Anda di halaman 1dari 22

Sumber Daya Manusia Surveilans

Epidemiologi (Pengawas Surveilans)

Tri Bayu Purnama


• Sebagai sebuah unit teknis, program surveilans
memerlukan sumber daya manusia dan didukung
peralatan yang memadai. Secara umum, sumber
daya manusia yang diperlukan adalah :
– Tenaga ahli epidemiologi (S2 dan S1)
– Tenaga ahli medis dokter, perawat, dokter hewan
– Tenaga ahli sanitasi atau kesehatan lingkungan
– Tenaga laboratorium
– Tenaga ahli informasi dan komputer
• Sebagai acuan, Kementerian Kesehatan
menetapkan jenis dan jumlah tenaga yang
menjadi anggota Unit Teknis Surveilans pada
masing-masing program kesehatan
(Kepmenkes) sebagai berikut :
• Propinsi
• 1 tenaga epidemiolog ahli (S2)
• 2 tenaga epidemiolog ahli (S1)
• 2 tenaga epidemiolog terampil
• 1 tenaga dokter umum
• Kabupaten/Kota
• 1 tenaga epidemiolog ahli (S2)
• 2 tenaga epidemiolog ahli (S1) atau terampil
• 1 tenaga dokter umum
• Rumah Sakit
• 1 tenaga epidemiolog ahli
• 1 tenaga epidemiolog terampil
• Puskesmas
• 1 tenaga epidemiolog terampil
Sumber Daya Manusia Pasca Bencana :
Studi Kasus
Kajian Kapasitas Petugas Surveilans Di
Puskesmas Dalam Pelaporan Penyakit
Berpotensi Wabah Di Kota Palu, Kab Sigi
Dan Kab Donggala, Sulawesi Tengah, 2018

Tri Bayu Purnama, SKM, M.Med.Sci


Perhimpunan Ahli Epidemiologi
Indonesia
Temuan investigasi awal tentang beberapa petugas puskesmas yang
memiliki kendala akibat terdampak bencana

Pengelola surveilans tidak dapat mengakses, melihat dan


menganalisis data laporan harian dan mingguan yang mereka
laporkan.

Sistem Rendahnya kelengkapan laporan harian dan mingguan pada beberapa


puskesmas di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Donggala akibat dari
keterbatasan sumber daya dari pengelola surveilans puskesmas.
Pelaporan di
Seluruh puskesmas baik terdampak maupun tidak terdampak diwajibkan
Puskesmas untuk melaporkan data penyakit harian setiap hari terhitung dari tanggal 4
Oktober 2018 sampai 25 Desember 2018

Surveilans Ketat yang bersifat harian lazim dan wajib di laporkan


pada daerah terdampak

Kelengkapan laporan surveilans ketat pada periode tanggap darurat


memiliki kelengkapan dan ketepatan yang rendah
Tujuan
• Menganalisis Kemampuan dan Kompetensi Petugas
Surveilans di Puskesmas dalam melaporkan Penyakit
Berpotensi Wabah dalam Sistem Kewaspadaan Dini
Respons KLB (SKDR)
• Menganalisis Kendala yang dialami petugas dalam
proses pelaporan dalam kondisi normal dan dalam
kondisi bencana
Metode Kajian

• Kajian dilakukan pada 50 • Data kualitatif ditanyakan dalam


Petugas Surveilans di wawancara mendalam pada
Puskesmas, terdiri dari 19 beberapa petugas surveilans di
Puskesmas
Petugas di Kab Sigi, 18 Petugas
di Kab Donggala dan 13 • Analisis dilakukan secara deskriptif,
data kualitatif memperkuat hasil
Petugas di Kota Palu deskripsi
• Data yang dikumpulkan terdiri
dari demografi, Pendidikan,
kompetensi dan
jabatan/rangkap jabatan
Karakteristik Pengelola Program Surveilans Puskesmas di Wilayah Pendampingan*
Distribusi Jenis Kelamin
Pengelola Program Surveilans di
PKM Wilayah Pasigala
L
26%

P
74%
Distribusi Umur Pengelola Program
Surveilans di PKM Wilayah Pasigala • 74% pengelola program surveilans
< 40 adalah perempuan dan 76%
Tahun diantaranya berusia > 40 tahun
24%
• 44% pengelola program surveilans
>= 40 memiliki pendidikan terakhir D3, dan
Tahun
76% 38 % berpendidikan S1 bahkan 6%
* Wilayah Pendampingan = Kota Palu, Kab Sigi dan Kab Donggala berpendidikan S2
Karakteristik Pengelola Program Surveilans Puskesmas di Wilayah Pendampingan*
Distribusi Status Kepegawaian Tenaga Jenis Fungsional Tenaga Surveilans di PKM
Surveilans di PKM Wilayah Pasigala Wil Pasigala
PTTHonorer
Nusantara
Kontrak
2% 14% Sehat Epidemiolog
2%Pengabdi
2% 10% Sanitarian 8%
33%
PNS
Perawat
70%
59%

Honorer Kontrak Nusantara Sehat Pengabdi PNS PTT

Distribusi Jabatan Fungsional Pengelola


Program Surveilans di PKM Wilayah Pasigala
• Sebanyak 70 % pengelola surveilans
adalah PNS, tetapi hanya 24% jafung
Jafung
24%
dan hanya 8% jafungnya sesuai
Bukan
Jafung
dengan bidang kerjanya (Epidemiolog
76% ahli Pertama), sisanya adalah
fungsional perawat dan sanitarian
* Wilayah Pendampingan = Kota Palu, Kab Sigi dan Kab Donggala
Distribusi Kapasitas Pengelola Surveilans Puskesmas di Wilayah Pendampingan
Distribusi Lama Kerja di bidang
Surveilans • 27 % petugas surveilans
dipuskesmas mengelola
Baru
27%
Baru
program surveilans di
Lama
73% Lama Puskesmas kurang dari 1 tahun

• Tetapi Mayoritas (90%)


pengelola program surveilans
di puskesmas memiliki
tanggung jawab jabatan lain
seperti bendahara BOK,
pengelola program penyakit
dan fungsional lain
Distribusi Kapasitas Pengelola Surveilans Puskesmas di Wilayah Pendampingan

• Hampir 50% pengelola surveilans


di Kota Palu adalah korban
bencana
• Laporan penyakit potensi wabah
mingguan dan harian Kab Sigi
terpantau rendah tapi pengelola
surveilans yang terdampak hanya
3 orang.
• Selain pengelola surveilans yang
terdampak, terdapat 2 puskesmas
yang rusak berat dan 4 rusak
ringan juga ikut mempengaruhi
kinerja pelaporan harian dan
mingguan
Kinerja Pelaporan SKDR Pra-Pasca
Bencana Gempa
Ketepatan Laporan SKDR Pra-Bencana-Tanggap Kelengkapan Laporan SKDR Pra-Bencana-
Darurat-Transisi Tanggap Darurat-Transisi

100 100

80 80

60 60

40 40

20
20

0
0
M1-M38 M39 M40-M41 M40-M43 M45-48
M1-M38 M39 M40-M41 M40-M43 M45-48
KAB. DONGGALA KAB. SIGI KOTA PALU
KAB. DONGGALA KAB. SIGI KOTA PALU
Kelengkapan Laporan Harian Pasca Bencana 04-
24 Oktober 2018
60

50 50 50 48 48 48 5048 50 50
48 50
45 44 45 45
44 45 45 44 44 45,5
44
40 40 40 40 40 40 40,9 40,9 40,9 40
35 35 36,4
35 35 36,4 36,4
35 35 35
31,8 31,8 31,8 31,8
Kinerja Laporan 30
27,3 27,3 28 27,3 27,3
27,3 27,3
25
24 24
Surveilans Ketat 20
22,7
20 18,2
16 16 16
Masa Tanggap 10
Darurat
0

Kab.Donggala Kota Palu Kab.Sigi

• Surveilans Ketat dilakukan mulai tgl 4 Oktober 2018 pada semua puskesmas di kab/kota
terdampak bencana gempa (Sigi, Palu dan Donggala)
• Sampai dengan masa tanggap darurat persentase kelengkapan laporan kurang dari
60%.
• Beberapa penyakit tidak berpotensi wabah juga masuk dalam surveilans ketat a.l
Hypertensi, DM, Mental Health, Injury dll
• Sistem pelaporan menggunakan sistem pelaporan tersendiri dan belum dilatihkan
secara terstruktur
Kelengkapan
Laporan Masa
Tanggap
Darurat dan
Transisi

• Setelah masa Tanggap Darurat, pada masa transisi % kelengkapan laporan semakin membaik dengan bantuan mahasiswa
FETP untuk melengkapi laporan, tetapi terus menurun setelah berakhir masa tugas ( November 2018)
• Penurunan terjadi dengan kesepakatan menghentikan surveilans ketat setelah masa tanggap darurat dan kembali pada
permanent system melalui SKDR dengan laporan penyakit berpotensi wabah mingguan
• Evaluasi pada kedua sistem menunjukkan kemampuan untuk mendeteksi adanya peningkatan penyakit berpotensi wabah
(Diare dan ILI)  Laporan sebelumnya
Kendala dalam Pelaporan Surveilans Selama Masa Bencana
• Sebagian petugas surveilans puskesmas menjadi korban bencana
• Sarana dan prasarana petugas banyak yang hilang
• Beberapa puskesmas rusak berat dan sedang, beberapa pustu hilang
sehingga menyulitkan petugas mengidentifikasi puskesmas/tu yang masih
beroperasi untuk merekap laporan
• Tidak adanya bantuan atau tunjangan untuk mengirimkan laporan yang
membutuhkan pulsa telpon, baik untuk laporan mingguan maupun alert dan
laporan lain. Termasuk biaya konsultasi per telpon.
• Sistem pelaporan 2 system dan ditambah dengan laporan STP puskesmas
bulanan dengan jenis penyakit yang banyak menyulitkan petugas dalam
merekap dan melaporkan
• Wilayah yang susah sinyal sehingga laporan dititipkan pada tukang sayur/ojek
untuk dibawa ke dinkes membutuhkan biaya ekstra
Kesimpulan
• Pendidikan petugas cukup baik, tetapi sebagian besar bukan merupakan tugas pokok
sebagai jafung maupun jabatan fungsional umum lainnya
• Sebagian besar petugas bekerja rangkap dimana pekerjaan lain juga membutuhkan
konsentrasi penuh
• Pelaporan penyakit berpotensi wabah terdiri dari beberapa aplikasi dengan jenis penyakit
yang sama sehingga berulang kali dilaporkan (harian, mingguan, bulanan)
• Banyaknya petugas baru yang belum dilatih dan petugas surveilans yang rangkap jabatan
• Infrastruktur dan tunjangan belum diperhatikan oleh pimpinan
• Surveilans Ketat dibutuhkan pada kondisi krisis, terutama pada penyakit berpotensi
wabah.
Rekomendasi
• Sistem pelaporan 1 pintu dan tidak berulang-ulang untuk penyakit yang
sama
• Perlu dilakukan pelatihan berkala secara berjenjang
• Surveilans Ketat hanya dilakukan pada wilayah terdampak dengan kriteria
adanya pengungsi dengan basis kecamatan dan jumlah penyakit yang tidak
terlalu banyak
• Surveilans ketat dilakukan pada penyakit berpotensi wabah dan periode
waktunya ditentukan sampai kapan (Tanggap darurat atau Transisi?)
• Tidak semua puskesmas wajib melaporkan, sehingga puskesmas dimana
petugasnya menjadi korban dapat dibantu oleh puskesmas lainnya
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai