Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

IBADAH, AKHLAK DAN MUAMALAH

“Bank dan Riba”

Di susun oleh:

Riska Hidayanti

183223009

Pendidikan Matematika

Semester 2

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MUHAMMADIYAH KUNINGAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah yang berjudul "Bank dan Riba". Sholawat berserta salam semoga tetap tercurah
limpahkan kepada nabi kita Muhammad SAW. Kepada keluarganya, sahabatnya, dan tidak
lupa kepada kita selaku umatnya yang insya allah taat pada ajarannya amin.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun dari rekan-rekan sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.

Kuningan, Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

I. BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah........................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................1
II. BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Pengertian Riba............................................................................................2
B. Sejarah Riba.................................................................................................2
C. Hukum Riba.................................................................................................2
D. Hukum Bunga Bank.....................................................................................3
E. Hukum menabung di Bank Konvensional...................................................3
F. Hukum menerima hadiah dari Bank hasil undian........................................4
III. BAB III PENUTUP.........................................................................................5
Keismpulan........................................................................................................5
IV. DAFTAR PUSTAKA......................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada mulanya riba merupakan suatu tradisi bangsa Arab pada jual beli maupun
pinjaman dimana pembeli atau penjual, yang meminjam atau yang memeberi pinjaman
suatu barang atau jasa dipungut atau memungut nilai yang jauh lebih dari semula, yakni
tambahan (persenan) yang dirasakan memberatkan.
Namun setelah Islam datang, maka tradisi atau praktek seperti ini tidak lagi
diperbolehkan, dimana oleh Allah SWT menegaskan dengan mengharamkannya dalam
Al-Qur’an (baca; ayat dan hadist yang melarang riba), bahkan oleh Allah dan RasulNya
akan memusuhi dan memeranginya apabila tetap melanggarnya, yang demikian itu
dimaksudkan untuk kemaslahatan dan juga kebaikan umat manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian riba dan perbedaannya dengan bunga bank?
2. Apa saja jenis atau macam-macam riba?
3. Bagaimana Al-Qur’an dan Hadits memandang riba?
4. Bagaimana hukum bermuamalah dengan bank konvensional dan hukum
mendirikan bank Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui riba dan perbedaannya dengan bunga bank
2. Mengetahui macam-macam riba
3. Mengetahui Bagaimana Al-Qur’an dan Hadits memandang riba
4. Mengetahui hukum bermuamalah dengan bank konvensional dan hukum
mendirikan bank Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba                 
Asal makna riba menurut bahasa Arab (raba-yarbu) atau dalam bahasa
Inggrisnya usury/interest ialah lebih atau bertambah (ziyadah/addition) pada suatu zat,
seperti tambahan pembayaran atas uang pokok pinjaman. Misalnya si A memberi
pinjaman kepada si B, dengan Syarat si B harus mengembalikan uang pokok pinjaman
beserta sekian persen tambahannya. Riba dapat diartikan juga dengan segala jual beli
yang haram.
Mengenakan bayaran lebih dari apa yang diberikan. Riba berarti menetapkan
bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu
dari jumlah pinjaman pokok, yang dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa
bermakna: ziyadah-tambahan). Dalam pengertian lain, secaralinguistik, riba juga berarti
menbah dan membesar.
Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip mu’amalah dalam
islam.
B. Sejarah Riba
Di Mesir telah diamalkan di zaman pemerintahan Firaun di mana hutang yang tidak
dapat di jelaskan, penghutang akan menjadi hamba. Di zaman Arab Jahiliyah, riba
diamalkan atas dua sebab:
1. Mau mengumpul harta dengan sebanyak-banyaknya.
2. Terikut-ikut clengan orang Yahudi yang mempunyai hubungan rapat dalam
perdagangan.

C. Hukum Riba
Hukum riba dalam Islam adalah haram. Kebanyakan riba terdapat dalam bahaya
hutang dalam Islam, sehingga semakin menyengsarakan orang yang susah. Allah ta’ala
berfirman: “Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada
harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka
(yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS.
Ar-Ruum: 39)

2
“Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah: 275).
D. Hukum Bunga Bank
Dalam Al-Quran, hukum melakukan riba sudah jelas dilarang Allah SWT. Begitupun
dengan bunga bank, dalam praktiknya sistem pemberian bunga di perbankan
konvensional cenderung menyerupai riba, yaitu melipatgandakan pembayaran. Padahal
dalam islam hukum hutang-piutang haruslah sama antara uang dipinjamkan dengan
dibayarkan.

Dalil yang Menjelaskan Kesamaan Bunga Bank dengan Riba

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan
berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (Q.S Ar-
Rum : 39).

Kesimpulannya, mayoritas ulama menetapkan bahwa bunga bank hukumnya sama


dengan riba yang berarti dilarang Allah SWT. Keputusan ini berlandaskan pada Al
Quran, Al Hadist, serta hasil penafsiran dari fuqaha’ (ulama yang ahli dalam bidang
fiqh).

E. Hukum Menabung di Bank Konvensional


Sistem perbankan yang kita terima sekarang ini sebagai realitas yang tak dapat kita
hindari. Karenanya umat islam diperbolehkan (mubah) bermuamalah dengan bank
konvensional itu atas pertimbangan dalam keadaan darurat dan bersifat sementara. Sebab
umat Islam harus berusaha mencari jalan keluar dengan mendirikan bank tanpa adanya
system bunga/riba, demi menyelamatkan umat Islam dari cengkraman budaya yang tidak
Islami.

F. Hukum Menerima Hadiah dari Hasil Undian

3
Apabila seseorang di antaramu memberikan pinjaman, lalu yang menerima pinjaman
memberikan hadiah kepadamu atau memintamu untuk menaiki kendaraannya, maka
janganlah engkau menaikinya dan jangan terima hadiahnya. Kecuali (pemberian hadiah
tersebut) telah berlangsung antaramu dengannya sebelum engkau berikan dia pinjaman
(HR. Ibnu Majah. Derajat hadis ini dinyatakan hasan oleh Imam Suyuthi).
Dari hadis dan atsar di atas jelaslah bahwa haram hukumnya menerima hadiah dari
pihak yang menerima pinjaman. Dan ini merupakan pendapat terkuat, Wallahu a’lam.
Maka pemilik rekening tabungan di bank konvensional yang hakikatnya adalah
pemberi pinjaman kepada bank tidak boleh menerima hadiah dari pihak bank. Dan
hadiah tersebut termasuk riba, karena utang akan dikembalikan bank ditambah dengan
hadiah, sedangkan utang yang bertambah adalah riba (Dr. Abdullah Al Umrani, Al
manfa’atu fil qardh, hal 462).

4
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Secara umum Ulama membagi riba itu menjadi dua macam saja, yaitu riba nasi’ah’
dan riba fadil, sedangkan riba yad dan Riba qardi termasuk ke dalam riba nasi’ah dan riba
fadhl. Barang-barang yang berlaku riba padanya ialah emas, perak, dan makanan yang
mengeyangkan atau yang berguna untuk yang mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli
barang tersebut, kalau sama jenisnya seperti emas dan dengan emas, gadum dengan gadum,
diperlukan tiga syarat: (1) tunai, (2) serah terima, dan (3) sama timbangannya. Kalau jenisnya
berlianan, tetapi ‘ilat ribanya satu, seperti emas dengan perak, boleh tidak sama tibangannya,
tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis dan ‘ilat ribanya berlainan seperti perak
dengan beras, boleh dijial bagaimana saja seperti barang-barang yang lain; berarti tidak
diperlukan suatu syarat dari yang tiga itu.
Riba (termasuk bunga bank) adalah termasuk dosa besar. Baik pemberi, penulis dan
dua saksi riba adalah sama dalam dosa dan maksiat denganpemakan riba. Tidak boleh bagi
seorang Muslim mengokohkan transaksi riba. Dianjurkan (bahkan wajib) bagi kaum
Muslimin untuk mendirikan bank Islam sesuai dengan syari’at agama, dan menghindarkan
dari segala macam bentuk/praktek riba.

DAFTAR PUSTAKA

5
https://acehkrak.blogspot.com/2016/01/makalah-riba-dan-bunga-bank.html

https://dalamislam.com/hukum-islam/ekonomi/hukum-riba-menurut-islam

https://dalamislam.com/hukum-islam/hukum-bunga-bank-menurut-islam

https://www.hisbah.net/hukum-menerima-hadiah-dari-bank-hasil-undian/

Anda mungkin juga menyukai