Anda di halaman 1dari 31

TUGAS PROJEK

FARMASI KLINIK (MATERI TUBERCULOSIS)

KELOMPOK 1 (KELAS A)

Dosen pengampuh :
Maman Rusmana, M. Farm, Apt.

NAMA KELOMPOK:
Cornelia Suardi (2043700109)

Deta Endah Alpiotika (2043700025)

Nur Pratiwi Alimuddin (2043700033)

Sophiana Enjellin Anathasia (2043700110)

Elana Maisyara (2043700123)

Nadirah Anggraeni (2043700125)

PROFESI APOTEKER ANGKATAN 43


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
JAKARTA
2020

FARMASI KLINIK “TUBERKULOSIS” Page i


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Projek Farmasi Klinik dengan baik dan lancar .
Laporan ini disusun untuk membantu mengembangkan pemahaman pembaca.
Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan, serta penarikan garis
kesimpulan dalam makalah ini. Laporan ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana
sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini,
diharapkan pembaca dapat memahami mengenai Penyakit Tuberculosis atau TBC yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen mata kuliah Farmasi Klinik yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk berkarya menyusun laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran dan kritik sangat penulis
harapkan dari seluruh pihak dalam proses membangun mutu laporan ini .

Jakarta, 2 November 2020

Kelompok 1

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................

I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

I.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3

I.4 Manfaat .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

II.1 Definisi ................................................................................................... 4

II.2 Menifestasi Klinis ................................................................................... 5

II.3 Klasifikasi ............................................................................................... 5

II.4 Pencegahan ............................................................................................. 7

II.5 Faktor Penyebab ...................................................................................... 8

II.6 Cara Pemeriksaan Laboratorium .............................................................. 8

II.7 Diagnosis ................................................................................................ 9

II.8 Cara Penularan ........................................................................................ 11

II.9 Tatalaksana Terapi .................................................................................. 11

II.10 Mekanisme Kerja Obat ........................................................................... 15

II.11 Efek Samping Obat ................................................................................ 15

BAB III ISI ................................................................................................................

III.1 Hasil ...................................................................................................... 16

III.2 Pembahasan ........................................................................................... 20

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page iii


BAB IV PENUTUP ...................................................................................................

IV.1 Kesimpulan............................................................................................ 22

IV.2 Saran ..................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 23


LAMPIRAN KUISIONER ......................................................................................... 24

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page iv


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi paru menular yang masih menjadi
masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Penyakit tuberkulosis sudah
dicanangkan oleh WHO (World Health Organization) sebagai Global Emergency sejak tahun
1992.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Gambar 2.4 Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh Robet Koch pada tahun 1882. Basil
tuberculosis dapat hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi
dalam cairan mati dalam suhu 60ºC dalam 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.

Angka prevalensi TBC Indonesia pada tahun 2014 sebesar 297 per 100.000 penduduk.
Eliminasi TBC juga menjadi salah satu dari 3 fokus utama pemerintah di bidang kesehatan
selain penurunan stunting dan peningkatan cakupan dan mutu imunisasi. Visi yang dibangun

FARMASI KLINIK “TUBERKULOSIS” Page 1


terkait penyakit ini yaitu dunia bebas dari tuberkulosis, nol kematian, penyakit, dan
penderitaan yang disebabkan oleh TBC (Kementrian Kesehatan RI, 2015)
WHO memperkirakan antara tahun 2002 hingga 2020, 1000 juta orang akan terinfeksi,
lebih dari 150 juta orang akan sakit dan 36 juta orang akan meninggal akibat TB jika kontrol
kedepan tidak baik.2 Tuberkulosis merupakan pembunuh nomor satu diantara penyakit
menular dan penyebab ke-3 kematian setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut
di Indonesia.
Berdasarkan Hasil survey melalui google form kuisioner yang telah diisi oleh 58
korespondens, didapatkan kesimpulan bahwa dari total 58 koresponden terdapat 37 orang
yang sudah mengetahui apa itu penyakit TBC (Tuberkulosis), 11 orang yang masih ragu-ragu
dan 10 orang yang masih tidak mengetahui apa itu penyakit TBC (Tuberkulosis).

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 2


I.2 RUMUSAN MASALAH
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diambil rumusan
masalah sebagai berikut: ”Bagaimana tingkat pemahaman atau pengetahuan masyarakat
terkait penyakit TBC (Tuberculosis)?”.

I.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terhadap penyakit TBC
(Tuberkulosis)
2. Untuk mengetahui berapa jumlah masyarakat yang sudah mengetahui, yang belum
mengetahui dan yang masih ragu-ragu terkait penyakit TBC (Tuberkulosis) dengan
jumlah koresponden 58 orang.

I.4 MANFAAT

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam meningkatkan
kualitas kesehatan meliputi:
1. Manfaat bagi Institusi Kesehatan Menambah informasi terkait hubungan pengetahuan
dan perilaku penderita TB Paru dalam pencegahan penularan TB Paru supaya dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.
2. Manfaat bagi responden Hasil penelitian ini dapat menjadi sarana dan referensi untuk
menambah pengetahuan khususnya penderita TB Paru dalam mencegah penularan TB
Paru dengan memperhatikan pengetahuan, perilaku pencegahan TB Paru.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 3


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI TUBERKULOSIS

Menurut Misnadiarly (2006: 11), penyakit TBC (Tuberkulosa) merupakan penyakit


kronis (menahun) yang telah lama dikenal oleh masyarakat luas dan ditakuti karena
menular. Pada 1882, Robert Kock secara meyakinkan telah dapat memberikan bukti bahwa
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang diberi nama
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut berwarna merah, berbentuk batang, dan
tahan asam disebut Basil Tahan Asam (BTA). Orang yang pertama kali dapat
membuktikan bahwa TBC adalah penyakit yang dapat ditularkan adalah Villemin yang
hidup pada tahun 1827-1894. Menurut Robbins, sebagaimana dikutip oleh Misnadiarly
(2006: 11), TBC adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis, dan biasa terdapat pada paru-paru, tetapi mungkin juga pada organ lain
seperti kelenjar getah bening (nodus lymphaticus). Bakteri TBC yang masuk ke dalam
kelenjar getah bening dapat menimbulkan peradangan pada kelenjar tersebut disertai
perubahan struktur jaringan.

Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru.


Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe.

Tuberkulosis yang menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang,
usus, ginjal) disebut tuberkulosis ekstra paru. Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, mempunyai sifat khusus
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh,
kuman ini dapat dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun.

Kurang lebih 5 – 10% individu yang terinfeksi kuman TB akan menderita


penyakit TB paru dalam beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Faktor yang

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 4


mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TB paru adalah daya tahan
tubuh (imunitas) yang rendah di antaranya karena gizi buruk atau menderita HIV/AIDS.

II.2 MENIFESTASI KLINIS TUBERKULOSIS

Menurut Elin Yulinah Sukandar, dkk, 2013, menifestasi klinis dari tuberculosis
yaitu :

1. Ciri-ciri dan symptom


 Pasien biasanya mengalami penurunan berat badan, lemas, batuk, demam, dan
keringat malam.
 Hemofisis frank
2. Pemeriksaan fisik
Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada, dan peningkatan suara yang bergetar lebih
sering diamati pada auskulasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan pada perhitungan sel darah putih dan dominasi limfosit
4. Radiografi dada
 Infiltrasi nodus pada daerah apical dilobus bagian atas dari bagian superior dari
lobus paling bawah.
 Kavitasi yang menunjukkan kadar udara-air sebagai tanda perkembangan infeksi.

II.3 KLASIFIKASI PENYAKIT TUBERKULOSIS

1. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru (parenkim


paru) tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak,
menurut Depkes RI (2008), TBC paru dibagi dalam :

a. Tuberkulosis Paru BTA Positif


Sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Satu spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambar

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 5


tuberkulosis aktif. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman TBC positif. Satu atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasil BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif. Foto rontgen dada
menunjukkan gambar tuberkulosis aktif. TBC paru BTA negatif rontgen positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan.
Bentuk berat bila gambar foto rontgen dada memperlihatkan gambar kerusakan
paru yang luas dan/atau keadaan umum penderita buruk. Tidak ada perbaikan
setelah pemberian antibiotika non OAT. Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter
untuk diberi pengobatan.
2. Tuberkulosis Ekstra Paru

Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium) kelenjar lymfe,
tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.

TBC ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakit yaitu :
a. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan
Misalnya TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral tulang (kecuali
tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
b. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat
Misalnya meningitis, millier, perikarditis, peritionitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin.
Menurut Elin Yulinah Sukandar, dkk, 2013, kategori dari penyakit tuberculosis
yaitu :

1. Kategori-1
 Pasien baru TB paru BTA positif
 Pasien TB paru BTA negative foto toraks positif
 Pasien TB ekstrak paru

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 6


2. Kategori-2
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya :
 Pasien kambuh
 Pasien gagal
 Pasien dengan pengobatan terputus

II.4 PENCEGAHAN

Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;


a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut :


a. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu,
merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa ke puskesmas atau ke
rumah sakit.
b. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah
segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
e. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG.
Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan berpola hidup yang
sehat dan teratur. Diantaranya dengan makan makanan yang bergizi seimbang sehingga
daya tahan tubuh meningkat untuk membunuh kuman TB, tidur dan istirahat yang cukup,
tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkoba, lingkungan yang bersih baik
tempat tinggal dan disekitarnya, serta membuka jendela agar masuk sinar matahari di
semua ruangan rumah karena kuman TB akan mati bila terkena sinar matahari.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 7


Sistem pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh seseorang akan cukup kuat
untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai macam penyakit. Orang yang benar-
benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC, diperkirakan tidak akan mempan dan tidak
akan menimbulkan gejala TBC.
Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu yang
telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga
dilakukan pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen serta menyarankan apabila ada yang
dicurigai sakit TB agar segera memeriksakan diri dan berobat sesuai aturan sampai
sembuh.

II.5 FAKTOR PENYEBAB

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Berbagai karakter klinis unik
patogen ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak/lipid yang dimilikinya. Sel-selnya
membelah setiap 16 –20 jam. Kecepatan pembelahan ini termasuk lambat bila
dibandingkan dengan jenis bakteri lain yang umumnya membelah setiap kurang dari satu
jam. Mikobakteria memiliki lapisan ganda membran luar lipid.

II.6 CARA PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Mikroskopik, dengan pewarnaan Ziehl-Nelsen dapat dilakukan identifikasi bakteri


tahan asam, dimana bakteri akan terbagi menjadi dua golongan :
a. Bakteri tahan asam, adalah bakteri yang pada pengecatan ZN tetap mengikat
warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga tidak mampu
mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna merah
dengan warna dasar biru muda.
b. Bakteri tidak tahan asam, adalah bakteri yang pewarnaan ZN warna pertama
yang diberikan dilunturkan oleh asam dan alkohol, sehingga bakteri akan

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 8


mengikat warna kedua. Dibawah mikroskop tampak bakteri berwarna biru
dengan warna dasar biru yang lebih muda lagi.
2. Kultur (biakan), Media yang biasa dipakai adalah media padat Lowenstein Jesen.
Dapat pula Middlebrook JH11, juga satu media padat. Untuk perbenihan kaldu dapat
dipakai Middlebrook JH9 dan JH12
3. Uji kepekaan kuman terhadap obat-obatan anti tuberkulosis, tujuan dari pemeriksaan
ini, mencari obat- obatan yang poten untuk terapi penyakit tuberkulosis.

II. 7 DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis TBC, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di


daerah paru/dada, lalu dapat meminta pemeriksaan tambahan berupa foto rontgen dada, tes
laboratorium untuk dahak dan darah, juga tes tuberkulin (mantoux/PPD).

 Diagnosis Tuberkulosis pada Orang Dewasa

Diagnosis pasti TBC seperti lazimnya penyakit menular yang lain adalah dengan
menemukan kuman penyebab TBC yaitu kuman Mycobacterium Tuberculosis pada
pemeriksaan sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura ataupun biopsi
jaringan. Diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan mengumpulkan riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, rontgen dada, usapn BTA, kultur sputum, dan tes kulit tuberkulin.

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan adalah pemeriksaan 3 spesimen dahak


Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) yaitu:

a. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita pertama kali berkunjung ke


tempat pengobatan dan dicurigai menderita TBC.
b. Pagi (P): pengambilan dahak pada keesokan harinya, yaitu pada pagi hari segera
setelah bangun tidur.
c. Sewaktu (S): pengambilan dahak saat penderita mengantarkan dahak pagi ke
tempat pengobatan.

Hasil pemeriksaan dinyatakan positif bila sekurang-kurang 2 dari 3 spesimen dahak


SPS hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih
lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Bila hasil rontgen

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 9


mendukung TBC, maka penderita didiagnosis menderita TBC BTA positif, namun bila
hasil rontgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi. Apabila
fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan biakan/kultur. Pemeriksaan
biakan/kultur memerlukan waktu yang cukup lama serta tidak semua unit pelaksana
memilikinya, sehingga jarang dilakukan.

 Diagnosis Tuberkulosis pada Anak-Anak

TBC anak adalah penyakit TBC yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Diagnosis
paling tepat adalah dengan ditemukannya kuman TBC dari bahan yang diambil dari
penderita. Tetapi pada anak hal ini sangat sulit dan jarang didapat, sehingga sebagian besar
diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran foto rontgen dada dan uji
tuberkulin. Selain melihat gejala umum TBC anak, seorang anak harus dicurigai menderita
tuberkulosis bila mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TBC BTA
positif dan terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam 3-7 hari).

a. Uji Tuberkulin (Mantoux)


Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux (pernyuntikan intrakutan). Bila uji
tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada
anak. Namun uji tuberkulin dapat negatif pada anak TBC dengan anergi (malnutrisi,
penyakit sangat berat pemberian imunosupresif, dll). Jika uji tuberkulin meragukan
dilakukan uji ulang.

b. Reaksi Cepat BCG


Saat penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari) berupa kemerahan
dan indurasi > 5 mm, maka anak tersebut dicurigai telah terinfeksi Mycobacterium
tubercolosis.

c. Foto Rontgen dada


Gambar rontgen TBC paru pada anak tidak khas dan interpretasi foto biasanya
sulit, harus hati-hati kemungkinan bisa overdiagnosis atau underdiagnosis. Paling mungkin
kalau ditemukan infiltrat dengan pembesar kelenjar hilus atau kelenjar paratrakeal. Gejala
lain dari foto rontgen yang mencurigai TBC adalah milier, atelektasis/kolaps konsolidasi,

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 10


infiltrat dengan pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal, konsolidasi (lobus), reaksi
pleura dan atau efusi pleura, kalsifikasi, bronkiektasis, kavitas, destroyed lung. Bila ada
diskongruensi antara gambar klinis dan gambar rontgen harus dicurigai TBC. Foto rontgen
dada sebaiknya dilakukan PA (postero-anterior) dan lateral.

II.8 CARA PENULARAN


Sumber penularan adalah penderita TBC BTA (+) yang ditularkan dari orang ke
orang oleh transmisi melalui udara. Pada waktu berbicara, batuk, bersin, tertawa atau
bernyanyi, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percian dahak)
besar (>100 µ) dan kecil (1-5 µ). Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang
kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Droplet yang mengandung
kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam dan orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan.
Setelah kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman
TBC tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui saluran peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular penderita tersebut.Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh
tingkat penularan, lamanya pajanan/kontak dan daya tahan tubuh.

II.9 TATALAKSANA TERAPI

Tujuan pemberian pengobatan menurut Kemenkes RI (2013) adalah:


menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktivitas pasien, mencegah
kematian akibat TBC aktif atau efek lanjutan, mencegah kekambuhan TBC, menurunkan
tingkat penularan TBC kepada orang lain, mencegah perkembangan dan penularan
resisten obat anti tuberkulosis (OAT).

Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol
(E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TBC diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap
intensif dan lanjutan. Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 11


tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita menular menjadi tidak
menular dalam kurun waktu dua minggu. Sebagian besar penderita TBC BTA positif
menjadi BTA negatif (konversi) dalam dua bulan. Pada tahap lanjutan penderita
mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap
lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis di Indonesia:

a. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

b. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3. Disamping kedua kategori ini,


disediakan paduan obat sisipan (HRZE)

c. Kategori Anak: 2HRZ/4HR 30 Paduan OAT kategori 1 dan kategori 2 disediakan


dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), yang terdiri
dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan
berat badan penderita.

Paduan OAT disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.
Satu paket untuk satu penderita dalam satu masa pengobatan. Paket kombipak adalah
paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol yang
dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan
dalam pengobatan penderita yang mengalami efek samping OAT KDT.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 12


Tabel 1. Paduan OAT

Paduan OAT Sisipan (HRZE), bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita
baru BTA positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)
setiap hari selama satu bulan.

Paduan OAT Anak

Prinsip pengobatan TBC anak adalah OAT diberikan dalam bentuk kombinasi
minimal tiga macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi obat dan untuk
membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler, waktu pengobatan TBC pada anak 6-12
bulan. Pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman juga untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kekambuhan.

Pengobatan TBC pada anak dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap intensif, selama dua
bulan pertama. Pada tahap intensif, diberikan minimal tiga macam obat, tergantung hasil
pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya penyakit. Tahap Lanjutan, selama 4-10
bulan selanjutnya, tergantung hasil pemeriksaan bakteriologis dan berat ringannya
penyakit.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 13


Selama tahap intensif dan lanjutan, OAT pada anak diberikan setiap hari untuk
mengurangi ketidakteraturan minum obat yang lebih sering terjadi jika obat tidak
diminum setiap hari. Pada TBC anak dengan gejala klinis yang berat, baik pulmonal
maupun ekstra pulmonal seperti TBC milier, meningitis TBC, TBC tulang, dan lain-lain
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Pada kasus TBC tertentu yaitu TBC
milier, efusi pleura TBC, perikarditis TBC, TBC endobronkial, meningitis TBC, dan
peritonitis TBC, diberikan kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari,
dibagi dalam 3 dosis. Dosis maksimal prednisone adalah 60mg/hari. Lama pemberian
kortikosteroid adalah 2 - 4 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam
jangka waktu yang sama. Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses
inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.

Paduan OAT untuk anak yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian
Tuberkulosis di Indonesia adalah kategori anak dengan 3 macam obat: 2HRZ/4HR dan
kategori anak dengan 4 macam obat: 2HRZE(S)/4-10HR.

Paduan OAT Kategori Anak diberikan dalam bentuk paket berupa obat
Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau
3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. OAT untuk anak juga harus disediakan
dalam bentuk OAT kombipak untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang
mengalami efek samping OAT KDT.

Tabel 2. Dosis Kombinasi pada TB Anak

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 14


II.10 MEKANISME KERJA OBAT

 Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen terpenting


pada dinding sel bakteri.
 Rifampisin menghambat aktifitas polymerase RNA yang tergantung DNA pada sel-
sel yang rentan.
 Pirazinamid adalah analog pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau
bakterisid terhadap mycobacterium tuberculosis tergantung pada dosis pemberian.
Mekanisme kerja pirazinamid belum diketahui secara pasti
 Etambutol menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang menyebabkan kerusakan
pada metabolism sel, menghambat multipikasi, dan kematian sel.
 Streptomisin adalah antibiotic bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein
 Etionamid dapat bekerja sebagai bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada
konsentrasi obat. Mekanisme kerja belum diketahui secara pasti tetapi etionamid
dapat menghambat sintesis peptide pada organisme yang rentan.
 Asam aminosalisilat menghambat pembentukan asam folat atau menghambat
pembentukkan komponen dinding sel, mikobaktin, dengan menurunkan pengambilan
besi oleh M. tuberculosis.
 Rifapentin memiliki mekanisme kerja yang sama dengan rifampisin
(Elin Yulinah Sukandar, dkk, 2013).

II.11 Efek Samping Obat


Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya
warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan
hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus
segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase
lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 15


BAB III

ISI

III.1 HASIL
Tabel: 1 ( Soal dan Jumlah Responden Kuesioner penyakit TBC)

KUESIONER PENYAKIT TBC

Jumlah
Responden

No SOAL A B C

1 Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru? 37 11 10

2 Apakah penyakit TB paru itu? 3 52 3

3 40 9 9
Apa penyebab penyakit TB Paru?
4 25 33 0
Apakah penyakit TB paru adalah penyakit yang tidak menular?
5 Penyakit TB paru pada anak dapat dicegah dengan? 14 34 10

Apakah orang yang tinggalserumah dengan penderita TB paru tidak


6 akan tertular? 24 34 0

Jika ya, menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat


7 menular kepada anggota keluarga lain karena? 42 11 5

8 Menurut saudara/saudari penularan Tuberkulosis Paru melalui? 45 2 11

Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular


9 apabila? 51 5 2

Menurut saudara/saudari cara terbaik untuk menghidari penularan


10 terhadap orang lain adalah? 55 0 3

Pada tabel 1 terdapat 10 pertanyaan mengenai penyakit Tuberkulosis paru yang di

bagikan kepada masyarakat yaitu sebanyak 58 responden melalui google form kuesioner,

dimana masyarakat dengan latar belakang pendidikan dan pekerjaan yang berbeda beda

bebas memilih jawaban yang mereka ketahui seputaran penyakit tuberculosis guna

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 16


mengetahui pendapat dari masyarakat mengenai penyakit tuberculosis paru baik dari apa

itu penyakit tuberculosis, bagaimana cara penularannya, apa penyebab dari penyakit

tuberkulosis dan cara terbaik untuk menghindari penularan dari penyakit tersebut

bagaimana dan lain sebagainya.

Tabel: 2 (Diagram batang Kuesioner Penyakit TBC)

Kuesioner Penyakit TBC


A B C

55
52 51
45
40 42
37
33 34 34
25 24

14
1110 99 10 11 11
3 3 5 5 3
0 0 2 2 0

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10

 A (Biru) : Jawaban A

 B (Merah) : Jawaban B

 C (Hijau) : Jawaban C

 S1 : Soal nomor 1

 S2 : Soal nomor 2

 S3 : Soal nomor 3

 S4 : Soal nomor 4

 S5 : Soal nomor 5

 S6 : Soal nomor 6

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 17


 S7 : Soal nomor 7

 S8 : Soal nomor 8

 S9 : Soal nomor 9

 S10 : Soal nomor 10

Pada tabel 2 yaitu diagram batang kuesioner penyakit tuberculosis dengan beragam

pertanyaan sebanyak 10 soal mengenai penyakit tuberculosis, ditandai dengan diagram

batang dengan warna biru (A) yaitu responden memilih jawaban A, diagram batang warna

merah (B) responden memilih jawaban B dan diagram batang bewarna hijau (C) responden

memilih jawaban C pada masing-masing pertanyaan yang telah disediakan.

Dan pada soal/pertanyaan terdapat nilai yang berbeda beda disetiap diagram batang

tersebut dimana nilai-nilai tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah responden yang

memilih jawaban dari soal/pertanyaan yang telah disediakan.

Tabel: 3 (Diagram Garis Kuesioner Penyakit TBC)

Kuesioner Penyakit TBC


60

50

40

30

20

10

0
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10

A B C

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 18


 A (Biru) : Jawaban A

 B (Merah) : Jawaban B

 C (Hijau) : Jawaban C

 S1 : Soal nomor 1

 S2 : Soal nomor 2

 S3 : Soal nomor 3

 S4 : Soal nomor 4

 S5 : Soal nomor 5

 S6 : Soal nomor 6

 S7 : Soal nomor 7

 S8 : Soal nomor 8

 S9 : Soal nomor 9

 S10 : Soal nomor 10

Tabel 3 yaitu diagram garis kuesioner penyakit tuberculosis dimana terdapat nilai

nilai (pada sisi kiri), nilai tersebut diperoleh dari banyaknya jumlah responden yang

memilih pilihan jawaban yang telah disediakan pada google form kuesioner penyakit

tuberculosis sehingga pada setiap soal/pertanyaan pada tabel diagram garis tersebut

memiliki garis yang beragam dimana diagram garis bewarna biru (A) yaitu jumlah

responden yang memilih jawaban A pada soal, diagram garis bewarna merah (B)

merupakan jumlah responden yang memilih jawaban B dan diagram garis bewarna hijau

(C) yaitu jumlah responden yang memilih jawaban C pada soal yang telah disediakan pada

google form kuesioner penyakit tuberculosis.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 19


III.2 PEMBAHASAN
Berdasarkan esai deskripsi frekuensi dapat didefinisikan tanggapan responden
terhadap item-item pertanyaan variabel mengenai pemahaman masyarakat terhadap
penyakit TB.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 1 yaitu, “Apakah saudara/saudari tahu


penyakit tuberkulosis paru?” dari 58 responden, terdapat 64% responden menjawab ‘tahu’,
19% responden menjawab ‘ragu-ragu’ dan 17% responden menjawab ‘tidak tahu’. Artinya
bahwa sebagian besar responden telah mengetahui apa itu penyakit TB.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 2 yaitu, “Apakah penyakit TB paru


itu?” dari 58 responden, terdapat 90% responden menjawab ‘Penyakit yang menyerang
paru-paru’, 5% responden menjawab ‘Penyakit turunan’ dan 5% responden menjawab
‘Penyakit akibat kekurangan darah’. Artinya bahwa sebagian besar responden telah
mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit TB.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 3 yaitu, “Apa penyebab penyakit TB


Paru?” dari 58 responden, terdapat 69% responden menjawab ‘kuman/ bakteri’, 16%
responden menjawab ‘Udara kotor’ dan 16% responden menjawab ‘Asap rokok’. Artinya
bahwa sebagian besar responden telah mengetahui apa yang menyebabkan penyakit TB.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 4 yaitu, “Apa penyakit TB Paru


adalah penyakit yang tidak menular?” dari 58 responden, terdapat 57% responden
menjawab ‘Tidak’, 43% responden menjawab ‘Ya’. Artinya bahwa sebagian besar
responden telah mengetahui bahwa penyakit TB adalah penyakit yang menular.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 5 yaitu, “Penyakit TB paru pada anak


dapat dicegah dengan…” dari 58 responden, terdapat 59% responden menjawab ‘Imunisasi
BCG’, 24% responden menjawab ‘Imunisasi DPT’ dan 17% responden menjawab
‘Imunisasi Hepatitis’. Artinya bahwa sebagian besar responden telah mengetahui cara
mencegah penyakit TB paru pada anak.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 6 yaitu, “Apakah seseorang yang


menderita penyakit TB paru tidak akan tertular?” dari 58 responden, terdapat 59%

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 20


responden menjawab ‘Tidak’, 41% responden menjawab ‘Ya’. Artinya bahwa sebagian
besar responden telah mengetahui bahwa TB paru dapat menular pada orang lain yang
tinggal serumah.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 7 yaitu, “Menurut saudara/saudari


penyakit tuberculosis paru dapat menular kepada anggota keluarga lain karena…” dari 58
responden, terdapat 72% responden menjawab ‘Terhirup percikan ludah atau dahak
penderita tuberkulosis’, 19% responden menjawab ‘Bicara berhadap-hadapan dengan
penderita tuberkulosis’ dan 9% responden menjawab ‘Sudah ada dari masih dikandungan’.
Artinya bahwa sebagian besar responden telah mengetahui cara penularan penyakit TB
paru melalui cairan dahak dan saliva.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 8 yaitu, “Menurut saudara/saudari


penularan tuberkulosis paru melalui” dari 58 responden, terdapat 78% responden
menjawab ‘udara’, 19% responden menjawab ‘makanan/ minuman’ dan 3% responden
menjawab ‘pakaian’. Artinya bahwa sebagian besar responden telah mengetahui cara
penularan penyakit TB paru adalah melalui udara.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 9 yaitu, “Menurut saudara/saudari


penyakit tuberculosis paru dapat menular apabila…” dari 58 responden, terdapat 88%
responden menjawab ‘Tidur sekamar dengan penderita tuberkulosis paru’, 9% responden
menjawab ‘Tidak tidur sekamar dengan penderita tuberculosis paru’ dan 3% responden
menjawab ‘Tidur beramai-ramai’. Artinya bahwa sebagian besar responden telah
mengetahui cara penularan penyakit TB paru adalah dengan tidur sekamar dengan
penderita TB.

Tanggapan responden terhadap pertanyaan No 10 yaitu, “Menurut saudara/saudari


cara terbaik untuk menghidari penularan terhadap orang lain adalah?” dari 58 responden,
terdapat 95% responden menjawab ‘Menutup mulut atau hidung saat batuk, bersin. Dan
tidak meludah di sembarang tempat’, 0,5% responden menjawab ‘Tidak menutup mulut
atau hidung saat batuk, bersin. Dan meludah di sembarang tempat’, 0% menjawab ‘Tidak
meludah di sembarang tempat’. Artinya bahwa sebagian besar responden telah mengetahui
cara untuk menghindari penularan TB paru terhadap orang lain.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 21


BAB IV

PENUTUP

IV.1 KESIMPULAN

Berdasarkan Hasil survey melalui google form kuisioner yang telah diisi oleh 58
korespondens, didapatkan kesimpulan bahwa dari total 58 koresponden terdapat 37 orang
yang sudah mengetahui apa itu penyakit TBC (Tuberkulosis), 11 orang yang masih ragu-ragu
dan 10 orang yang masih tidak mengetahui apa itu penyakit TBC (Tuberkulosis). Dari hasil
dapat dilihat bahwa lebih dari setengah koresponden telah mengetahui apa itu penyakit TBC
(Tuberkulosis) sehingga dapat kita ketahui bahwa penyakit TBC (Tuberkulosis) dapat
berbahaya jika kita melalaikan penyakit tersebut dan koresponden tahu apa yang akan
dilakukan jika mendapatkan gejala penyakit tersebut.

IV.2 SARAN

Semoga kita semua dapat lebih memahami dan mengetahui tentang penyakit
Tuberculosis (TBC) dan paham mengenai pengobatan TBC yang tepat sebagai seorang
calon Apoteker, serta dapat meningkatkan kesadaran, kemauan dan peran serta dalam
penanggulangan Tuberculosis (TBC).

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 22


DAFTAR PUSTAKA

Aditama TY, dkk. 2006. Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
PERPARI. Jakarta.

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan),
Bandung.

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kementerian Kesehatan RI, 2015. Survei Prevalensi Tuberkulosis 2013-2014, Jakarta

Mansjoer, Arif (et.al). 2000. Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media
Aesculapius.

Misnadiarly. 2006. Penyakit Infeksi TB Paru dan Ekstra Paru: Mengenal, Mencegah,
Menanggulangi TBC Paru, Ekstra Paru, Anak, dan pada Kehamilan. Jakarta: Pustaka
Populer Obor.

Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 Cetakan Kedua. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia 2008.

Sukandar E. Y, dkk, 2013, Iso Farmakoterapi Buku 1, Penerbit Isfi, Jakarta.

World Health Organization (WHO). Fact Sheet No 104. WHO; 2011.

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 23


LAMPIRAN

KUISIONER

Nama : ARYANI
Tanggal Lahir : 12 November 1996
Alamat : Raub, Pahang. Malaysia
Pendidikan :
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. S1
e. Sudah Bekerja
Pekerjaan :
a. Buruh
b. Petani
c. Pedagang
d. PNS
e. Swasta
f. Tidak bekerja
KUISONER MENGENAI PENYAKIT TB
1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru ?
a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Apakah penyakit TB paru itu?
a. Penyakit akibat kekurangan darah
b. Penyakit yang menyerang paru-paru
c. Penyakit keturunan
3. Apa penyebab penyakit TB Paru?
a. Kuman/bakteri
b. Udara kotor
c. Asap rokok
4. Apakah penyakit TB paru adalah penyakit yang tidak menular?
a. Ya
b. Tidak
5. Penyakit TB paru pada anak dapat dicegah dengan….
a. Imunisasi DPT
b. Imunisasi BCG
c. Imunisasi Hepatitis
6. Apakah orang yang tinggal serumah dengan penderita TB paru tidak akan tertular?

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 24


a. Ya
b. Tidak
7. Jika ya, menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada
anggota keluarga lain karena :
a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita Tuberkulosis
b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita Tuberkulosis
c. Sudah ada dari masih dikandungan
8. Menurut saudara/saudari penularan Tuberkulosis Paru melalui :
a. Udara
b. Pakaian
c. Makanan/minuman
9. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular apabila :
a. Tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru
b. Tidak tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru
c. Tidur beramai-ramai
10. Menurut saudara/saudari cara terbaik untuk menghidari penularan terhadap orang lain
adalah :
a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah disembarang tempat
b. Tidak meludah disembarang tempat
c. Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah disembarang tempat

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 25


Nama : KHAIRATUN NISA
Tanggal Lahir : 17 April 1997
Alamat : Kuta Ujung
Pendidikan :

a. SD
b. SMP
c. SMA
d. S1
e. Sudah Bekerja
Pekerjaan :

a. Buruh
b. Petani
c. Pedagang
d. PNS
e. Swasta
f. Tidak bekerja
KUISONER MENGENAI PENYAKIT TB
1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru ?
a. Tahu
b. Ragu-ragu
c. Tidak tahu
2. Apakah penyakit TB paru itu?
a. Penyakit akibat kekurangan darah
b. Penyakit yang menyerang paru-paru
c. Penyakit keturunan
3. Apa penyebab penyakit TB Paru?
a. Kuman/bakteri
b. Udara kotor
c. Asap rokok
4. Apakah penyakit TB paru adalah penyakit yang tidak menular?
a. Ya
b. Tidak
5. Penyakit TB paru pada anak dapat dicegah dengan….
a. Imunisasi DPT
b. Imunisasi BCG
c. Imunisasi Hepatitis
6. Apakah orang yang tinggal serumah dengan penderita TB paru tidak akan tertular?
a. Ya
b. Tidak
7. Jika ya, menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular kepada
anggota keluarga lain karena :

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 26


a. Terhirup percikan ludah atau dahak penderita Tuberkulosis
b. Bicara berhadap-hadapan dengan penderita Tuberkulosis
c. Sudah ada dari masih dikandungan
8. Menurut saudara/saudari penularan Tuberkulosis Paru melalui :
a. Udara
b. Pakaian
c. Makanan/minuman
9. Menurut saudara/saudari penyakit Tuberkulosis Paru dapat menular apabila :
a. Tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru
b. Tidak tidur sekamar dengan penderita Tuberkulosis Paru
c. Tidur beramai-ramai
10. Menurut saudara/saudari cara terbaik untuk menghidari penularan terhadap orang lain
adalah :
a. Menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan tidak meludah disembarang tempat
b. Tidak meludah disembarang tempat
c. Tidak menutup mulut/hidung saat batuk/bersin dan meludah disembarang tempat

FARMASI KLINK “TUBERKULOSIS” Page 27

Anda mungkin juga menyukai