Anda di halaman 1dari 10

Tugas ESM: Curriculum and Courseware Development

PERKEMBANGAN KURIKULUM SMA DI INDONESIA


INDONESIAN HIGH SCHOOL CURRICULUM
DEVELOPMENT

MUHAMMAD AINUN CHAER


1614441003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
SEJARAH PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA
1. Periode Sebelum Kemerdekaan
Sejarah perkembangan kurikulum pada masa periode penjajahan, yaitu sejak datangnya
orang-orang Eropa yaitu pada masa kompeni Belanda dan masa pemerintahan Jepang sampai periode
kemerdekaan. Kurikulum pada masa kompeni mempunyai misi penyebaran agama dan untuk
mempermudah pelaksanaan perdagangan di Indonesia. Pada abad 16 dan 17 berdirilah lembaga-
lembaga pendidikan dalam upaya penyebaran agama Kristen di Indonesia, pendidikan tersebut untuk
bangsa Belanda dan pribumi. Dengan adanya lembaga pendidikan tersebut pihak kompeni merasakan
perlunya pegawai rendahan yang dapat membaca dan menulis. Pada masa Jepang, perkembangan
pendidikan mempunyai arti tersendiri bagi bangsa Indonesia yaitu terjadinya keruntuhan sistem
pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan utamanya pendidikan pada masa pendudukan Jepang adalah
untuk memenangkan perang.2 Pada masa ini munculah sekolah rakyat yang disebut Kokumin Gako
selama 6 tahun lamanya, selanjutnya pelajaran berbau Belanda dihilangkan dan Bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa pengantar.
2. Periode Sesudah Kemerdekaan
a. Kurikulum 1947
Kurikulum pertama pada masa kemerdekaan namanya Rencana Pelajaran 1947. Ketika itu
penyebutannya lebih populer menggunakan leer plan (rencana pelajaran) ketimbang istilah
curriculum dalam bahasa Inggris. Asas pendidikan yang ditetapkan adalah Pancasila. Situasi
perpolitikan dengan gejolak perang revolusi, maka Rencana Pelajaran 1947, baru diterapkan pada
tahun 1950. Oleh karena itu Rencana Pelajaran 1947 sering juga disebut kurikulum 1950. Susunan
Rencana Pelajaran 1947 sangat sederhana, hanya memuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran
dan jam pengajarannya, serta garis-garis besar pengajarannya. Rencana Pelajaran 1947 lebih
mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara, dan bermasyarakat, daripada pendidikan
pikiran. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian, dan
pendidikan jasmani. Mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat ada 16, khusus di Jawa, Sunda, dan
Madura diberikan bahasa daerah. Daftar pelajarannya adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara,
Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan Budi
Pekerti, dan Pendidikan Agama. Pada awalnya pelajaran agama diberikan mulai kelas IV, namun
sejak 1951 agama juga diajarkan sejak kelas 1. Garis-garis besar pengajaran pada saat itu menekankan
pada cara guru mengajar dan cara murid mempelajari. Misalnya, pelajaran bahasa mengajarkan
bagaimana cara bercakap-cakap, membaca, dan menulis. Ilmu Alam mengajarkan bagaimana proses
kejadian sehari-hari, bagaimana mempergunakan berbagai perkakas sederhana (pompa, timbangan,
manfaat bes berani), dan menyelidiki berbagai peristiwa sehari-hari, misalnya mengapa lokomotif
diisi air dan kayu, mengapa nelayan melaut pada malam hari, dan bagaimana menyambung kabel
listrik. Pada perkembangannya, rencana pelajaran lebih dirinci lagi setiap pelajarannya, yang dikenal
dengan istilah Rencana Pelajaran Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
mengajar satu mata pelajaran”. Pada masa itu juga dibentuk Kelas Masyarakat yaitu sekolah khusus
bagi lulusan SR 6 tahun yang tidak melanjutkan ke SMP. Kelas masyarakat mengajarkan
keterampilan, seperti pertanian, pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak tak mampu sekolah
ke jenjang SMP, bisa langsung bekerja.
b. Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami
penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama Rencana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini
sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana
Pendidikan 1964 atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya,
dan moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pendidikan dasar
lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
c. Kurikulum 1964
Setelah tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan
agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana yang meliputi pengembangan daya cipta,
rasaZ, karsa, karya, dan moral. Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang studi:
moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmani. Pendidikan dasar lebih
menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
d. Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan
orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan pendidikan,
Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia
Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.

e. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. “Yang
melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO (management by
objective) yang terkenal saat itu. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu
rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap
kegiatan pembelajaran.
f. Kurikulum 1984 (Kurikulum CBSA)
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum 1975 yang
disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa Aktif
(CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Kurikulum 1984 ini berorientasi kepada tujuan
instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam
waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena
itu, sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa
yang harus dicapai siswa.
g. Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak
pada sistem pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran cukup
banyak. Tujuan pengajaran menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan
soal dan pemecahan masalah.
h. Kurikulum 2004 (KBK)
Kurikukum 2004 ini lebih dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan
(kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Hal ini
mengandung arti bahwa pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan
perangkat kompetensi yang telah ditentukan. Implikasinya adalah perlu dikembangkan suatu
kurikulum berbasis kompetensi sebagai pedoman pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi
berorientasi pada:
1. Hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman
belajar yang bermakna.
2. Keberagaman yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan yang ingin dicapai
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Tahun 2004
pemerintah mengeluarkan kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis kompetensi.
i. Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan, muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan dengan
Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk
merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah
berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah
ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran,
seperti silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah
koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
j. Kurikulum 2013
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif.
Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan.
Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya,
bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran
dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni,
dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan,
dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya,
memasuki masa depan yang lebih baik. Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian
dari melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada
tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu,
sebagaimana amanat UU 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal
35, di mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Paparan ini
merupakan bagian dari uji publik Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan
masukan dari masyarakat.
HISTORY OF CURRICULUM IN INDONESIA
1. Period Before Independence
The history of the development of the curriculum during the colonial period, ie since the
arrival of the Europeans, namely during the Dutch Company and the period of Japanese rule until
independence period. The curriculum at the time the Company has a mission to facilitate the spread of
and trade execution in Indonesia. In the 16th and 17th centuries stand in the educational institutions to
the spread of Christianity in Indonesia, education for Dutch and indigenous peoples. With the
educational institutions kompeni parties felt the need for clerks who can read and write. At the time of
Japan's educational development has its own meaning for Indonesia, namely the collapse of the Dutch
colonial administration system. The ultimate goal of education during the Japanese occupation is to
win the war.Kokumin Gako for 6 years, the next lesson Dutch smelling Indonesian removed and used
as the language of instruction.
2. Period After Independence
a. curriculum 1947
The first curriculum at the time of independence the name of Lesson Plans penyebutannya 1947.
When it is more popular to use leer plan (lesson plans) than the termcurriculum in English. The
principle of education set is Pancasila. Situation political turmoil revolutionary war, the Lesson Plan
1947, the newly applied in 1950. Therefore 1947 Lesson Plans often called curriculum Lesson Plan
1947 1950. The composition is very simple, containing only two main things, a list of subjects and
teaching hours , as well as the outlines of teaching. 1947 Lesson Plans prioritize character education,
awareness state, and society, rather than the education of mind. The subject matter associated with
everyday events, attention to the arts, and physical education. Subject to the level of the People's
School No 16, specialized in Javanese, Sundanese and Madurese given vernacular. List lesson is
Indonesian, Local Language, Numeracy, Natural Science, Life Science, Earth Science, History,
Drawing, Writing, Sound Art, Hand Jobs, Employment keputrian, Motion Bodies, Hygiene and
Health, upbringing Budi Character and Religious Education. At first the religious instruction given
from the fourth grade, but since 1951 the religion is also taught from grade 1. Outline of teaching at
that emphasis on how teachers teach and how students learn. For example, language lessons teach
how to converse, read, and write. Natural Science teaches how to process a daily occurrence, how to
use various simple tool (pumps, scales, benefits bes bold), and investigate the various events of the
day, for example, why the locomotive filled with water and wood, why fishermen go out to sea at
night, and how connect the power cord. In its development, are specified lesson plan each lesson,
which is known as 1952. Unraveling Lesson Plan "clearly their course syllabus. A teacher teaching
one subject. " At that time also formed Community classes namely special schools for graduates of
SR 6 are not continuing to junior high school. Public class teaches skills such as agriculture,
carpentry, and fishing. The goal is that children can not afford school to junior high school, can start
to work. such as agriculture, carpentry, and fishing. The goal is that children can not afford school to
junior high school, can start to work. such as agriculture, carpentry, and fishing. The goal is that
children can not afford school to junior high school, can start to work.
b. curriculum 1952
After the Lesson Plan in 1947, in 1952 the curriculum in Indonesia experienced improvements. In
1952 it was given the name of Lesson Plans Unraveling 1952. This curriculum has led to a national
education system. The most prominent feature of the curriculum and at the same time, 1952 was that
the lesson plans must pay attention to the lesson content associated with everyday life. At the end of
the era of President Sukarno, appeared in 1964 or Curriculum Education Plan 1964. The focus is on
the development of creativity, taste, intention, work, and moral (Pancawardhana). Subjects were
classified into five groups of subjects: moral, intelligence, emotional / artistic skill (skill), and
physical. Basic education is more emphasis on practical knowledge and functional activity.
c. curriculum 1964
After 1952, the eve of 1964, the government again enhance the curriculum system in Indonesia. This
time named Education Plan 1964. The principal idea in 1964 curriculum that is characteristic of this
curriculum is that the government has no intention to make people gain academic knowledge to equip
the primary school level, so that the learning is centered on Pancawardhana program that includes the
development of creativity, rasaZ, initiative, work, and moral. Subjects were classified into five groups
of subjects: moral, intelligence, emotional / artistic skill (skill), and physical. Basic education is more
emphasis on practical knowledge and functional activity.
d. curriculum 1968
Curriculum 1968 is a renewal of the curriculum in 1964, which does change the structure of the
educational curriculum Pancawardhana soul into coaching Pancasila, basic knowledge and special
skills. Curriculum 1968 is the embodiment of change in the orientation on the implementation of the
1945 purely and consistently. In terms of educational objectives, curriculum 1968 proposes that
education is emphasized in an attempt to establish a true Pancasila man, strong, and healthy body,
enhances intelligence and physical skills, morals, manners, and religious beliefs. Educational content
directed at enhancing the activities of intelligence and skills, and develop a healthy and strong
physically.
e. curriculum 1975
1975 curriculum emphasizing the goal, making education more efficient and effective. "The
background is the influence of the concept in the field of manejemen, the MBO (management by
objectives) are the most famous. Methods, materials, and teaching purposes specified in Development
Procedure Instructional Systems (ITS). This period is known the term "learning unit", ie each unit
lesson plan discussion. Each unit is detailed lesson again: general instructions, specific instructional
objectives (ICT), the subject matter, teaching tools, teaching and learning activities, and evaluation.
1975 curriculum was heavily criticized. Teacher contrived busy writing the details of what will be
accomplished each learning activity.
f. 1984 curriculum (Curriculum CBSA)
1984 curriculum brings process skills approach, Although the priority of a process approach, but the
goal remains an important factor. The curriculum is also often called "Curriculum 1975, which was
perfected". Students position placed as studying subject. From observing something, grouping, to
discuss, to report. This model is called the Active Student Learning Method (CBSA) or Student
Active Leaming (SAL). The 1984 curriculum oriented toward instructional goals. Based on the view
that the provision of learning experiences to students in a very limited study time at school to be truly
functional and effective. Therefore, prior to selecting or determining teaching materials, which must
first be defined is the purpose of what should be accomplished students.
g. curriculum 1994
1994 curriculum made as enhancements to the curriculum in 1984 and implemented in accordance
with Law no. 2 of 1989 on National Education System. This resulted in lesson time sharing system, ie
the change of the semester system to the quarter system. With a quarter of the distribution system in
one year into three phases is expected to provide opportunities for students to be able to receive the
subject matter quite a lot. The purpose of teaching emphasizes on understanding the concepts and
skills to solve problems and problem-solving.
h. 2004 curriculum (CBC)
Kurikukum 2004 is better known as the Competency Based Curriculum (CBC). Competency-based
education focuses on developing the ability to do (competence) specific tasks in accordance with the
performance standards that have been set. This implies that education refers to the effort to prepare
the individual is capable of performing a predetermined competence devices. The implication is the
need to develop a competency-based curriculum as learning guidelines. Competency-Based
Curriculum-oriented:
1. The results and impact are expected to emerge in the self-learners through a series of meaningful
learning experiences.
2. The diversity that can be manifested in accordance with their needs. The aim emphasis on student
competency achievement both individually and classical. In 2004 the government issued a new
curriculum with the name of a competency-based curriculum.
i. 2006 Curriculum (SBC)
Curriculum 2006 was known as Unit Level Curriculum (SBC). CBC trial was stopped early 2006,
came the SBC. Review in terms of content and target-driven process competences subjects by
students to the technical evaluation is not much difference with Curriculum 2004. The most notable
difference is the more teachers are given the freedom to plan learning to suit the environment and
conditions of the students and the condition of the school is located. This is due to the basic karangka
(KD), competency standards (SKL), standard and basic competencies (SKKD) each subject for each
educational unit has been established by the Ministry of Education. So the development of learning
tools,
j. curriculum 2013
The core of the curriculum in 2013, Are present in the simplification effort, and thematic-
integrative. Curriculum 2013 is prepared for print generation ready in facing the future. Because the
curriculum is structured to anticipate future developments. EAM, aims to encourage learners or
students, able to better observation, questioning, reasoning, and communication (present), what they
get or they know after receiving learning materials. The object of the arrangement and refinement of
learning in the curriculum in 2013 emphasizes the natural phenomena, social, art, and culture.
Through this approach we have the competence expected of students attitudes, skills, and knowledge
is much better. They will be more creative, innovative, and more productive,Implementation of the
curriculum in 2013 is part of the continuing development of Competency Based Curriculum (CBC),
which was initiated in 2004 by covering the competence of attitudes, knowledge, and skills in an
integrated manner, as mandated by Law 20 of 2003 on National Education System in the explanation
of Article 35, in which the competence of the graduates are qualified the ability of graduates includes
attitudes, knowledge, and skills in accordance with national standards that have been agreed upon.
This exposure is part of the public test Curriculum 2013, which is expected to solicit opinions and
feedback from the community.

Penulis : Fitri Wahyuni


Tahun terbit : 2015, Vol. 10 No. 2,
Judul : KURIKULUM DARI MASA KE MASA (Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan di
Indonesia)
Penerbit : Al-Adabiya,
Author: Fitri Wahyu
Year of issue: 2015Vol. 10 No. 2
Title : CURRICULUM OF THE PERIOD TO PERIOD (Assessing SMA Phasing Education
Curriculum in Indonesia)
Publisher: Al-Adabiya,

Komentar :
Berdasarkan apa yang telah di bahas diatas mengenai perubahan kurikulum dari masa ke amsa
ini menandakan bahwa Indonesia masih terus berbenah dan memperbaiki sistem pendidikannya, di
sisi lain hal ini menimbulkan sisi negatif karena terus berubahnya sistem yang tekesan cepat, padahal
pendidik maupun orang yang terlibat masih sementara menyesuaikan diri dengan kurikulum yang
berlaku seperti contohnya kurikulum 2004 dan 2006 yang rentang waktnuya hanya 2 tahun, namun
Indonesia memang menduduki posisi rendah untuk tingkat pendidikannya sehingga pemerintah kerap
kali mengubah kurikulum yang berlaku untuk meniongkatkan kualitas pendidikan. Menurut saya
bukan sistem yang kurang namun pemerataan pendidikan yang masih sulit dijangkau diseluruh
pelosok negeri ini. Hal yang sama karena penerintah terkesan tidak memperhitungkan kondisi
pendidikan yang ada didaerah seperti pendidikan berbasis teknologi namun masih banyak siswa
maupun guru yang masih gagap teknologi. Jika ingin mengejar ketertinggalan selain kurikulum yang
terus diperbaiki, pemerataan fasilitas, kualitas pendidik, dan sarana lainyang harus tersu
dikembangkan agar menciptakan suatu tujuan pendidikam yang secara nasional.

comment:
Based on what has been discussed above regarding curriculum change from time to amsa This
indicates that Indonesia still continues to clean up and improve the education system, on the other
hand it raises the negative side as it continues to shift from the tekesan fast, but educators and those
involved are still temporary conform to the applicable curriculum such as for example the curriculum
2004 and 2006 that ranges waktnuya only 2 years, but Indonesia was occupied low positions to the
level of education so that governments often change the curriculum that applies to meniongkatkan
quality of education. In my opinion not a system that is less but the distribution of education is still
difficult to reach all corners of the country. The same thing because penerintah impressed not take
into account the condition of the existing education areas such as technology-based education but
there are still many students and teachers are still stutter technology. If you want to catch up in
addition to the curriculum that continually improved, equitable distribution of facilities, quality of
teachers, and a means lainyang must tersu developed in order to create a destination pendidikam
nationally.

Anda mungkin juga menyukai