Anda di halaman 1dari 15

KONSEP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

A.Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan
dengan orang lain. ( Northouse, 1998).
Menurut Stuart GW (1998) mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan
interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki klien dalam hubungan ini perawat
dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosi klien.

B.Pentingnya Menjadi Terapeutik

Perawat yang terapeutik berarti melakukan interaksi dengan klien, interaksi tersebut
memfasilitasi proses penyembuhan. Sedangkan hubungan terapeutik artinya suatu hubungan
interaksi yang mempunyai sifat menyembuhkan, dan berbeda dengan hubungan sosial.
Therapeutic intimacy merupakan hubungan saling menolong (helping relationship) antara
perawat-klien. Hubungan ini dibangun untuk keuntungan klien, sementara hubungan sosial
dirancang untuk memenuhi kebutuhan kedua belah pihak (Smith, 1992).

C.Manfaat Menjadi Terapeutik

Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan
diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan
kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat
sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan
komunikasi terapeutik sebagai sarananya.

D.Tujuan Komunikasi terapeutik :

Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan pada
pertumbuhan klien :
1.Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang tadinya
tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah berkomunikasi terapeutik
dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya, perawat akan
meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S., 2000).
3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang
realistis.
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai harga
diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal dirinya
akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
4.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
Klien yang mengalami gangguab identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya diri
dan merngalami harga diri rendah.

E.Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan
hubungan yang terapeutik :
1.Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan
pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2.Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya dan
keunikan tiap individu.
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima
pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.
4.Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu
sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.

Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1.Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2.Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3.Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4.Kerahasiaan klien harus dijaga.
5.Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6.memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah laku
klien dan memberi nasehat.
7.Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan subyek/topik
jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9.Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10.Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan terapeutik.

F.Karakteristik Perawat Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik

Menurut Roger dan Stuart GW (1998) ada beberapa karakteristik seorang perawat yang dapat
memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, yaitu :
1.Kejujuran
Tanpa kejujuran mustahil akan terbina hubungan saling percaya, sesorang akan menaruh
kepercayaan kepada lawan bicara yang terbuka dan mempunyai respon yang tidak dibuat-buat,
sebaliknya dia akan berhati-hati pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering
menyembunyikan isi hati yang sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur.
(Rahmat, J, 1996)
2.Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami oleh klien dan
tidak berbelit-belit.
3.Bersikap positif
Sikap yang positif terhadap klien ditunjukkan dengan sikap hangat, penuh perhatian dan
penghargaan terhdap klien.
4.Empati bukan simpati
Dengan sikap empati, perawat akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan dan yang
dipikirkan klien. Sikap simpati tidak mampu melihat permasalahan secara obyektif karena
perawat terlibat secara emosional terhadap permasalahan yang dihadapi klien.
5.Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Agar mampu melihat permasalahan dari sudut pandang klien maka perawat harus menjadi
pendengar yang aktif dan sabar dalam mendengarkan semua ungkapan klien.
6.Menerima klien apa adanya
Seorang perawat yang baik akan tidak memandang hina klien dan keluarganya yang datang ke
rumah sakit dengan pakaian yang kumal dan kotor
7.Sensitif terhadap perasaan klien
Perawat harus sennsitif terhadap perasaan kliennya agar tidak menyinggung perasaanya.
8.Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien araupun diri perawat sendiri
Seorang perawat harus mampu melupakan kejadian yang menyakitkan di masa lalu dan
menguatkan koping klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi saat ini.
G.Tahapan Komunikasi Terapeutik

Tahapan komunikasi terapeutik terdiri dari empat taha, yaitu :


1.Tahap Persiapan/ Tahap Pra interaksi
Pada tahap ini perawat :
a.Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan diri sendiri.
b.Menganalisis kekuatan dan kelemahan diri perawat sendiri.
c.Mengumpulkan data tentang klien
d.Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.

2.Tahap Perkenalan
Merupakan saat pertama perawat bertemu dengan klien. Pada tahap ini tugas perawat :
b.Membina hubungan saling percaya
c.Merumuskan kontrak bersama klien
d.Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien.
e.Merumuskan tujuan dengan klien
3.Tahap Kerja
Merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi (Stuart GW., 1998). Pada tahap ini
perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Tahap
ini juga berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan.
4.Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini dibagi dua, yaitu tahap
terminasi sementara dan terminasi akhir. Pada thap ini tugas perawat adalah :
a.Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
b.Melakukan evaluasi subyektif.
c.Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
d.Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya.

H.Strategi Menanggapi Respon Klien :


Dalam menangagpi respon klien perawat dapat menggunakan berbagai tehnik komunikasi
terapeutik sebagai berikut :
1. Bertanya
2. Mendengarkan
3. Mengulang
4. Klarifikasi
5. Refleksi
6. Memfokuskan
7. Diam
8. Memberi informasi
9. Menyimpulkan
10.Mengubah cara pandang
11.Eksplorasi
12.Membagi persepsi
13.Mengidentifikasikan tema
14.Humor
15.Memberikan pujian

I.Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik


Ada lima jenis hambatan spesifik komunikasi terapeutik, yaitu :
1. Resisens
2. Transferens
3. Kontraferens
4. Pelanggaran batas
5. Pemberian hadiah
Diposkan oleh Ners Dian Ratnaningsih di 19.34 Tidak ada komentar:

TAHAP TAHAP KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dalam hubungan perawat – klien ada 3 karakteristik penting : sharing perilaku, pikiran, dan
perasaan
Perawat harus mampu:
1.Melakukan penyingkapan diri
2.Merencanakan bagaimana memfokuskan percakapan
3.Apa topik yang dibicarakan (sudah tepat atau belum)
4.Melibatkan pengalaman dengan topik yang dibicarakan
5.Memperkirakan lamanya percakapan
6.Mengakui kekurangan diri
7.Mengakhiri percakapan dgn klien

Berbagai komponen tersebut dikembangkan oleh perawat dalam beberapa tahap yakni :
1.Prainteraksi
2.Orientasi
3.Kerja
4.Terminasi

1.PRAINTERAKSI
Dimulai sebelum kontak pertama perawat-klien
Tugas perawat : mengeksplorasi diri
Pada pengalaman pertama, perawat masih memiliki miskonsepsi dan image pada umumnya
ditambah dengan berbagai perasaan dan ketakutan yang muncul seperti:
- Takut ditolak klien
- Cemas karena merupakan pengalaman baru
- Memperhatikan klien secara berlebihan
- Meragukan kemampuan diri
- Takut dilukai klien secara fisik
- Gelisah melakukan komter
- Klien dicurigai sebagai orang yang aneh
- Merasa terancam identitasnya sebagai perawat
- Merasa tidak nyaman untuk melakukan tugas secara fisik
- Mudah terpengaruh secara emosional (tersinggung-diejek)
- Takut disakiti secara psikologis

Analisi diri
- Apakah saya menganggap klien sbg orang yang aneh?
- Apakah harapan saya terlalu tinggi sehingga bila klien kasar, bermusuhan, atau tidak kooperatif
saya menjadi marah atau merasa terluka?
- Apakah saya takut terhadap tanggung jawab yang dibebankan pada saya (dalam hubungan
dengan klien)?
- Apakah saya harus menutupi rasa inferior dengan mengedepankan rasa superior?
- Apakah saya harus bersimpati, memberikan kehangatan, dan perlindungan secara berlebihan
bila saya melakukan kekeliruan?
2.ORIENTASI
Perawat dasar: menemukan alasan mengapa klien memerlukan pertolongan pengkajian
keperawatan dan membantu perawat fokus pada masalah klien.
Tugas perawat pada fase ini :
- Membangun trust
- Memahami
- Menerima
- Membuka komunikasi dan membuat kontrak dgn klien

Kontrak pertama dimulai :


- Memperkenalkan diri perawat dan klien
- Menyebutkan nama
- Menjelaskan peran (meliputi tanggung jawab dan harapan baik klien maupun perawat dengan
menjelaskan apa yang perawat dapat atau tidak dapat lakukan).
- Mendiskusikan tujuan hubungan (dengan menekankan pada pengalaman hidup perawat – klien
serta konflik)

Perawat dapat menyadari kecemasan dan ketakutan klien, tetapi klien mungkin kesulitan untuk
menerima bantuan perawat. Kemungkinan hal ini disebabkan :
- Sulit mengakui mempunyai kesulitan atau masalah .
- Tidak mudah trust atau terbuka pada seseorang yang baru dikenal.
- Masalah yang dihadapi terlihat sangat besar, rumit, atau unik untuk disharingkan pada orang
lain.
- Mengutarakan masalah dapat mengancam rasa independen, otonomi, dan harga diri.
- Dalam memecahkan suatu masalah melibatkan pemikiran tentang sesuatu yang mungkin tidak
menyenangkan, mereview kenyataan hidup, memutuskan suatu rencana, dan yang terpenting
adalah membawa suatu perubahan

3.KERJA
Selama fase ini
- Prwt-klien mengekplorasi stressor yang berkaitan dan terus meningkatkan perkembangan
insight klien (yang berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan tindakan)
- Insights harus diwujudkan dalam tindakan dan diintegrasikan ke dalam pengalaman hidup klien
- Perawat membantu klien : menghilangkan kecemasan, meningkatkan rasa kebebasan dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri mengembangkan mekanisme koping yang positif. (Fokus
fase ini : perubahan perilaku secara nyata)

4.TERMINASI
- Pemahaman antara perawat-klien lebih dioptimalkan
- Saling tukar pikiran dan memori
- Mengevaluasi perkembangan klien (berkenaan dengan tujuan asuhan keperawatan)
- Perawat-klien bersama-sama mereview perkembangan yang tercapai selama perawatan
- Perasaan rejeksi, kehilangan, sedih, dan marah diekspresikan dan diekplorasi
Tugas prwt dlm tiap-tiap fase

Prainteraksi :Mengekplorasi perasaan, harapan, dan rasa takut diri sendiri.


Menganalisa kemamp. & kekurangan diri
Mengumpulkan data klien (bila mungkin)
Merencanakan pertemuan pertama dgn klien

Orientasi :Mengidentifikasi alasan klien meminta bantuan


Membangun trust, menerima, dan membuka komunikasi
Bersama-sama membuat kontrak
Mengekplorasi pikiran, perasaan, dan tindakan klien
Mengidentifikasi masalah klien
Menetapkan tujuan dgn klien

Kerja :Mengekplorasi stressor yg berkaitan


Meningkatkan insight dan mekanisme koping klien

Terminasi :Mereview perkembangan terapi dan tujuan yg tercapai


Mengekplorasi perasaan satu sama lain;rejeksi,
kehilangan, kesedihan, dan kemarahan dan dihubungan dgn perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Barry, Patricia D. 1998. Mental Health & Mental Illness. 6th ed. Philadelphia. Lippincott.

Rawlins, Ruth Parmelee. 1993. Clinical Manual of Psychiatric Nursing. 2nd ed. Mosby-Year.
St.Louis Missouri.

Stuart, Gail Wiscarz., Sundeen, Sandra.J. 1998. Pocket Guide to Psychiatric Nursing. Edisi 3.
EGC. Jakarta.

________. 1998. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 6th ed. Mosby-Year. St.Louis
Missouri.
Teori Johary Windows
 
Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window.
Penjelasan Johari Window tentang tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita.
Joseph Luft dan Harrington Ingham, mengembangkan konsep Johari Window sebagai
perwujudan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain yang digambarkan sebagai
sebuah jendela. ’‘Jendela’’ tersebut terdiri dari matrik empat sel, masing-masing sel
menunjukkan daerah self (diri) baik yang terbuka maupun yang disembunyikan. Keempat sel
tersebut adalah daerah publik, daerah buta, daerah tersembunyi, dan daerah yang tidak disadari.
Open area adalah informasi tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain seperti nama,
jabatan, pangkat, status perkawinan, lulusan mana, dll. Ketika memulai sebuah hubungan, kita
akan menginformasikan sesuatu yang ringan tentang diri kita. Makin lama maka informasi
tentang diri kita akan terus bertambah secara vertikal sehingga mengurangi hidden area. Makin
besar open area, makin produktif dan menguntungkan hubungan interpersonal kita.
Hidden area berisi informasi yang kita tahu tentang diri kita tapi tertutup bagi orang lain.
Informasi ini meliputi perhatian kita mengenai atasan, pekerjaan, keuangan, keluarga, kesehatan,
dll. Dengan tidak berbagi mengenai hidden area, biasanya akan menjadi penghambat dalam
berhubungan. Hal ini akan membuat orang lain miss komunikasi tentang kita, yang kalau dalam
hubungan kerja akan mengurangi tingkat kepercayaan orang.
Blind area yang menentukan bahwa orang lain sadar akan sesuatu tapi kita tidak. Misalnya
bagaimana cara mengurangi grogi, bagaimana caranya menghadapi dosen A, dll. Sehingga
dengan mendapatkan masukan dari orang lain, blind area akan berkurang. Makin kita memahami
kekuatan dan kelemahan diri kita yang diketahui orang lain, maka akan bagus dalam bekerja tim.
Unknown area adalah informasi yang tidak diketahui oleh orang lain dan diri kita. Sampai kita
dapat pengalaman tentang sesuatu hal atau orang lain melihat sesuatu akan diri kita bagaimana
kita bertingkah laku atau berperasaan. Misalnya ketika pertama kali seneng sama orang lain
selain anggota keluarga kita. Kita tidak pernah bisa mengatakan perasaan “cinta”. Jendela ini
akan mengecil sehubungan kita tumbuh dewasa, mulai mengembangkan diri atau belajar dari
pengalaman.
Daerah publik adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh dirinya dan orang lain.
Daerah buta adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh orang lain tetapi tidak
diketahui oleh dirinya.
Daerah tersembunyi adalah daerah yang memuat hal-hal yang diketahui oleh diri sendiri tetapi
tidak diketahui oleh orang lain.
Oleh karena adanya perbedaan individual, maka besarnya masing-masing daerah pada seseorang
berbeda dengan orang lain.
Pengenalan diri dapat dilakukan melalui 2 tahap, tahap yang pertama pengungkapan diri (self-
disclosure) dan tahap yang kedua menerima umpan balik (feedback).
 
Kesimpulan
Setelah seseorang melakukan upaya mengenali kekuatan dan kelemahan diri, orang lain akan
menyadari siapa saya? Mengenal diri bukanlah tujuan. Pengenalan diri adalah sebagai wahana
(sarana) untuk mencapai tujuan hidup. Oleh karenanya, setelah seseorang dapat menjawab
pertanyaan siapa saya? maka pertanyaan selanjutnya adalah saya ingin menjadi siapa? Jawaban
atas pertanyaan tersebut tentunya beragam, sesuai dengan peran-peran yang dimainkannya.
Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah atau mengembangkan diri.
 
Referensi
Christina, dkk., 2003. Komunikasi Kebidanan. Jakarta: EGC.
indonesia.siutao.com/tetesan/falsafah_tao_dalam_hubungan_antar_manusia.php
mail-archive.com/filsafat@yahoogroups.com/msg02280.html
mubarok-institute.blogspot.com/2006/09/tiga-teori-hubungan-antar-manusia.html
nabble.com/Tiga-Teori-Hubungan-Antar-Manusia-td6240570.html
organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat-dalam-kehidupan-sosial-
antar-manusia
pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_15.html
Tyastuti, dkk., 2008. Komunikasi dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta:
Fitramaya.
Vardiyansah, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
wangmuba.com/tag/pengertian/
Wiryanto, DR., 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Grasindo.
ANALISA DIRI PERAWAT

PENGERTIAN 
          Analisa diri perawat adalah kemampuan perawat dalam menilai aspel-aspek yang dimiliki
di dalam dirinya agar dapat melakukan kemampuan diri secara terapeutik kepada klien.
            Perawat merupakan profesi yang menolong manusia untuk beradaptasi secara positif
terhadap stres yang dialami. Pertolongan yang diberikan harus bersifat terapeutik. Instrumen
utama yang dipakai adalah diri perawat sendiri. Jadi, analisa diri sendiri merupakan dasar utama
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
            Fokus analisa diri yang penting adalah kesadaran diri, klarifikasi nilai, eksplorasi
perasaan, kemampuan menjadi model, altruisme dan rasa tanggung jawab. Khususnya dalam
berhubungan dengan klien anak, perawat perlu mengkaji pengalaman masa kanak-kanaknya
karena dapat mempengaruhi interaksi. Dengan mengetahui sifat diri sendiri diharapkan perawat
dapat memakai dirinya secara terapeutik untuk menolong klien tanpa merusak integritas diri.

ASPEK-ASPEK ANALISA KESADARAN DIRI PERAWAT

A.    Kesadaran Diri
            Helper yang efektif adalah mampu menjawab pertanyaan, siapa saya? Perawat
adalah orang yang care akan kebutuhan pasien baik biologi, psikologik dan sosiokultural dengan
melihat rata-rata penampilan yang dimilikinya. Perawat belajar tentang kecemasan, kemarahan,
kesedihan dan kegembiraan dalam membantu pasien terhadap kontinyu sehat dan sakit.
            Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perawat perlu menjawab pertanyaan
“siapa saya”. Perawat harus dapat mengkaji perasaan, reaksi dan perilakunya secara pribadi
maupun sebagai pemberi perawatan. Kesadaran diri akan membuat perawat menerima perbedaan
dan keunikan klien.
          Campbell (1980) mendefenisikan kesadaran diri menurut model keperawatan secara
holistik meliputi komponen psikologik, fisik, lingkungan dan pilosopi :
1.      Komponen psikologi
Termasuk pengetahuan, emosi, motivasi, konsep diri dan personaliti.
2.      Komponen fisik
Adalah pengetahuan tentang fisiologi personal dan umum, juga termasuk sensasi tubuh,
gambaran diri dan potensial fisik.
3.      Komponen lingkungan
Berisi tentang lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang lain, dan pengetahuan tentang
hubungan antara manusia dan alam.
4.      Komponen pilosopi
Adalah perasaan tentang makna kehidupan. Pilosopi diri berupa tentang kehidupan dan kematian
baik yang disadari maupun tidak disadaritermasuk kemampuan superior, tetapi juga meliputi
tanggung jawab terhadap perilaku baik secara etik dan nyata.

          Kesemua komponen merupakan model yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesadaran diri dan perkembangan diri perawat dan pasien untuk mengerti akan dirinya.
Kesadaran diri dan perkembangan diri perawat perlu ditingkatkan agar penggunaan diri
secara terapeutik dapat lebih efektif. Johari Window (Stuart dan Sunden. 1987, h.98)
menggambarkan tentang perilaku, pikiran, perasaan seseorang melalui gambar berikut:

1 2

Diketahui oleh diri sendiri dan Hanya diketahui oleh orang


orang lain lain

3 4

Hanya diketahui oleh diri Tidak diketahui oleh siapapun


sendiri

Kuadran 1 adalah kuadran yang terdiri dari perilaku, pikiran dan perasaan yang diketahui
oleh individu dan orang lain disekitarnya. Kuadran 2 sering disebut kuadran buta karena hanya
diketahui oleh orang lain. Kuadran 3 disebut rahasia karena hanya diketahui oleh individu. Ada
3 prinsip yang dapat diambil dari Johari Window yaitu :
1.      Perubahan satu kuadran akan mempengaruhi kuadran yang lain.
2.      Jika kuadran 1 yang paling kecil, berarti komunikasinya buruk atau kesadaran dirinya kurang.
3.      Kuadran 1 paling besar pada individu yang mempunyai kesadaran diri yang tinggi.
Kesadaran diri dapat ditingkatkan melalui tiga cara (Stuart dan Sundeen, 1987,h.98 – 99)
yaitu :
1.      Mempelajari diri sendiri. Proses eksplorasi diri sendiri, tentang pikiran, perasaan, perilaku,
termasuk pengalaman yang menyenangkan, hubungan hubungan interpersonal dan kebutuhan
pribadi. Caranya meningkatkan pengetahuan diri, diperlukan dengan belajar tentang diri sendiri.
Individu perlu menampilkan keikhlasan dalam menampilkan emosinya, identifikasi kebutuhan
dan kemampuan personal, dan penampilan bentuk tubuh terhadap kebebasan, kegembiraan, dan
spontan. Yang termasuk penampilan personal meliputi pikiran, perasaan, memori dan
rangsangan.
2.      Belajar dari orang lain. Belajar dan mendengar orang lain. Pengetahuan tentang diri tidak bisa
diketahui oleh diri sendiri. Juga berhubungan dengan orang lain, individu mempelajari diri
sendiri, juga belajar untuk mendengar secara aktif dan terbuka menerima umpan balik dari orang
lain. Kesediaan dan keterbukaan menerima umpan balik orang lain akan meningkatkan
pengetahuan tentang diri sendiri.  Aspek yang negatif memberi kesadaran bagi individu untuk
memperbaikinya sehingga individu akan selalu berkembang setiap menerima umpan balik.
3.      Membuka diri. Keterbukaan merupakan salah satu kriteria kepribadian yang sehat. Untuk ini
harus ada teman intim yang dapat dipercaya tempat menceritakan hal yang merupakan rahasia.

Proses peningkatan kesadaran diri sering menyakitkan dan tidak mudah khususnya jika
ditemukan konflik dengan ideal diri. Tetapi merupakan tantangan untuk berubah dan tumbuh.

B.     Klarifikasi Nilai


Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu
perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya.
Walaupun hubungan perawat – klien merupakan hubungan timbal balik, tetapi kebutuhan
klien selalu di utamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman yang
cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan keamanannya.
Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan
mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat – klien.
Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan, seksual, ikatan
keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem nilai yang
dimiliki.
C.     Eksplorasi Perasaan
Perawat perlu terbuka dan sadar terhadap perasaannya, dan mengontrolnya agar ia dapat
menggunakan dirinya secara terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1987,h.102).
Jika perawat terbuka pada perasaannya maka ia mendapatkan dua informasi penting yaitu
bagaimana responnya pada klien dan bagaimana penampilannya pada klien. Sewaktu berbicara
dengan klien, perawat harus menyadari responnya dan mengontrol penampilannya.

D.    Kemampuan Menjadi Model (Role Model)


Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan
interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan
Sundeen, 1987, h.102)
Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan hubungan profesional
dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan kesehatan jiwa karena perawat
memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien.
Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan kehidupan
pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan memperlihatkan
perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung jawab atas
perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.

Ciri perawat yang dapat menjadi role model


1.      Puas akan hidupnya
2.      Tidak didominasi oleh stres
3.      Mampu kembangkan kemampuan
4.      Adaptif

E.    Altruisme
Perawat harus dapat menjawab, mengapa kamu ingin menolong orang lain? helper yang baik
harus interes dengan orang lain dan siap menolong dengan cara mencintai dari manusia tersebut.
Secara benar bahwa seseorang selama hidupnya membutuhkan kepuasan dan penyelesaian dari
kerja yang dilakukan. Tujuannya mempertahankan keseimbangan antara kedua kebutuhan
tersebut.
Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri
sendiri

 Efektif “helper”
o Interes pada orang lain
o Membantu dengan tulus dan cinta kasih
o Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain

Altruisme lebih menitikkan pada kesejahteraan orang lain. Tidak diartikan secara altruistik
diri juga tidak menampilkan kompensasi yang adekuat dan pengulangan atau pengingkaran
secara praktis atau pengorbanan diri.
Akhirnya, altruisme juga dapat diasumsikan sebagai bentuk perubahan sosial yang dibuat
untuk manusia dalam bentuk kebutuhan akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya adalah semua
profesional harus dapat membantu orang lain dalam pemberian pelayanan dan mengembangkan
kemampuan sosial. Secara legitimasi diperlukan peran perawat dalam melakukan pekerjaannya
untuk mengadakan perubahan struktur yang besar dan proses perubahan sosial dalam
meningkatkan kesehatan individu dan kemampuan dirinya.

F.    Etik dan Tanggung Jawab


          Keyakinan diri pada seseorang dan masyarakat dapat memberikan berupa kesadaran
akan petunjuk untuk melakukan tindakan. Kode untuk perawat umumnya menampilkan
penguatan nilai hubungan perawat-klien dan tanggung jawab dan pemberian pelayanan yang
merupakan rujukan untuk semua perawat dalam memberikan penguatan untuk kesejahteraan
pasien dan tanggung jawab sosial. Pilihan etik bertanggung jawab dalam menentukan
pertanggung jawaban, risiko, komitmen dan keadilan.
            Hubungan perawat dengan etik adalah kebutuhan akan tanggung jawab untuk merubah
perilaku. Dimana harus diketahui batasan dan kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Juga
dilakukan oleh anggota tim kesehatan, perawat yang setiap waktu siap untuk menggali
pengetahuan dan kemampuan dalam menolong orang lain; sumber-sumber yang digunakan guna
dipertanggung jawabkan.
Diposkan oleh teman sejawat di 10:10 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai