Anda di halaman 1dari 10

Belajar Ekonomi Politik

1. Produksi kekayaan material adalah dasar kehidupan (eksistensi) masyarakat.

Masalah yang sudah berabad-abad menyibukan fikiran manusia adalah tentang, Apa yang
menentukan sifat dari suatu system masyarakat?, Bagaimana manusia berkembang?, Apakah
rakyat yang sudah turun temurun hidup melarat dan sengsara dapat memperbaiki nasibnya?,
Apakah kebebasan dan kemakmuran dapat dicapai oleh semua manusia ataukah hanya untuk
segolongan kecil orang saja?, Apakah miskin dan kaya itu takdir?, atau Apakah dapat kemiskinan
dilenyapkan?.

Abad demi abad berlalu, sudah banyak pemikir-pemikir yang mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan diatas, namun bersamaan dengan itu bermacam-macam teori dan konsepsi terbantah
sama sekali, bukan saja disebabkan oleh kritik dari pemikir yang lain tetapi juga oleh kritik waktu,
oleh seluruh perkembangan sejarah itu sendiri.

Memang jalan untuk mencapai pengetahuan manusia mengenai sebab-sebab perkembangan


sejarah masyarakat sangat sulit dan berliku-liku, karena berbeda dengan kejadian-kejadian dalam
alam, peristiwa-peristiwa yang dialami masyarakat lebih sulit diobservasi dan dianalisa. Kekuatan-
kekuatan dalam alam bersifat spontan dan tidak berkenaan dengan seseorang sedangkan dalam
masyarkat kita menghadapi beraneka ragam orang yang memiliki motif-motif tertentu untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu, namun untuk menyelidiki manusia tidaklah cukup hanya dengan
menyelidiki motif seseorang saja ketika bertindak dalam mencapai tujuan tertentu karena hal ini
tidak akan membawa kita kepada pengertian sesungguhnya tentang perkembangan masyarakat,
tetapi lebih jauh dari itu kita juga harus bertanya motif tersebut dipunyai seseorang dan sementara
orang lain memiliki motif yang berbeda?, lagi pula tindakan orang-orang yang memiliki motif yang
berbeda-beda tersebut akan saling berbentrokan satu sama lain sehingga menimbulkan peristiwa
sejarah namun hasil dari peristiwa sejarah tersebut ternyata bisa berbeda dari apa yang
dikehendaki atau dituju oleh orang-orang tertentu. Misalnya banyak orang yang ikut dalam
perebutan kemerdekaan Indonesia berfikir bahwa dengan lenyapnya penjajahan maka akan
tercipta suatu masyarakat yang adil dan makmur, namun kenyataannya hingga kini masyarakat
tersebut belum tercapai bahkan tidak jarang orang yang kehidupannya menjadi bertambah buruk.

Uraian diatas menunjukan bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kontradiksi yaitu
kontradiksi antara kegiatan subyektif yang dengan sadar dari seseorang disatu fihak dengan
perkembangan obyektif yang spontan dari masyarakat sebagai keseluruhan dilain fihak,
kontradiksi disini menjadi sangat penting dipahami karena kedangkalan kita dalam memahami
kontradiksi ini menyebabkan kita akan beranggapan bahwa sejarah hanya sebagai kumpulan
kejadian yang bersifat kebetulan belaka atau sebagian yang lain akan menganggap sejarah
sebagai suatu keharusan tetapi tidak memahami apa yang menentukan suatu keharusan itu,
menjadi penganut fatalisme, menyerah pada takdir yang telah digariskan pada manusia. Artinya ini
menujukan bahwa perkembangan masyarakat tidak timbul dari kekuatan dari luar masyarakat itu
sendiri melainkan dari dalam masyarakat, yaitu bahwa manusia adalah pembuat sejarah mereka
sendiri namun disisi lain manusia tidak dengan seenaknya saja membuat sejarah seenaknya tetapi
atas dasar syarat-syarat materiil obyektif yang yang mereka warisi dari abad-abad sebelumnya.

Dan syarat-syarat materiil yang paling menentukan adalah produksi kekayaan materiil yang
diperlukan bagi kehidupan manusia sudah tentu faktor geografi, kepadatan penduduk, iklim dll juga
menentukan, namun dapat saja perkembangan suatu masyarakat akan berbeda meskipun
keadaan geografi, iklim maupun kepadatan penduduknya sama. Jadi kegiatan bekerja manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup
setiap masyarakat. Orang tidak mungkin berpolitik, berkesenian, berilmu dll kalau belum makan,
berpakaian dan memiliki tempat berteduh.

2. Tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi masyarakat.


Proses produksi kekayaaan materiil dalam masyarakat berpangkal pada tiga factor yaitu :
Kerja manusia
sasaran kerja
alat-alat kerja
Kerja adalah kegiatan manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk mengubah dan
menyesuaikan benda-benda yang ada dialam agar dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan
manusia. Kerja adalah keharusan bagi kehidupan manusia tanpa kerja tidak akan ada kehidupan
manusia, kerja ini pulalah yang membedakan manusia dengan binatang, binatang secara pasif
harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya namun manusia dengan perkakas yang dibuatnya
dapat mempengaruhi serta mengubah alam sekelilingnya agar sesuai dengan kebutuhannya serta
memmenuhi bahan-bahan yang dibutuhkannya.

Sasaran kerja (obyek kerja) adalah apa saja yang dikenakan kerja manusia baik yang diambil
langsung dari alam misalnya besi, kayu dll, maupun sasaran kerja yang sudah dikenakan kerja
misalnya bahan baku seperti kapas dalam pabrik pengolahan benang dll dinamakan bahan
mentah/bahan baku.

Alat-alat kerja adalah segala benda yang dipergunakan manusia sebagai perkakas untuk
mengenakan kerjanya pada sasaran kerja dan mengubahnya, dalam hal ini termasuk pertama
perkakas-perkakas produksi, selanjutnya juga tanah, bangunan, perusahaan, jalan dst. Perkakas
produksi memegang peranan menentukan diantara alat-alat kerja, ini meliputi bermacam-macam
perkakas yang digunakan manusia dalam kerja, mulai dari perkakas batu yang kasar dari manusia
primitif hingga mesin-mesin modern. Berbagai sejarah tingkat perkembangan manusia bukan
dilihat dari barang apa yang dihasilkan tetapai bagaimana, dengan perkakas produkasi apa
barang-barang tersebut dihasilkan/diproduksi.

Sasaran kerja dan alat-alat kerja merupakan alat-alat produksi, alat-alat produksi itu sendiri bila
tidak disatukan dengan tenaga kerja menjadi setumpukan barang mati, dan sebaliknya untuk
memulai proses kerja tenaga kerja mesti menyatukan diri dengan perkakas produksi,

Tenaga kerja adalah kecakapan manusia bekerja yaitu keseluruhan kekuatan jasmani dan
rohani manusia dengan mana manuia itu dapat memproduksi barang-barang materiil.

Penggabungan antara alat-alat produksi dan manusia dengan kecakapan tertentu (Tenaga
kerja) menggerakan alat-alat ini untuk memprouksi barang-barang materiil dan rakyat pekerja
disebut tenaga produktif masyarakat.
Tenaga produktif mencerminkan hubungan manusia terhadap benda-benda dan kekuatan-
kekuatan alam yang digunakan untuk memproduksi kekayaan materiil. Namun dalam produksi
manusia tidak hanya mempengaruhi alam melainkan juga mempengaruhi sesama manusia,
mereka hanya berproduksi dengan berkerja sama dengan cara tertentu dan saling menukarkan
kegiatan mereka. Untuk berproduksi mereka memasuki pertalian timbal balik dan perhubungan
tertentu, dan hanya dalam pertalian dan perhubungan kemasyarakatan tersebut proses
mempengaruhi alam dilakukan. Pertalian dan perhubungan dan hanya dalam pertalian dan
perhubungan kemasyarakatan inilah proses mempengaruhi alam dilakukan (dilakukanlah proses
produksi). Pertalian dan perhubungan tertentu antara manusia dan proses produksi kekayaan
materiil dinamakan Hubungan produksi. Yang meliputi bentuk-bentuk hak milik atas alat-alat
produksi, kedudukan klas-klas, golongan-golongan masyarakat dalam produksi dan hubungan
timbal balik antara mereka, bentuk-bentuk distribusi dari hasil-hasil produksi.
Watak dari hubungan-hubungan produksi ditentukan pertama-tama oleh soal milik siapakah
alat-alat produksi (tanah, hutan, perairan dll), milik orang perorang, golongan-golongan
masyarakat atau kelas-kelas yang mempergunakan alat produksi tersebut untuk menghisap rakyat
pekerja ataukah milik masyarakat yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan materiil dan
kulturiil dari massa rakyat.
Tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi menyatakan dua segi dalam
produksi, yaitu segi teknik dan segi kemasyarakatan dari produksi, ilmu ekonomi politik
mempelajari segi kemasyarakatan dari produksi yaitu mempelajari hubungan-hubungan produksi
dalam pengaruhnya yang timbal balik dengan tenaga produktif. Tenaga produktif dan hubungan-
hubungan produksi sebagai satu kesatuan merupakan cara produksi.
Tenaga-tenaga produktif adalah unsur yang paling mobil dan revolusioner dalam produksi,
perkembangan produksi mulai dengan perubahan-perubahan dalam tenaga produktif, pertama-
tama dengan perubahan dan perkembangan perkakas produksi dan kemudian perubahan-
perubahan yang berkesesuaian terjadi juga dalam lapangan hubungan produksi dan sebaliknya
hubungan produksi antar manusia mempengaruhi tenaga-tenaga produktif secara aktif.
Tenaga-tenaga produktif masyarakat hanya dapat berkembang dengan tiada rintangan,
apabila hubungan-hubungan produksi sesuai dengan tingkat perkembangan tenaga-tenaga
produktif, apabila hubungan produksi sudah tidak lagi mampu membingkai tingkat perkembangan
dari tenaga-tenaga produktif sehingga terjadi benturan antara hubungan produksi lama dengan
hubungan produksi yang baru maka akan terjadi pertentangan. Pertentangan inilah yang menjadi
dasar ekonomi bagi revolusi sosial dalam masyarakat berkelas yang mendasarkan penghisapan
manusia atas manusia, dalam masyarakat seperti ini bentrokan-bentrokan antara tenaga produktif
dengan hubungan produksi dinyatakan dalam perjuangan kelas. Tujuan revolusi adalah
menghapuskan pertentangan antara tenaga produktif yang baru dengan hubungan produksi yang
lama dan membentuk hubungan produksi yang baru yang sesuai dengan tingkat perkembangan
tenaga-tenaga produktif yang sudah dicapai. Dengan jalan revolusi sosial ini masyarakat maju
ketingkat perkembangan yang lebih tinggi maka orang sering menyebut revolusi sosial merupakan
lokomotif sejarah yang menggerakan ke masyarakat yang lebih maju.

3. Hukum ekonomi umum perkembangan masyarakat.


Keobyektifan hukum ekonomi
Pemahaman tentang saling hubungan dan saling pengaruh antara tenaga-tenaga produktif
dengan hubungan produksi memungkinkan kita mengerti secara tepat sebab-sebab yang
melahirkan revolusi, tujuan-tujuan revolusi, jalan untuk menyelesaikan revolusi dll dengan
demikian kita akan terhindar dari penafsiran subyektif dari tentang sebab-sebab revolusi, tentang
musuh dan sahabat revolusi dan jalan penyelesaiannya.
Tercapainya persesuaian antara hubungan produksi yang baru dengan tingkat perkembangan
tenaga produktif berarti bahwa masyarakat manusia telah mencapai tingkat perkembangan yang
lebih maju. Oleh karena itu hukum ekonomi umum dari perkembangan masyarakat adalah
persesuaian antara hubungan produksi dengan watak tenaga produktif. Hukum ini berlaku pada
semua bentuk masyarakat, disamping ada hukum-hukum ekonomi yang khusus dalam sebuah
bentuk masyarakat.
Hukum ekonomi adalah hakekat dari gejala dan proses-proses ekonomi, adalah hubungan
yang yang bersifat keharusan dan tetap, yaitu hubungan sebab akibat yang terus berulang dan
hubungan ketergatungan antara satu dengan yang lainnya yang terkandung dalam gejala dan
proses tersebut, hukum tersebut adalah obyektif, yaitu hukum-hukum itu timbul atas dasar syarat-
syarat ekonomi tertentu lepas dari kemauan manusia dan akan hilang kekuatannya dengan
lenyapnya syarat-syarat ekonomi itu, manusia tidak dapat seenaknya menciptakan atau
menghapuskan hukum-hukum ekonomi, manusia hanya bisa mengenali hukum-hukum ini dan
menggunakannya untuk mengubah hubungan-hubungan ekonomi demi kepentingan masyarakat,
tetapi dengan mempengaruhi ekonomi sesuai dengan hukum-hukum yang sudah dikenal dan
kebutuhan-kebutuhan perkembangan ekonomi yang menantang, maka manusia mengambil
bagian dalam melahirkan hubungan-hubungan ekonomi yang baru dengan hukum-hukum baru
yang khas bagi hubungan-hubungan ekonomi itu, oleh sebab itu bertentangan dengan fatalisme
pelajaran ekonomi politik ini mengajarkan kepada kita bahwa manusia memiliki daya terhadap
kekuatan dan hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat.

4. Dasar (basis) dan bangunan atas


Tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif menentukan watak dari hubungan-hubungan
produksi manusia, yaitu susunan-ekonomi masyarakat. Susunan ekonomi ini merupakan basis
atau dasar yang mana dari basis ini diatasnya timbul berbagai macam hubungan-hubungan sosial,
pandangan-pandangan dan lembaga-lembaga yang merupakan bangunan atas.
Teori tentang dasar dan bangunan atas menjelaskan bagaimana dalam menganalisa terakhir
cara produksi menentukan segala aspek dari kehidupan sosial dan memperlihatkan pertalian
antara hubungan-hubungan sosial dan ekonomi dengan semua hubungan lainnya dari masyarakat
tertentu.
Teori tentang bangunan dasar dan bangunan atas ini sama sekali bukan semata hanya
mempertimbangkan faktor ekonomi semata dan mengesampingkan peranan ide karena walaupun
bangunan atas muncul diatas dasar yang tertentu, bangunan atas aktif mempengaruhi kembali
dasar, mempercepat atau memperlambat perkembangannya. Dengan perubahan dalam dasar
ekonomi berubah pula bangunan atasnya. Prinsipnya menurut faham materialisme unsur yang
akhirnya menentukan dalam sejarah adalah produksi dan reproduksi kehidupan yang nyata, oleh
sebab itu jika teori ini dikatakan hanya mempertimbangkan faktor ekonomi semata itu merupakan
penguba-ubahan dalil manjadi kalimat tanpa arti.
Keadaan ekonomi adalah basis, tetapi berbagai unsur dari bangunan atas, bentuk poitik dari
perjuangan kelas dan hasil-hasilnya yaitu: Konstitusi-konstitusi yang dibentuk oleh kelas yang
menang setelah pertempuran yang sukses dsb, bentuk-bentuk yuridis dan bahkan pencerminan
semua perjuangan yang nyata ini didalam otak para pesertanya. Teori-tepri politik, juridis, filsafat,
pandangan keagamaan, dan perkembangannya lebih lanjut menjadi system dogma-dogma, juga
melakukan pengaruhnya terhadap jalannya perjuangan-perjuangan historis dan dalam banyak
kejadian lebih besar pengaruhnya dalam menentukan bentuknya pendeknya sekali suatu unsur
historis dilahirkan oleh unsur yang lain, pada akhirnya oleh fakta-fakta ekonomi, maka unsur itu
juga bertindak dan dapat bertindak terhadap keadaan sekelilingnya dan bahkan terhadap sebab-
sebab yang melahirkannya.

5. Watak obyektif dari ajaran ekonomi-politik


Teori ekonomi politik yang mengajarkan hukum-hukum ekonomi sepeti yang diterangkan
diatas merupakan hukum yang obyektif dan sepenuhnya sama dengan hukum-hukum obyektif
yang berlaku dalam alam, namun berbeda dengan hukum-hukum alam, hukum ekonomi
berkenaan langsung terhadap kepentingan manusia, ada kelas yang diuntungkan dengan
berlakunya hukum ekonomi tertentu adapula kelas atau golongan yang posisinya tidak
diuntungfkan dalam hukum ekonomi yang sama, oleh sebab itu timbul reaksi yang berbeda-beda
terhadap dari kelas atau golongan-golongan dalam masyarakat, mereka yang diuntungkan
mennginginkan segera terlaksananya hukum ekonomi tersebut sedangkan mereka yang dirugikan
berusaha sekuat-kuatnya melawan hukum itu, berusaha menutupinya dan memutar balikannya,
sebagaimana yang terjadi dalam revolusi kemerdekaan di Indonesia, bahwa hukum obyektif
bahwa penjajahan akan melahirkan perlawanan rakyat untuk menentang penjajahan dan menuntut
kemerdekaan, disikapi secara berbeda oleh penjajah dengan memutar balikan fakta bahwa
bangsa penjajah adalah bangsa yang superior, sebagai pelaksana tugas suci bangsa yang maju
untuk membimbing bangsa yang lemah untuk mencapai kemajuannya dll, disisi lain sebagai
bangsa yang terjajah hukum obyektif tentang kemerdekaan bagi bangsa Indonesia harus segera
terlaksana, pendeknya kepentingan yang bertentangan dalam hukum obyektif membuat kelas
yang diuntungkan menjadi buta terhadap hukum itu, oleh sebab itu suatu ilmu sosial, termasuk
ilmu ekonomi dan politik dapat bersifat sungguh-sungguh ilmiah, tidak berdiri diatas golongan atau
kelas tertentu namun secara teguh memihak pendirian kelas yang maju, kelas yang
kepentingannya sesungguhnya sesuai dengan hukum perkembangan sejarah.

6. Tingkat-tingkat perkembangan masyarakat


Menurut kenyataan sejarah masyarakat manusia, maka dapat kita simpulkan bahwa
masyarakat manusia telah mengalami berbagai tingkat perkembangannya. Kita dapat
membedakannya dalam lima macam cara produksi yang mewakili lima tipe pokok susunan atau
sistem masyarakat, di setiap negeri perwujudan lima sistem masyarakat ini sudah tentu memiliki
kekhususan-kekhususan tersendiri, tetapi kelima sistem masyarakat ini mempunyi sifat-sifat dasar
yang khas, kelima s
mengenal logam dan belajar membuat perkakas dari logam, zaman mulai beralih dari zaman batu
kezaman logam, maka dicapai kemajuan-kemajuan:
Kehidupan yang tadinya hanya berburu beralih menjadi kehidupan pemeliharaan / peternakan
dan bercocok tanam
Mulai ada speesialisasi diantara komune-komune tersebut, ada komune yang mengusahakan
bercocok tanam dan ada yang mengusahakan peternakan
Mulai adanya pertukaran diantara komune-komune tersebut.
Perbaikan perkakas produksi membuat produktivitas semakin tinggi
Produktifitas yang tinggi membuat manusia dapat memproduksi barang lebih banyak dari yang
diperlukan langsung untuk hidup, mereka sudah tidak lagi punya kebutuhan untuk bekerja sama
karena mereka dapat hidup dari usahanya sediri.
Ketua-ketua komune yang dalam pertukaran barang-barang hasil komune bertindak selaku
wakil dari komune mulai menganggap milik komune sebagai miliknya sendiri, dengan demikian
timbullah hak milik perseorangan atas alat-alat produksi.
Timbullah adanya anggota komune yang dengan hak milik perseorangannya memiliki hasil
yang dikerjakan orang lain, maka timbullah penghisapan, hal ini tak dapat dielakan karena corak
primitif dari produksi kolektif atau kooperatif merupakan akibat dari kelemahan individu dan bukan
akibat dari pemasyarakatan alat-alat produksi.
Masyarakat terbagi dalam kelas-kelas ini yaitu ada yang berposisi di kelas penghisap yang
terus berusaha keras mengabadikan kekuasaan mereka dan memperkeras penghisapannya dan
ada yang berposisi dikelas yang terhisap yang tidak mau terus menerus membanting tulang untuk
memperkaya kelas penghisap sedangkan dirinya terus menerus berada dalam kemiskinan dan
kemelaratan maka timbullan konflik-konflik kelas yang sengit yang merupakan kekuatan pokok
yang mendorong perkembangan masyarakat.

Terbaginya masyarakat dalam kelas-kelas menjadi awal mula timbulnya negara, dalam
masyarakat komune primitif ini masih belum tampak adanya negara namun kita menemukan
betapa besarnya kekuasaan adat istiadat, otoritas, penghargaan, kekuasaan yang berada di
tangan ketua klan. Tetapi bagaimanapun juga kita dapat menemukan suatu golongan orang-orang
yang khusus, yang dipisahkan untuk memerintahkan orang lain dan untuk kepentingan dan tujuan
memerintah, secara sistematis dan terus-menerus menggunakan suatu alat pemaksa tertentu
sehingga susunan politik masyarakat primitif seperti ini tidak mungkin bertahan dalam masyarakat
yang terbagi oleh perjuangan kelas dan kepentingan-kepentingannya tidak dapat didamaikan.
Timbulnya negara merupakan kebutuhan obyektif, negara bukanlah merupakan kekuasaan yang
dipaksakan kepada masyarakat dari luar, ia adalah hasil dari masyarakat pada suatu tingkat
perkembangan tertentu yang telah terlibat dalam suatu kontradiksi yang tidak terpecahkan dengan
dirinya sendiri. Alat negara terpenting adalah tentara, polisi, pengadilan dan alat-alat pemaksa
lainnya yang digunakan kelas yang berkuasa untuk mempertahankan susunan masyarakat dan
memperkokoh kedudukan mereka.

Sistem kepemilikan budak.


Adalah sistem masyarakat berklas yang pertama yang berdasarkan penghisapan manusia atas
manusia. Dalam masyarakat ini terdapat dua kelas pokok yang saling bermusuhan yaitu; tuan
budak dan budak. Budak dimiliki sepenuhnya oleh tuan budak bahkan dapat diperjual belikan
seperti barang dan bakan dapat dibunuh menurut kehendak tuannya.

Produksi dalam masyarakat pemilikan budak didasarkan atas kerja kaum budak; tuan budak
dapat hidup mewah dan mempunyai waktu yang cukup untuk urusan-urusan negara, kebudayaan
dan kesenian, dengan demikian terjadi pemisahan dan pertentangan antara kerja badan dan kerja
otak yang terus terdapat dalam semua masyarakat berkelas. Kerja badan dipandang hina dan
hanya patut untuk rakyat pekerja, sedangkan kerja otak menjadi hak eksklusif bagi kelas yang
berpunya. Sepanjang sejarah masyarakt kepemilikan budak timbul pemberontakan –
pemberontakan budak yang besar yang menggoncangkan kekuasaan tuan budak dan akhirnya
sistem ini berganti menjadi sistem masyarakat yang lain.

Sistem Feodal
Masyarakat ini adalah masyarakat yang menggantikan sistem masyarakat kepemilikan budak,
masyarakat ini terbagi dalam dua kelas pokok; yaitu tuan tanah dan kaum tani. Tuan tanah
memiliki alat produksi terpokok pada waktu itu yaitu tanah, maka untuk dapat hidup kaum tani
harus menyewa tanah dari tuan tanah, kaum tani tidak sepenuhnya milik tuan tanah, ia
mempunyai usaha tanahnya sendiri maka ia lebih mempunyai kemajuan bekerja daripada budak,
tetapi tani harus membayar sewa tanah yang berat kepada tuan tanah, Karena itu sebagian besar
waktunya tidak digunakan buat bekerja untuk dirinya melainkan untuk tuan tanah jadi masih
berlaku penindasan klas dan kedudukan tani sering tidak banyak berbeda dari kedudukan budak.
Sepanjang jaman feudal kaum tani berjuang melawan tuan tanah dan semakin hari bertambah
meruncing. Dalam sejarah tiap negri terjadi pemberontakkan tani yang berlangsung hingga
puluhan tahun, pemerintahan tani inilah yang memperlemah dasar-dasar feodalisme dan akhirnya
mengakibatkan keruntuhan feodalisme itu. Tetapi kaum tani belum bisa mencapai kebebasan dari
penghisapan. Hasil perjuangan revolusioner kaum tani dimiliki oleh klas borjuis yang timbul pada
akhir masyarakat feudal. Revolusi borjuis menyingkirkan sistem feudal dan menegakkan
kekuasaan kapitalisme.

Sistem kapitalis.
Di bawah kapitalisme masyarakt terbagi didalam klas kapitalis atau borjuasi dan klas buruh
atau ploretariat. Buruh bukan milik si kapitalis, buruh tidak dibeli atau dijual, ia nampaknya bebas
tetapi tidak memiliki alat produksi sama sekali sehingga terpaksa menjual tenaga kerjanya kepada
pemilik alat-alat produksi yaitu si kapitalis (Pemilik pabrik dan perusahaan-perusahaan lain) dan
buruh harus kerja membanting tulang supaya tidak mati kelaparan, satu grup kecil kaum
penghisap mendapat laba besar dan sedangkan masa pekerja semakin lama semakin banyak
menderita kesengsaraan dan penderitaan. Jadi penghisapan atas rakyat pekerja masih tetap
berlangsung, walaupun bentuknya telah berubah.

Dalam kapitalis produktifitas kerja sangat dipertinggi dan produksi mencapai perluasan yang
belum pernah terjadi sebelumnya. Pabrik dan perusahaan besar dilengkapi dengan mesin-mesin
dan memperkerjakan ribuan buruh. Pekerjaan tiap-tiap perusahaan, tiap-tiap cabang industri dan
pertanian tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan perusahaan dan cabang-cabang lain. Jika
perusahaan lain tidak bekerja lagi, maka ratusan lain tidak bekerja lagi. Dan terpaksa berhenti
bekerja. Dalam kapitalisme barang-barang hasil industri adalah hasil kerja masyarakat bukan hasil
kerja orang-seorang.

Kaum kapitalis tidak memperdulikan kepentingan masyarakat, mereka memproduksi dan


menjual barang-barangnya hanya untuk mendapatkan laba yang besar. Kapitalis memperluas
produksi dan memperkeras penghisapan kepada kaum buruh dengan jalan jam kerja yang lama
dengan upah yang lebih rendah. Akibatnya, barang-barang yang dihasilkan jauh lebih banyak dari
yang mampu dibeli oleh pemakai pokok yaitu masa rakyat sehingga menimbulkan krisis ekonomi
kelebihan produksi, untuk mempertahankan agar harga tetap tinggi kaum kapitalis menghancurkan
barang-barang mereka dan untuk sementara menghentikan produksi serta memecat ribuan buruh.
Jadi hak milik perseorangan secara kapitalis mengakibatkan penghancuran materiil yang sudah
dihasilkan dan menyebabkan rakyat pekerja menderita karena pengangguran dan upah yang
rendah.

Pertentangan antara watak kemasyarakatan dari proses produksi dan kepemilikan


perseorangan secara kapitalis atas alat produksi dan hasil produksi merupakan pertentangan
dasar dari cara produksi dari kapitalis. Pertentangan ini tak dapat didamaikan dan satu-satunya
jalan untuk keluar dari masalah ini adalah dengan menghapuskan hak milik perseorangan secara
kapitalis atas alat-alat produksi dengan hak milik kemasyarakatan artinya beralih dari masyarakat
kapitalis ke masyarakat sosialis.

Sistem komune modern


Dalam masyarkat ini alat-alat produksi dimilik bersama oleh masyarakat, karena masyarakat
dalam sistem komune modern tidak mungkin terdapat golongan-golongan orang yang dapat
menggunakan alat-alat produksi untuk menghisap kerja orang lain, hanya orang yang bekerja yang
dapat makan, tujuan dari masyarkat komune modern adalah terjaminnya secara maksimum
kebutuhan materiil dan sepirituil dari rakyat pekerja atau setiap orang bekerja menurut
kemampuannya dan mendapatkan sesuai dari kerjanya, masyarakkat ini adalah tahapan awal dari
masyarakat komunis dengan semakin majunya tenaga-tenaga produktif dan teknik produksi
masyarakat akan berangsur-angsur beralih ketingkat yang lebih tinggi yaitu masyarakat komunis,
pada masyarakat seperti itu hasil-hasil produksi telah melimpah ruah dan pembagiannya dapat
dilakukan menurut prinsip setiap orang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan menerima
sesuai dengan kebutuhannya.
Uraian diatas menunjukan berbagai tingkat perkembangan masyarakat dan perpindahan dari
suatu masyarakat satu kemasyarakat yang lain merupakan kemajuan lebih lanjut dari masyarakat
manusia.

7. Barang dagangan dan uang.


Saat ini dimana sistem masyarakatnya adalah kapitalisme menjadi penting untuk dibicarakan
agar kita mampu menyingkapkan hukum ekonomi dari masyarakat modern, pertama yang harus
diingat adalah bahwa dasar daripada sistem masyarkat kapitalis adalah produksi barang
dagangan, dibawah kapitalisme segala sesuatu mengambil bentuk barang dagangan dan prinsip
membeli dan menjual berlaku dimana-mana, perdagangan memang telah berlaku ribuan tahun
namun dibawah kapitalisme produksi barang dagangan menjadi sangat berkuasa dan universil,
pertukaran barang dagangan merupakan hal yang paling biasa, fundamental, dan paling umum
dalam masyarkat borjuis yang terjadi jutaan kali. namun walaupun telah terjadi jutaan kali orang
sering tidak mengerti makna dibalik pertukaran barang dagangan tersebut.
Kerja manusia untuk menghasilkan kekayaan materiil adalah syarat mutlak bagi kelangsungan
hidup manusia, mulai dari masyarakat primitif hingga masyarakat modern saat ini, barang-barang
hasil ciptaan manusia pada jaman primitif tidak untuk dipertukarkan tetapi barang-barang tersebut
dibuat untuk dipakai/dikonsumsi sendiri, namun sejak adanya pembagian kerja dimasyarakat dan
adanya hak milik perseorangan atas alat-alat prodiuksi, barang-barang hasil ciptaan manusia
selain untuk memenuhi kebutuhan manusia juga untuk dipertukarkan/dijual.
Barang dalam masyarakat modern memiliki dua nilai pertama nilai pakai yaitu isi meteriil dari
suatu kekayaan, nilai pakai terbentuk karena suatu barang dapat memenuhi kebutuhan manusia
maupun kebutuhan industri, jumlah nilai pakai suatu barang terus bertambah seiring dengan
penemuan-penemuan baru kegunaan suatu barang, kedua adalah nilai tukar, yaitu suatu barang
dalam masyarakat modern dapat digunakan untuk dipertukarkan dengan barang lain yang
dinyatakan dalam perbandingan kwantitatif dari nilai pakai-nilai pakai, nilai pakai dan nilai tukar ini
tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena nilai pakai adalah pembawa/dasar nilai tukar dan
sebaliknya nilai tukar selalu bersandar pada nilai pakai, yang tampak dalam jumlah nilai pakai
barang dagangan lain ketika diperkarkan.
Lalu apa yang menyebabkan suatu barang sepadan/dasar persaman ketika ditukarkan? Jelas
bukan pada salah satu sifat alamiah dari barang dagangan (misalnya beratnya, ukurannya,
bentukanya dsb), karena tidak mungkin seseorang menukarkan barangnya dengan barang yang
sama, barang akan berguna dipertukarkan bila barang yang dipertukarkan justru berbeda sifat
alamiahnya, perbedaan merupakan syarat mutlak terjadinya pertukaran, oleh sebab itu nilai pakai
bukan merupakan dasar penyepadan/persamaan dalam pertukaran, juga bukan karena berbeda
nilai pakainya karena dalam kehidupan sehari-hari nilai pakai tidak dapat menentukan besar
kecilnya nilai tukar, misalnya besi dengan emas, besi memiliki nilai pakai yang lebih tinggi dari
emas karena kegunaannya yang lebih banyak namun emas hargannya lebih tinggi dari besi,
karena kedua barang ini mempunyai kegunaan yang berbeda, yang menjadi persamaan adalah
adalah bahwa semua barang-barang tersebut merupakan pertama : hasil kerja manusia, barang-
barang tersebut mengandung hasil kerja kemasyarakatan yang diperlukan untuk memproduksinya,
emas membutuhkan lebih banyak mengandung jumlah kerja manusia daripada besi, atau dengan
kata lain, nilai tukar tak lain merupakan bentuk pernyataan dari nilai barang dagangan yang
dibentuk oleh kerja manusia yang terwujud dalam barang dagangan.
Kerja yang dimaksud disini adalah kerja abstrak, maksudnya disini adalah bukan hanya kerja
dan menghasilkan barang dalam keadaan apapun (misalnya kerja tukang sepatu untuk membuat
sepatu, kerja tukang tukan kayu untuk membuat meja dll) dimana kerja yang mereka lakukan jelas
berbeda dalam hal tujuan, cara, alat-alatnya dan hasil-hasilnya, karena pengertian kerja disini juga
ada dua yaitu kerja kongkrit dimana kerja disini adalah menghasilkan nilai pakai barang dagangan
seperti sepatu, meja dll, dan kerja abstrak yaitu kerja manusia yang seragam/kerja pada umumnya
tanpa memperhatikan bentuk kongkritnya, maksudnya produsen barang dagangan dalam
menghasilkan suat barang dagangan secara umum juga melakukan kerja yang menggunakan
otak, urat syaraf dll, sehingga membentuk nilai dari suatu barang dagangan,
Kerja abstrak dan kerja kongkret adalah dua segi dari kerja yang terwujud dalam barang
dagangan, disatu fihak kita bicara tentang kategori fisiologis, yaitu pemakaian tenaga kerja
manusia dan dalam wataknya sebagai kerja manusia abstrak yang identik, ia menciptakan nilai
suatu barang dan difihak lain segala kerja adalah pemakaian tenaga manusia dalam bentuk yang
khusus dan dengan tujuan tertentu dan dalam hal ini dalam wataknya sebagai kerja yang berguna
yang kongkret, ia menghasilkan nilai pakai.
Kerja abstrak bukan hanya kategori fisiologis saja tetapi juaga kategori kemasyarakatan,
karena misalnya seorang produsen meja yang memiliki secara perorangan alat-alat produksi,
mula-mula melakukan kerja kongkret menghasilkan suatu barang, kerja yang dilakukan adalah
kerja perseorangan sebab lepas dari masyarakat, namun sesuai dengan pembagian kerja dalam
masyarakat bahwa barang yang dihasilkannya adalah untuk dipertukarkan maka kerja yang
dilakukan adalah kerja kwmasyarakatan, karena karena ia telah mengambil bagian sebagian dari
seluruh jumlah kerja masyarakat, ia harus menukarkan barang dagangannya agar ia tetap mampu
berdiri sebagai produsen, dan mendapatkan kembali pertukaran sejumlah kerja yang ia curahkan
dalam membuat barang dagangannya.

Untuk dapat mempersamakan, jumlah kerja yang terkandung dalam bermacam-macam kerja
kongkret, maka bentuk kongkret dari kerja harus ditinggalkan dan kerja hanya dipandang sebagai
pemakaian tenaga kerja pada umumnya, Oleh sebab itu dalam syarat-syarat produksi
perseorangan, kerja kemasyarakatan bersifat kerja abstrak, artinya kerja abstrak adalah kerja
kemasyarakatan yang dilakukan oleh produsen-produsen barang dagangan perseorangan, dalam
kerja abstrak terkandung hubungan-hubungan kemasyarakatan diantara produsen-produsen
barang dagangan perseorangan, maka nilai dari sebuah barang dagangan terkandung hubungan
kemasyarakatan yaitu hubungan antara produsen-produsen (orang-orang), yang tersembunyi
dibelakang hubungan antar barang dagangan. Kedua Besar kecilnya nilai suatu barang dagangan
juga ditentukan oleh watak kemasyarakatan dari sebuah barang dagangan yang ditentukan oleh
waktu kerja, semakin banyak waktu kerja yang diperlukan untuk memproduksi sebuah barang
dagangan maka semakin tinggi nilainya, namun ini tidak berarti semakin malas pekerja semakin
tinggi nilai barang dagangan yang diproduksi, hal ini tidaklah demikian karena waktu kerja disini
bukanlah waktu kerja individual yang dicurahkan untuk memproduksi barang dagangan, namun
ditentukan oleh waktu kerja perlu sosialnya yaitu waktu yang diperlukan untuk pembuatan suatu
barang dagangan dalam syarat-syarat produksi kemasyarakatan yang rata-rata, dengan tingkat
teknik rata-rata, kecakapan rata-rata dan intensitas kerja rata-rata. Oleh sebab itu nilai bukan sifat
materiil melainkan sifat kemasyarakatan dari barang dagangan, tetapi nilai barang dagangan itu
tidak dapat dilihat pada barang dagangan itu sediri, nilai itu tampak dalam pertukaran dengan
barang dagangan laindalam proses pertukaran, yaitu nilai tukar atau bentuk nilai.

Bersamaan dengan perkembangan produksi barang dagangan, bentuk nilai atau nilai tukar
juga mengalami perkembangan dan hasil dari perkembangan tersebut timbulah bentuk uang
sebagai pernyataan nilai, dengan menganalisa perkembangan bentuk nilai maka dapat dijelaskan
pula hakekat dan fungsi dari uang.

Bentuk nilai yang paling sederhana (primitif) ialah dinyatakannya nilai sesuatu barang
dagangan dengan barang dagangan lain, yang terjadi ketika pertukaran masih bersifat spontan
dan kebetulan, misalnya 1 kampak=20 kg padi. Disini kampak dinyatakan dengan padi, padi
berlaku sebagai cermin nilai (bentuk tara), sebagai alat untuk menyatakan nilai dari kampak
(bentuk nilai nisbi), namun seiring dengan perkembangan produksi barang dagangan dan
masyarakat mulai terbagi dalam pembagian kerja, manusia mulai menemukan lebih banyak lagi
barang dagangan yang dapat dipertukarkan misalnya:
_ 40 kg padi
1 ekor domba 20 m kain
2 kampak
3 kg emas dst
Per
arena bisa saja seseorang penjual kampak tidak membutuhkan padi tapi kain, disini tampak
pertentangan dari produksi barang dagangan, dimana pertentangan ini terjadi karena produsen
barang dagangan ketika membuat hasil produksinya yang malakukan kerja perseorangan
sekaligus kerja kemasyarakatan, yaitu kerja untuk masyarakat, maka terjadilah tara umum,
misalnya :
_40 kg padi
20 meter kain
2 kampak 1 ekor domba
3 kg emas
dst.
Dalam bentuk umum ini domba sebagai tara umum, namun barang yang menjadi tara umum
belum tetap dan berbeda-beda diberbagai tempat dan pada waktu yang berlainan. Akhirnya
terbentuk tara umum yang tidak lagi berubah menurut waktu dan tempat, terjadilah bentuk uang
sebagai hasil tertinggi dari perkembangan bentuk nilai. Dengan pengetahuan kita tentang asal usul
histories dari uang maka kita akan terhindar dari pengertian yang salah tentang uang, uang bukan
semata-mata hasil penemuan jenius seorang ilmuan dalam menghadapi kesulitan dalam proses
pertukaran barng-barang dagangan pada masyarakat modern tetapi uang itu sendiripun
merupakan barang dagangan misalnya jika seseorang yang terdampar dipulau terpencil yang tidak
ada aktivitas perekonomian, maka sepeti uang bagi orang tersebut tidak akn berguna, mungkin
sebilah kail akan lebih bermanfaat, lain halnya ketika orang tersebut berada ditengah-tengah kota
Surabaya yang ramai dengan aktivitas ekonomi, maka tentulah sepeti uang bagi orang tersebut
lebih berguna daripada sebilah kail.
Fungsi terpenting dari uang adalah sebagai ukuran nilai namun karena saat ini setiap barang
dagangan dapat dinyatakan dengan uang maka uang itu menjadi ukuran harga, maka harga itu
sendiri tak lain adalah adalah nilai barang dagangan yang dinyatakan dalam bentuk uang.

8. Kapital dan nilai lebih


Esensi penghisapan kapitalisme terhadap buruh dapat kita jelaskan dengan teori nilai lebih
namun agar lebih jelasnya lebih dahulu kita akan membahas apa itu kapital (modal).

Pada tingkat perkembangan tertentu dari barang dagangan uang dapat menjadi kapital, namun
uang itu sendiri bukan kapital misalnya pada produsen kecil barang dagangan yang hidup dari
penjualan barang-barang mereka, uang disinihanya berperan sebagai alat peredar dan bukan
kapital (barang-uang-barang), yaitu menjual barang yang satu dan membeli barang yang lain/nilai
pakai yang satu ditukar dengan nilai pakai yang lain, jadi tujuan peredaran disini adalah nilai pakai.

Uang menjadi kapital apabila digunakan untuk menghisap kerja orang lain, berarti yang tadinya
rumus umum kapital adalah uang – barang – uang, yaitu membeli untuk menjual, namun karena
disini jika proses akhirnya sama dengan jumlah awalnya (uang = nilai) maka gerak kapital tak ada
gunanya, padahal tujuan dari aktivitas kapitalis adalah membuat jumlah akhir manjadi lebih besar
dari jumlah awal, maka kapital harus memperbesar hasil akhir manjadi (uang – barang - uang
+keuntungan).

Apakah sumber pertambahan nilai tersebut, jelas bukan peredaran karena sepert contoh
pertama bahwa peredaran akan membawa nilai akhir yang sama dengan nilai awal, sebab
peredaran merupakan pertukaran barang-barang yang senile. Pertambahan ini juga bukan karena
kenaikan harga sebab keuntungan yang didapat sebagai penjual akan hilang karena kerugian
yang diterima sebagai pembeli, sedang yang kita persoalkan adalah bukan gejala individual tetapi
gejala social, rata-rata dan masal, dalam kasus bertambahnya nilai ternyata semua dari kaum
kapitalis memperoleh pertambahan nilai tersebut.
Jelaslah disini bahwa untuk menjadi kapitalis, seseorang harus mendapatkan dipasaran suatu
barang dagangan apabila dipakai untuk proses produksi akan menciptakan nilai yang lebih tinggi
pada hasil akhirnya atau dengan kata lain kapitalis harus mendapatkan suatu barang dagangan
yang nilai pakainya memiliki sifat sebagai sumber nilai. Dan yang bisa memberi jawab atas
pertanyaan ini adalah tenaga kerja manusia, dengan menunjukan bahwa buruh menjual kepada si
kapitalis bukan kerjanya tetapi tenga kerjanya. Kerja dan tenaga kerja adalah dua hal yang
berbeda, pemakaian tenaga kerja berati juga kerja, dan kerja akan menciptakan nilai, pemilik uang
membeli tenaga kerja (lewat upah) menurut nilainya yaitu nilai tenaga kerja, nilai tenaga kerja
sebagaimana barang dagangan lainnya besar kecilnya tergantung dari kerja perlu social yang
diperlukan untuk berproduksi, yaitu ongkos untuk memelihara diri dan keluargannya, jadi upah
yang diberikan kaum kapitalis kepada buruhnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerja
yang dilakukan oleh buruh, maka nilai yang diciptakan dalam proses penggunaan tenaga kerja dan
nilai tenaga kerja adalah dua jumlah yang berbeda, selisih perbedaan ini disebut nilai lebih,
misalnya pemilik pabrik membeli tenaga kerja, lalu mempekerjakan buruhnya selama 8 jam,
namun jika buruh dalam 3 jam ia sudah menciptakan nilai baru yang sesuai dengan sebesar nilai
kerjanya atau dengan kata lain telah cukup untuk ongkos kehidupannya, maka 5 jam berikutnya
(waktu kerja lebih) ia telah menciptakan nilai lebih yang tidak dibayarkan oleh tuan kapitalis.

Anda mungkin juga menyukai