Anda di halaman 1dari 3

Elsa Aulia

1984202026
2A1
Pendidikan Matematika

Menulis Filosofi Pendidikan Dari Film


“Freedom Writer “

Saya akan membahas tentang filosofi pendidikan yang ada di dalam film “
Freedom Writer “. Film Freedom Writer ini dirilis pada tahun 2007, yang disutradarai
oleh Richard Lagravene. Film yang diangkat dari kisah nyata, saat terjadi perang
antargeng rasial di New Port Beach, dan membuat anak anak di wilayah tersebut
menjadi kacau dan kurang pendidikan yang baik. Pada awalnya Woodrow Wilson
High School merupakan sekolah yang terbilang sukses dengan murid – murid yang
berprestasi. Adanya kewajiban distrik dari integrasi mengakibatkan Woodrow Wilson
High School menjadi sekolah terbuka yang menampung anak – anak krban perkelahian
antargeng rasial setelah kejadian kerusuhan di Amerika tepatnya di Los Angles.

Di sebuah sekolah bernama” Woodrow Wilson High School” ada seorang guru
baru yang akan mengajar bernama Erin Gruwell, seorang wanita yang idealis dan
berpendidikan tinggi. Erin Gruwell mengajar di sekolah Woodrow Wilson High School
sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak – anak korban perkelahian
antargeng rasial di kelas 203, di dalam kelas 203 dimana mereka semua terdiri atas
beragam ras. Murid – murid yang akan diajar oleh Erin merupakan murid yang
tumbuh dari lingkungan kekerasan bahkan tak sedikitpun dari muridnya yang pernah
menjadi tahanan.

Hari – hari pertama keberadaan Erin di dalam kelas, para murid dikelas sama
sekali tidak tertarik dengan kehadirannya, di kelas tersebut bahkan cara duduknya
sesuai dengan ras masing – masing, bahkan saat ketika Erin mencoba untuk
mendekatkan diri ke anak didiknya sesekali terjadi perselisihan antargeng didalam
kelas yang membuat Erin bingung harus berbuat apa. Selain itu salah satu anak
didiknya bernama Eva mengatakan bahwa dia tidak suka akankehadiran Erin, karena
menurutnya Erin hanyaberbicara penuh nasehat seolah Erin adalah manusia paling
bijak, padahal Erin tidak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya dalam kehidupan
mereka. Eva dan beberapa muridnya beranggapan bahwa orang yang berkulit putih (
termasuk Erin ) merupakan orang yang banyak mengakibatkan ras lain terbunuh dan
terpidana. Namun Erin tetap terus berusaha untuk menjangkau dan memahami kondisi
para muridnya.

Hari berikutnya Erinmencoba menggunakan metode mengajar yaitu dengan


menggunakan music dan puisi tetapi suasana dikelas masih saja mengalami keributan,
sehinnga Erin memerintahkan ank didiknya untuk bertukar posisi tempat duduk agar
tidak terjadi pengelompokan geng ras. Perkelahian di kelas dimulai saat seorang anak
muridnya menggambar muka seorang African, dengan mengolok – oloknya yang
memiliki mulut tebal yaitu Shraud. Dari perkelahian tersebut Erin mengerti kondisi
murid dikelasnya, sehingga ia mengubah cara belajar dengan mendekati muridnya dan
mengajarkan tentang toleransi. Setelah itu Erin menemukan cara untuk menjangkau
anak didiknya dengan memberikan buku Jurnal Harian dan meminta mereka untuk
mengisi setiap hari. Di dalam jurnal tersebut dapat diisi mengenai semua kejadian yang
mereka ingin tuliskan, baik tentang masa lalu, sekarang, ataupun masa depan. Dan
dibebaskan menulis tentang kebencian ataupun kesukaan serta puisi atau lagu. Erin
berjanji untuk tidak membacakan jurnal tersebut jika tidak diizinkan, tapi ia akan
memeriksa apakah mereka menulis jurnal tersebut, jika murid – muridnya
menginginkan tulisannya untuk dibaca, mereka dapat meninggalkan jurnalnya di
lemari kecil dibelakang kelas.

Erin membeli buku bacaan karena dari pihak sekolah tidak memberikan izin
kepada Erin untuk meminjam buku di perpustakaan, dengan kerja sampingan Erin
berhasil membeli sebuah buku bacaan dengan judul “ The Diary Of Anne Frank “. Erin
memberikan buku tersebut agar anak didiknya dapat belajar bahwa ada banyak orang
lain di belahan bumi ini mengalami hal yang sama, bahkan lebih kejam dari apa yang
mereka hadapi. Selain memberikan buku Erin juga membawa murid – muridnya untuk
berkunjung ke Museum Toleransi, di museum tersebut murid – murid belajar tentang
toleransi, hal ini berkaitan dengan kehidupan mereka yang beraneka ragam, mulai dari
ras, suku, dan agama. Dengan kegigihanya Erin mendatangkan Mrs. Miep Gies seorang
anak yahudi yang hidup di zaman Hitler dan Holocaust. Untuk berbagi pengalaman
serta cerita kepada anak muridnya tentang sebuah bencana yang terjadi karena rasisme.

Namun usaha Erin membuahkan hasil yang sangat bagus, para muridnya
menjadi sadar dan menghilangkan pemikiran rasis diantara mereka. Kin murid –
mridnya bergabung menjadi satu, sehingga mereka kini saling bertegur sapa bahkan
bercanda satu sama lain. Keharmonisan dan kekeluargaan sudah muncul di dalam
kelas 203, akhirnya banyak murid Erin Gruwell yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Jurnal harian yang mereka tulis, diketik dan dikumpulkan menjadi satu buku. Erin
menamai kmupulan buku tersebut dengan nama “ The Freedom Writers Diary”yang
diterbitkan pada tahun 1993, Erin Gruwell dan para penulis ( Freedom Witers )
mendirikan sebuah yayasan Freedom Writers yang didedikasikan untuk mengulang
kesuksessan ruang kelas nomor 203 di ruang kelas di Seantero Negeri.

Nilai pendidikan yang bisa diambil dari film “ Freedom Writers “ yaitu sebagai
seorang guru, harus mampu memahami karakteristik peserta didik sebelum
berlangsung kegiatan pembelajaran. Dengan bisa mengenali karakterisitik dari perserta
didik, kita sebagai guru bisa menentukan metode atau cara yang akan kita ambil untuk
bisa diterapkan dalam pembelajaran berlangsung. Kita sebagai guru harus mempunyai
tekad dan semangat yang tinggi untuk bisa mendidik murid – muridnya, guru tidak
boleh putus asa apabila salah satu cara yang telah diterapkan mengalami kegagalan.
Dan kita sebagai guru harus mampu memberikan metode pembelajaran yang menarik
agar peserta didik tidak bosen atau jenuh dalam pelajaran berlangsung. Kita bisa belajar
tentang toleransi, menghargai, dan tidak membedakan warna kulit. Dan saya sangat
kagum terhadap Erin Gruwell, sebab ia mempunyai tekad yang tinggi untuk anak
peserta didiknya, bahkan rela mempertaruhkan keutuhan rumah tangganya demi
menciptakan generasi – generasi yang bisa meneruskan bangsa yang baik dan bermoral
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai