Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN APENDIKSITIS AKUT

DI SUSUN OLEH :

NURSINAH

NPM : 017.01.3395

PRODI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM
T.A2020
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Apendiksitis adalah suatu radang yang timbul secara mendadak pada apendiks dan
merupakan salah satu kasus akut abdomen yang paling sering ditemui. Apendiks disebut
juga umbai cacing. Apendiksitis sering disalahartikan dengan istilah usus buntu, karena
usus buntu sebenarnya adalah caecum. merupakan peradangan pada apendik verniformis.
Apendik verniformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar
pensil dengan panjang 2 – 6 inci. Lokasi apendik pada daerah illiaka kanan, di bawah
katup iliacecal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik Mc Burney.
Radang usus buntu atau apendisitis adalah infeksi pada usus buntu yang dapat
merembet ke usus besar dan menyebapkan peradangan pada selaput rongga perut. (Koes
Irianto,2017)

B. ETIOLOGI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Factor yang tersering adalah penyumbatan lumen apendik. Pada umumnya obstruksi ini
terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks
c.  Adanya benda asing seperti biji-bijian
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
3. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk apendiks:
a. Apendik yang terlalu panjang
b. Massa appendiks yang pendek
c. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
d. Kelainan katup di pangkal appendiks

C. MANIFESTASI KLINIS
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu :
1.  Nyeri kuadran bawah
2. Demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
3. Nyeri tekan
4. Terdapat konstipasi atau diare.
5. Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6. Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7. Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih atau ureter.
8. Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi
akibat ileus paralitik.(Koes Irianto,2017)

D. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obstruksi
tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.
Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen.
Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulserasi
mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri
epigastrium. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus
dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat
menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang
diikuti ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks
rapuh maka akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi. Bila proses berjalan
lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga
muncul infiltrat appendikkularis. Pada anak-anak karena omentum lebih pendek dan
appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya
tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi, sedangkan pada
orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di kuadran
kanan bawah atau daerah pelvis
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke
rongga perut.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis apendisitis akut biasanya berdasarkan gejala klinis dan tes laboratorium.
Diagnosis ditegakkan bila memenuhi :
1. Gambaran klinis yang mengarah ke appendicitis seperti Nyeri di sekitar umbilikus dan
epigastrium disertai anoreksia (nafsu makan menurun), nausea, dan sebagian dengan
muntah. Beberapa jam kemudian nyeri berpindah ke kanan bawah ke titik Mc Burney
disertai kenaikan suhu tubuh ringan
2. Demam lebih dari 37,50C
3. Laboratorium : lekositosis yaitu lekosit > 10.000 /dl biasanya pada perforasi terdapat
pergeseran ke kiri (netrofil segmen meningkat).
4. USG yang mungkin di temukan pada pemeriksaan ini :
 Lampiran buncit berisi cairan dengan diameter lebih dari 5 mm
 Ketebalan dinding 3 mm atau lebih besar
G. PENATALAKSANAAN
Tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak mempunyai
akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna
untuk mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis perforasi, sebelum operasi dilakukan
penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian antibiotik sistemik.
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi.
Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN APENDIKSITIS AKUT

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien :
Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan Utama : Biasanya pasien selalu mengeluh nyeri pada daerah perut.
3. Riwayat Kesehatan :
 Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh nyeri pada daerah perut
 Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit apa yang pernah diderita oleh klien
seperti hipertensi, operasi abdomen yang lalu, apakah klien pernah masuk rumah
sakit, obat-abatan yang pernah digunakan apakah mempunyai riwayat alergi dan
imunisasi apa yang pernah diderita.
 Riwayat penyakit keluarga
 Pola Kesehatan
4. Pemeriksaan Fisik (secondary survey)
1. Keadaan Umum :
a. Sistem kardiovaskuler (mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena
jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung)
b. Sistem hematologi (mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali)
c. Sistem urogenital (ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang)
d. Sistem muskuloskeletal (mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan,
sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak)
e. Sistem kekebalan tubuh (mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut
b. Ansietas
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Kebutuhan Tubuh
d. Resiko kekurangan volume cairan
2. Post Operasi
a. Nyeri Akut
b. Risiko infeksi
c. Hipertermi
d. Intoleransi aktifitas
DAFTAR PUSTAKA

Pierce, A. grace,. Borley Neil. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi 3.


Jakarta : Erlangga.
Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses
keperawatan. Edisi 6. Jakarta : EGC
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K. 2013. NIC. Yogyakarta:
Mocomedia.
Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K. 2013. NOC. Yogyakarta:
Mocomedia.
Herdman, T. H. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Jakarta: EGC.
Koes Irianto, 2017. Anatomi Dan Fisiologi Edisi Revisi. Bandung.
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai