PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
ACETAMINOPHENUM
Asetaminofen
Parasetamol
N- asetil-4-aminofenol
C8H9NO2
BM 151,16
Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam 13
bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Dosis maksimal per hari parasetamol tidak dicantumkan, tetapi normalnya 3 - 4x sehari.
Apabila parasetamol diberikan secara terus menerus akan menyebabkan hepatotoksik
(Kerusakan hati).
[Menurut Farmakope Indonesia Edisi ke-III tahun 1979 halaman 37]
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
Fase Dalam:
Paracetamol 250 mg
Saccarum Lactis 80 mg
Amprotab 40 mg
Pasta Amylum q.s
Fase Luar:
Amprotab 5%
Mg Stearat 1%
Aerosil 0,5%
Talkum 0,5%
Pewarna merah q.s
-Bahan
-Paracetamol - Aerosil
Komponen Granul
93
x 250 mg=232,5 mg
100
Fase Dalam:
Paracetamol
Saccarum Lactis
Amprotab
Fase Luar:
Amprotab
5
x 232,5=12,5 gr
93
Mg Stearat
1
x 232,5=2,5 gr
93
Aerosil
0,5
x 232,5=1,25 gr
93
Talkum
0,5
x 232,5=1,25 gr
93
BAB III
PEMBAHASAN
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet ini ialah metode granulasi
basah karena parasetamol memiliki sifat tahan pemanasan dan stabil terhadap
lembab. Selain itu, dengan menggunakan metode granulasi basah, akan dihasilkan
tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lebih lama dibanding dengan cara
granulasi kering. Metode granulasi basah dilakukan terlebih dahulu dengan
penambahan zat pengisi avicel PH 101 dan penambahan bahan pengikat PVP k30
serta penambahan bahan pengikat sekaligus pengisi Avicel 102 sampai menjadi
massa granul yang baik baru kemudian diayak. Penambahan bahan pengisi avicel
PH 101 ini dimaksudkan untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak,
sedangkan penambahan avicel PH 101 sebagai bahan pengikat sekaligus pengisi
karena avicel PH 101 memiliki kadar lembab tinggi, yang membuat ikatan molekul
obat dan eksipien cukup kuat, dan penambahan PVP k30 berguna untuk
memberikan daya adhesi pada massa serbuk saat granulasi serta menambah daya
kohesi pada bahan pengisi. Pengayakan pada metode ini bertujuan untuk mencegah
rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang padat dan kasar,
selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata sehingga memiliki
distribusi normal dan diharapkan kandungan zat aktif dalam sediaan menjadi
seragam. Massa granul yang sudah diayak kemudian dikeringkan dengan 2 cara
yaitu meggunakan lemari pengering (oven) dan alat FBD (Fluid Bed Dryer) untuk
mencegah terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya
kandungan air di dalam granul. Setelah kering granul diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang sama rata.
Bahan pengisi dibutuhkan untuk membuat bulk (menambah bobot sehingga
memiliki bobot yang sesuai untuk dikempa), memperbaiki kompresibilitas dan sifat
alir bahan aktif yang sulit dikempa serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga
dapat dikempa langsung. Bahan pengisi dapat dibagi berdasarkan katagori: material
organik (karbohidrat dan modifikasi karbohidrat), material anorganik (kalsium
fosfat dan lainnya), serta co-processed diluents. Jumlah bahan pengisi yang
dibutuhkan bervariasi, berkisar 5-80% dari bobot tablet (tergantung jumlah zat aktif
dan bobot tablet yang diinginkan). Bila bahan aktif berdosis kecil, sifat tablet
(campuran massa yang akan ditablet) secara keseluruhan ditentukan oleh sifat bahan
pengisi.
Bahan pengisi yang dapat digunakan untuk kempa langsung disebut dengan
filler-binders. Filler-binders adalah bahan pengisi yang sekaligus memiliki
kemampuan meningkatkan daya alir dan kompaktibilitas massa tablet. Filler
binders digunakan dalam kempa langsung. Persyaratan suatu material dapat
berfungsi sebagai filler-binders adalah mempunyai fluiditas dan kompaktibilitas
yang baik. Material yang mempunyai sifat demikian biasanya mempunyai ukuran
partikel yang relatif besar (bukan fines) dengan bentuk yang sferis. Bahan pengisi
yang dapat berfungsi sebagai filler-binders biasanya hasil modifikasi, termasuk co-
processed diluents. Co-processed diluents merupakan material hasil modifikasi dan
kombinasi 2 atau lebih material dengan proses yang sesuai. Material co-processed
diluents lebih baik untuk kempa langsung dibandingkan hasil modifikasi 1 macam
diluents saja.
Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa
serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang
telah ada pada bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk
kering dan bentuk larutan (lebih efektif). Bahan pengikat secara umum dapat
dibedakan menjadi: pengikat dari alam, polimer sintetik/semisintetik dan gula.
Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk
larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan
dalam bentuk kering, setelah dicampur dengan massa yang akan digranul baru
ditambahkan pelarut.
Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair
maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel, selanjutnya terbentuk
jembatan cair (liquid bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan
akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/ pembesaran granul. Setelah
proses pengayakan dilakukan proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya
jembatan padat antara partikel yang saling mengikat membentuk granul. Banyaknya
larutan pengikat yang dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung
pada: jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas,
hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan.
Pada tabel IV terlihat perkiraan volume larutan pengikat yang dibutuhkan untuk
menggranul berbagai bahan pengisi.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Granulasi adalah proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang
lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat
granul yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis,ukuran serta bentuk partikel.
b. Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompresibilitas dari massa
cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak
memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan
memperbaiki penampakan tablet.
DAFTAR PUSTAKA
Anief M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press.
Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia
Press, Jakarta
Departemen kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan.