Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL

METODELOGI PENELITIAN
DAMPAK PERUBAHAN PAJANG LANGKAH TERHADAP LANSIA

OLEH:
I NYOMAN ARYA RAHMA TRISNA
NIM: 16121001005

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS DHYANA PURA
BALI
TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan baik dan tepat waktu. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak
Ir. I Gede Arya Sena, M.Fis selaku Dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang
membangun agar tercapainya makalah yang sempurna. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penuis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.

Badung, 12 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... v
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. . 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 3
2.1 Lansia ............................................................................. 3
2.1.1 Definisi Lansia ..................................................... 3
2.1.2 Proses Penuaan .................................................... 3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saraf ................................ 5
2.2.1 Anatomi Sistem Saraf .......................................... 5
2.2.2 Fisiologi Sistem Saraf .......................................... 6
2.3 Keseimbangan dan pola jalan .......................................... 7
2.4 Panjang langkah .............................................................. 9
2.5 Balance strategy exercise ................................................ 10
2.6 Rekreasi ........................................................................... 10

BAB III KERANGKA KONSEP………………………………….. ... 11


3.1 Kerangka Konsep ............................................................ 11
3.2 Hipotesis Penelitian ......................................................... 12
3.3 Variabel Penelitian .......................................................... 13
3.4 Devinisi Operasional ....................................................... 13

ii
BAB IV METODE PENELITIAN………………………………….. . 15
4.1 Rancngan Penelitian ........................................................ 15
4.2 Tempat Penelitian ............................................................ 16
4.3 Populasi dan Sempel Penelitian ...................................... 16
4.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 17
4.5 Bahan Penelitian .............................................................. 17
4.6 Istrument Penelitian......................................................... 18
4.7 Prosedur Penelitian .......................................................... 18
4.8 Analisa Data .................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 19

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sel Saraf .................................................................................................6

Gambar 2.2 Pola Jalan................................................................................................9

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................12

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian .............................................................................15

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................................13

Tabel 4.1 Waktu penelitian ........................................................................................17

v
DAFTAR SINGKATAN

COG : Center Of Graviti

SSP : Sistem Saraf Pusat

SST : Sistem Saraf Tepi

CNS : Central Nerve Sytem

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Lanjut usia akan di alami oleh setiap manusia yang akan ber umur lebih dari 60
tahun. Lanjut usia mengalami proses penuaan secara alami dan terus menerus, yang di
tandai dengan penurunan fungsi fisiologis dalam tubuhnya salah satunya sistem saraf
yang mengalami penurunan sehinggan akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan dan mengakibatkan perubahan-perubahan pada fisik,
Sehingga akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. masalah yang sering di alami lanjut
usia yang berhubungan dengan sistem saraf salah satunya adalah keseimbanagan.

keseimbangan dibutuhkan untuk mempertahankan posisi dan stabilitas ketika


bergerak dan berdiri dari satutempat ke tempat lain. Proses adaptasi dari COG (Center
of Gravit)y yang terus berpindah-pindah karena aktifitas manusia yang terus bergerak
keseimbangan juga merupakan kemampuan bereaksi secara cepat dan efisien untuk
menjaga stabilitas postural sebelum, selama, dan setelah pergerakan serta dalam
berespon terhadap gangguan eksternal. Keseimbangan ada dua tipe yaitu
keseimbangan statis dan dinamis dimana keseimbangan statis mepertahankan posisi
yang tidak bergerak atau berubah sedangkan keseimbangan dinamis melibatkan control
tubuh karena tubuh bergerak dalan ruang. Pada lansia kesimbang sangat menetukan
aktivitas sehari-hari seperti berdir, duduk, dan berjalan. merupakan hal yang sering
terjadi pada lansia. Jika keseimbangan Panjang langkah lansia tidak dikontrol, maka
akan dapat meningkatkan resiko terjadinya jatuh dan keseimbangan akan terganggu
dimana pola jalan lansia sangat penting untung di latih supanya keseimbangan pada
lansia bisa bagus dan keseimbangan lansia menjadi bagus.

Pola jalan pada lansia aktivitas berjalan merupakan salah satu kegiatan
memerlukan keseimabangan statis dan dinamis. Pada pola berdiri ada dua fase yaitu
fase menampak dan menganyun biasannya pajang langkah pada lansia mengalami

1
perubahan yang dapat di lihat saat lansia berjalan yaitu lebih memendek Sehingga
memerlukan aktivitas fisik yang di lakukan lansia sehari-harinya, supanya pola jalan
pada lansia bisa bagus dan keseimbangan lansia stabil dimana memerlukan latihan pada
pajang langkah dan di lakukan dengan rekreasi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalah yang akan diangkat
adalah apakah Panjang langkah berdampak terhadap keseimbangan lansia?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak Panjang langkah
terhadap keseimbangan lansia
1.4 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah ilmu tentang lansia khusunya
pada keseimbangan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia
2.1.1 Definisi lansia
Lansia adalah orang yang mengalami perubahan struktur dan fungsi
tubuh. Seseorang dapat dikatakan lansia jika telah mencapai usia >60 tahun.
Usia 65 sampai 74 tahun digolongkan sebagai usia lansia awal dan usia >74
tahun disebut sebagai lansia akhir (Orimo et al., 2006:149). Pada lansia akan
mengalami perubahan pada fungsi fisiologisnya dimana yang terjadi adalah
penurunan fungsi akibat terjadina proses degenerasi pada tingkat sel. Perubahan
fisiologi ini diakibatkan oleh peroses menua pada organ tubuh seperti yang
terjadi pada system saraf sebagian besar akan berdampak pada fungsi
keseimbangan dan kognitif, pada system kardiovaskuler terjadi peningkatan
tekanan darah dengan output jantung yang rendah, pada system pernafasan
terjadi pengurangan oksihemoglobin arteri, pada system pencernaan terjadi
keterlambatan pengosongan pada lambung dan pada system ginjal akan
mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus. Perubahan fisiologi ini
bervariasi pada setiap lansia, namun dapat terjadi lebih dari 1 kondisi
penurunan fisiologi pada lansia (Alvis & Hughes, 2016:1).
Proses degenerasi yang paling terlihat pada lansia yaitu pada system
saraf, dimana akan terjadi perubahan struktur pada saraf yang akan
mempengaruhi proses metabolisme untuk mempertahankan fungsi dari saraf.
Keterlibatan saraf terhadap penurunan masa otot lansia sangat besar yang
dikarenakan adanya perubahan motor korteks pada SSP (Sistem Saraf Pusat),
penurunan rangsangan somatosensory, pengurangan jumlah motor neuron dan

3
berkurangnya kecepatan konduksi akson motoric (Dalpozzo, 2002 dalam
Tudorascu. dkk, 2014 : 1295).

2.1.2 Proses penuaan


Proses menua (againg) suatu proses alami yang akan terjadi pada setiap
maklukk hidup. Menurut laslett (Suardima, 2011:15) proses penuaan ini dimana
akan mengalam perubahan-perubahn sel, fisiologis, dan psikologis.salah
satunya kemuduran atau perubahan fisik yang paling banyak terjadi pada sistem
muskulo dan neuromuscular adapun Teori genetic ini mefokuskan terjadinya
mekanismen penuaan yang terjadi pada sel. Penjelasan teori yang berdasarkan
genetic yaitu (puji astute,2003:5)
a. Teori hayflick penuaan di sebabkan oleh berbagai faktor, anatara
lain perubahan fungsi sel, efek kumulatif dari tidak normalnya sel,
dan ke muduran sel dalam organ dan jaringan.
b. Teori kesalahan dalam teori dinyatakan bahawa kesalahan dalam
proses atau mekanime pembuatan protein akan mengakibatkan
beberapa efek
c. Teori DNA lewah (kelebihan DNA) perubahan usia biologis
merupakan hasil yang salah dalam mengfusingkan gen (plasma
pembawa sifat)
d. Teori rekaman. Rekama (transcription) adalah tahap awal dalam
pemindahan informasi dari DNA ke sinetis.
• Dengan meningkatanya usia tejadi perubahan yang
sifatnya merusak metabolism pasmitoc cells yang
berbeda
• Perubahan merupakan harisl dari kejadian primer yang
terjadi inti kromatian.
• Perubahan itu terjadi dalam inti kromati kompleks,
merupaka suatu mekanisme control yang bertanggung
jawab terhadap penampilan dan urutan penuaan primer.

4
Lansia mengalami penurunan penuruna pada sistem sensomtorik yang
gangguan utamanya adalah keseimbangan yang disebabkan oleh berkurangnya
koordinasi yang akan berpengaruh pada aktifitas fungsional seperti berjalan
(Pudjiastuti, 3003: hal 26-27). Sesudah umur 60 tahun otak mengalami
kehilangan ribuan neuron dan bila mengalami kematian tidak akan bisa diganti
dengan neuron baru. Pada usia 80 tahun otak mengalami pengurangan berat
sebesar 10% dibandingkan dengan usia dewasa muda. (sarpini, 2016: hal 125)

2.2 Anatomi dan fisiologi System Saraf

2.2.1 Anatomi sytem saraf

Sistem saraf berfungsi untuk mengumpulkan, mengolah informasi dan


mengirimpak impuls. Saraf terdiri sel-sel khusus yang disebut dengan neuron
yang dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Neuron dibagi menjadi
3 bagian yaitu badan sel, dendrit, dan akson. Hubungan dari akson dan
dendrite disebut dengan sinaps untuk meneruskan suatu impuls yang
kecepatannta bisa mencapai 250 mil per jam. Sistem saraf dibagi menjadi 2
kelompok yaitu:
A. sistem saraf pusat (SSP) yang terdiri dari:
a) Otak dimana tersusun dari cerebrum, cerebelum, diencepalon,dan
batang otak
b) Saraf cranial terdiri dari 12 pasang yang diantaranya: Nervus
Olfactorius, N. Opticus, N. Oculomotoris, N. Trochlearis, N.
Trigeminus, N. Abducens, N. Facilis, N. Auditorius, N.
Glossopharyngeus, N. Vagus, N. Accesorius, N. Hipoglossus.
c) Medulla spinalis yang merupakan jalur konduksi ke dan dari otak dan
merupakan pusat dari gerak reflex.
B. sistem saraf tepi (SST) yang dibagi menjadi:
a) Saraf otonom merupakan saraf yang mengontrol tanpa disadari dan
mempersarafi organ organ dalam tubuh

5
b) Saraf somatic merupakan saraf yang mengontrol dengan sadar seperti
otot rangka ( sarpini, 2016: hal 115-125)

Gambar 2.1. Sel saraf

(Suumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Neuron.svg)

2.2.2 Fisiologi sytem saraf

Aparatus vestibular merupakan organ sesorik untuk mendeteksi


sensasi keseimbangan, bagian fungsional apparatus vestibular terdapat di
dalam labirin tulang yang disebut labirin membranosa. Labirin membranosa
terdiri atas koklea, tiga kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus. Koklea
merupakan organ sensorik utama untuk pendengaran dan hampir tidak ada
hubungannya dengan keseimbangan. Biarpun begitu tiga bagian lain dari
labirin membranosa yaitu kanalis semi sirkularis, utrikulus, dan sakulus
merupakan bagian integral mekanisme keseimbangan.
Sistem utrikulus dan sakulus berfungsi sangat efektif dalam menjaga
keseimbangan statis saat kepala pada posisi hampir vertical. Seseorang dapat
merasakan keadaan tidak seimbang dan tubuh berubah condong dari posisi
sebelumnya saat kepala dalam posisi hampir vertical. Sedangkan kanalis
semisirkularis berfungsi untuk menjaga keseimbangan saat kepala berotasi.

6
Mekanisme kanalis semisirkularis dapat meramalkan bahwa akan terjadi
ketidakseimbangan sehingga pusat keseimbangan mengadakan tindakan
pencegahan atau antisipasi yang tepat hal ini dapat membantu dalam hal
mempertahankan keseimbangan (guyton and hall, 2016, Hal: 668-671).
Dalam pengendalian motorik cerebellum dibagi menjadi tiga fungsi;
1. vestibuloserebellum, bagian ini menyediakan sirkuit neuron untuk
sebagian besar gerakan keseimbangan.
2. Spinoserebellum, bagian ini merupakan sirkuit untuk mengkordinasi
gerakan bagian distal anggota tubuh khususnya tangan dan jari – jari.
3. Serebroserebellum, berfungsi sebagai alat umpan balik bersama dengan
seluruh sistem sensorimotorik korteks serebri untuk merencanakan
gerakan volunteer tubuh dan anggota tubuh yang berurutan. Dalam
merencanakan semua gerakan volunteer serebroserebelum bekerja
secepat seper sepuluh detik sebelum gerakan terjadi, hal ini disebut
dengan pengembangan gambaran motorik gerakan yang dilakukan.
Vestibuloserebrum berkolaborasi dengan batang otak dan medulla
spinalis untuk mengendalikan keseimbangan dan pergerakan postur (guyton
and hall, 2016, Hal: 678-679).

2.3 Keseimbagan dan Pola Jalan


Keseimbangan merupakan kemampuan tubuh untuk mempertahankan posisi
tubuh dalam arti pusat gravitasi pada bidang tumpu tertentu, dimana pada saat
mempertahankan keseimbangan baik statis atau diam maupun dinamis atau bergerak
sangat sedikit ada aktivitas pada otot. Keseimbangan yang normal memerlukan
kemampuan untuk mempertahankan postur tubuh tetap tegap dalam mengendalikan
COG atas dukungan dari system sensori. Control postural memerlukan koordinasi
dari system tubuh yaitu sensori, central nerve system (CNS) dan hubungan saraf
dengan otot. Dimana informasi atau impuls didapatkan melalui system somatosensori
yaitu antara system visual dan vestibular (Banusali, 2017: 1353).

7
Gangguan keseimbangan sering dikaitkan dengan gangguan pengelihatan,
pendengaran, disfungsi vestibular, polineuropati, gangguan pada otak, gangguan
pada persendian, penurunan kekuatan otot extremitas bawah dan propioseptif.
Sebagian besar gangguan terjadi akibat dari ketidakseimbangannya homeostasis saat
proses penuaan (Shahzad et al, 2016: 195).

Keseimbangan yang di perlukan seseorang dalam menunjang


mobilitasnya sehari-hari. Keseimbangan sangat berguna bagi lansia untuk
menjalani masa tuanya tanpa bantuan orang lain. Keseimbangan (balance)
adalah kemampuan untuk mempertahankan sistem saraf otot tersebut dalam
suatu posisi atatu sikap yang efisien selagi kita bergerak. Menurut (Ansi
Suguarto Settiahardja 2005:13) tubuh dikatakn seimbang bila proyeksi dari
pusat gravitasi tubuh jatuh di dalam base of support (ladasan penunjang) jadi
Keseimbangan postural berkaita erat dengan melemahnya otot ekstrimitas
bahwa. Dimana keseimbangan ada dua yaitu:
 Keseimbangn statis
Keseimbangan statis mempertahankan posisi yang tidak
bergerak atau berubah
 Keseimbangn dinamis
keseimbangan dinamis melibatkan kontrol tubuh kerena tubuh
bergerak dalam ruang (National Throws Coaches Association).
Lansia mengalami penurunan penuruna pada sistem sensomtorik yang
gangguan utamanya adalah keseimbangan yang disebabkan oleh
berkurangnya koordinasi yang akan berpengaruh pada aktifitas fungsional
seperti berjalan (Pudjiastuti, 3003: hal 26-27). Sesudah umur 60 tahun otak
mengalami kehilangan ribuan neuron dan bila mengalami kematian tidak akan
bisa diganti dengan neuron baru. Pada usia 80 tahun otak mengalami
pengurangan berat sebesar 10% dibandingkan dengan usia dewasa muda.
(sarpini, 2016: hal 125)
Keseimbangan posturas erat kaitannya dengan melemahnya otot otot
ekstremitas bawah. Kelemahan ini disebabkan oleh karena penaan yang

8
merubah morfologi otot yang akan menyebabkan terganggunya atifitas
fungsional seperti berjalan (Prasetyo, 2015: hal 29).
Faktor – faktor yang berhubungan dengan keseimbangan yaitu :
1) Proprioseptik leher, reseptor persendian persendian
di lher merupakan informasi propioseptik penting
yang diperlukan dalam keseimbangan.
2) Propioseptik bagian tubuh lain selain leher sperti
propeoseptik pada kaki seperti contohnya telapak
kaki memberikan informasi apakah sudah ada
pembagian berat yang merata, apakah berat kaki
lebih condong ke depan atau ke belakang. Informasi
ini penting untuk menjaga keseimbangan saat berlari
3) Informasi visual, setelah kerusakan aparatus
vestibular dan informasi propioseptik hilang
seseorang ternyata masih bisa mempertahankan
keseimbangan dikarenakan visual yang masih bagus.

Gambar 2.2. Pola jalan


(sumber:https://solostroke.files.wordpress.com/2014/11/prosthetic_knees_01.jpg)

9
2.4 Panjang langkah
Panjang langkah lansia pada suatu siklus gait (stride length), meningkatkan
Panjang langkah kaki yang berbeda (step length), serta mempersinngkat waktu dalam
melangka. Panjang langkah jarak antar dua penempatan berturut-turut dari kai yang
sama. Panjang langkah dimualai dari kaki kanan kemudian kaki kiri dan kai kanan
kembali, begitu juga sebaliknya bisa dipakai dengan kaki kiri keudian kaki kanan dan
kaki kiri kembali. (Hyun,J. 2014 :139)
Tes untuk pajang langkah di ukur dengan midline di lakukan dengan cara
subyek dimintak menapakkan kaki pada wadah yang sudah diisi tinta lalu diminta
untuk berjalan diatas karton dengan kecepatan yang disukai dan nyaman atau dengan
kecepatan yang bisa dilakukan. Saat akan dilakukan penilaian Panjang langkah subyek
tidak dikasi tahu, setelah subyek selesai berjalan baru di ukur Panjang langkahnya. Ini
menghindari agar subyek tidak memperbaiki langkahnya saat berjalan. Disediakan
keset basah untuk membersihkan kaki subyek (Ming Wu et al, 2009:10)
2.5 Balance strategy exercise
Balance strategy exercise untuk menjaga sendi-sendi dan postur tubuh tetap
baik. Gerakan-gerakan ini berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot pada anggota
gerak tubuh bagian bawah serta memantapkan control postural yang pada akhirnya
dapat meningkatkan keseimbanangan (Guccione, 2001:20)
2.6 Rekreasi

rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka untuk memulihkan


kemampuan fisik dan mental setelah mengalami keletihan selama bekerja yang
dilakukan dala waktu waktu senggang (Nughraha, 2013: 131). Rekreasi merupakan
kebutuhan dan hak setiap orang termasuk kelompok lanjut usia yang pada umumnya
memiliki waktu luang lebih banyak dan lebih baik digunakan untuk kegiatan yang
bermanfaat (Isnutomo,2012: hal 120).

10
BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep

Di usia 60 tahun dimana sudah memasuki masa lansia dimana pada masa ini
fungsi tubuh mengalami penuruna atau perubahan yang progresif salah satunya yang
mengalami penurunan fungsi keseimbangan sehingga mempengaruhi step length atau
Panjang langkah pada pola jalan, Perubahan pajang langkah ini diakibatkan karena
center of grafity tidak dapat beradaptasi dengan baik mengakibatkan keseimbangan
pada lansia tidak stabil dan mengakibatkan lansia sering terjatuh.

step length atau Panjang langkah normal 27cm yang di lakukan saat berjalan
pada saat berjalan lansia akan di suruh stop pada saat itu akan di lakuak pengukuran
panjang langkahnya.

Rekreasi tidak harus dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah rekreari bisa
di lakukan dimana saja. Rekreasi bisa dilakukan untuk menyellingin aktivitas sehari-
hari atau saat dapat libura salah satunya berjalan Balance strategy exercise dimana
latihan ini bisa menjaga keseimbangn lansia yang bisa di lakukan setiap hari dan di
sela-sela aktifitas

11
Lansia usia 60-76 tahun

Kemampuan fisiologis tubuh

Gangguan keseimbangan

Pajang langkah

Kebutuhan
rekreasi
Rutin melakukan latihan
Balance strategy exercise

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel penelitin

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur berfikir

12
3.2 Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian merupakan jawban sementara dari persoalan yang


di teliti dan masih di uji kebenaranyan dimana hipotesis dari penelitian ini adalah
Semakin Baik Panjang Langkah Maka Semakin Baik Pula Keseimbangan Lansia

3.3 Variabel penelitian

1. Variable bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah keseimbangan
2. Variable terikat
Dalam penelitian ini Step length atau panjang langkah pada lansia
merupakan variable terikat
3.4 Definisi Operasional
Menurut Nasir (at all, 2014; 245) Definisi operasional merupakan definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang di
definisikan. Disamping itu definisi operasional merupakan penjelaskan semua variabel
dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
memudahkan pembaca dalam mengartikan makna penelitian.
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Pengumpulan Skala Ukur
Data Kriteria Hasil
1 Keseimbangan Keseimbangan adalah Berg Balance Test Nominal
(variable kemampuan tubuh merupakan beberapa
bebas) untuk menjaga sistem contoh pemeriksaan
saraf dan otot dalam keseimbangan yang
suatu posisi atau sikap dapat digunakan untuk
yang efisien dalam memprediksi kejadian
menjaga Center Of jatuh pada lansia,
Gravity selagi tubuh dengan cara menilai

13
bergerak ataupun kemampuan lansia
dalam posisi statis dalam
(Prasetyo, 2015: 29). mengintegrasikan
persepsi, sensori serta
mobilitas (Tooru, et
al., 2002).
2 Panjang Panjang langkah atau Panjang langkah yang Interval
langkah step length merupakan di ukur saat lansia
(Variabel langkah adalah jarak melakukan langkah
terikat) langkah yang di yang normalnya 27cm
lakukan saat berjalan pajang langkahnya
dimana pusat tumit
dua berturut kotak
kaki
3 Lansia Di umur 60 lansia Memberikan lembar Interval
sampai 80 tahun lansia informed consent dan
akan mengalami subjek bersedia
penuruna fungsi tubuh menjadi subjek
dan sistem saraf penelitian
mengalami penurunan

14
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Racangan peneltian


Rancanga penelitan ini adalah jenis penelitia kuanitatif dengan disain penelitian
pre-Experimental dimana dengan rancangan satu kelompok. Pada penelitian ini
responden di pada saat melakuakn latihan Balance strategy exercise untuk menjaga
keseimbangan dan pengukuran Panjang langkah. Desai rancangan penelitian sbagai
berikut:

p S O1 X O2

Gambar 4.1 Rancangan penelitian

Keterangan:

P =polusi (Lansia Banjar siladan tamanbali)

S =Sampel penelitian

O1 =Tes awal/ pretest

O2 =tes akhir/ posttest

X =Latihan Balance strategy exercise

15
4.2 Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini di laksankan di Banjar Siladan, Kecamatan Tamanbali,


Kabupaten Bangli. Pemetian di lakukan selama 1 bulan dengan pertemuan 4 kali
dalam seminggu.

Tabel 4.1 Waktuk Penelitian

No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6

1 Pembuatan
Proposal

2 Pra Penelitian

5 Penelitian dan
Pengumpulan
Data
4 Analisi Data

5 Penulisan
Hasil
Penelitian
Keterangan:

: Pelaksanaan Kegiatan

: Tidak ada Kegiatan

16
4.3 Populasi dan Sampel penelitian
Populasi penelitian ini merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangdi tetapkan oleh
penelitian untuk dipelejari kemudian di Tarik kesimpulanya.( Sugiyono, 2017:80)
sampel yang di gunakan harys memenuhi kriteria inklusi saat penelitian . adapun kiteria
inklusi dan eksklusi meliputi:
a. Kriteria inklusi
1. Lansia umur 60-75 tahun
2. Mampu berdiri mandiri dan berjalan mandiri dengan kedua kakinya
3. Memiliki Panjang langkah 27cm

Populasi yang tidak dapat di lakuka atau di ambil sempel masuk


kelainan eksklusi yaitu:

b. Kriteria eksklusi
1. Lansia yang kurang sehat

4.4 Ruang penelitian


Ruang lingkup yang dibutuhan untuk melakukan penelitian ini adalah rung
yang tidak terbatas bisa di lakukan di luar rumah atau di dalam rumah karena supaya
bisa melakukan latihan balance strategy exercise karena berpengaryuh pada
keseimbnagan pada langkah berjalan.
4.5 Bahan penelitian
Bahan penelitian yang digunakan peneltian merupakan sebagai bahan acuan
pada penelitian ini atara lain:
1. Data primer dalah data yamg diperoleh secara langsung dari responden.
Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari pengukuran langsung
keseimbangan responden dengan latihan berg balance test
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku, makalah, internet, dan
refrensi lainya yang memiliki dengan penelitian ini

17
4.6 Instrumen penelitian
Instrument penelitian digunakan adalah:
1. berg balance scale merupakan alat ukur kesimbangan yang di lakukan
sebelum dan sesudah pemberian latihan balance strategy exercise
dengan secor 46-54

2. alas atau lantai yabg di perlukan sebagai alas ketika melakukan


latihan balance strategy exercise

4.7 Prosedur Penelitian


Prosedur penelitian ini terdiri dari beberpa tahapan yaitu:
1. Melakukan studi keputusan dari buku, jurnal, tesis dan berbagai topik yang
terkait
2. Melakukan seleksi populasi sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi
3. Dalam tahap awal penelitian memberiakan penjelasa dan memintak
persetujuan dari responden
4. Tahap penelitian, sebelum melakukan latihan, penelitian memberika
penjelasan pada responden
5. Pada tahap akhir penelitian dilakukan lagi pengukuran keseimbangandan
pajang langkah untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah di lakukan

4.8 Analisa Data


Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasi wawamcara, catatatn lapangan, dan dokumentasi, denga cara data
ke dalam kategori, mejabarkan ke dalam unit-unit melakukan sintesi, menyusun ke
dalam pola, pemilihan mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami dan yang akan di pelajari, dan membuat
kesimpulam sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono,
2017:244)

18
DAFTAR PUSTAKA

Bambang Trisnowiyanto, 2012. Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian


Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Bhanusali, et.al. 2016. Comparative Study On The Effect Of Square Stepping Exercises
Versus Balance Training Exercises On Fear Of Fall And Balance In Elderly
Population. Int J Physiother Res 2016, Vol 4(1):1352-59. ISSN 2321-1822.

Gayton and hall. 2016. Buku Ajar Fisiologis Kedoktera. Jakarta:EGC

Guccione, A. 2001. Geriatric Physical Therapy. USA: Harcourt Health Sciences


Company, p 280 – 285 ISSN: 2303-1921

Horak FB, Macpherson JM (1996) Postural orientation and equilibrium. In: Rowell
LB, Shepherd JT (eds) Handbook of physiology. Exercise: regulation and
integration of multiple systems. Oxford University Press, New York, 255–292
Hyun, J. & Kim, N. 2014. The Effects of Balance Training and Ankle Training on The
Gait of Elderly People Who Have Fallen. PhysTherSci. 27: p. 139-142

Ming Wu., Linhong Ji., Dewen Jin., and Yi-Chung Pai. 2009: 10. Minimal Step
Length Necessary for Recovery of Forward Balance Loss with a Singgl

Morgenthal, AP. 2001.The Age-Related Callenges of Posture and Balance.New York:


McGrawHill.
Puffer, J.C.(1996). Tai Chi an innovative approach to reduce falling in the elderly
journal watch dermatology, July 1.
Saprini, Rusbandi. 2016 Anatomi Dan fisiologis Tubuh Manusia Untuk Paramedis
Jakarta:IN MEDIA

Shahzad. et,al. 2016. Balance Problems in Geriatric Population: A Population Based


Survey. Journal of Islamabad Medical & Dental College (JIMDC);
2016:5(4):195-197

19
Sugiyono, 2017 Metologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:CV
Alfabeta

Tamher S, Noorkasiani (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai