Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEBIDANAN

PADA KELUARGA BAPAK W DI RT 01 RW 04


KELURAHAN BEJIRUYUNG KECAMATAN SEMPOR
KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu PKMD

Disusun oleh :

NAMA

Di susun oleh :

Nisfatul Annisa
B1801452

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BAPAK W

RT 01 RW 04 KELURAHAN BEJIRUYUNG

KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu Keluarga Binaan

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal ...................................

Menyetujui

Ketua Prodi Kebidanan Kepala Desa Bejiruyung

Program DIII

STIKES Muhammadiyah Gombong

(Eka Novyriana, S.S.T.,MPH)

2
HALAMAN PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA KELUARGA BAPAK W

RT 01 RW 04 KELURAHAN BEJIRUYUNG

KECAMATAN SEMPOR KABUPATEN KEBUMEN

Laporan Individu Keluarga Binaan

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal .................

Menyetujui

Pendidik Klinik Puskesmas Pendidik Klinik Akademik

(Bidan Desa)

(Masitah, Amd. Keb) (Adinda Putri Sari Dewi M.Keb)

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Program studi Kebidanan program DIII STIKES Muhammadiyah
Gombong mempunyai tujuan menghasilkan lulusan bidan yang religius
islami,amanah,humanis,inovatif dan modern. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, diperlukan suatu metode pembelajaran yang menstimulasi kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada klien secara komprehensif. Mahasiswa dipersiapkan melalui
pembelajaran kelas, laboratorium dan klinik dengan pengajar serta sarana-
prasarana memadai yang diharapkan dapat menjadi landasan bagi pembentukan
sikap profesional dengan dasar pengetahuan yang cukup.
Praktik Belajar Lapangan dalam bentuk PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa) wajib ditempuh oleh mahasiswa semester V tingkat III yang
telah selesai menempuh teori di kelas. Kegiatan ini merupakan pencapaian dari
mata ajar Asuhan Kebidanan (Kebidanan Komunitas). Diharapkan melalui
kegiatan PKMD ini, mahasiswa mampu melaksanakan praktik kebidanan
komunitas melalui teknik problem solving.
Di Desa Bejiruyung memiliki 4 rukun warga (RW). Di wilayah RT 01
RW 04 terdapat satu keluarga yang masih membutuhkan pembinaan kesehatan
mengenai masalah kehamilan karena di dalam keluarga tersebut terdapat ibu
hamil bermasalah serta terdapat anggota keluarga remaja yang belum mengetahui
tentang kesehatan reproduksi remaja dan balita yang merupakan anggota keluarga
dalam satu KK.
Keluarga dijadikan unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga
saling berkaitan antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula
keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya. Peningkatan status kesehatan keluarga
merupakan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan asuhan perawatan
kesehatan keluarga, diharapkan keluarga tersebut mau dan mampu meningkatkan
produktivitasnya dengan kemampuan yang dimiliki oleh keluarga tersebut. Bila

4
produktivitas keluarga meningkat diharapkan kesejahteraan keluarga akan
meningkat dan keluarga sehat akan tercapai.

B.     TUJUAN
1.      Tujuan umum
Agar mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Gombong Program Studi Diploma mampu membina kesehatan keluarga
dengan baik dan benar pada Ny. W yang mempunyai Riwayat
G3P2A0AH2 yang sedang hamil usia 22 minggu lebih 1 hari, tfu setinggi
pusat
2.      Tujuan khusus
a) Mahasiswa dan keluarga dapat mengidentifikasi masalah
kebidanan pada khususnya.
b) Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada Ny. W
c) Membantu menyelesaikan masalah kebidanan komunitas
(keluarga).
d) Melaksanakan evaluasi kebidanan komunitas.

C.    MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengaplikasikan mata kuliah kebidanan komunitas
b. Mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada keluarga binaan
dengan diawali mengidentifikasi masalah pada keluarga tersebut.
2. Bagi Profesi
Bahan masukan bagi para tenaga kesehatan, terutama bidan dalam menangani
masalah kebidanan yang ada di masyarakat.
3. Institusi Pendidikan
Acuan untuk mengembangkan mata kuliah kebidanan komunitas.
4. Bagi Keluarga Binaan

5
a) Menambah pengetahuan dan informasi mengenai kesehatan keluarga
serta meningkatkan peran serta anggota keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan keluarganya
b) Keluarga dapat melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat secara baik
dan benar setelah di lakukan pembinaan tentang kesehatan pada keluarga 
Tn. W

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Keluarga


Menurut WHO keluarga adalah anggota rumah tangga saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang terikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Umumnya tinggal dan hidup bersama atau jika terpisah tetap saling
memperhatikan.
3. Anggotanya saling berinteraksi
4. Masing-masing mempunyai peran sosial : suami, isteri, anak, kakak, adik,
ibu, bapak, dsb
5. Mempunyai tujuan yaitu
a. menciptakan dan mempertahankan budaya
b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial
anggotanya.
Tipe Keluarga
Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Bidan perlu mengetahui berbagai tipe keluarga agar dapat
mengenal dan mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan
derajat kesehatannya. Ada beberapa tipe keluarga sebagi berikut:
1. Keluarga inti (nuclear family) : rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak (kandung / angkat)
2. Keluarga besar (extended family) : keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara yang mempunyai hubungan darah, misalnya : kakek, nenek,
keponakan, paman, dsb.
3. Reconstituted nuclear : pembentukan keluarga baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/isteri, tinggal dalam satu rumah dengan

7
anak-anaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
perkawinan baru.
4. Keluarga usia lanjut (ageing couple) : suami-isteri dimana anak-anaknya
sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/bekerja.
5. Keluarga ‘dyadic’ : terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
6. Single parent : terdiri dari satu orangtua (ayah/ibu) karena
perceraian/kematian pasangannya dan anak (kandung/angkat) yang dapat
tinggal serumah /di luar rumah.
7. Single adult : hanya terdiri dari seorang dewasa, tinggal sendiri
8. Dual carrier : suami – isteri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
9. Commuter married : suami-isteri atau keduanya orang karier dan tinggal
terpisah, keduanya saling bertemu pada waktu tertentu.
10. Three generation : tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11. Institusional : anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam suatu
panti.
12. Communal family : satu rumah terdiri dari dua atau lebihkeluarga ( tanpa
pertalian darah) dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan/penggunaan fasilitas.
13. Cohibing couple : satu pasangan yang tinggal bersama tanpa perkawinan.
Secara umum, di Indonesia hanya dikenal 2 kelompok tipe keluarga yaitu
keluarga tradisional dan non tradisional. Yang termasuk keluarga
tradisional : keluarga inti, extended, single parent, keluarga usia lanjut ,
single adult dan keluarga ‘dyadic’. Sedangkan keluarga non tradisional
yaitu : communal family, orangtua yang tidak ada ikatan perkawinan dan
anak-anak hidup dalam satu rumah, serta ‘homoseksual’ yaitu dua individu
sejenis yang hidup bersama.
Fungsi keluarga menurut Friedman (1988):
1. Fungsi afektif
a. Berhubungan dengan fungsi internal keluarga, merupakan basis
kekuatan keluarga.

8
b. Anggota keluarga mempunyai gambaran diri yang positif, perasaan
dimiliki, perasaan berati, mendapat kasih sayang, dukungan dan
penguatan yagn semuanya dipelajari dan dikembangkan melalui
interaksi keluarga.
c. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
d. Tampak dari kebahagiaan/kegembiraan dari seluruh anggotanya.
e. Merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
a. Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi sejak
lahir, termasuk internalisasi norma/nilai yang sesuai bagi setiap
individu sesuai dengan tahap perkembangannya.
b. Anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, perilaku melalui
interaksi dalam keluarga sehingga individu mampu berperan di
masyarakat.
3. Fungsi reproduktif
Meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan
adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
Disisi lain banyak kelahiran yang tidak diharapkan sehingg lahirlah
keluarga baru dengan satu orang tua.
4. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan, pakaian, rumah, maka
keluarga membutuhkan sumber keuangan. Fungsi ini sulit dipenuhi oleh
keluarga miskin.
5. Fungsi perawatan kesehatan
a. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga.
b. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat
dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Menurut
Fiedman, ada 5 tugas kesehatan keluarga adalah sbb :
1) Mengenal masalah kesehatan
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

9
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan / menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
Tahap perkembangan keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangan secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Berikut
akan diuraikan tahap-tahap perkembangannya :
1. Tahap I. Pasangan baru / keluarga baru (beginning family)
a. Dimulai saat masing-masing individu membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah.
Tugas perkembangan pada tahap ini :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Menetapkan tujuan bersama
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
4) Merancanakan anak / KB
5) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orangtua
Pada tahap ini, bidan dapat memberikan konsultasi, misalnya tentang KB,
perawatan prakonsepsi, perawatan prenatal dan pentingnya komunikasi dalam
keluarga. Kurangnya informasi tentang hal-hal tersebut dapat menimbulkan
masalah seksual, emosional, rasa takut, cemas bersalah, atau kehamilan yang
tidak direncanakan.
2. Tahap II. Keluarga ‘child-bearing’ / mengasuh anak.
a. Keluarga menantikan kelahiran (hamil) sampai lahirnya anak pertama
dan berlangsung sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun).
Pada tahap ini sering terjadi perubahan besar dalam keluarga karena
pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi
kebutuhan bayi. Kadang pasangan merasa diabaikan akrena perhatian
terfokus pada bayi, suami merasa belum siap atau isteri belum siap
menjadi ibu.

10
Tugas perkembangan :
1) Persiapan menjadi orangtua
2) Membagi peran dan tanggung jawab
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan
4) Mempersiapkan biaya
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
Bidan dapat memberikan perawatan dan konsultasi tentang bagaimana
merawat bayi, mengenali gangguan kesehatan bayi secara dini dan
mengatasinya, imunisasi, tumbuh kembang, interaksi keluarga, KB,
pemenuhan kebutuhan anak.
3. Tahap III. Keluarga dengan anak prasekolah (family with preschool
child)
Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun hingga anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti : tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan yang
lain juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga.
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan stimulasi tumbuh
kembang anak
Peran bidan dapat berupa memberikan penyuluhan kepada orangtua
tentang penyakit dan kecelakaan yang sering terjadi pada anak-anak.

11
Sibling rivalry, tumbuh kembang anak, KB, peningkatan kesehatan dan
sosialisasi anak.
4. Tahap IV. Keluarga dengan anak usia sekolah (family with school child)
a. Saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun hingga usia 12
tahun.
b. Umumnya keluarga sangat sibuk, selain aktivitas di sekolah, masing-
masing anak memiliki aktivitas sendiri demikian pula orangtua.
c. Keluarga perlu bekerjsama untuk mencapai tugas perkembangan.
Tugas perkembangan :
a. Memberikan perhatian pada kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar.
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan
c. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
d. Menyediakan aktifitas untuk anak.
e. Menyesuaikan dengan aktivitas komuniti dengan mengikutsertakan
anak.
Bidan dapat memberikan perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga
maupun di sekolah, bekerjasama dengan guru sekolah dan orang tua anak.
5. Tahap V. Keluarga dengan anak remaja (family with teenager)
a. Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai usia 10/20 tahun.
b. Tujuan keluarga : melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab
serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa.
c. Sering muncul konflik orangtua-remaja.
Tugas perkembangan keluarga :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggungjawab
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua,
menghindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

12
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Fungsi bidan dapat lebih difokuskan pada peningkatan dan pencegahan
penyakit. Pada remaja : penyuluhan tentang obat-obatan terlarang,
minuman keras, seks/kesehatan reproduksi, serta membantu hubungan
yang lebih efektif antara orangtua dengan remaja.
6. Tahap VI. Keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center
family)
a. Dimulai saat anak pertama meninggalkan rumah dan lamanya
tergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang
belum berkeluarga tetap tinggal bersama orangtua.
b. Tujuan utama keluarga ini : mengorganisasi kembali keluarga untuk
tetap berperan dalam melepas anak untuk hidup sendiri.
c. Orangtua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan
merasa kosong karena anak sudah tidak lagi tinggal serumah.
Tugas perkembangan :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/isteri yang sakit dan memasuki masa tua.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami-isteri, kakek-nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
Disini bidan dapat memberikan konsultasi tentang penyakit-2 yang sering
timbul pada masa tua atau faktor-2 predisposisinya. Misalnya : hipertensi,
jantung, problem menopause, juga peningkatan kesehatan dengan pola
hidup sehat.
7. Tahap VII. Keluarga usia pertengahan (middle age families)
Dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau satu pasangan meninggal. Seringkali dirasakan sulit berkaitan dengan

13
masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak, atau perasaan gagal sebagai
orangtua.
Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam hal mengolah
minat sosial & waktu santai
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda-tua
d. Keakraban dengan pasangan
e. Memelihara hubungan dengan anak dan keluarga
f. Persiapan masa tua atau pensiun dan meningkatkan keakraban pasangan
Bidan dapat berfungsi melaksanakan perawatan & konsultasi yang terkait
dengan upaya peningkatan kesehatan seperti ; kebutuhan istirahat yang
cukup, aktifitas ringan sesuai kemampuan, nutrisi, dsb.
8. Tahap VIII. Keluarga lanjut usia
Tahap terakhir, dimulai saat salah satu pasangan pensiun, berlanjut hingga
salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal. Stressor :
berkurangnya pendapatan, berbagai relasi sosial, pekerjaan, menurunnya
produktifitas dan kesehatan.
Tugas perkembangan :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik
dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami isteri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial kemasyarakatan.
e. Melakukan ‘file review’ dengan mengenang pengalaman hidup dan
keberhasilan masa lalu.
f. Menerima kematian pasangan, teman, dan mempersiapkan kematian.
Dalam hal ini bidan melakukan perawatan pada lansia terutama yang
mengalami penyakit kronis, memperhatikan peningkatan kesehatan
seperti : nutrisi, aktifitas, istirahat, pemeriksaan mata, gigi, pencegahan
kecelakaan di rumah.

14
B. Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Keluarga
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada keluarga, bukan klien yang
mendatangi bidan melainkan bidan yang bergerak mengunjungi klien/keluarga.
Sasaran/fokus bidan dalam asuhan kebidanan keluarga adalah keluarga yang
mempunyai masalah dan kebutuhan yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, nifas, bayi/balita dan KB serta kesehatan reproduksi. Pada
praktiknya seringkali satu keluarga juga mengalami masalah
kesehatan/penyakit yang umum, sehingga dalam hal ini bidan perlu melakukan
kolaborasi dengan profesi lain.
Fase hubungan bidan-keluarga dalam manajemen asuhan kebidanan :
1. Fase Preinisiasi / persiapan
a. Mendapatkan data / seleksi keluarga keluarga yang akan diasuh dari
Puskesmas /Pustu/PKD/ kader.
b. Mereview kembali tentang konsep teori yang sesuai dengan masalah
keluarga
c. Kontrak waktu untuk kunjungan dengan keluarga.
2. Fase Inisiasi atau perkenalan
Bidan dan keluarga berusaha saling mengenal dan mengetahui bagaimana
keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan. Mungkin memerlukan
beberapa kali kunjungan.
3. Fase Implementasi
a. Bidan melakukan pengkajian dan perencanaan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga bersama dengan keluarga.
b. Melakukan tindakan sesuai rencana. Dalam memberikan penkes
hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan didukung dengan
informasi tertulis.
c. Mengeksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga terhadap
kebutuhannya.
4. Fase Terminasi
a. Bidan menyimpulkan hasil kunjungan berdasarkan pencapaian tujuan
yang ditetapkan bersama keluarga.

15
b. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang
ditangani dan yang mungkin dialami keluarga adalah penting dilakukan
pada fase ini.
c. Tinggalkan nama, alamat dan nomor telepon bidan.
5. Fase Pasca kunjungan
a. Fase terakhir yang sering terabaikan.
Bidan membuat dokumentasi lengkap tentang hasil asuhan dan disimpan di
institusi pelayanan dimana ia bekerja

C. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)


Program P4K merupakan prioritas dalam menurunkan AKI di Indonesia,
hal tersebut didukung oleh Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 2008 tentang
percepatan pelaksanaan P4K dengan penempelan stiker (Depkes RI, 2010).
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah suatu
kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan
penggunaan kontrasepsi pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai
media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu
pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Depkes, 2009).

Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi Menurut Departemen


Kesehatan RI (2009), persiapan persalinan dan pencegahan komplikasi meliputi :

1. Tempat persalinan yaitu tempat yang dipilih oleh ibu dan keluarga untuk
membantu proses persalinan, seperti di rumah sakit, klinik bersalin dan praktik
mandiri bidan.

2. Pendamping yaitu orangyang dipercaya mendampingi ibu saat persalinan yaitu


suami atau keluarga maupun kerabat dekat yang bersedia mendampingi dan
mendukung ibu selama menghadapi proses persalinannya.

3. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin) yaitu dana atau barang yang disimpan oleh
keluarga atau pengelola tabulin secara bertahap sesuai dengan kemampuannya,
yang pengelolaanya sesuai dengan kesepakatan serta penggunaannyauntuk segala
bentuk pembiayaan serta antenatal, persalinan dan kegawatdaruratan pada ibu.

4. Persalinan oleh tenaga kesehatan yaitu persalinan ibu ditolong oleh tenaga
kesehatan trampil sesuai standar seperti dokter spesialis kandungan atau bidan
yang telah memiliki surat ijin praktik.

16
5. Transportasi yaitu alat transportasi yang dapat digunakan untuk mengantar
calon ibu bersalin ke tempat persalinan termasuk rujukan dan siap setiap saat agar
tidak terjadi keterlambatan mencapai tempat bersalin ibu. Transortasi bisa berupa
ambulan desa, mobil pribadi maupun kendaraan roda dua atau sepeda motor.

6. Calon pendonor darah yaitu orang-orang yang disiapkan oleh ibu, suami,
keluarga dan masyarakat yang sewaktu-waktu bersedia menyumbangkan darahnya
untuk keselamatan ibu melahirkan sehingga bila terjadi sesuatu yang memerlukan
darah segera bisa teratasi. Calon donor yang disiapkan harus memenuhi syarat
sebagai pendonor darah untuk ibu seperti salah satunya calon pendonor tidak
menderita penyakit infeksi seperti malaria, hepatitis dan HIV/AIDS.

7. Pemilihan kontrasepsi yaitu dimana kontrasepsi penting direncanakan saat


kehamilan sehingga pada saat 42 hari ibu telah memiliki pilihan kontrasepsi yang
tepat.

a. Kesiapan Menghadapi Komplikasi Persalinan


Salah satu upaya untuk mencegah keterlambatan penanganan komplikasi
adalah dengan adanya kesiapan menghadapi komplikasi persalinan.

1) Persiapan Fisik Merupakan kesiapan fisik ibu yang dipersiapkan dalam


menghadapi proses persalinan yaitu mempersiapkan dan menjaga nutrisi,
menjaga pola istirahat yang cukup, menjaga kebersihan diri, menjaga
kebersihan payudara untuk persiapan laktasi dan melakukan aktifitas yang
ringan.

2) Persiapan Psikis Suatu keadaan mempersiapkan psikis ibu hamil


menjelang persalinan dimana ibu menerima kondisi kehamilannya serta
ibu siap menerima peran dan tanggung jawab yang lebih besar sebagai
seorang ibu dalam merawat anak dan keluarganya serta mempersiapkan
mental menjelang proses persalinan.

3) Persiapan penolong dan tempat bersalin

4) Persiapan pendamping persalinan

5) Persiapan dana

6) Persiapan transportasi

7) Persiapan calon donor darah

8) Persiapan perlengkapan ibu dan bayi

17
Pengetahuan yang baik tentang P4K juga sangat penting dalam upaya
pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan,

D. Nutrisi ibu hamil


Pemberian tablet Fe(zat besi) pada masa kehamilan harus terpenuhi untuk
kebutuhan ibu dan janinnya, dikarenakan kurangnya asupan zat besi yang
dikonsumsi ibu mengakbatkan ibu terkena anemia atau kadar hemoglobin (Hb)
ibu hamil menurun. Jika ibu kurang mengkonsumsi asupan zat besi pada saat
kehamilan berdampak buruk bukan cuman pada ibu tapi juga pada perkembangan
janin (Susiloningtyas, 2012b). Kebutuhan energi dan asupan zat gizi pada saat
kehamilan sanggat dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin, maka dari itu jika
kekurangan asupan zat gizi pada saat kehamilan bisa mengakibatkan janin.

Pendidikan gizi bagi ibu hamil diperlukan untuk pengetahuan ibu tentang
makanan yang baik dikonsumsi pada saat kehamilan agar ibu terhindar dari
masalah anemia yang sering di alami oleh ibu hamil, pendidikan tersebut bisa
melalui via SMS (Kusfriyadi, 2010). Ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat
gizi dan mendapatkan makanan yang cukup gizi agar janin yang dikandungnya
bertumbuh kembang dengan baik sehingga terhindar dari berat badan lahir rendah
(BBLR), BBLR dapat mengakibatkan bayi lahir stunting (MCA Indonesia, 2014).
Kepatuhan ibu hamil untuk Mengkonsumsi tablet zat besi atau Fe pada masa
kehamilan berjumlah 90 tablet minimal yang perlu dikonsumsi di masa kehamilan
(Susiloningtyas, 2012a).

kekurangan zat gizi tertentu dapat mengakibatkan ibu mengalami anemia


pada saat kehamilan sehingga suplai darah yang seharusnya diantarkan ke oksigen
sebagai sumber makanan janin terhambat itulah penyebab tumbuh kembang janin
tak normal (Nurhidayati Rohmah Dyah and Irdawati, 2013). Pada saat kehamian
kebutuhan zat besi ibu meninggkat dua kali lipat dibandingkan perempuan remaja
makanya dimasa kehamilan ibu hamil sering mengalami anemia disebabkan
karena volume darah ibu menurun (Ratih, 2017). Selain harus mengkonsumsi
asupan gizi yang baik ibu hamil juga harus terhindar dari stres yang bisa
mengakibatkan kesehatan janin mengalami hal yang sama, jika ibu stres janin
tidak bisa bertumbuh dengan normal (Tampubolon Elmina, 2008). Asupan
makanan yang mengandung zat gizi untuk ibu hamil sanggat berpengaruh
terhadap air susu ibu (ASI) pada saat janinnya lahir itu sebabnya status gizi ibu
hamil harus terpenuhi dengan baik (Hardinsyah, Riyadi and Napitupulu, 2016).
Mengkonsumsi Gizi seimbang untuk ibu hamil berpengaruh langsung untuk
metabolisme janin yang dikandungnya Asupan gizi yang seragam sangat baik
seperti karbohidrat, protein, lemak dan mineral (Dewantari, 2013). Ibu hamil
harus banyak mengkonsumsi sayur dan buah agar tidak mengalami anemia yang

18
dapat beresiko ketuban pecah dini dan hipokalsemia (Hanani, Suyatno and P,
2016). Janin dan ibu memerlukan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan, jika
ibu kekurangan cairan pada saat kehamilan bisa berdampak pada konstipasi
(Rahayu, Ummah and Juanita, 2010). Stunting ialah Kekurangan energi kronis
yang disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan asupan gizi ibu disaat kehamil,
stunting terjadi mulai dari janin masih dikandung (Kusumawardhani, Gunawan
and Aritonang, 2017).

E. Kesehatan Reproduksi Remaja


Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Remaja Perilaku
seksual remaja adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan
seksual yang datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Sedangkan
kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan sehat jasmani, rohani, dan
bukan hanya terlepas dari segala penyakit atau kecacatan semata. Perilaku seksual
merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan dengan
kesehatan reproduksi seseorang. Sehingga faktor ini sangat mempengaruhi
tercapai atau tidaknya kesehatan reproduksi seseorang, termasuk kesehatan
reproduksi remaja. Faktor penyebab perilaku seks bebas pada remaja seperti
pengaruh negatif media massa, lemahnya keimanan, lemahnya pengawasan orang
tua, salah dalam memilih teman dan tinggal di lingkungan yang tidak baik.

1. Faktor sosial, ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,tingkat


pendidikan yang rendah,dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi, tempat tinggal yang terpencil).

2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang


berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki dan ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu
mengatasi gangguan jasmani dan rohani).

3. Faktor psikologis (keretakan hubungan orang tua ,rasa tidak berharganya


wanita yang bisa dibeli kehormatannya oleh pria dengan materi). 4. faktor
biologis (cacat sejak lahir,dsb).

Dampak Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja

a. Hamil diluar nikah Adalah akibat dari perilaku seksual remaja yang
dimana melakukan aborsi merupakan pilihan yang biasa mereka pilih.
Banyak remaja putri yang terus melanjutkan kehamilannya sehingga,
konsekuensi dari keputusan yang mereka ambil itu adalah melahirkan anak
yang dikandungnya dalam usia yang relatif muda.

19
b. Penyakit menular seksual HIV/AIDS Dampak dari perilaku seksual
remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah tertular penyakit HIV/AIDS
karena kebiasaan berganti-ganti pasangan yang menyebabkan remaja
semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, sepertisifilis, gonore, herpes,
klamidia dan AIDS

c. Psikologis, dampak ini biasanya sering terjadi pada pihak perempuan


atau korban utama masalah ini. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri
yang hamil di luar nikah merupakan aib keluarga, karena sudah
mencontreng nama baik keluarganya. Perasaan bingung, cemas, malu, dan
bersalah membuat mereka depresi dan pesimis terhadap masa depannya
ketika mereka sudah mengetahui kehamilannya itu. Dan hal inilah yang juga
membuat mereka terasingkan dalam lingkungannya.

Strategi Meningkatkan Kesehatan Anak Remaja

1) Memberikan pengkuatan positif terhadap perilaku sehat

2) Pengaruh struktur lingkungan dan sosial untuk mendukung perilaku


peningkatan Kesehatan

3) Meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk


perawatan diriyang kompeten dan menginformasiakan pembuatan
keputusan tentang Kesehatan

4) Menyadarkan remaja terhadap aspek lingkungan dan budaya barat yang


merusak kesehatan dan kesejahteraan.

E. BALITA

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Faktor –faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan secara umum terdapat dua faktor
utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:

1. Faktor genetic

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak.

2. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau


tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan
tercapainya potensi bawaan sedangkan yang kurang baik akan
menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “bio-fisik-

20
psikososial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi
sampai akhir hayatnya.

3. Faktor fisik

a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah Musim kemarau yang


panjang atau adanya bencana alam lainnya, dapat berdampak pada tumbuh
kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga banyak
nak yang kekurangan gizi. Demikian pula gondok endemik banyak
ditemukan pada daerah pengunungan, dimana air tanahnya kurang
mengandung yodium.

b. Sanitasi Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam


penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh
kembangnya, kebersihan baik kebersihan perorangan maupun lingkungan
memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari
kebersihan yang kurang, maka anak sering sakit, misalnya diare, cacingan,
tifus abdominalis, hepatitis, malaria, demam berdarah.

c. Keadaan rumah (struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan


hunian). Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang
tidak membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin
kesehatan penghuninya.

d. Radiasi Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi


yang tinggi.

4. Faktor psikososial

a. Stimulasi Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang


anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih
cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak
mendapat stimulasi.

b. Motivasi belajar Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan


memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya
sekolah yang tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta
sarana lainnya.

c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar.

d. Stres Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya,


misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan
menurun.

21
e. Sekolah Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan
setiap anak mendapat kesempatan duduk dibangku sekolah minimal 9 tahun.
Sehingga dengan mendapat pendidikan yang baik

f. Kualitas interaksi anak orang tua

Pendidikan dan pengetahuan orang tua sangat berpengaruh terhadap


pemberian stimulasi, dengan pendidikan dan pengetahuan yang semakin
tinggi orang tua dapat mengarahkan anak sedini mungkin dan akan
mempengaruhi daya pikir anak untuk berimajinasi dari pendidikan, ibu akan
memperoleh pengetahuan dan pemahaman. Dengan pengetahuan dan
pemahaman yang baik maka akan mudah menerima segala informasi
terutama semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak untuk dapat
berkembang secara optimal. Informasi tersebut meliputi bagaimana cara
pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan anak, dan menstimulasi
perkembangan anak. Pengetahuan dan pemahaman yang baik diperoleh dari
suatu pendidikan yang baik melalui proses dan metode-metode tertentu
sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah
laku yang sesuai dengan kebutuhan.

22
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
PADA KELUARGA TN. W UMUR 42 TAHUN
DI RT 01 RW 04 DESA BEJIRUYUNG KECAMATAN SEMPOR
KABUPATEN KEBUMEN

A. Pengkajian

Hari/Tanggal : Rabu, 23 Desember 2020

Jam : 10.00 wib

1. Identitas Kepala Keluarga

a. Nama Kepala Keluarga : Tn. W

b. Umur : 42 th

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Pendidikan : SMA

f. Pekerjaan : Buruh

g. Pendapatan : ± Rp. 800.000 ,-/ bulan

h. Alamat : Bejiruyung 01/04, Sempor

i. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia

j. Daftar Anggota Keluarga

N Nama Umur Agama L/P Hub. Dg. Pendidikan Pekerjaan


o KK

1 Tn. M 42 th Islam L Bapak SMA Buruh

2 Ny. 41 th Islam P Ibu SMA IRT


W

23
3 Sdr.D 14 th Islam L Anak Pelajar Belum

(Kelas 7 bekerja
SMP)

4 An. M 4 th Islam L Anak Belum Belum


sekolah
bekerja

2. Kesehatan Lingkungan
a. Kebiasaan makan
1) Keluarga makan teratur, frekuensi makan keluarga 3-4 kali
sehari dengan menu nasi, sayur, ikan dan terkadang buah.
2) Keluarga mempunyai kebiasaan mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan menggunakan air mengalir dan sabun.
3) Keluarga memiliki kebiasaan mencuci sayuran sebelum
dimasak dan memasak daging sampai matang.
4) Keluarga memiliki kebiasaan mengkonsumsi garam
beryodium.
b. Sanitasi Lingkungan
1) Jamban
Keluarga memiliki jamban kondisi cukup bersih.
2) Kandang ternak
Keluarga memiliki kandang di sebelah dan cukup bersih.
3) Pembuangan sampah
Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah
4) Lingkungan rumah
Lingkungan sekitar rumah tidak berserakan
5) Sistem pembuangan air limbah rumah tangga
Keluarga membuah air limbah rumahan di halaman
6) Sumber air bersih
Keluarga memiliki sumber air bersih yaitu menggunakan air
sumur.

24
c. Indikator Capaian Keluarga yang diharapkan pada Program
Indonesia Sehat
1) Keluarga tidak mengikuti program KB karena hamil
2) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
3) Bayi sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap
4) Bayi mendapatkan air susu ibu ekslusif
5) Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan ( penimbangan )
6) Keluargatidak mempunyai riwayat penyakit TB paru
7) Keluarga mempunyai riwayat penyakit hipertensi
8) Keluarga tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa
9) Anggota keluarga tidak ada yang merokok
10) Keluarga mempunyai jaminan kesehatan nasional
11) Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
12) Keluarga mempunyai akses/menggunakan jamban sehat
2) Keluarga Berencana
1) Ibu ingin mempunyai anak lagi (sedang hamil)
2) Ibu tidak memakai kontrasepsi sebab sedang hamil
3) Pengetahuan ibu/keluarga mengenai KB sudah cukup baik
4) Pengetahuan ibu/keluarga mengenai HIV/AIDS cukup baik
3) Remaja
1) Remaja belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan
reproduksi remaja di sekolah
2) Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja
kurang baik
4) Lansia
Keluarga Tn.W tidak memiliki anggota keluarga lansia
5) Hamil
Keluarga Tn.W memiliki anggota keluarga yang sedang hamil
6) Nifas
Keluarga Tn.W tidak memiliki anggota keluarga yang sedang nifas.
7) Bayi dan balita

25
Keluarga Tn.W memiliki bayi/balita
a. Pengkajian Balita An. M
1) An. M berusia 4 tahun
2) An. M rutin di bawa ke posyandu oleh ibunya
3) An. M memiliki buku KIA/KMS
4) Tinggi badan An.M saat ini 90 cm bulan lalu 89 cm
5) Berat badan An. M saat ini 12,6 kg dan bulan lalu tetap sama
6) Status gizi An. M baik
7) An. M tidak stunting
8) An. M mendapatkan Asi Ekslusif sampai 6 bulan
9) An. M tidak diberikan susu formula dan makanan tambahan
lainnya ( pisang madu ) sebelum usia 6 bulan
10) Usia anak ketika diberikan MPASI yaitu 6 bulan
11) Perkembangan anak normal
12) An. M tidak mengalami sakit dalam 3 bulan terakhir
13) Imunisasi yang di dapatkan An. M sudah lengkap
14) An. M mendapatkan vitamin A ketika usia 6 bulan – sekarang

8) Hamil
1) Usia kehamilan ibu saat ini adalah 22 minggu lebih 1 hari
2) Ini merupakan kehamilan ke 3 dengan paritas ke 2 dan tidak
pernah abortus
3) Jarak kehamilan ibu dengan anak yang lalu adalah 9 tahun.
4) Frekuensi ibu dalam memeriksakan kehamilannya sebanyak 7
kali.
5) Ibu bersalin di Bidan Praktek.
6) Ibu tidak memiliki pantang makanan selama hamil.
7) Ibu makan makanan tambahan yang mengandung zat besi.
8) Ibu tidak mengonsumsi obat-obatan selama hamil kecuali obat –
obatan yang diberikan oleh bidan.
9) Ibu diberi pil besi dengan jumlah 10 tablet.

26
10) Ibu tahu mengenai suntik tetanus dan sudah lengkap dalam
suntik tetanus.
11) Dalam pemeriksaan kehamilan ibu pernah mendapat informasi
mengenai makanan yang sehat untuk ibu hamil.
12) Dalam pemeriksaan kehamilan ibu pernah mendapat informasi
mengenai kebutuhan ibu hamil untuk istirahat.
13) Dalam pemeriksaan kehamilan ibu pernah mendapat informasi
mengenai cara menyusui yang benar.
14) Dalam pemeriksaan kehamilan ibu pernah mendapat informasi
mengenai keluarga berencana
15) Dalam pemeriksaan kehamilan ibu belum pernah pernah
mendapat informasi cara untuk mencegah malaria
16) Ibu memiliki buku KIA
17) Ada penempelan stiker P4K dirumah ibu.
1. DATA SUBJEKTIF

a. Alasan Datang
Mahasiswa ingin mengkaji kembali dan melakukan
pemeriksaan kepada Ny.W
b. Keluhan Utama
Ibu mengatakan perutnya sakit ketika duduk dan greges
c. Riwayat Kehamilan Sekarang
UK : 22 minggu lebih 1 hari
d. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 15,2

VCT : NR

Sifilis : NR

HBSAG : NR

Protein urine : tidak terkaji

Glukosa urine : tidak terkaji

27
Usg 4 Januari 2021

UK 24+6 minggu

Janin tunggal, hidup intrauterin, grakan aktif, DJJ 130x/menit, air

ketuban cukup, plasenta difundus.

9) Analisa Data

Masalah Kebidanan

No Data Masalah Kebidanan


.
1. DS : Terdapat masalah kebidanan
- Ibu mengatakan ingin sedang pada kehamilan ibu yaitu
hamil anak ke 3 di usia 41 tahun masuk ke dalam kehamilan
- Ibu pernah melahirkan 2 kali dan yang mempunyai factor resiko
anak sehat
DO :
- Didapatkan TFU ibu pada umur
kehamilan 22 lebih 1 hari yaitu
setinggi pusat
2. - Kurangnya pengetahuan Sdr D Resiko timbulnya perilaku
tentang Kesehatan repoduksi yang kurang baik disebabkan
remaja dan pengetahuan HIV karena kurang pengetahuan
/AIDS tentang Kesehatan reproduksi
DO : remaja.
- Didapatkan pengetahuan KRR
yang kurang baik dan
pengetahuan HIV
/AIDS

3. DS: Resiko terjadinya kurangnya


- Pengetahuan tumbuh kembang pemantauan tumbang balita.
balita
DO:
- Ibu kurang paham dalam
menjawab pertanyaan tentang
tumbuh kembang

28
10) Perumusan Masalah

1. Hamil Bermasalah

No Kriteria Perhit. Skor Pembenaran


.
1. Sifat masalah 2/3 x 2/3 Ancaman
- ancaman kesehatan 1 kesehatan
dengan resiko
2. Kemungkinan 1/2 x 1 tinggi apabila
masalah dapat 2 ibu hamil di
dirubah: usia 47 tahun
- mudah

3. Potensi masalah 3/3 x 1 Ada kemauan


untuk dicegah: 1 dari keluarga/
- mudah ibu untuk
memperbaiki
dam
menambah
nutrisi sesuai
saran tenaga
kesehatan

4. Menonjolnya 0/2 x 0 Terjadinya


masalah: 1 kehamilan
- masalah beresiko
tidak tinggi dapat
dirasakan dicegah
dengan
meperbaiki
nutrisi.

Jumlah skor 2 2/3

29
11) Prioritas Masalah

Setelah dilakukan perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan

skorinng, maka prioritas sesuai dengan perhitungan skor adalah sebagai

berikut:

Diagnosa Skor

1) Kehamilan Bermasalah 2 2/3

2) Remaja

3) Pemantauan bayi dan balita

12) Perencanaan

No. Diagnosa Tujuan Rencana evaluasi Intervensi


Umum Khusus kriteria Standar
1. Dx. 1 Keluarga Setelah Verbal Keluarga mau Memberikan
mengerti diberi memperbaiki penyuluhan
tentang penyuluhan: nutrisi, dan tentang
kehamilan Keluarga menjaga kehamilan
nya mau kehamilannya resiko tinggi di
bermasala memperbaik dengan baik umur ibu 41
h i nutrisi. tahun,
persiapan
persalinan
dengan P4K,
Nutrisi Bagi
Ibu Hamil
untuk menjaga
kehamilan,
Istirahat yang
cukup

2. Dx. 2 Keluarga Setelah Verbal Keluarga Memberikan


1. mengerti diberi mengetahui penyuluhan

30
tentang penyuluhan: Kesehatan tentang KRR
pentingny Keluarga reproduksi
a mengetahui remaja Dan HIV/AIDS
Kesehatan pentingnya
reproduksi kesehatan
remaja reproduksi
remaja

3. Dx. 3 Keluarga Setelah Verbal Keluarga Melakukan


mengerti diberi mengerti pendekatan
tentang penyuluhan: tentang dengan
Tumbuh Keluarga pengetahuan keluarga,
kembang mengerti tumbuh sehingga
balita pentingnya kembang balita terjadi
pemantauan komunikasi
tumbuh yang baik.
kembang Memberi
balita. peyuluhan
bagian tumbuh
kembang, gizi
balita

13) Pelaksanaan

a. Diagnosa Kebidanan

Umur kehamilan ibu dan Riwayat persalinan SC pada kehamilan Ny. W

dapat menjadi masalah dalam kehamilan.

Perencanaan

Minggu, 10 Januari 2020 Pukul 10.00 WIB

1) Melakukan pendekatan dengan anggota keluarga.

31
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang kehamilan bermasalah

yaitu umur kehamilan ibu, riwayat persalinan SC ibu, serta

memberi pendidikan kesehatan reproduksi remaja dan pendidikan

kesehatan untuk memantau, memperhatikan tumbuh kembang

balita.

b. Diagnosa Kebidanan

Resiko terjadinya BBLR akibat kehamilan bermasalah selain itu lebih

beresiko melahirkan bayi dengan komplikasi kesehatan.

c. Diagnosa Kebidanan

Pengetahuan tentang kehamilan bermasalah, pengetahuan KRR pada

remaja, pengetahuan tumbuh kembang balita.

d. Perencanaan

1) Memberikan pendidikan kesehatan pada Ny W tentang

pengetahuan kehamilan bermasalah factor resiko tinggi,

perencanaan persalinan dengan P4K.

2) Memotivasi Ibu dan keluarga untuk selalu menjaga nutrisi pada

kehamilan ibu agar berat badan bayi, istihat yang cukup

3) Memberikan pendidikan kesehatan kepada anggota keluarga Sdr D

tentang Kesehatan reproduksi remaja.

4) Memberikan pengetahuan pemantauan tumbuh kembang balita

32

Anda mungkin juga menyukai