PENDAHULUAN
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan
ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan lainnya terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi,
gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah. Hal tersebut terjadi karena
peserta didik belum terbiasa berpikir tingkat metakognitif. Hasil penelitian lain
1
Salah satu ranah kemampuan HOT yaitu analytical thinking. Analytical
hidup ke depan yang tentunya lebih kompleks. Di tingkat analitis, peserta didik
kemampuan analytical thinking peserta didik masih rendah yang terlihat dari
2
perilaku peserta didik saat pembelajaran berlangsung. Ketika guru memberikan
spontan dan tidak dilandasi dengan teori. Hal tersebut membuktikan bahwa
peserta didik tidak mampu membedakan sesuatu yang relevan dari bagian yang
tidak relevan dari masalah tersebut. Selain itu, peserta didik malas untuk
tersebut dengan fakta dilingkungan sekitar ataupun dengan teori yang ada.
Peserta didik juga belum mampu dalam merumuskan sebuah hipotesis dari
suatu permasalahan, masih ada beberapa peserta didik yang belum mengerti apa
Hal ini diperkuat dengan hasil studi PISA dan TIMSS tentang
pengukuran prestasi IPA peserta didik. Hasil studi PISA pada tahun 2015
69 dari 76 negara peserta (PISA, 2015: 5). Hasil studi TIMSS tahun 2015
36 dari 49 negara peserta (TIMSS, 2015: 6). Hasil studi PISA dan TIMSS
menunjukkan bahwa peserta didik Indonesia masih dalam level dasar pada
3
Dalam menghadapi tantangan abad 21, banyak negara telah melakukan
kebutuhan pendidikan yang lebih tinggi dan pekerjaan di abad ke-21. Sesuai
merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Asih Widi Wisudawati dan Eka
Indonesia pada tahun 2013 untuk pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
memiliki kreativitas dan pola berpikir tingkat tinggi dalam pelaksanaan proses
tentunya tidaklah mudah. Untuk menghadapi tantangan abad 21 lebih baik guru
masalah, berpikiran analitis, kritis, dan kreatif. Oleh karena itu, untuk
4
tujuan pembelajaran tersebut pendekatan pembelajaran yang lebih efektif
pendekatan inkuiri.
Trowbridge (1973: 71) membagi pendekatan inkuiri menjadi tiga macam, yaitu:
5
mendukung pencapaian kompetensi pembelajaran. Media pembelajaran yang
kualitas pembelajaran dan keterampilan ICT guru maupun peserta didik. Dalam
secara baik sehingga bisa meminimalisir dampak negatif menjadi dampak yang
Materi ini dimuat dalam KD 3.5 yaitu memahami konsep energi, berbagai
dalam pendidikan IPA karena melalui kegiatan laboratorium maka peserta didik
ilmiah. Akan tetapi kegiatan laboratorium yang real berbasis hands-on dirasa
lebih banyak memakan waktu oleh sebagian guru, termasuk dalam hal
penyiapan alat dan bahan, serta harus memberikan instruksi arahan kegiatan
6
eksperimen yang baik dan benar. Dengan adanya perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, maka virtual laboratory sebagai salah satu alternatif
percobaan di laboratorium.
inkuiri secara online (digital) dengan variasi berupa blended learning ataupun
cocok digunakan oleh peserta didik yang memiliki gaya belajar visual karena
kebutuhannya (Dobrzanki & Honysz 2010: 197). Virtual laboratory IPA telah
digunakan sebagai simulasi percobaan pada materi yang abstrak dan sulit
7
kebermanfaatannya sebesar 82,81% (Sunendar, 2007 dalam Felintina Yuniarti,
tentang kegiatan laboratorium real (hands on) melalui layar komputer dengan
suatu penggambaran visual dan fungsi-fungsi alat serta prosedur kerja dengan
guru IPA di SMP Negeri 1 Jetis Bantul menyatakan bahwa media pembelajaran
IPA yang ada masih kurang khususnya media pembelajaran untuk materi-
materi yang sulit dilakukan eksperimen secara nyata. Materi yang tidak mudah
satu materi pembelajaran IPA tersebut yaitu proses terjadinya fotosintesis pada
pembelajaran pada materi ini yaitu melalui slide powerpoint atau meminta
8
peserta didik untuk merangkum materi yang ada pada buku peserta didik.
Akan tetapi berdasarkan wawancara dengan peserta didik, mereka merasa jenuh
dan kurang tertarik apabila harus memperhatikan materi yang disajikan melalui
Kemampuan Analytical Thinking Peserta Didik Kelas VII SMP” karena sebagai
B. Identifikasi Masalah
9
analitis (analytical thinking) di Indonesia masih tergolong rendah yang
5. Materi Fotosintesis yang sifatnya abstrak, rumit, dan sulit dipahami, serta
C. Batasan Masalah
ini menekankan pada pembuatan suatu produk media virtual laboratory IPA
thinking peserta didik kelas VII SMP pada sub materi Fotosintesis.
10
D. Rumusan Masalah
maka rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
E. Tujuan Penelitian
yang dikembangkan.
Fotosisntesis.
11
F. Spesifikasi Produk dan Keterbatasan Pengembangan
1. Spesifikasi Produk
percobaan Ingenhousz.
standar kualitas media yang baik. Standar tersebut yaitu sesuai dengan isi
warna yang sesuai dengan fakta, dan mudah dipahami. Selain itu media
virtual laboratory IPA yang sesuai standar yaitu mudah diakses di berbagai
12
jenis komputer, simple, dan dapat digunakan oleh semua umur (secara
2. Keterbatasan Pengembangan
peserta didik hingga mereka paham. Selain itu, penggunaan media bagi
sekolahan yang terbatas dalam fasilitis jumlah komputer dan untuk peserta
G. Manfaat Penelitian
1. Peserta didik
menjadikan IPA lebih menarik dan terasa lebih mudah sehingga dapat
2. Guru
pembelajaran IPA.
13
3. Sekolah
4. Peneliti
H. Definisis Operasional
1. Pengembangan
2. Virtual Laboratory
laboratorium ekperimen.
14
3. Pendekatan Inkuiri Terbimbing
kesimpulan yang tepat dari suatu data untuk mencapai solusi yang tepat.
15