendekatan
nya tidak bisa meningkat dengan baik maka secara personal, dan faktor penghambat
pihak HSKS akan memfokuskan pada kema- yaitu latar belakang keluarga yang sering
tangan karakter. Potensi yang dimiliki anak memanjakan anak.
dikembangkan secara optimal dengan me- Hasil implementasi pendidikan ka-
nanamkan nilai-nilai kreativitas, mandiri, rakter di HSKS yaitu perkembangan aka-
dan bertanggung jawab sehingga menjadi demik yang meliputi peningkatan nilai aka-
bekal dalam kehidupan di masa menda- demik dan perubahan perilaku home-
tangnya. schooler. Perkembangan kognitif tidak men-
Homeschooling tidak seperti sekolah jadi tujuan utama bagi beberapa home-
formal lainnya yang secara kaku hanya schooler yang memiliki keterbatasan IQ.
mementingkan perkembangan kognitif anak
tanpa melihat aspek lainnya. Bagi mereka Saran
yang tidak puas dengan konsep pendidikan Peranan berbagai pihak khususnya
formal yang tidak bisa melayani kebutuhan orangtua dalam mewujudkan pendidikan
anak sesuai karakteristiknya maka home- karakter yang berkesinambungan.
schooling menjadi alternatif untuk me- Pemilihan nilai, kegiatan dan meto-
ngembangkan potensi anak yang berke- de yang tepat sesuai dengan kondisi dan
butuhan. kebutuhan anak.
Homeschooling dengan karakteristik Hasil finger print scan dapat menjadi
yang fleksibel mampu menggunakan semua rujukan untuk pengembangan karakter
metode dan pendekatan sesuai kebutuhan anak dan divalidasi dengan hasil peng-
anak serta penanganan secara personal se- amatan.
hingga semua anak mendapatkan perhatian
dan kebutuhannya terpenuhi dengan tepat. DAFTAR PUSTAKA
Oleh karena itu, banyak anak yang menun- Benninga, J.S., Berkowitz, M.W., Kuehn,
jukkan perubahan baik perkembangan aka- Pyllis., et al. (2003). The relationship
demik maupun perubahan perilaku yang le- of character education implemen-
bih baik dibandingkan pertama kali datang tation and academic achievement in
ke HSKS dangan kondisi saat ini. Hal elementary schools. Journal of
selanjutnya yang perlu dilakukan adalah Research in Character Education, 1,
menjaga kesinambungan proses pendidikan 19-32.
karakter yang diterapkan di HSKS, keluarga
Dewantara, Ki Hadjar. (1977). Karya Ki
dan masyarakat untuk menjaga pemilihan
Hadjar Dewantara: Bagian pertama:
Implementasi Pendidikan Karakter di Homeschooling Kak Seto Yogyakarta 85
Ricca Vibriyanthy

pendidikan. Yogyakarta: Majelis create the best curriculum and


Luhur Persatuan Taman Siswa. learning environment for your child
(2rd ed). Adams Media: Avon.
Kembara, Maulia D. (2007). Panduan
lengkap homeschooling. Bandung: Megawangi, Ratna. (2009). Pendidikan
Progressio. karakter solusi yang tepat untuk
membangun bangsa. Bogor:
Kirschenbaum, H. (1995). 100 ways to
Indonesia Heritage Foundation.
enhance value and morality in
schools and youth settings. Boston: Mulyadi, Seto. (2007). Homeschooling
Allyn and Bacon. keluarga kak seto: mudah, murah,
meriah, dan direstui pemerintah.
Lickona, T. (1991). Educating for character,
Bandung: Kaifa.
how our schools can teach respect.
Respect and responsibility. New Saputro, Abe. (2007). Rumahku sekolahku:
York: Bantam Books. panduan bagi orangtua untuk men-
ciptakan homeschooling. Yogyakarta:
----------- (1993). The return of character
Graha Pustaka.
education [versi elektronik].
Educational Leadership Journal, 51, 6- Yin, R.K. (2008). Studi kasus desain &
11. metodologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
----------- (2004). Character matters: how to
help our children develop and good Zuchdi, Darmiyati dkk. (2012). Model pen-
judgment, integrity, and other didikan karakter terintegrasi dalam
essential virtues. New York: Simon & pembelajaran dan pengembangan
Schuster Inc. kultur sekolah. Yogyakarta: UNY
Press.
Linsenbach, S. (2010). The everything
homeschooling book: all you need to

Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Volume 1 – Nomor 1, Maret 2014

Anda mungkin juga menyukai