Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Haji dan Umroh

Dosen Pembimbing :

Bapak Radial, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Jumiati (2001011248)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
Medan

2021
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “HAJI
DAN UMROH”.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, maka kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyusun makalah ini sampai selesai.
Kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk penyusunan makalah
yang selanjutnya agar jauh lebih baik dari sebelumnya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga
makalah ini bemanfaat bagi kami khususnya bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

HALAMAN
JUDUL
i
KATA
PENGANTAR
ii
DAFTAR
ISI
iii
BAB
I

PENDAHULUAN

A. Latar
belakang
1
B. Rumusan
Masalah
1
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bagaimana pengertian haji dan
umroh? 2
2. Apa tujuan, dasar hukum dan hubungan haji dan
umroh? 2
3. Apa saja syarat-syarat wajib, rukun, wajib dan sunnah haji
dan umroh? 3
4. Apa saja dam/denda saat haji dan
umroh? 4
5. Apa saja hikmah melaksanakan haji dan
umroh? 5
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Agama Islam bertugas mendidik dzahir manusia, mensucikan
jiwa manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu.
Dengan ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai
kehendak Allah, insya Allah akan menjadi orang yang
beruntung. Ibadah dalam agama Islam banyak macamnya. Haji
dan umroh adalah salah satunya. Haji merupakan rukun iman
yang kelima setelah syahadat, sholat, zakat, dan puasa. Ibadah
haji adalah ibadah yang baik karena tidak hanya menahan hawa
nafsu dan menggunakan tenaga dalam mengerjakannya, namun
juga semangat dan harta.
Dalam mengerjakan haji, diperlukan penempuhan jarak yang
demikian jauh untuk mencapai Baitullah, dengan segala
kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah dengan
sanak keluarga hanya dengan satu tujuan untuk mencapai
kepuasan batin dan kenikmatan rohani.
Untuk memperdalam pengetahuan kita, kami mencoba
memberi penjelasan secara singkat mengenai pengertian haji
dan umrah, dasar hukum perintah haji dan umrah, syarat, rukun
dan wajib haji dan umrah serta hal-hal yang dapat membatalkan
haji dan umrah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian haji dan umroh?
2. Apa tujuan, dasar hukum dan hubungan haji dan
umroh?
3. Apa saja syarat-syarat wajib, rukun, wajib dan
sunnah haji dan umroh?
4. Apa saja dam/denda saat haji dan umroh?
5. Apa saja hikmah melaksanakan haji dan umroh?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian haji dan umroh.
2. Mengetahui tujuan dan dasar hukum haji dan umroh.
3. Mengetahui syarat, rukun, wajib dan sunnah haji dan
umroh.
4. Mengetahi dam/denda saat haji dan umroh.
5. Mengetahui hikmah melaksanakan haji dan umroh.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Haji dan Umroh


Haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah
“al-qashdu” atau “menyengaja”. Sedangkan arti haji dilihat dari
segi istilah (terminology) berarti bersengaja mendatangi
Baitullah (ka’bah) untuk melakukan beberapa amal ibadah
dengan tata cara yang tertentu dan dilaksanakan pada waktu
tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’,
semata-mata mencari ridho Allah.
Adapun umrah menurut bahasa bermakna ziarah. Sedangkan
menurut syara’ umrah ialah menziarahi ka’bah, melakukan
tawaf di sekelilingnya, bersa’yu antara Shafa dan Marwah dan
mencukur atau menggunting rambut.

2. Tujuan, Dasar Hukum dan Hubungan Haji dan


Umroh
A. Tujuan Pelaksanaan Haji dan Umroh
QS. Al-Baqarah : 189
“Mereka bertanya kepadamu tentang bulan tsabit. Katakanlah:
"Bulan tsabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan
(bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki
rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah
kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah
itu dari pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
beruntung”.

B. Dasar Hukum Pelaksanaan Haji dan Umroh


Mengenai hukum ibadah haji, asal hukumnya adalah wajib
‘ainbagi yang mampu. Melaksanakan haji wajib, yaitu karena
memenuhi rukun Islam dan apabila kita “nazar” yaitu seorang
yang bernazar untuk haji, maka wajib melaksanakannya,
kemudian untuk haji sunat, yaitu dikerjakan pada kesempatan
selanjutnya, setelah pernah menunaikan haji wajib.
Haji merupakan rukun Islam yang ke lima, diwajibkan
kepada setiap muslim yang mampu untuk mengerjakan. Jumhur
Ulama sepakat bahwa mula-mulanya disyari’atkan ibadah haji
tersebut pada tahun ke enam Hijrah, tetapi ada juga yang
mengatakan tahun ke sembilan hijrah.
1. Al-Qur’an
Artinya : “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di
antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya
(Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam

2. Al-Hadits
“Dari ibnu Abbas, telah berkata Nabi SAW : Hendaklah kamu
bersegera mengerjakan haji, maka sesungguhnya seseorang
tidak akan menyadari sesuatu halangan yang akan
merintanginya”.

C. Hubungan Haji dengan Umroh


Didalam ibadah haji, sebenarnya mengandung dua macam
ibadah yang berhubung-hubungan, yaitu :
a. Haji : biasa dikatakan orang haji besar.
b. Umroh : biasa dikatakan orang haji kecil.
Didalam Al-Qur’an diperintahkan sebagai berikut :
! ‫وأﺗﻤّﻮاﻟﺤﺞّ واﻟﻌﻤﺮة‬
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umroh karena Alloh”.3
Untuk menunaikan ibadah haji dan umroh, dapat dikerjakan
sebagai berikut :
1. Haji Tamattu’ : Lebih utama mengerjakan umroh (haji
kecil) hingga selesai. Kemudian pada waktu haji (haji besar)
tanggal 8 Dzulhijjah melakukan ibadah haji besar sampai
selesai.
2. Haji Qiraan : Umroh dan haji dikerjakan menjadi satu,
sekali jalan.
3. Haji Ifraad : Pada Syawal-12/13 Dzulhijjah hanya
mengerjakan haji saja, sedang umroh dijalankan sebelum bulan
syawal / setelah selesai mengerjakan haji didalam tahun itu
juga.

3. Syarat-syarat Wajib, Rukun, Wajib dan Sunnah


Haji Umroh
A. Syarat-syarat wajib haji dn Umroh
Orang-orang yang berkewajiban menjalankan haji dan Umroh
itu hanyalah yang memenuhi syarat-syarat yang tersebut
tersebut di bawah ini:
a. Islam
b. Berakal
c. Baligh
d. Merdeka
e. Mampu (kuasa)

B. Rukun haji ada enam perkara:


a) Ihram : Berpakaian ihram dan niat ihram haji
b) Wukuf : Berdiam di padang Arafah pada tanggal 9
Dzulhijjah
c) Thawaf : Thawaf haji,yang disebut Thawaf Ifadlaah
d) Sa’yi : Berjalan atau lari kecil antara bukit Shofa dan
Marwah
e) Tahallul : Membuka ihram dengan cara menggunting
rambut sedikitnya 3 helai
f) Tertib.

C. Wajib Haji
a. Ihram harus dari batas-batas tempat dan waktu yang telah
ditentukan. Batas-batas tempat dan waktu itu dinamakan
“Miqaat”.
b. Bermalam di Muzdalifah,yakni sepulangnya dari Arafah
ke Mina.
c. Bermalam di Mina selama 3 atau 2 malam pada Hari
Tasyriq.
d. Melontar Jumrah ‘Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah dan
melontar Jumrah ketiga-tiganya pada hari-hari Tasyriq.
 melontar jumroh aqobah waktunya setelah tengah malam ,
pagi dan sore. Tetapi diutamakan sesudah terbit matahari
tanggal 10 Djulhijjah
 melontar jumroh ketiga-tiganya pada tanggal 11,12,13
Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan malam. Tetapi
diutamakan sesudah tergelincir matahari.
 Setiap melontar 1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing
dengan 1 krikil
 Pada tanggal 10 Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja
lalu tahallul (awal). Dengan selesainya tahallul awal ini,
maka seluruh larangan ihram telah gugur, kecuali
menggauli isteri. setelah tahallul tanggal 10 Djulhijjah
kalau ada kesempatan hendaklah pergi ke Mekkah untuk
thawaf ifadah dan sa’i tetapi harus kembali pada hari itu
juga dan tiba di mina sebelum matahari terbenam.
 Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula,
Wustha dan Aqobah secara berurutan, kemudian kembali
ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar awal.
 Bagi jama’ah haji yang masih berada di Mina pada
tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar ketiga jumroh
itu lagi, lalu kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan
naffar tsani.
 Bagi jama’ah haji yang blm membayar dam hendaklah
menunaikannya disini dan bagi yang mampu, hendaklah
memotong hewan kurban.
 Beberapa permasalahan di Mina yang perlu diketahui
jama’ah adalah sebagai berikut :
 Masalah Mabit di Mina
 Masalah melontar jumroh
 melontar malam hari
 melontar dijamakkan
 tertunda melontar jumroh Aqobah
 mewakili melontar jumroh

e. Meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan


(terlarang), karena ihram.
D. Sunnah Haji
a) Mandi untuk ihram.
b) Shalat sunnah ihram 2 raka’at.
c) Thawaf qudum, yaitu thawaf karena datang di Tanah
Haram.
d) Membaca Talbiyah.
e) Bermalam di Mina pada tanggal 9 Dzulhijjah.
f) Bermalam di Arafah pada siang dan malam.
g) Berhenti di Masy’aril Haram pada hari Nahar (10
Dzulhijjah)
h) Berpakaian ihram yang serba putih.

E. Rukun dan Wajib Umroh


a. Ihram dengan niatnya.
b. Thawaf.
c. Sa’yi.
d. Tahallul.
e. Tertib.
Adapun wajib umrah ada dua perkara yaitu:
a. Ihram dari Miqaat.
b. Meninggalkan hal-hal yang diharamkan karena ihram.
4. Dam / Denda
A. Macam-macam dam(denda)
1. Menyembelih seekor kambing, yang sah untuk qurban
untuk disedekahkan kepada fakir miskin. Kalau tidak bisa,
boleh diganti dengan puasa 10 hari (3 hari dikerjakan waktu
haji dan yang 7 hari bisa dilakukan di kampungnya setelah
pulang).
Denda ini di berikan kepada yang :
a. Mengerjakan haji secara Tamattu.
b. Mengerjakan haji secara Qiran
c. Mulai ihram tidak dari Miqaat.
d. Tidak bermalam di Muzdalifah
e. Tidak bermalam di Mina
f. Tidak melempar jumrah.
2. Menyembalih kambing untuk disedekahkan, atau puasa 3
hari atau memberi makan 3 sha’ (kira-kira sebanyak 7 kg)
kepada 6 orang miskin.
Denda ini diberikan kepada seseorang yang melakukan salah
satu hal-hal di dalam ihram yaitu:
a. Memakai pakaian yang berjahit menyarung,bagi
laki-laki saja
b. Memotong kuku
c. Bercukur atau memotong rambut atau bulu badan
d. Memakai minyak harum pada pakaian ataupun badan
e. Bersentuh dengan perempuan dengan Syahwat
f. Bersetubuh sesudah Tahallul-Awwal
3. Menyembelih seekor unta kalau tidak sanggup wajib
menyembelih seekor sapi kalau tidak mungkin dapat diganti
menyembelih 7 ekor kambing kalau tidak bisa harga seekor unta
ditaksir harganya sebanyak harganya dibelikan makanan untuk
disedekahkan kepada fakir miskin kalaupun tidak sanggup maka
wajiblah diganti dengan puasa untuk tiap-tiap 1 mud makanan
harga unta itu dengan puasa 1 hari. Denda ini di jatuhkan kepada
orang yang bersetubuh sebelum Tahallul-Awal.
4. Barang siapa yang membunuh hewan buruan di tanah
haram maka wajib membayar dam sebagai berikut:
a. Menyembelih hewan yang serupa atau hampir
sama dengan binatang yang terbunuh
b. Kalau itu tidak mungkin wajib bersedekah makanan
sebanyak harga binatang tersebut, kalaupun tidak bisa boleh
diganti dengan puasa, dengan perhitungan 1 mud 1 hari.
5. Barang siapa yang memotong kayu di tanah haram
maka dendanya adalah:
a. Bagi kayu besar dendanya seekor unta atau sapi.
b. Bagi kayu kecil dendanya seekor kambing.
6. Bagi yang terhalang di jalan, sehingga tidak dapat
meneruskan pekerjaan haji atau umrah, maka boleh tahallul
dengan menyembelih seekor kambing di tempat itu, kemudian
bercukur atau memotong rambut dengan niat tahallul.

B. Tempat membayar denda


1. Denda yang berupa menyembelih binatang dan
memberi makan, dibayarkan di tanah haram.
2. Denda yang berupa puasa dibayarkan dimana saja
kecuali yang telah ditentukan harus dilakukan di waktu haji.
3. Denda yang berupa menyembelih binatang karena
terhalang dibayarkan di tempat ia terhalang.
5. Hikmah Pelaksanaan Haji dan Umroh
Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung
rahasia, contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama
maksudnya adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari
hawa nafsu dan hanya mengahadap diri kepada Allah Yang
Maha Agung.
Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu’an
Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan
sikap mental dan akhlak yang mulia.
Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh
dunia menjadi umat yang satu karena mempunyai persamaan
atau satu akidah.
Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia,
yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia
dan Ka’bahlah yang menjadi symbol kesatuan dan persatuan.
Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun
umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan
fisik yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta
ketabahan dalam menghadapi segala godaan dan rintangan.
Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji
maupun umrah, banyak meminta pengorbanan baik harta, benda,
jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk
melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk
membina persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

Haji berarti bersengaja mendatangi Baitullah (ka’bah)


untuk melakukan beberapa amal badahdengan tata cara yang
tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, menurut
syarat- syarat yang ditentukan oleh syara’, semata-mata
mencari ridho Allah.Umrah ialah menziarahi ka’bah,
melakukan tawaf disekelilingnya, bersa’yu antara Shafa dan
Marwah dan mencukur atau menggunting rambut.Ketaatan
kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam melakukan
ibadah haji.Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran
Allah SWT.Dasar Hukum Perintah Haji atau umrah terdapat
dalam QS. Ali- Imran 97.Untuk dapat menjalankan ibadah haji
dan umrah harus memenuhi syarat, rukun dan wajib haji
atau umroh

Anda mungkin juga menyukai