I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005 PDF
I Nyoman Arya Rahma Trisna 16121001005 PDF
METODELOGI PENELITIAN
DAMPAK PERUBAHAN PAJANG LANGKAH TERHADAP LANSIA
OLEH:
I NYOMAN ARYA RAHMA TRISNA
NIM: 16121001005
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang
diberikan dengan baik dan tepat waktu. Dan juga penulis berterima kasih kepada Bapak
Ir. I Gede Arya Sena, M.Fis selaku Dosen pengampu mata kuliah yang telah
memberikan tugas ini kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun
tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Pada kesempatan ini, penulis berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang
membangun agar tercapainya makalah yang sempurna. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi penuis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB IV METODE PENELITIAN………………………………….. . 15
4.1 Rancngan Penelitian ........................................................ 15
4.2 Tempat Penelitian ............................................................ 16
4.3 Populasi dan Sempel Penelitian ...................................... 16
4.4 Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 17
4.5 Bahan Penelitian .............................................................. 17
4.6 Istrument Penelitian......................................................... 18
4.7 Prosedur Penelitian .......................................................... 18
4.8 Analisa Data .................................................................... 18
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Lanjut usia akan di alami oleh setiap manusia yang akan ber umur lebih dari 60
tahun. Lanjut usia mengalami proses penuaan secara alami dan terus menerus, yang di
tandai dengan penurunan fungsi fisiologis dalam tubuhnya salah satunya sistem saraf
yang mengalami penurunan sehinggan akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan
tubuh secara keseluruhan dan mengakibatkan perubahan-perubahan pada fisik,
Sehingga akan mempengaruhi aktivitas sehari-hari. masalah yang sering di alami lanjut
usia yang berhubungan dengan sistem saraf salah satunya adalah keseimbanagan.
Pola jalan pada lansia aktivitas berjalan merupakan salah satu kegiatan
memerlukan keseimabangan statis dan dinamis. Pada pola berdiri ada dua fase yaitu
fase menampak dan menganyun biasannya pajang langkah pada lansia mengalami
1
perubahan yang dapat di lihat saat lansia berjalan yaitu lebih memendek Sehingga
memerlukan aktivitas fisik yang di lakukan lansia sehari-harinya, supanya pola jalan
pada lansia bisa bagus dan keseimbangan lansia stabil dimana memerlukan latihan pada
pajang langkah dan di lakukan dengan rekreasi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1 Definisi lansia
Lansia adalah orang yang mengalami perubahan struktur dan fungsi
tubuh. Seseorang dapat dikatakan lansia jika telah mencapai usia >60 tahun.
Usia 65 sampai 74 tahun digolongkan sebagai usia lansia awal dan usia >74
tahun disebut sebagai lansia akhir (Orimo et al., 2006:149). Pada lansia akan
mengalami perubahan pada fungsi fisiologisnya dimana yang terjadi adalah
penurunan fungsi akibat terjadina proses degenerasi pada tingkat sel. Perubahan
fisiologi ini diakibatkan oleh peroses menua pada organ tubuh seperti yang
terjadi pada system saraf sebagian besar akan berdampak pada fungsi
keseimbangan dan kognitif, pada system kardiovaskuler terjadi peningkatan
tekanan darah dengan output jantung yang rendah, pada system pernafasan
terjadi pengurangan oksihemoglobin arteri, pada system pencernaan terjadi
keterlambatan pengosongan pada lambung dan pada system ginjal akan
mengalami penurunan laju filtrasi glomerulus. Perubahan fisiologi ini
bervariasi pada setiap lansia, namun dapat terjadi lebih dari 1 kondisi
penurunan fisiologi pada lansia (Alvis & Hughes, 2016:1).
Proses degenerasi yang paling terlihat pada lansia yaitu pada system
saraf, dimana akan terjadi perubahan struktur pada saraf yang akan
mempengaruhi proses metabolisme untuk mempertahankan fungsi dari saraf.
Keterlibatan saraf terhadap penurunan masa otot lansia sangat besar yang
dikarenakan adanya perubahan motor korteks pada SSP (Sistem Saraf Pusat),
penurunan rangsangan somatosensory, pengurangan jumlah motor neuron dan
3
berkurangnya kecepatan konduksi akson motoric (Dalpozzo, 2002 dalam
Tudorascu. dkk, 2014 : 1295).
4
Lansia mengalami penurunan penuruna pada sistem sensomtorik yang
gangguan utamanya adalah keseimbangan yang disebabkan oleh berkurangnya
koordinasi yang akan berpengaruh pada aktifitas fungsional seperti berjalan
(Pudjiastuti, 3003: hal 26-27). Sesudah umur 60 tahun otak mengalami
kehilangan ribuan neuron dan bila mengalami kematian tidak akan bisa diganti
dengan neuron baru. Pada usia 80 tahun otak mengalami pengurangan berat
sebesar 10% dibandingkan dengan usia dewasa muda. (sarpini, 2016: hal 125)
5
b) Saraf somatic merupakan saraf yang mengontrol dengan sadar seperti
otot rangka ( sarpini, 2016: hal 115-125)
(Suumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Neuron.svg)
6
Mekanisme kanalis semisirkularis dapat meramalkan bahwa akan terjadi
ketidakseimbangan sehingga pusat keseimbangan mengadakan tindakan
pencegahan atau antisipasi yang tepat hal ini dapat membantu dalam hal
mempertahankan keseimbangan (guyton and hall, 2016, Hal: 668-671).
Dalam pengendalian motorik cerebellum dibagi menjadi tiga fungsi;
1. vestibuloserebellum, bagian ini menyediakan sirkuit neuron untuk
sebagian besar gerakan keseimbangan.
2. Spinoserebellum, bagian ini merupakan sirkuit untuk mengkordinasi
gerakan bagian distal anggota tubuh khususnya tangan dan jari – jari.
3. Serebroserebellum, berfungsi sebagai alat umpan balik bersama dengan
seluruh sistem sensorimotorik korteks serebri untuk merencanakan
gerakan volunteer tubuh dan anggota tubuh yang berurutan. Dalam
merencanakan semua gerakan volunteer serebroserebelum bekerja
secepat seper sepuluh detik sebelum gerakan terjadi, hal ini disebut
dengan pengembangan gambaran motorik gerakan yang dilakukan.
Vestibuloserebrum berkolaborasi dengan batang otak dan medulla
spinalis untuk mengendalikan keseimbangan dan pergerakan postur (guyton
and hall, 2016, Hal: 678-679).
7
Gangguan keseimbangan sering dikaitkan dengan gangguan pengelihatan,
pendengaran, disfungsi vestibular, polineuropati, gangguan pada otak, gangguan
pada persendian, penurunan kekuatan otot extremitas bawah dan propioseptif.
Sebagian besar gangguan terjadi akibat dari ketidakseimbangannya homeostasis saat
proses penuaan (Shahzad et al, 2016: 195).
8
merubah morfologi otot yang akan menyebabkan terganggunya atifitas
fungsional seperti berjalan (Prasetyo, 2015: hal 29).
Faktor – faktor yang berhubungan dengan keseimbangan yaitu :
1) Proprioseptik leher, reseptor persendian persendian
di lher merupakan informasi propioseptik penting
yang diperlukan dalam keseimbangan.
2) Propioseptik bagian tubuh lain selain leher sperti
propeoseptik pada kaki seperti contohnya telapak
kaki memberikan informasi apakah sudah ada
pembagian berat yang merata, apakah berat kaki
lebih condong ke depan atau ke belakang. Informasi
ini penting untuk menjaga keseimbangan saat berlari
3) Informasi visual, setelah kerusakan aparatus
vestibular dan informasi propioseptik hilang
seseorang ternyata masih bisa mempertahankan
keseimbangan dikarenakan visual yang masih bagus.
9
2.4 Panjang langkah
Panjang langkah lansia pada suatu siklus gait (stride length), meningkatkan
Panjang langkah kaki yang berbeda (step length), serta mempersinngkat waktu dalam
melangka. Panjang langkah jarak antar dua penempatan berturut-turut dari kai yang
sama. Panjang langkah dimualai dari kaki kanan kemudian kaki kiri dan kai kanan
kembali, begitu juga sebaliknya bisa dipakai dengan kaki kiri keudian kaki kanan dan
kaki kiri kembali. (Hyun,J. 2014 :139)
Tes untuk pajang langkah di ukur dengan midline di lakukan dengan cara
subyek dimintak menapakkan kaki pada wadah yang sudah diisi tinta lalu diminta
untuk berjalan diatas karton dengan kecepatan yang disukai dan nyaman atau dengan
kecepatan yang bisa dilakukan. Saat akan dilakukan penilaian Panjang langkah subyek
tidak dikasi tahu, setelah subyek selesai berjalan baru di ukur Panjang langkahnya. Ini
menghindari agar subyek tidak memperbaiki langkahnya saat berjalan. Disediakan
keset basah untuk membersihkan kaki subyek (Ming Wu et al, 2009:10)
2.5 Balance strategy exercise
Balance strategy exercise untuk menjaga sendi-sendi dan postur tubuh tetap
baik. Gerakan-gerakan ini berfungsi untuk meningkatkan kekuatan otot pada anggota
gerak tubuh bagian bawah serta memantapkan control postural yang pada akhirnya
dapat meningkatkan keseimbanangan (Guccione, 2001:20)
2.6 Rekreasi
10
BAB III
KERANGKA KONSEP
Di usia 60 tahun dimana sudah memasuki masa lansia dimana pada masa ini
fungsi tubuh mengalami penuruna atau perubahan yang progresif salah satunya yang
mengalami penurunan fungsi keseimbangan sehingga mempengaruhi step length atau
Panjang langkah pada pola jalan, Perubahan pajang langkah ini diakibatkan karena
center of grafity tidak dapat beradaptasi dengan baik mengakibatkan keseimbangan
pada lansia tidak stabil dan mengakibatkan lansia sering terjatuh.
step length atau Panjang langkah normal 27cm yang di lakukan saat berjalan
pada saat berjalan lansia akan di suruh stop pada saat itu akan di lakuak pengukuran
panjang langkahnya.
Rekreasi tidak harus dilakukan di dalam rumah atau di luar rumah rekreari bisa
di lakukan dimana saja. Rekreasi bisa dilakukan untuk menyellingin aktivitas sehari-
hari atau saat dapat libura salah satunya berjalan Balance strategy exercise dimana
latihan ini bisa menjaga keseimbangn lansia yang bisa di lakukan setiap hari dan di
sela-sela aktifitas
11
Lansia usia 60-76 tahun
Gangguan keseimbangan
Pajang langkah
Kebutuhan
rekreasi
Rutin melakukan latihan
Balance strategy exercise
Keterangan:
: Variabel penelitin
: Alur berfikir
12
3.2 Hipotesis penelitian
1. Variable bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas adalah keseimbangan
2. Variable terikat
Dalam penelitian ini Step length atau panjang langkah pada lansia
merupakan variable terikat
3.4 Definisi Operasional
Menurut Nasir (at all, 2014; 245) Definisi operasional merupakan definisi yang
didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang di
definisikan. Disamping itu definisi operasional merupakan penjelaskan semua variabel
dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga
memudahkan pembaca dalam mengartikan makna penelitian.
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Pengumpulan Skala Ukur
Data Kriteria Hasil
1 Keseimbangan Keseimbangan adalah Berg Balance Test Nominal
(variable kemampuan tubuh merupakan beberapa
bebas) untuk menjaga sistem contoh pemeriksaan
saraf dan otot dalam keseimbangan yang
suatu posisi atau sikap dapat digunakan untuk
yang efisien dalam memprediksi kejadian
menjaga Center Of jatuh pada lansia,
Gravity selagi tubuh dengan cara menilai
13
bergerak ataupun kemampuan lansia
dalam posisi statis dalam
(Prasetyo, 2015: 29). mengintegrasikan
persepsi, sensori serta
mobilitas (Tooru, et
al., 2002).
2 Panjang Panjang langkah atau Panjang langkah yang Interval
langkah step length merupakan di ukur saat lansia
(Variabel langkah adalah jarak melakukan langkah
terikat) langkah yang di yang normalnya 27cm
lakukan saat berjalan pajang langkahnya
dimana pusat tumit
dua berturut kotak
kaki
3 Lansia Di umur 60 lansia Memberikan lembar Interval
sampai 80 tahun lansia informed consent dan
akan mengalami subjek bersedia
penuruna fungsi tubuh menjadi subjek
dan sistem saraf penelitian
mengalami penurunan
14
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
p S O1 X O2
Keterangan:
S =Sampel penelitian
15
4.2 Tempat dan Waktu penelitian
No Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6
1 Pembuatan
Proposal
2 Pra Penelitian
5 Penelitian dan
Pengumpulan
Data
4 Analisi Data
5 Penulisan
Hasil
Penelitian
Keterangan:
: Pelaksanaan Kegiatan
16
4.3 Populasi dan Sampel penelitian
Populasi penelitian ini merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yangdi tetapkan oleh
penelitian untuk dipelejari kemudian di Tarik kesimpulanya.( Sugiyono, 2017:80)
sampel yang di gunakan harys memenuhi kriteria inklusi saat penelitian . adapun kiteria
inklusi dan eksklusi meliputi:
a. Kriteria inklusi
1. Lansia umur 60-75 tahun
2. Mampu berdiri mandiri dan berjalan mandiri dengan kedua kakinya
3. Memiliki Panjang langkah 27cm
b. Kriteria eksklusi
1. Lansia yang kurang sehat
17
4.6 Instrumen penelitian
Instrument penelitian digunakan adalah:
1. berg balance scale merupakan alat ukur kesimbangan yang di lakukan
sebelum dan sesudah pemberian latihan balance strategy exercise
dengan secor 46-54
18
DAFTAR PUSTAKA
Horak FB, Macpherson JM (1996) Postural orientation and equilibrium. In: Rowell
LB, Shepherd JT (eds) Handbook of physiology. Exercise: regulation and
integration of multiple systems. Oxford University Press, New York, 255–292
Hyun, J. & Kim, N. 2014. The Effects of Balance Training and Ankle Training on The
Gait of Elderly People Who Have Fallen. PhysTherSci. 27: p. 139-142
Ming Wu., Linhong Ji., Dewen Jin., and Yi-Chung Pai. 2009: 10. Minimal Step
Length Necessary for Recovery of Forward Balance Loss with a Singgl
19
Sugiyono, 2017 Metologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:CV
Alfabeta
20