Anda di halaman 1dari 6

25

ANALISIS PROGRAM DOTS UNTUK MENURUNKAN KASUS TUBERCULOSIS DI


SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG, KALIMANTAN BARAT

JURNAL KESEHATAN
http://ejournal.poltekkesternate.ac.id/ojs

PENGARUH EDUKASI GIZI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL (VIDEO)


TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP GIZI SEIMBANG

Nurul Ihsan Fawzi 1, Angela Meike Indrayani1, Hamisah1


1
Yayasan Alam Sehat Lestari, Sukadana, Kalimantan, Barat, Indonesia

1
Surel/Email : nurul.ihsan.f@mail.ugm.ac.id / 0811 1011 041

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Metode pengobatan penyakit tuberculosis (TB) menggunakan metode Directly
Diterima Desember Observed Treatment Short-course (DOTS) merupakan strategi rekomendasi dari
2019 Badan Kesehatan Dunia PBB untuk penyembuhan penyakit TB. Penelitian ini
Disetujui Maret 2020 menganalisis 725 pasien TB yang menjadi pasien terdaftar yang disupervisi oleh
Di Publikasi Mei 2020 Pengawas Minum Obat (PMO) binaan Klinik ASRI. Klinik ASRI merupakan
salah satu program dari Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) yang berpartner
Keywords: dengan Health in Harmony untuk meningkatkan kesehatan manusia dan
DOTS kelestarian alam. Dari penelitian ini, terlihat bahwa keberhasilan program DOTS
Tuberculosis yang disupervisi oleh PMO adalah sebesar 86,2% dengan tingkat kegagalan
TN Gunung Palung program sebesar 5%. Sebanyak 5,3% pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi karena memiliki penyakit komplikasi. Angka kematian dalam
program ini adalah sebesar 3,4%. Untuk mencapai keberhasilan tersebut,
dibutuhkan biaya Rp 1.764.705,00 per pasien TB dengan pendampingan PMO
yang dilakukan oleh Klinik ASRI. Biaya ini lebih tinggi dari rata-rata global yang
hanya Rp 560.000,00. Faktor utama yang berpengaruh adalah persepsi
masyarakat dan akses lokasi yang jauh dari fasilitas kesehatan.

INSTRUCTIONS FOR AUTHOR IN JURNAL KESEHATAN SINCE 2019

Abstract

Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) is an international strategy


recommendation from the World Health Organization (WHO) for reducing TB
cases. This study analyzes 725 TB patients who are registered at ASRI’s Clinic
and supervised by PMO. ASRI Clinic is one of the programs from the Alam Sehat
Lestari Foundation (ASRI) in partnership with Health in Harmony (HIH) to
improve human health and nature conservation. From this paper, we find that
the success rate of the DOTS program supervised by PMO was 86.2% with a
program failure rate of 5%. A total of 5.3% of patients were referred to higher
health facilities because of the complications. The death rate of this program is
3.4%. The cost that is needed for each TB patient is around IDR 1,764,705. This
cost is higher than the global average IDR 560,000. The location of the
healthcare facilities which is far away from the patient’s houses is one of the
main factors that determine this cost difference

© 2017 Poltekkes Kemenkes Ternate

Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, 13, (1), 2020, Pages, 25 - 30


26
ANALISIS PROGRAM DOTS UNTUK MENURUNKAN KASUS TUBERCULOSIS DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG, KALIMANTAN BARAT

Alamat korespondensi:
Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta , Indonesia ISSN 2597-7520
Email: retno.yulianti@upnvj.ac.id

Pendahuluan 2018). Sembilan puluh persen penderita adalah


penderita TB paru. Prevalensi penyakit TB di
Indonesia adalah 335 per 100.000 penduduk di
Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan tahun 2017, 297 per 100.000 penduduk di
penyakit menular dengan 90% kasusnya tahun 2014, dan 253 per 100.000 penduduk di
menginfeksi paru-paru (TB paru) dan sisanya tahun 2006 (Kementerian Kesehatan RI,
menginfeksi organ tubuh lainnya. Sembilan 2018). Tren peningkatan angka prevalensi
puluh persen penderita TB tidak menunjukkan menjadi tantangan bagi kita dalam
gejala (asymptomatic) dan menginfeksi sekitar menurunkan prevalensi angka TB di
1,7 milyar orang. Jumlah ini Indonesia.
merepresentasikan 23% dari total penduduk
dunia dengan 10 juta kasus baru setiap
Prevalensi penyakit TB di setiap daerah
tahunnya (Daley, 2019). Lima sampai sepuluh
berbeda-beda di Indonesia. Untuk wilayah di
persen penderita TB merupakan penderita TB
sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung
aktif yang menunjukkan gejala-gejala
Palung, yang 80% areanya berada di
penyakit. Tanpa pengobatan yang tepat setelah
Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat,
terinfeksi, 50% penderita TB akan meninggal
prevalensi TB tergolong tinggi jika
dalam 5 tahun dan 70% akan meninggal dalam
dibandingkan dengan kabupaten lainnya di
10 tahun (Kemenkes RI, 2011).
Provinsi Kalimantan Barat (Kemenkes RI,
2018). Kondisi ini menyebabkan TB menjadi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) salah satu penyakit penyebab kematian
bersama negara anggotanya menyusun terbanyak (Shetty, 2009). Faktor ekonomi,
Sustainable Development Goals (SDGs) yang kebersihan lingkungan dan hidup serumah
memiliki target untuk mereduksi 90% dengan penderita TB menjadi penyebab utama
kematian akibat TB dan 80% penderita baru di peningkatan prevalensi TB (Suharyo, 2013).
tahun 2030. Penyakit TB telah menjadi
epidemi global dan upaya menurunkan
Pemberantasan TB yang efektif dimulai
kematian akibat TB menjadi penting. Pada
sejak tahun 1950, dengan strategi pengobatan
tahun 1800-an, TB menjadi penyebab
6 – 9 bulan. Strategi ini dikenal dengan DOTS
kematian utama di dunia. Sejak ditemukan
(Directly Observed Treatment Short-course).
obat TB di tahun 1940, terjadi penurunan
Proses pengobatan yang lama adalah untuk
angka kematian hingga sekitar 10 orang per
membunuh bakteri dan memastikan tidak ada
100.000 penduduk. Pada tahun 2017,
sisa-sisa bakteri dalam tubuh yang dapat hidup
diperkirakan 10 juta orang di dunia menjadi
kembali. Pengobatan TB bersifat antibiotik
penderita baru yang terinfeksi penyakit TB.
untuk menekan M. tubercolusis. Jika terjadi
Jumlah korban meninggal pertahun adalah 1,3
jeda dalam minum obat atau pengobatan yang
juta jiwa, dan 0,3 juta orang yang meninggal
tidak selesai, maka akan menyebabkan
tersebut terinfeksi HIV/AIDS (WHO, 2018).
resistansi obat (Multi Drug Resistant TB,
Penderita TB yang meninggal dunia pada
MDR-TB) (Cox et al., 2007). Di Indonesia
tahun 2017 sebesar 16% dari penderita yang
sendiri, cakupan pengobatan TB dengan
aktif. Untuk angka kematian penyakit TB di
metode DOTS pada tahun 2018 hanya sekitar
Indonesia adalah sebesar 40 orang per 100.000
53% (WHO, 2019).
penduduk atau 107.000 orang ditahun 2017
(WHO, 2019).
Pada tahun 2017, kasus MDR-TB di
Indonesia adalah sebesar 13% untuk penderita
Indonesia menempati peringkat ketiga di
TB kasus kambuh atau berkisar 12.000 orang
dunia dengan penduduk penderita TB
dengan TB paru kambuh dan 2,4% untuk
sebanyak 888.904 atau 8% dari penderita
penderita TB paru kasus baru (WHO, 2018).
global yang dilaporkan di tahun 2017 (WHO,
Persentase ini menurun jika dibandingkan

Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, 13, (1), 2020, Pages, 25 - 30


27
ANALISIS PROGRAM DOTS UNTUK MENURUNKAN KASUS TUBERCULOSIS DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG, KALIMANTAN BARAT
dengan tahun 2006, yakni 19% untuk penderita Penelitian ini dilakukan di sekitar Kawasan
lama dan 2% untuk penderita baru (WHO, Taman Nasioal Gunung Palung sebagai
2008). Pencegahan penularan MDR-TB wilayah kerja PMO yang disupervisi oleh
dilakukan dengan memastikan pasien Klinik ASRI (gambar 1). Lokasi penelitian
meminum obat setiap hari sesuai yang berada di sekitar Kawasan TN Gunung Palung
diwajibkan. Oleh karena itu, dibutuhkan karena ASRI bekerja untuk konservasi Taman
Pengawas Minum Obat (PMO), yaitu orang Nasional yang berbasis kesehatan masyarakat.
yang melakukan pengawasan kepada penderita Lokasi kerja ini berada di Kabupaten Kayong
TB agar minum obat setiap hari untuk Utara dan sebagian di Kabupaten Ketapang,
kesembuhan dan mencegah resistensi obat Kalimantan Barat. ASRI telah bekerja untuk
(Amira DA, Hendrawati, & Senjaya, 2018). konservasi TN Gunung Palung sejak tahun
Kehadiran PMO memberikan dampak yang 2007 dengan mendirikan Klinik ASRI dan
signifikan terhadap tingkat kesembuhan pasien Divisi Konservasi. Klinik ASRI mengajukan
(Muniroh, Aisah, & Mifbakhuddin, 2013). Hal hibah untuk membiayai PMO yang tersebar
ini mengingat kepatuhan penderita TB untuk untuk membantu penyembuhan pasien TB.
minum obat hanya sebesar 72,7% (Sari, Dalam teknis pelaksanaannya, program DOTS
Mubasyiroh, & Supardi, 2016). berafiliasi dengan 5 puskesmas, yaitu
Puskesmas Seponti, Puskesmas Teluk Batang,
Saat ini telah terjadi penurunan angka TB Puskesmas Teluk Melano, Puskesmas
sebesar 22% dari tahun 2000 ke tahun 2015. Sukadana dan Puskesmas Simpang Tiga.
Namun, TB menjadi salah satu penyebab Wilayah tersebut meliputi 4 kecamatan dan 10
kematian terbesar di Indonesia. Yayasan Alam desa.
Sehat Lestari (ASRI) merupakan organisai non
profit atau non-profit organization (NGO) Data dan Analisis
yang bergerak di bidang kesehatan masyarakat
dan lingkungan yang berusaha untuk Data yang digunakan dalam penelitian ini
menurunkan penderita TB di sekitar Kawasan adalah pasien TB yang disupervisi oleh PMO
Taman Nasional Gunung Palung. Artikel ini selama proses pengobatannya. PMO
membahas tentang keberhasilan program mengunjungi pasien TB untuk memberi obat
DOTS yang telah dilakukan oleh ASRI dan memastikan pasien meminum obat yang
sebagai mitra pemerintah. Hal ini didasarkan diberikan sesuai dosis. Penelitian ini
pada angka keberhasilan program DOTS di menggunakan 725 sampel pasien TB yang
Indonesia yang berada pada rentang 50 – 91%, disupervisi oleh PMO. PMO yang bekerja
dan kita membutuhkan evaluasi atas program dibawah pengawasan dan pengarahan dari
yang telah dilakukan. Klinik ASRI yang berkerja sama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Kayong Utara. Data
tersebut dikumpulkan selama rentang bulan
Juni 2008 ketika program dimulai hingga
Maret 2019. Kami juga melakukan wawancara
kepada pasien dan masyarakat untuk
mengidentifikasi permasalahan yang
menghambat pengentasan penyakit TB di
masyarakat.

Analisis data untuk mengklasifikasikan


pasien berdasarkan tingkat keberhasilan
pengobatan. Pasien tersebut dianalisis tingkat
kesembuhan dengan metode pengobatan
DOTS yang telah dilakukan. Pasien TB
diklasifikasikan dalam beberapa kategori,
Metode yaitu (1) pasien sembuh (menyelesaikan
Lokasi Penelitian pengobatan tanpa putus dan atau dinyatakan
sembuh secara bakteriologis atau radiologis),

Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, 13, (1), 2020, Pages, 25 - 30


28
ANALISIS PROGRAM DOTS UNTUK MENURUNKAN KASUS TUBERCULOSIS DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG, KALIMANTAN BARAT
(2) pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat selama 6 – 9 bulan. Tingkat kegagalan
lanjut, (3) pasien meninggal dunia (karenan program adalah sebesar 5%. Kegagalan
sebab apapun), dan (4) pasien yang tidak pengobatan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
penyelesaikan pengobatan atau loss to follow Faktor utama adalah putus minum obat karena
up (DO). pesien pindah domisili tanpa pemberitahuan
sehingga PMO tidak dapat memberikan surat
Hasil dan Pembahasan rujukan ke fasilitas kesehatan lainnya untuk
melanjutkan pengobatan. Faktor kedua adalah
Secara global, metode DOTS memiliki terdapat penolakan pengobatan dari keluarga
tingkat keberhasilan sebesar 85% dari 194 atau orangtua pasien. Penolakan ini terutama
negara anggota PBB yang telah menggunakan pada pasien anak, orangtua pasien
metode yang sama untuk menyembuhkan menganggap pengobatan yang dilakukan
penderita TB (WHO, 2018). Dalam penelitian bertentangan dengan keyakinan yang dianut.
ini, tingkat keberhasilan metode DOTS adalah Dalam penelitian ini, hingga bulan Maret
86,2%. Persentase ini sama dengan persentasi 2019, 30 pasien masih dalam proses
keberhasilan pengobatan menggunakan DOTS pengobatan.
di Indonesia, yaitu sebesar 86% (WHO, 2018).
Jika dibandingkan dengan wilayah lain, Analisis distribusi pasien menunjukkan
tingkat keberhasilan yang dicapai lebih tinggi jumlah penderita TB terbanyak berasal dari
dari wilayah lainnya seperti di Kabupaten Desa Sutra (48 pasien), Desa Teluk Batang (43
Garut, Jawa Barat yang hanya 76,0% (Amira pasien), dan Desa Pangkalan Buton (41 pasien)
DA et al., 2018) atau di Kota Medan, Sumatra (gambar 2). Desa-desa tersebut merupakan
Utara sebesar 83,6% (Ayukhaliza, Nasution, pusat konsentrasi pemukiman penduduk. Hal
Augie, & Wulandari, 2018) yang menyebabkan tingginya pasien TB
adalah kontak serumah dengan pasien TB yang
Keberhasilan program DOTS yang tidak dapat dihindarkan, selain itu sebagian
dicapai adalah berhasil minum obat selama besar hunian penderita penyakit TB belum
waktu yang ditentukan (tanpa putus) dan atau memenuhi persyaratan hunian sehat dari segi
disertai dengan kesembuhan yang jumlah orang yang menempati rumah,
dikonfirmasi dengan pemeriksaan dahak atau sirkulasi udara, dan kelembaban (Shetty, 2009;
rontgen ulang di akhir pengobatan. Beberapa Suharyo, 2013).
pasien memiliki penyakit komplikasi dan
harus mendapat perawatan lanjutan. Sebanyak Terdapat beberapa faktor yang
5,3% pasien TB dirujuk ke fasilitas kesehatan mempengaruhi keberhasilan program DOTS
yang lebih tinggi. Hal ini didasarkan bahwa di lokasi penelitian di sekitar kawasan TN
prevalensi penderita TB tertinggi diatas umur Gunung Palung. Faktor pertama adalah
55 tahun (Kemenkes RI, 2018), pada usia persepsi masyarakat terhadap penyakit TB
tersebut, ada banyak penderita TB yang juga yang masih rendah (Sandha & Sari, 2017).
menderita penyakit seperti diabetes, darah Persepsi ini berkaitan dengan kesadaran akan
tinggi, dan jantung. Analisis multivariat juga bahaya penyakit TB yang membantu dalam
menunjukkan bahwa umur merupakan faktor pengobatan. Hasil wawancara dengan
utama yang mempengaruhi angka kejadian TB masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat
(Rukmini & Chatarina, 2011). Faktor umur di Kabupaten Kayong Utara masih banyak
juga berkontribusi terhadap angka kematian yang menganggap bawa indikasi penyakit TB
dalam proses pengobatan yaitu sebesar 3,4%. seperti batuk-batuk dan muntah darah
Penyebab utama kematian adalah karena dianggap sebagai kutukan atau santet. Setelah
pasien telah tua dan komplikasi dengan pasien diperiksa oleh dokter dan dinyatakan
penyakit lainnya. positif menderita TB, beberapa pasien dan
keluarga pasien masih mempercayai
Selain tingkat keberhasilan pengobatan, pengobatan melalui dukun/pengobatan
terdapat tingkat kegagalan program DOTS tradisional. Penolakan pengobatan ini
yang ditandai dengan pasien tidak menyebabkan angka prevalensi TB menjadi
menyelesaikan pengobatan hingga sembuh tinggi. Faktor lainnya adalah akses kesehatan

Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, 13, (1), 2020, Pages, 25 - 30


29
ANALISIS PROGRAM DOTS UNTUK MENURUNKAN KASUS TUBERCULOSIS DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG, KALIMANTAN BARAT
yang rendah (de Queiroz, de-la-Torre-Ugarte- pasien atau Rp 14.000.000 dengan kurs Rp
Guanilo, Ferreira, & Bertolozzi, 2012). 14.000.
Beberapa kampung/dusun di mana pasien TB
berdomisili jauh dari fasilitas kesehatan. Penutup
Pengaruhnya adalah daya jangkau masyarakat
dan tuntutan keberlanjutan minum obat yang Program DOTS yang disupervisi oleh PMO di
memberatkan masyarakat (Hikma, Amareta, & wilayah sekitar Taman Nasional Gunung
Maharani, 2016). Ini adalah peran PMO untuk Palung dapat dikatakan cukup berhasil.
menjangkau pasien diwilayah terpencil dan Keberhasilan program DOT yang disupervisi
memastikan pasien tersebut patuh minum obat oleh PMO adalah sebesar 86,2% dengan
(Volmink, Matchaba, & Garner, 2000). tingkat kegagalan program sebesar 5%.
Tingkat keberhasilan ini sama dengan rata-rata
keberhasilan pengobatan nasional. Faktor usia
penderita TB dengan umur >55 tahun
menyebabkan terdapat komplikasi dengan
penyakit lainnya. Hal ini membuat 5,3%
pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan
dan 3,4% pasien meninggal dunia. Kami
menemukan pengobatan TB menggunakan
metode DOTS membutuhkan biaya
1.764.705,00 per pasien. Biaya tersebut lebih
tinggi dari rata-rata global karena komponen
biaya PMO dan dapat lebih tinggi jika obat
tidak digratiskan.
Faktor teknis yang berkontribusi langsung
dalam program DOTS adalah masalah Daftar Pustaka
pembiayaan. Keberhasilan pengobatan TB Amira DA, I., Hendrawati, & Senjaya, S.
menggunakan metode DOTS terkendala (2018). Hubungan Antara Peran
masalah pembiayaan untuk membiayai PMO. Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan
Selama ini tidak ada bantuan dari pemerintah Keberhasilan Pengobatan Penderita
untuk PMO di Kabupaten Kayong Utara. Tuberculosis Paru di Purskesmas
Klinik ASRI mengupayakan pembiayaan dari Tarogong Garut. Jurnal Kesehatan Bakti
hibah sosial. Hal ini dikarenakan wilayah kerja Tunas Husada, 18(2), 178–184.
PMO berada di daerah terisolir dan Ayukhaliza, D. A., Nasution, A. R. S., Augie,
membutuhkan biaya ekstra untuk memantau D., & Wulandari, D. R. (2018). Analisis
dan menyuplai obat ke pasien. Jika tidak Capaian Keberhasilan Pengobatan TB
dipantau dan disuplai obat, keterbatasan Paru dengan Strategi DOTS (Directly
ekonomi menyebabkan mereka tidak akan Observed Treatment Shortcouse) di Kota
menyelesaikan pengobatan. Medan. Berita Kedokteran Masyarakat,
34(11).
WHO (2018) merilis biaya untuk https://doi.org/10.22146/bkm.39902
menyembuhkan pasien TB per orang adalah Cox, H. S., Niemann, S., Ismailov, G.,
$ 40 atau Rp 560.000 dengan kurs Rp 14.000. Doshetov, D., Orozco, J. D., Blok, L., …
Dalam kasus penyembuhan TB dengan Kebede, Y. (2007). Risk of Acquired
pendampingan PMO yang dilakukan oleh Drug Resistance during Short-Course
Klinik ASRI, biaya yang dihabiskan adalah Rp Directly Observed Treatment of
1.764.705 atau $ 126 (kurs Rp 14.000). Biaya Tuberculosis in an Area with High Levels
yang tinggi tersebut tidak termasuk biaya obat of Drug Resistance. Clinical Infectious
yang telah digratiskan oleh pemerintah RI. Jika Diseases, 44(11), 1421–1427.
tidak ada PMO, keberhasilan program https://doi.org/10.1086/517536
penyembuhan TB akan kecil. Nilai tersebut Daley, C. L. (2019). The Global Fight Against
jauh lebih murah dibanding pasien MDR-TB Tuberculosis. Thoracic Surgery Clinics,
yang dapat menghabiskan ≥US$ 1000 per 29(1), 19–25.
Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, 13, (1), 2020, Pages, 25 - 30
30
ANALISIS PROGRAM DOTS UNTUK MENURUNKAN KASUS TUBERCULOSIS DI
SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG, KALIMANTAN BARAT
https://doi.org/10.1016/J.THORSURG.2 Jakarta Tahun 2014. Media Penelitian
018.09.010 Dan Pengembangan Kesehatan, 26(4),
de Queiroz, E. M., de-la-Torre-Ugarte- 243–248. Retrieved from
Guanilo, M. C., Ferreira, K. R., & https://media.neliti.com/media/publicati
Bertolozzi, M. R. (2012). Tuberculose: ons/179255-ID-hubungan-pengetahuan-
Limites e potencialidades do tratamento dan-sikap-dengan-ke.pdf
supervisionado. Revista Latino- Shetty, P. (2009). Kinari Webb: saving lives
Americana de Enfermagem, 20(2), 369– and saving rainforests. The Lancet,
377. https://doi.org/10.1590/S0104- 374(9705), 1882.
11692012000200021 https://doi.org/10.1016/s0140-
Hikma, F., Amareta, D. I., & Maharani, H. E. 6736(09)62080-8
(2016). Pemetaan Persebaran Penyakit Suharyo. (2013). Determinasi Penyakit
Tuberkulosis di Kabupaten Jember tahun Tuberkulosis Di Daerah Pedesaan.
2013-2015. Jurnal Manajemen Informasi Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9(1), 85–
Kesehatan Indonesia, 6(1), 27–39. 91. Retrieved from
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Nasional http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/
Pengendalian Tuberkulosis. In kemas
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Volmink, J., Matchaba, P., & Garner, P. (2000,
Pengendalian Penyakit (P2P) April 15). Directly observed therapy and
Kementerian Kesehatan RI. treatment adherence. Lancet, Vol. 355,
Kemenkes RI. (2018). Laporan Provinsi pp. 1345–1350.
Kalimantan Barat Riset Kesehatan https://doi.org/10.1016/S0140-
Dasar (Riskesdas) Tahun 2018. Jakarta 6736(00)02124-3
Pusat: Badan Penelitian dan WHO. (2008). Global tuberculosis control :
Pengembangan Kesehatan, Kementerian surveillance, planning, financing: WHO
Kesehatan RI. report 2008. In World Health
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pusat Data Organization. https://doi.org/ISBN 978
dan Informasi Tuberkulosis. InfoDATIN. 92 4 156354 3
https://doi.org/2442-7659 WHO. (2018). WHO Global Tuberculosis
Muniroh, N., Aisah, S., & Mifbakhuddin. Report 2018. In Pharmacological
(2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan Reports.
dengan Kesembuhan Penyakit https://doi.org/10.1016/j.pharep.2017.02
Tuberculosis (TBC) Paru di Wilayah .021
Kerja Puskesmas Mangkang Semarang WHO. (2019). WHO | Tuberculosis country
Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas, profiles. Retrieved April 25, 2019, from
1(1), 33–42. WHO website:
Rukmini, & Chatarina, U. W. (2011). Faktor- https://www.who.int/tb/country/data/pro
faktor yang Berpengaruh terhadap files/en/
Kejadian TB Paru Dewasa di Indonesia
(Analisis Riset Kesehatan Dasar Tahun
2010). Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 14(4), 320–331.
Sandha, L. M. H., & Sari, K. A. K. (2017).
Tingkat Pengetahuan dan Kategori
Persepsi Masyarakat Terhadap Penyakit
Tuberkulosis (TB) di Desa Kecicang
Islam Kecamatan Bebandem
Karangasem - Bali. E-Jurnal Medika,
6(12), 131–139.
Sari, I. D., Mubasyiroh, R., & Supardi, S.
(2016). Hubungan Pengetahuan dan
Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada
Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di

Jurnal Kesehatan Published By Poltekkes Ternate, 13, (1), 2020, Pages, 25 - 30

Anda mungkin juga menyukai