Anda di halaman 1dari 5

PROJECT

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

“STUDI KASUS DI OLAM COFFEE”

Dosen Pengampu
Drs. Jihen Ginting, M.Si., Ak
Sondang Aida Silalahi, SE., M.SI.

DISUSUN OLEH :

MAHANAIM HOREB SITANGGANG 7173142018


ANASTASYA ELISABET MANALU 7173342003

C REGULER’17

PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan saya
rahmat kesehatan dan kesempatan. Sehingga saya bisa menyusun atau menyelesaikan
tugas PROJECT. Penulisan ini saya sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang saya miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas pada mata
kuliah SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN .

Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, rekayasa ide kemanajeran ini
perlu dibenahi karena sangat penting bagi khalayak umum dan isi enginerring ini merupakan
salah satu sumber ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam studinya sehingga sangat perlu
dilakukan pembenahan pada isi research ini agar dapat menjadi pelajaran yang tepat bagi
mahasiswa.

Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu karena telah memberikan bimbinganya kepada saya untuk menyelesaikan tugas
PROJECT ini hingga selesai dan saya meminta maaf terutama kepada OLAM COFFEE CORP
jika ada ide yang tidak seseuai dengan perusahaan tersebut.

Medan, 26 November 2020

Penulis

MahanaimAnastasya
Mahanaim dan Anastasya
7173142018 : 7173342003
PROFIL OLAM COFFEE
Olam International adalah manajer rantai pasokan terintegrasi global terkemuka dan
prosesor produk pertanian dan bahan makanan, menghasilkan 47 produk dengan kehadiran
langsung di 70 negara dan memasok mereka ke lebih dari 16.000 pelanggan. Dengan sumber dan
pemrosesan langsung di sebagian besar negara produsen utama untuk berbagai produknya, Olam
telah membangun posisi Sistem Pengendalian Manajemen global di banyak bisnisnya, termasuk
produk kakao, kopi, jambu mete, wijen, beras, kapas dan kayu. Berkantor pusat di Singapura dan
terdaftar di SGX-ST pada tanggal 11 Februari 2005, Olam saat ini berada di antara 40
perusahaan terbesar yang terdaftar di Singapura dalam hal kapitalisasi pasar dan merupakan
komponen saham di Straits Times Index (STI), MSCI Singapore Free , Indeks Agribisnis S & P
dan indeks Agribisnis global DAX.

Sewaktu melakukan mini riset maka saya bertanya kepada manajer kepala gudang
“Kesulitan dalam mengimplementasikan kemanajeran di OLAM COFFE?”
maka kepala gudang tersebut menjawab bahwa

"Kita punya anggota harian yang kadang ada beberapa dari mereka yang hadir hanya 3 x
seminggu tetapi dalam mengapresiasikan kerjaannya bagus. Tetapi dengan dia 1 minggu hanya
3 x masum mennimbulkan rasa tidak enak ke pegawai lainnya, mereka pasti berpikir "dia aja
bisa ngak hadir sesuai peraturan kok kita engak" nah itu merupakan satu kesulitan yang
pertama yang keudua adanya SPSI (pekerja borongan untuk pikul) dikarenakan mereka juga
orang kubuh jadi cara pengaturan ke mereka yang sulit. Untuk hal lainnya masih bisa dapat
ditangani dengan baik"
Jika dilihat dari segi permasalahan tersebut maka kepala gudang berkata bahwa mereka juga
memberikan sanksi kepada tiap pegawai yang melanggar aturan ditempat tersebut
“Jika ada bawahan yang melanggar peraturan yang ibu buat apakah ada sanksi atau ganjaran
yang akan diberikan?”
"Kita punya peraturan disini yaitu 3SP. Kalau mereka melanggar panggilan yang
pertama kita kasih SP1, kalau dilanggar lagi untuk kedua kalinya kita kasih SP2, kalau ketiga
kali tetap juga dilanggar kita beri sanksi bisa berupa skors yaitu tidak boleh bekerja selama dua
hari"
Dapat kita lihat bahwa kebanyakan para pekerja pasti menganggap remeh apa yang menjadi
ganjaran pelanggaran tersebut, pati mereka berpikir bahwa “Cuma dua hari saja di skors, itu
bukan masalah yang besar” kita lihat buktinya, kenapa SP itu harus sampai 3 kali dilakukan
berarti para karyawan terutama dibagian gudang memiliki watak yang keras, seharusnya jika
para karyawan sudah dikenakan SP 1 maka itu harusnya menimbulkan rasa jera jika ganjaran
yang diberikan tegas dan tidak perlu sampai melakukan SP3. Karna jikalau pun sampai SP 3
mereka kembali melakukan kesalahan ganjarannya hanya diskors selama dua hari sehingga itu
terlalu ringan.
Jika saja ganjaran yang diberikan kepada karyawan yang melanggar peraturan diberikan
sanksi yang tegas, contohnya seperti pemecatan atau skorsing selama tiga bulan dan selama tiga
bulan tersebut pegawai tersebut tidak boleh melamar pekerjaan diperusahaan lain sebelum masa
skorsingnya berakhir maka pasti tiap-tiap karyawan akan meminimalkan seminimal mungkin
kesalahan yang akan mereka perbuat.
Dapat kita lihat juga perusahaan-perusahaan raksasa di luar negri, jika ada karyawan yang
melanggar batas maksimum toleransi yang diberikan kepada karyawan maka manajer ditempat
tersebut dapat bertindak dengan tegas. Para manajer pasti punya relasi yang kuat dan berada
dimana-mana karna saling bekerja sama dengan perusahaan lain, maka bisa saja manajer tersebut
mengatakan kepada relasinya “ orang yang bernama jnvgvdk tolong masukkan kedalam blacklist
karna dia sudah melakukan pelanggaran diperusahaan saya sampai masa kontraknya habis”
maka karyawan tersebut tidak akan bisa bekerja dimana pun sampai masa ganjaran ataupun
kontrak tersebut berakhir.
Melihat contoh diatas maka dapat dipastikan bahwa berita orang yang bernama jnvgvdk tidak
dapat bekerja lagi diperusahaan mana pun akan cepat tersebar dikalangan karyawan lainnya
sehingga karyawan yang lain akan semakin teliti dalam bekerja dan berusaha untuk tetap
mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh atasannya.
Begitu juga dengan OLAM COFFEE jika ide ini dapat diterapkan diperusahaan tersebut
maka hal yang serupa juga terjadi bahwa setiap karyawan akan semakin teliti dalam bekerja dan
berusaha untuk tetap mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh atasannya sehingga tiap
permasalahan yang dulunya kerap kali terjadi dapat di netralisir.
4.1 KESIMPULAN
Dapat saya tarik kesimpulan berdasarkan pembahasan tersebut bahwa jika perusahaan
menerapkan ganjaran kepada para karyawan dengan tidak tegas dan bisa dikatakan sebagai
hukuman yang ringan maka karyawan akan terus menerus mengulang tiap kesalahan yang
pernah dibuatnya sebelumnya dan tidak akan menimbulkan rasa jera dan akan menganggap
remeh sang manajer tersebut.
Berbeda halnya jikalau perusahaan menerapkan ganjaran yang berat dan tegas maka
karyawan akan merasa takut untuk melakukan kesalahan dan kewibawaan manajer tetap terjaga
karna timbulnya rasa segan dan jera dalam melakukan keslahan

4.2 SARAN

Sangat diperlukan sekali jiwa kememanajeran pada setiap pribadi manusia. Jiwa
Manajemen itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memanajemen diri
sendiri.

Jika memanajer sudah tidak bisa memanajemen dengan baik, cirinya adalah pengikut
tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantung kualitas memanajer kita.
Makin kuat yang memanajemen maka makin kuat pula yang dipimpin.

Anda mungkin juga menyukai