Anda di halaman 1dari 26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan menjelaskan hasil penelitian yang ditemui peneliti dalam

penelitian di lapangan. Kajian dalam penelitian ini untuk mengetahui keterlibatan

siswa kelas XI pada Implementasi 5R Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan

SMK Negeri 2 Wonosari. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer

berdasarkan kuesioner. Berikut ini penjelasan hasil penelitian ini.

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jl. KH Agus Salim, Ledoksari, Kepek, Wonosari,

Gunungkidul, Yogyakarta. Letak SMK ini sangat dekat dengan jalan raya, meskipun

demikian hal ini tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar, bahkan membuat

kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar karena siswa dapat mengakses

sekolah dengan mudah. SMK Negeri 2 Wonosari adalah Sekolah Menengah Kejuruan

yang telah dipersiapkan untuk menyongsong SMK terbaik. Sekolah ini berdiri pada

tanggal 7 Februari 1975 diatas lahan seluas ± 24.460 m2. Visi dari SMK Negeri 2

Wonosari adalah “Mewujudkan SMK terbaik”, dengan misi yang dikembangkan

yakni: a) Unggul dalam penampilan, b) Profesional dalam bidangnya, c) Prima dalam

pelayanan, d) Optimal dalam pemanfaatan sumber daya.

SMK Negeri 2 Wonosari memiliki 9 (sembilan) kompetensi keahlian yaitu: a)

Teknik konstruksi batu dan beton (Teknik Sipil), b) Teknik gambar bangunan

(Teknik Arsitektur), c) Teknik pemanfaatan tenaga listrik, d) Teknik elektronika


industri, e) Teknik komputer dan jaringan, f) Multimedia, g) Teknik pemesinan, h)

Teknik pengelasan, 1) Teknik kendaraan ringan. Sebagai penunjang kegiatan intra

kurikuler, maka SMK Negeri 2 Wonosari juga mengadakan kegiatan ekstrakurikuler

yang pelaksanaannya wajib bagi kelas 1. Kegiatan tersebut antara lain : Pecinta Alam

Siswa Teknik (Palasit), Kepramukaan, Karya Ilmiah Remaja (KIR), Drum Band,

Pleton Inti, Baca Tulis Al Quran (BTQ), Polisi Keamanan Sekolah (PKS), Palang

Merah Remaja (PMR), Aero Modelling, Tae Kwon Do, Pencak silat, Karate,

Olahraga (sepak bola, bulu tangkis, vollly ball dan bola basket). Dalam kegiatan

ekstrakurikuler yang diadakan tersebut yang wajib bagi kelas 1 hanya kepramukaan,

dan yang lainya merupakan ekstrakurikuler pilihan. Kondisi secara umum SMK

Negeri 2 Wonosari untuk pelaksanaan belajar dan mengajar sangat kondusif.

Memiliki fasilitas yang cukup lengkap, diantaranya: Perpustakaan, Laboratorium

bahasa, Laboratorium komputer, dan Unit Produksi dan Jasa

2. Deskripsi Keterlibatan Siswa pada Implementasi 5R

Keterlibatan siswa sangat penting dalam mengimplementasikan prinsip

Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin (5R). Dengan keterlibatan siswa yang tinggi,

maka dapat menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, aman, nyaman serta

kondusif yang dapat berdampak pada budaya kerja industri dan bengkel yang

produktif bagi siswa.

Data keterlibatan siswa dalam implementasi 5R diperoleh melalui kuesioner

dengan 45 butir pernyataan dan jumlah responden 96 siswa kelas kelas XI pada
Implementasi 5R Program Keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2

Wonosari. Berdasarkan hasil analisis data keterlibatan siswa dalam implementasi 5R

diperoleh hasil deskriptif sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Deskriptif Keterlibatan Siswa dalam Implementasi 5R

No Deskriptif Skor
1 Mean 109.57
2 Median 106.00
3 Modus 143.00
4 Standar Deviasi 24.83
5 Minimum 68.00
6 Maximum 169.00
7 Sum 10519.00
(Sumber: data diolah. 2020)

Tabel tersebut dapat diketahui bahwa data keterlibatan siswa dalam

implementasi 5R diperoleh skor rerata (mean) sebesar 109.57, skor median sebesar

106.00 dan modus sebesasr 143,00, standar deviasi sebesar 24.83. Dari data

keterlibatan siswa dalam implementasi 5R a juga dapat diketahui perolehan skor

minimum siswa sebesar 68.00 sedangkan skor maksimum perolehan siswa sebesar

169.00 dengan total skor keseluruhan (sum) sebesar 10.519.

Penentuan kecenderungan keterlibatan siswa dalam implementasi 5R, setelah

nilai minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 45 dan 180, maka

selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin),

mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus Sdi = 1/6 (X max-Xmin). Berdasarkan

acuan norma di atas, mean ideal variabel keterlibatan siswa dalam implementasi 5R
adalah 112.5. Standar deviasi ideal adalah 22.5. Dari perhitungan di atas dapat

dikategorikan dalam 3 kategori sebagai berikut:

x≥( M i + SD i )
= kategori Tinggi
( M i−SD i ) ≤x < ( M i + SDi ) = kategori Sedang
x< ( M i +SD i )
= kategori Rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi kecenderungan,

adapun distribusi kecenderungan keterlibatan siswa dalam implementasi 5R sebagai

berikut

Tabel 5. Hasil Uji Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Implementasi 5R

No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 135-180 18 18.8 Tinggi


2 90-134 53 55.2 Sedang
3 45-89 25 26.0 Rendah
Total 96 100
(Sumber: data diolah. 2020)

Tabel 5 menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam implementasi 5R pada

siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari

pada kategori tinggi sebanyak 18 siswa (18.8%), kategori sedang sebanyak 53siswa

(55.2%), dan kategori rendah sebanyak 25 siswa (26.0%). Berdasarkan hasil uji

keterlibatan siswa dalam implementasi 5R tersebut dapat digambarkan diagram pie

sebagai berikut.
26% 19%

Tinggi
Sedang
55% Renda
h

Gambar 5. Diagram Pie Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Implementasi 5R

Gambar 5 menunjukkan bahwa mayoritas keterlibatan siswa dalam

implementasi 5R pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan

SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori sedang (55.20%). Hal ini berarti sebagian

besar siswa telah terlibat dengan baik dalam implementasi 5R mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Namun demikian, pihak sekolah perlu

mencermati pula bahwa temuan lain dalam penelitian ini menunjukkan 26.0%

keterlibatan siswa dalam implementasi 5R masih dalam kategori rendah. Hal ini

berarti masih ada 26.0% siswa yang belum terlibat dengan baik dalam implementasi

5R. Keterlibatan siswa terhadap implementasi 5R dapat berdampak pada keberhasilan

tujuan 5R yakni untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, indah, aman dan

nyaman. Dengan demikian akan meningkatkan pula mutu, efisiensi, efektivitas dan

produktif dalam pembelajaran praktik. Semakin rendah keterlibatan siswa dalam

implementasi 5R, maka tujuan implementasi 5R semakin jauh dari harapan.


Keterlibatan siswa dalam implementasi 5R pada siswa kelas XI program

keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari dapat dijelaskan pada 3

aspek yaitu aspek keterlibatan kognitif (perencanaan), keterlibatan perilaku

(pelaksanaan) dan keterlibatan emosi (evaluasi). Adapun penjabaran hasil masing-

masing aspek keterlibatan siswa dalam implementasi 5R disajikan sebagai berikut.

a. Keterlibatan Siswa dalam Perencanaan 5R (Cognitive Engagement)

Perencanaan berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perencanaan harus

dilakukan secara matang agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam perencanaan 5R, siswa juga perlu dilibatkan karena siswa yang

lebih banyak melaksanakan kegiatan praktik di bengkel. Data keterlibatan siswa

dalam perencanaan 5R diperoleh melalui kuesioner dengan 15 butir pernyataan dan

jumlah responden 96 siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan

SMK Negeri 2 Wonosari. Berdasarkan data keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R

yang diolah diperoleh hasil deskriptif sebagai berikut.

Tabel 6. Hasil Uji Deskriptif Data Keterlibatan Siswa dalam Perencanaan 5R

No Deskriptif Skor
1 Mean 31.90
2 Median 30.50
3 Modus 38.00
4 Standar Deviasi 9.24
5 Minimum 18.00
6 Maximum 53.00
7 Sum 3063.00
(Sumber: data diolah. 2020)
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa data keterlibatan siswa dalam

perencanaan 5R diperoleh skor rerata (mean) sebesar 31.90. skor median sebesar

30.50, modus sebesasr 38,00, standar deviasi sebesar 9.24 dengan skor minimum

siswa sebesar 18.00 sedangkan skor maksimum perolehan siswa sebesar 53.00

dengan total skor keseluruhan (sum) sebesar 3063.

Penentuan kecenderungan keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R, setelah

nilai minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 15 dan 60, maka

selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin),

mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus Sdi = 1/6 (X max-Xmin). Berdasarkan

acuan norma di atas, mean ideal variabel keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R

adalah 37.5. Standar deviasi ideal adalah 7.5. Dari perhitungan di atas dapat

dikategorikan dalam 3 kategori sebagai berikut:

x≥( M i + SD i )
= kategori Tinggi
( M i−SD i ) ≤x < ( M i + SDi ) = kategori Sedang
x< ( M i +SD i )
= kategori Rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi kecenderungan,

adapun distribusi kecenderungan keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R sebagai

berikut.
Tabel 7. Hasil Uji Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Perencanaan 5R

No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 45-60 12 12.5 Tinggi


2 30-44 39 40.6 Sedang
3 15-29 45 46.9 Rendah
Total 96 100
(Sumber: data diolah. 2020)

Tabel 7 menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R pada

siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari

pada kategori tinggi sebanyak 12 siswa (12.5%), kategori sedang sebanyak 39 siswa

(40.6%), dan kategori rendah sebanyak 45 siswa (46.9%). Berdasarkan hasil uji

keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R tersebut dapat digambarkan diagram pie

sebagai berikut.

13%
47% Tinggi
41% Sedang
Rendah

Gambar 6. Diagram Pie Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam perencanaan 5R

Gambar 6 memperlihatkan bahwa mayoritas keterlibatan siswa dalam

perencanaan 5R pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan

SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori rendah (46.90%). Hal ini berarti sebagian
besar siswa belum dilibatkan dengan baik dalam perencanaan 5R di sekolah.

Keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R yang dimaksud dalam penelitian ini

meliputi keterlibatan dalam mencermati pentingnya suatu barang peralatan yang tidak

berfungsi dengan baik, keterlibatan dalam membuat kelengkapan informasi pendataan

dan penataan alat praktik setelah kegiatan praktik selesai, keterlibatan dalam

menyediakan alat kebersihan, keterlibatan dalam deteksi barang dengan pelabelan dan

keterlibatan dalam membuat peraturan yang harus ditaati setiap siswa.

Keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R pada siswa kelas XI program

keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari lebih detailnya dapat

terlihat dari grafik sebagai berikut.

60.00% 55.20%
52.10%
50.00% 49.00%
50.00%

39.60%
38.50%
40.00% 34.40%
30.20% 30.20% 29.20% Tinggi
30.00% Sedang
21.90% Rendah
19.80%
17.70%
20.00% 16.70%
15.60%

10.00%

0.00%
Ringkas Rapi Resik Rawat Rajin

Gambar 7. Grafik Perbandingan Keterlibatan Siswa dalam Perencanaan 5R


Gambar tersebut menunjukkan bahwa dalam perencanaan 5R pada indikator

Ringkas mayoritas siswa berada dalam sedang sebanyak 50.00%. Sisanya dalam

dalam kategori tinggi sebanyak 30.20% dan kategori rendah sebanyak 19.80%. Pada

dasarnya konsep Ringkas mempunyai arti membedakan antara yang diperlukan dan

yang tidak diperlukan dalam kegiatan praktik. Dalam penelitian ini berarti siswa

sudah cukup terlibat dalam perencanaan yakni mencermati pentingnya suatu barang

peralatan yang tidak berfungsi dengan baik di bengkel/tempat praktik.

Kemudian perencanaan 5R pada indikator Rapi mayoritas siswa dalam

kategori rendah sebanyak 39.60%, sisanya dalam kategori sedang sebanyak 38.50%

dan kategori tinggi sebanyak 21.90%. Rapi berkaitan dengan tata letak yang tertata

rapi, sehingga siswa dapat menemukan barang yang diperlukan dengan mudah dan

tanpa pemborosan waktu. Dalam penelitian ini berarti siswa belum terlibat dengan

baik dalam perencaan yakni membuat kelengkapan informasi pendataan dan penataan

alat praktik setelah kegiatan praktik selesai.

Gambar 7 juga dapat diketahui bahwa perencanaan 5R pada indikator resik,

indikator rawat dan indikator rajin mayoritas dalam kategori rendah. Masing-masing

sebesar 49%, 52.10% dan 55.20%. Sisanya dalam kategori sedang dan rendah. Resik

mempunyai arti menghilangkan sampah, kotoran dan barang asing untuk memperoleh

tempat kerja yang lebih bersih. Sedangkan rawat mempunyai arti memelihara barang

dengan teratur. Sementara rajin berkaitan dengan kebiasaan mempraktikkan ringkas,

rapi, resik dan rawat dalam kehidupan sehari-harinya. Dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa siswa belum terlibat dengan baik dalam perencanaan indikator
resik, rawat dan rajin yakni dengan menyediakan alat kebersihan, deteksi barang

dengan pelabelan dan membuat peraturan yang harus ditaati bersama.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka pihak sekolah perlu meningkatkan

keterlibatan kognitif siswa dalam perencanaan 5R khususnya pada indikator rapi,

resik, rawat dan rajin. Keterlibatan tersebut meliputi membuat kelengkapan informasi

pendataan dan penataan alat praktik setelah kegiatan praktik selesai, menyediakan

alat kebersihan, deteksi barang dengan pelabelan dan membuat peraturan yang harus

ditaati bersama.

b. Keterlibatan Siswa dalam Pelaksanaan 5R (Behavioral Engagement)

Pelaksanaan dilakukan setelah sebuah organisasi memiliki perencanaan.

Pelaksanaan 5R merupakan wujud dari sikap keteraturan, kebersihan, dan

kedisiplinan siswa terhadap alat praktik dan ruang praktik dalam pembelajaran

praktik. Oleh karena itu, keterlibatan siswa sangat berperan penting dalam

mewujudkan sikap keteraturan, kebersihan dan kedisiplinan siswa.

Data keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R diperoleh melalui kuesioner

dengan 17 butir pernyataan dan jumlah responden 96 siswa kelas XI program

keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari. Berdasarkan data

keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R yang diolah diperoleh hasil deskriptif

sebagai berikut.
Tabel 8. Hasil Uji Deskriptif Data Keterlibatan Siswa dalam Pelaksanaan 5R

No Deskriptif Skor
1 Mean 45.07
2 Median 45.00
3 Modus 40.00
4 Standar Deviasi 9.94
5 Minimum 27.00
6 Maximum 66.00
7 Sum 4327.00
(Sumber: data diolah. 2020)

Data tersebut menunjukkan bahwa data keterlibatan siswa dalam pelaksanaan

5R diperoleh skor rerata (mean) sebesar 45.07. skor median sebesar 45.00, modus

sebesasr 40.00, standar deviasi sebesar 9.94 dengan skor minimum siswa sebesar

27.00 sedangkan skor maksimum perolehan siswa sebesar 66.00 dengan total skor

keseluruhan (sum) sebesar 4327.

Penentuan kecenderungan keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R, setelah

nilai minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 17 dan 68, maka

selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin),

mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus Sdi = 1/6 (X max-Xmin). Berdasarkan

acuan norma di atas, mean ideal variabel keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R

adalah 42.5. Standar deviasi ideal adalah 8.5. Dari perhitungan di atas dapat

dikategorikan dalam 3 kategori sebagai berikut:

x≥( M i + SD i )
= kategori Tinggi
( M i−SD i ) ≤x < ( M i + SDi ) = kategori Sedang
x< ( M i +SD i )
= kategori Rendah
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi kecenderungan,

adapun distribusi kecenderungan keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R sebagai

berikut.

Tabel 9. Hasil Uji Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Pelaksanaan 5R

No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 51-68 34 35.4 Tinggi


2 34-50 47 49.0 Sedang
3 17-33 15 15.6 Rendah
Total 96 100
(Sumber: data diolah. 2020)

Tabel 9 tampak bahwa keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R pada siswa

kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari pada

kategori tinggi sebanyak 34 siswa (35.4%), kategori sedang sebanyak 47 siswa

(49.0%), dan kategori rendah sebanyak 15 siswa (15.6%). Berdasarkan hasil uji

keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R tersebut dapat digambarkan diagram pie

sebagai berikut.

16%
35%
Tinggi
Sedang
49%
Rendah

Gambar 8. Diagram Pie Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Pelaksanaan 5R


Gambar 8 diketahui bahwa mayoritas keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R

pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2

Wonosari dalam kategori sedang (49.00%). Hal ini berarti sebagian besar siswa sudah

teribat dengan cukup baik dalam pelaksanaan 5R di sekolah. Keterlibatan siswa

dalam pelaksanaan 5R yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi keterlibatan

dalam menangani barang cacat, suku cadang dan produk rusak (Ringkas), menata dan

merapikan tempat kerja dan peralatan (Rapi), kegiatan pembersihan alat praktik dan

ruang praktik (Resik), kegiatan perawatan barang (Rawat) dan melakukan

pembiasaan dengan mengikuti peraturan yang telah ditentukan dan menjalin

komunikasi dengan baik (Rajin).

Keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R pada siswa kelas XI program keahlian

Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari lebih detailnya dapat terlihat dari

grafik sebagai berikut.


59.40%
60.00%
50.00%
50.00% 43.80% 43.80%
44.80%
42.70% 42.70%
40.60% 39.60% 38.50%
40.00%
Tinggi
30.00% Sedang
18.80% Rendah
16.70%
20.00%
11.50%
7.30%
10.00%
0.00%
0.00%
Ringkas Rapi Resik Rawat Rajin

Gambar 9. Grafik Perbandingan Keterlibatan Siswa dalam Pelaksanaan 5R


Gambar tersebut menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan 5R pada indikator

Ringkas, Rapi dan Resik mayoritas siswa berada dalam tinggi dengan masing-masing

persentase sebanyak 59.40%, 43.80% dan 44.80%. Sisanya dalam dalam kategori

sedang dan kategori rendah. Hal ini berarti keterlibatan siswa sudah sangat baik

dalam pelaksanaan indikator Ringkas, Rapi dan Resik. Kemudian pelaksanaan 5R

pada indikator Rawat sebagian besar justru dalam kategori rendah sebanyak 42.70%.

Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pemeliharaan/perawatan barang yang dilakukan

siswa belum teratur dalam kegiatan praktik. Sementara pelaksanaan 5R pada

indikator Rajin sebagian besar dalam kategori sedang sebanyak 50.0%. Sisanya

dalam kategori tinggi sebanyak 42.70% dan kategori rendah sebanyak 7.30%.

Berdasarkan uraian tersebut, maka pihak sekolah perlu meningkatkan

keterlibatan perilaku siswa dalam pelaksanaan 5R khususnya pada indikator Rawat.

Keterlibatan perilaku siswa pada indikator Rawat yang dimaksud yakni perawatan

barang praktik secara teratur. Rawat dalam pembelajaran praktik meliputi dapat

dilakukan dengan menggunakan alat bantu keamanan yaitu sepatu. Siswa

menggunakan sepatu sebagai alat keamanan. Sealain itu siswa juga menggunakan

sarung tangan dan masker jika memang perlu digunakan sesuai dengan alat praktik

yang digunakan. Perawatan terhadap alat dilakukan oleh siswa dengan bertanggung

jawab untuk memelihara alat praktik yang digunakan dengan konsekuensi tertentu.
c. Keterlibatan Siswa dalam Evaluasi 5R (Emotional Engagement)

Evaluasi pada dasarnya merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan secara

sistematis untuk menilai, mengoreksi terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan, dan

membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya dengan maksud

agar tujuan dari organisasi dapat tercapai. Dengan siswa dilibatkan dalam kegiatan

evaluasi 5R, maka siswa dapat menilai diri sendiri mengenai ketercapaian tujuan

pembelajaran praktik.

Data keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R diperoleh melalui kuesioner dengan

13 butir pernyataan dan jumlah responden 96 siswa kelas XI program keahlian

Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari. Berdasarkan data keterlibatan

siswa dalam evaluasi 5R yang diolah diperoleh hasil deskriptif sebagai berikut.

Tabel 10. Hasil Uji Deskriptif Data Keterlibatan Siswa dalam Evaluasi 5R

No Deskriptif Skor
1 Mean 32.59
2 Median 32.00
3 Modus 26.00
4 Standar Deviasi 7.46
5 Minimum 18.00
6 Maximum 50.00
7 Sum 3129.00
(Sumber: data diolah. 2020)

Data tersebut menunjukkan bahwa data keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R

diperoleh skor rerata (mean) sebesar 32.59. skor median sebesar 32.00, modus

sebesasr 26.00, standar deviasi sebesar 7.46 dengan skor minimum siswa sebesar
18.00 sedangkan skor maksimum perolehan siswa sebesar 50.00 dengan total skor

keseluruhan (sum) sebesar 3129.

Penentuan kecenderungan keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R, setelah nilai

minimum (Xmin) dan nilai maksimum (Xmax) diketahui yaitu 13 dan 52, maka

selanjutnya mencari nilai rata-rata ideal (Mi) dengan rumus Mi = ½ (Xmax+Xmin),

mencari standar deviasi ideal (SDi) dengan rumus Sdi = 1/6 (X max-Xmin). Berdasarkan

acuan norma di atas, mean ideal variabel keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R adalah

32.5. Standar deviasi ideal adalah 6.5. Dari perhitungan di atas dapat dikategorikan

dalam 3 kategori sebagai berikut:

x≥( M i + SD i )
= kategori Tinggi
( M i−SD i ) ≤x < ( M i + SDi ) = kategori Sedang
x< ( M i +SD i )
= kategori Rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat dibuat tabel distribusi kecenderungan,

adapun distribusi kecenderungan keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R sebagai

berikut

Tabel 11. Hasil Uji Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Evaluasi 5R

No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori

1 39-52 21 21.9 Tinggi


2 26-38 57 59.4 Sedang
3 13-25 18 18.8 Rendah
Total 96 100
(Sumber: data diolah. 2020)
Tabel 11 tampak bahwa keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R pada siswa kelas

XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari pada

kategori tinggi sebanyak 21 siswa (21.9%), kategori sedang sebanyak 57 siswa

(59.4%), dan kategori rendah sebanyak 18 siswa (18.8%). Berdasarkan hasil uji

keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R tersebut dapat digambarkan diagram pie sebagai

berikut.

19% 22%

Tinggi
Sedang
59% Rendah

Gambar 10. Diagram Pie Kategorisasi Keterlibatan Siswa dalam Evaluasi 5R

Gambar 10 diketahui bahwa mayoritas keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R

pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2

Wonosari dalam kategori sedang (59.40%). Sisanya dalam kategori tinggi sebanyak

21.9% dan kategori rendah sebanyak 18.8%. Hal ini berarti sebagian besar siswa

sudah teribat dengan cukup baik dalam evaluasi 5R di sekolah. Keterlibatan siswa

dalam evaluasi 5R yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi keterlibatan dalam
mengecek disfungsional dari barang yang ada (Ringkas),kontrol kerapian peralatan

setiap hari sesuai atas arahan dari guru dan jobsheet (Rapi), kegiatan pengecekan

kebersihan alat praktik secara rutin baik kelengkapan maupun kondisi alat (Resik),

kontrol kejelasan dan kesesuaian alat dan ruang kerja (Rawat) dan kesesuaian

pelaksanaan kegiatan praktik dengan arahan guru/ jobsheet (Rajin).

Keterlibatan siswa dalam evaluasi 5R pada siswa kelas XI program keahlian

Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari lebih detailnya dapat terlihat dari

grafik sebagai berikut.

70.00%
60.40%

60.00% 54.20%
52.10%
49.00%
50.00% 44.80%
39.60%
38.50%
40.00% 34.40% 33.30% Tinggi
31.30%
Sedang
30.00% Rendah
21.90%
17.70%
20.00%
11.50%
8.30%
10.00%
3.10%

0.00%
Ringkas Rapi Resik Rawat Rajin

Gambar 11. Grafik Perbandingan Keterlibatan Siswa dalam Evaluasi 5R

Gambar tersebut menunjukkan bahwa dalam evaluasi 5R pada indikator

Ringkas, Rapi, Resik dan Rawat mayoritas siswa berada dalam sedang dengan

masing-masing persentase sebanyak 39.60%, 60.40%, 54.20% dan 49.00%. Sisanya


dalam kategori sedang dan kategori rendah. Hal ini berarti keterlibatan siswa sudah

cukup baik dalam pelaksanaan indikator Ringkas, Rapi, Resik dan Rawat. Kemudian

pelaksanaan 5R pada indikator Rajin sebagian besar sudah dalam kategori tinggi

sebanyak 52.10%. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan emosi siswa dalam

menyesuaikan pelaksanaan kegiatan praktik dengan arahan guru/ jobsheet sudah

sangat baik. Namun demikian, gambar 1 juga menunjukkan masih ada beberapa siswa

yang berada dalam kategori rendah khususnya pada indikator Ringkas dengan

persentase terbanyak sebanyak 38.50%. Oleh karena itu, pihak sekolah perlu

memberikan perhatian serius pada indikator tersebut, agar implementasi 5R dapat

berjalan dengan optimal.

d. Hambatan Keterlibatan Siswa dalam implementasi 5R

Keterlibatan siswa dalam implementasi 5R tentunya tidak terlepas dari adanya

hambatan. Hambatan tersebut dapat mempengaruhi optimalisasi keterlibatan siswa

dalam implementasi 5R. Oleh karena itu, perlu diketahui hambatan siswa dalam

keterlibatan implementasi 5R. Dengan mengetahui hambatan, maka diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam mengatasi permasalahan

implementasi 5R. Data hambatan keterlibatan siswa dalam implementasi 5R

diperoleh melalui kuesioner terbuka dengan jumlah responden 96 siswa kelas XI

program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari. Hasil analisis

hambatan dalam penelitian ini, peneliti membagi menjadi 2 faktor penghambat yakni
faktor dalam diri siswa dan faktor luar diri siswa. Berdasarkan analisis data kuesioner

terbuka, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 12. Hambatan Keterlibatan Siswa dalam implementasi 5R

Faktor dalam diri siswa (Internal) Faktor di luar diri siswa (Eksternal)

1. Kurangnya kesadaran pada diri 1. Pengaruh teman


siswa
2. Rasa malas dari diri siswa 2. Media praktik terbatas
3. Sarana dan prasarana kurang
mendukung dalam implementasi 5R

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya hambatan

keterlibatan siswa dalam implementasi 5R terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yakni

faktor dalam diri siswa (internal) meliputi kurangnya kesadaran pada diri siswa dan

rasa malas dalam diri siswa. Faktor kedua yakni faktor yang berasal dari luar diri

siswa (eksternal) meliputi adanya pengaruh teman, media praktik yang terbatas serta

sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam implementasi 5R. Hambatan

tersebut hendaknya perlu menjadi perhatian serius bagi pihak sekolah agar tidak

menjadi kendala dalam mencapai tujuan implementasi 5R.

B. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas keterlibatan siswa dalam

implementasi 5R pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan

SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori sedang (55.20%). Sisanya dalam kategori

sedang sebanyak 53 siswa (55.2%), dan kategori rendah sebanyak 25 siswa (26.0%).

Hal ini berarti sebagian besar siswa telah terlibat dengan baik dalam implementasi
5R. Keterlibatan siswa dalam implementasi 5R pada siswa kelas XI program keahlian

Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari dijelaskan pada 3 aspek yaitu

aspek keterlibatan kognitif (perencanaan), keterlibatan perilaku (pelaksanaan) dan

keterlibatan emosi (evaluasi).

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Fredricks dkk, (2004) bahwa

keterlibatan siswa adalah siswa merasa terlibat aktif di sekolah secara emosi, kognitif

dan perilaku. Dengan keterlibatan yang baik, maka akan berdampak pada hasil

pendidikan. Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Hart dkk (2011) yang

mengatakan bahwa keterlibatan yang berhubungan dengan kegiatan sekolah telah

menjadi konsep penting yang berkaitan dengan hasil dari pendidikan).

Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas keterlibatan siswa

dalam perencanaan 5R pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan

Ringan SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori rendah (46.90%). Sisanya pada

kategori tinggi sebanyak 12 siswa (12.5%) dan kategori sedang sebanyak 39 siswa

(40.6%). Hal ini berarti sebagian besar siswa belum dilibatkan dengan baik dalam

perencanaan 5R di sekolah khususnya pada indikator rapi, resik, indikator rawat dan

indikator rajin.

Perencanaan merupakan hal utama yang harus dilakukan agar dapat mencapai

tujuan yang ditetapkan. Tanpa adanya perencanaan yang baik, maka tujuan dari

kegiatan implementasi 5R tidak akan tercapai dengan baik. Oleh karena itu, siswa

perlu diberi kesempatan untuk terlibat dalam perencanaan implementasi 5R. Dengan

keterlibatan yang tinggi, maka siswa dapat berpikir kreatif, mengesplorasi, bertanya
dan belajar lebih banyak dalam implementasi 5R. Pada akhirnya perencanaan yang

disusun menjadi lebih matang dan sesuai dengan arah tujuan.

Temuan selanjutnya dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas

keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R pada siswa kelas XI program keahlian

Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori sedang (49.00%).

Sisanya dalam kategori tinggi sebanyak 34 siswa (35.4%) dan dan kategori rendah

sebanyak 15 siswa (15.6%). Hal ini berarti sebagian besar siswa sudah teribat dengan

cukup baik dalam pelaksanaan 5R di sekolah. Namun demikian, pada indikator Rawat

mayoritas keterlibatan siswa dalam kategori rendah sebanyak 42.70%.

Keterlibatan siswa memiliki peran penting dalam pelaksanaan 5R. Hal ini

dikarenakan siswa merupakan inti dari proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan

keterlibatan siswa dalam pelaksanaan 5R, maka siswa dapat turut serta dalam

menciptakan lingkungan sekolah yang bersih, aman dan nyaman. Selain itu, juga

dapat mencapai disiplin pribadi yang baik mulai dari ringkas, rapi, resik, rawat dan

rajin. Sebgaimana dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizki Anjasari (2015)

bahwa pelaksanan prinsip 5R sangat penting dilakukan oleh siswa tentunya dengan

bimbingan guru agar lebih terarah dan tepat.

Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas keterlibatan siswa

dalam evaluasi 5R pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan

SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori sedang (59.40%). Sisanya dalam kategori

tinggi sebanyak 21.9% dan kategori rendah sebanyak 18.8%. Hal ini berarti sebagian

besar siswa sudah terlibat dengan cukup baik dalam evaluasi 5R di sekolah.
Evaluasi sangat penting untuk menilai suatu program dapat berjalan sesuai

dengan standar atau tidak. Dengan evaluasi, maka pihak sekolah dapat mengkoreksi

penyimpangan yang terjadi dan dapat memberi alternatif solusi yang mungkin dapat

mengatasi masalah yang terjadi. Dengan melibatkan siswa dalam proses evaluasi,

maka implementasi 5R dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien. Siswa juga

dapat belajar mengevaluai diri dalam implementasi 5R, sehingga siswa dapat

memperbaiki kekurangan atau kelemahan yang ada diri siswa.

Perbandingan aspek keterlibatan siswa dalam implementasi 5R pada siswa kelas

XI program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari dapat

dilihat pada grafik sebagai berikut.

59.40%
60.00%

49.00%
46.90%
50.00%
40.60%
40.00% 35.40%

30.00% Tinggi
21.90% Sedang
18.80% Rendah
20.00% 15.60%
12.50%

10.00%

0.00%
Perencanaan (cognitive Pelaksanaan (behavioral Evaluasi (emotional
engagement) engagement) engagement)

Gambar 12. Grafik Perbandingan Aspek Keterlibatan Siswa dalam Implementasi 5R


Gambar tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan siswa dalam perencanaan 5R

mayoritas dalam kategori rendah. Sementara keterlibatan siswa dalam pelaksanaan

5R dan evaluasi 5R mayoritas dalam kategori sedang. Hal ini berarti keterlibatan

siswa dalam perencanaan 5R perlu ditingkatkan oleh pihak sekolah. Dengan

keterlibatan yang tinggi, maka siswa diberi kesempatan untuk berpikir kreatif, dan

bereksplorasi dalam implementasi 5R serta mampu meningkat disiplin pribadi yang

positif pada diri siswa.

Keterlibatan siswa dalam implementasi 5R juga tidak terlepas dari adanya faktor

penghambat. Penelitian ini menemukan bahwa hambatan keterlibatan siswa dalam

implementasi 5R yakni faktor dalam diri siswa (internal) meliputi kurangnya

kesadaran pada diri siswa dan rasa malas dalam diri siswa. Selain itu, adanya faktor

yang berasal dari luar diri siswa (eksternal) meliputi adanya pengaruh teman, media

praktik yang terbatas serta sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam

implementasi 5R. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Rizki Anjasari (2015). Hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa

faktor Penghambat pelaksanaan prinsip kerja 5R dalam pembelajaran praktik yaitu

dengan sikap beberapa siswa yang masih belum mengkaidahkan prinsip kerja 5R, hal

ini disebabkan dari banyak faktor seperti kurangnya kesadaran, dan kurangnya

pengawasan terhadap siswa saat pembelajaran praktik berlangsung.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diketahui

bahwa mayoritas keterlibatan siswa dalam implementasi 5R pada siswa kelas XI

program keahlian Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Wonosari dalam kategori
sedang (55.20%). Namun demikian, pihak sekolah dalam hal ini SMK Negeri 2

Wonosari perlu mencermati aspek dan indikator yang berada pada kategori rendah

agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan keterlibatan siswa

dalam implementasi 5R.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diupayakan dengan cermat dan teliti, namun bagaimanapun

juga memiliki kelemahan dan keterbatasan yaitu ketika pengambilan data penelitian

di lapangan, peneliti tidak bisa mendampingi siswa satu persatu dalam mengisi

angket penelitian, sehingga peneliti tidak mengetahui apakah hasil tersebut sesuai

dengan kenyataan atau tidak. Selain itu, dalam pengukuran keterlibatan siswa dalam

implementasi 5R hanya melihat sisi subjektifitas dari jawaban siswa saja, tidak

melibatkan keterangan dari guru atau pihak sekolah.

Anda mungkin juga menyukai