Anda di halaman 1dari 23

CASE BASE LEARNING (CBL V)

PRE OPERASI KATARAK


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah IV
Dosen Pengampu Sajodin, M KES,AIFO

Oleh
Ekka Nurfitrya Agustin
302017027

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2020

A. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh, asal kata katarak dari kata yunani cataractayang
berarti air terjun. Mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan
melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya.
Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut.
(Ilyas.2006)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa katarak adalah opasitas lensa
kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan
tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga
berhubungan karena trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes miletus
atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari
( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
B. Klasifikasi
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
1. Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin.
2. Katarak Traumatik :
Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat
trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
3. Katarak Sekunder:
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih
umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia:
Merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya,
terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan
posterior subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa
secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan.
Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama
warna birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi
keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam
hari. Posterior subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi
belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur
pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun.
C. Etiologi

Pada banyak kasus, penyebabnya tidak diketahui. Katarak biasanya


terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak
dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun
lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cidera mata penyakit metabolik
(misalnya diabetes) obat-obatan tertentu (misal kortikosteroid).

Katarak kongenitais adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika


lahir (atau beberapa saat kemudian). Katarak kongenitalis bisa merupakan
penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau bisa
disebabkan oleh:

1. Infeksi kongenital, seperti campak Jerman


2. Berhbungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia.

Faktor risiko terjadinya katarak kongenitalis adalah:

1. Penyakit metabolik yang diturunkan.


2. Riwayat katarak dalam keluarga.
3. Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.

Katarak pada dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan.


Katarakn pada dewasa dikelompokan menjadi:

1. Katarak immatur : Lensa masih memiliki bagian yang jernih.

2. Katarak matur : Lensa sudah sepenuhnya keruh.

3. Katarak hipermatur : Bagian permukaan lensa yang sudah


merembes melalui kapsul lensa dan bisa
menyebabkan peradangan pada struktur
mata lainnya.
Banyak penderita katarak yang mengalami gangguan penglihatan yang
ringan dan tidak sadar bahwa mereka menderita katarak. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya katarak adalah:

1. Kadar kalsium darah yang rendah.


2. Diabetes
3. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang.
4. Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik.
5. Faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultra violet)
D. Tanda dan Gejala
Gejala yang sering muncul pada pasien dengan gangguan mata katarak
yaitu :
1. Gatal – gatal pada mata
2. Air mata mudah keluar
3. Pada malam hari penglihatan terganggu
4. Pandangan kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata atau
ukuran kaca mata yang sering berubah.
5. Pupil yang normalnya berwarna hitam, menjadi berwarna kekuningan,
abu – abu, atau putih
6. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari.
7. Dapat melihat dobel pada satu mata
8. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti
berasap
9. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit
dilihat, akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
E. Menifestasi Klinis
1. Gatal – gatal pada mata
2. Air mata mudah keluar
3. Pada malam hari penglihatan terganggu
4. Pandangan kabur yang tidak dapat dikoreksi dengan kaca mata atau
ukuran kaca mata yang sering berubah.
5. Pupil yang normalnya berwarna hitam, menjadi berwarna kekuningan,
abu – abu, atau putih
6. Sulit saat membaca atau mengemudi di malam hari.
7. Dapat melihat dobel pada satu mata
8. Penurunan tajam penglihatan secara progresif dan penglihatan seperti
berasap
9. Setelah katarak bertambah matang, maka retina menjadi semakin sulit
dilihat, akhirnya reflek fundus tiidak ada, dan pupil berwarna putih.
F. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona
sentral terdapat nucleus, di perifer ada kortek, dan yang mengelilingi
keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia,
nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opesitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior
nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi. Perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral namun mempunyai kecepatan yang


berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti
diabetes, namun sebenarnya mempunyai konsekwensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan “
matang” ketika seseorang memasuki dekade ketuju. Katarak dapat bersifat
congenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanent.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antitoksin yang kurang dala jangka waktu yang lama.

G. PATHWAY

Katarak

Usia : Penuaan Penyakit sistemik : DM


Lensa secara bertahap Korteks memeproduksi Kadar glukosa darah Ketidakseimbangan
kehilangan air serat lensa baru meningkat metabolismeprotein
mata
Metabolit larut air Serat lensa ditekan Serbitol menetap didalam
dengan BM rendah ke menuju sentral Protein dalam serabut2
lensa
sel pada nucleus lensa lensa di bawah kapsul
mengalami deturasi
Distensi lensa
Kortek lensa >
terhidrasi dari pada Protein lensa
Hilangnya transparansi
nukleus lensa berkoagulasi
lensa

Lensa menjadi Kekeruhan lensa Mata buram seperti kaca


cembung → iris susu
terdorong ke depan

Sudut bilik mata depan Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang masuk
sempit kornea

Aliran COA tidak


lancar Bayangan tidak sampai
ke retina Bayangan semu yang
sampai ke retina
TIO meningkat
Pandangan lebih jelas
malam hari
Komplikasi glaukoma Otak mempresentasikan
Ketakutan sebagai bayangan kabut

Risiko cidera;infeksi
Gangguan sensori Pandangan kabur
Daya akomodasi lensa perceptual (visual)
terganggu
Membentuk daerah keruh Protein Lensa terputus
Pupil kontriksi menggantikan serabut2 disertai dengan influx
protein air kelapa

Sinar tidak tertampung


banyak pada siang hari

Mata berair Serabut lensa yang


Blurres vision tegang menjadi patah

Pandangan > jelas Transmisi sinar


malam hari terganggu

Menghambat jalan
cahaya keberkabut
Pandangan retina
H. Pemeriksaan Diagnostik
Risiko jatuh
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa akues/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran tonografi :TIO (12-25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif (menentukana danya/tipe glaukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik.
8. EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa : Kontrol DM.
I. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap
dengan pembedahan. (Vaughan DG & Arif, Mansjoer).

Penatalaksanaan Non-Bedah :

1. Terapi penyebab katarak

2. Pengontrolan diabetes militus, menghentikan konsumsi obat-obatan


yang bersifat kataraktogenik seperti kortikosteroid, fenotiasin, dan
miotik kuat, menghindari iradiasi (inframerah atau sinar-X) dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya proses kataraktogenesis.
3. Memperlambat progresivitas
4. Penilaian terhadap perkebangan visus pada katarak insipien dan
imatur.
5. Refraksi; dapat berubah sangat cepat, sehingga harus sering dikoreksi.
6. Pengaturan pencahayaan; pasien dengan kekeruhan di bagian perifer
lensa (area pupil masih jernih) dapat diinstruksikan menggunakan
pencahayaan yang terang. Berbeda dengan kekeruhan pada bagian
sentral lensa, cahaya remang yang ditempatkan disamping dan sedikit
di belakang kepala pasien akan memberikan hasil terbaik.
7. Penggunaan kacamata gelap; pada pasien dengan kekeruhan lensa di
bagian sental, hal ini akan memberikan hasil yang terbaik dan nyaman
apabila beraktivitas di luar ruangan.
8. Midriatil; dilatasi pupil akan memeberikan efek positif pada lateral
aksial dengan kekeruhan yang sedikit. Midriatil seperti fenilefrin 5%
atau tropikamid 1% dapat memberikan penglihatan yang jelas.

Pembedahan Katarak

Indikasi penatalaksanaan bedah pada kasus katarak mencakup:

1. Indikasi visus; merupakan indikasi paling sering.


2. Indikasi medis.
3. Indikasi kosmetik.

J. Komplikasi
Komplikasi katarak akan terjadi apabila penanganan terhadap penyakit
ini tidak cepat. Beberapa komplikasi katarak yang biasa terjadi antara lain
adalah sebagai berikut.

1. Pandangan mata semakin samar akibat lensa yang terus-menerus


buram dan berwarna seperti susu.
2. Sensitivitas terhadap cahaya matahari lebih tinggi dari waktu ke waktu
sehingga penderita benar-benar tidak nyaman terhadap silau.
3. Pada awalnya mungkin penglihatan terhadap suatu benda masih bisa
jelas, namun lama-kelamaan penderita akan merasa kurang nyaman
dan melihat sebuah objek seakan menjadi dua.
4. Lensa mata semakin buram dan terus berwarna seperti susu.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketakutan b.d. kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan
atau ketidakmampuan pandangan.
2. Risiko infeksi b.d pertahanan primer dna prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).
3. Risiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital (TIO).
4. Risiko jatuh.
5. Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan
interpretasi informasi yang sudah didapat sebelumnya.
L. Discharge Planning
1. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.
3. Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.
4. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring
pada sisi yang dioperasi, membungkuk melewati pinggang,
mengangkat benda yang beratnya nelebihi, mengedan selama defekasi
karena pembatasan tersebut diperlukan untuk mengurangi gerakan
mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.
5. Pelajari cara menjaga hygiene mata (membuang drainase yang
mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam dengan
menggunakan bola kapas yang dilembabkan dengan larutan irigasi
mata), dan tidak menekan mata bila merawat mata.
ASUHAN KEPERAWATN PADA PASIEN NY A
DENGAN KATARAK DI RUANG MATA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KASUS
Seorang pasien berusia 64 tahun datang ke poli mata dengan keluhan pandangan
mata kabut setelah dilakukan pengkajian didapatkan data TD; 150/90 N; 80 x/m
Suhu 37.0 visus mata sebelah kanan 1/500 pasien menyatakan pandangan mata
kabut sejak 6 bulan yg lalu sudah berobat ke puskesmas beberapa kali tidak
mengalami perubahan kemudian ke spesialis mata dirujuk untuk dilakukan
operasi katarak

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. D

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Alamat : Jl. Harmis No.19

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam
Pendidikan : SMA

Status : Sudah menikah

Nomor RM : 29022000

Diagnosa Medis : Katarak

Tanggal Pengkajian : 6 Januari 2021

Tanggal Masuk RS : 6 Januari 2021


2. Identitas Penanggung Jawab Pasien

Nama : Ny. Y

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA

Hubungan dengan Pasien : Istri Pasien

Alamat : Jl. Harmis No.19

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Pasien mengeluh di bagian penglihatan, yaitu pandangan kabut

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien dirawat di ruang mata dengan keluhan pada mata sebelah kiri
bila melihat seperti kabut, klien hanya bisa melihat bayangan seperti
lambaian tangan

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah di rawat di rumah sakit

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit katarak

4. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis
1) Konsep Diri
a) Gambaran Diri : tidak terkaji namun yang harus dikaji yaitu
tentang pandangan klien terhadap kondisi tubuhnya saat ini.

b) Harga Diri : tidak terkaji, namun yang harus dikaji yaitu


tentang harga dirinya terhadap kondisinya.
c) Peran diri : tidak terkaji, yang harus dikaji yaitu sebagai apa
peran di keluarganya klien tersebut.
d) Identitas diri : pasien seorang perempuan, lansia berumur 65
tahun
e) Ideal diri : tidak terkaji, yang harus dikaji yaitu harapan klien
untuk kedepannya.
2) Gaya Komunikasi
Tidak terkaji, yang harus dikaji yaitu arah pembicaraan klien
apakah sesuai dengan yang ditanyakan perawat atau tidak, bahasa
utama atau daerah yang dipakai sehari-hari, adat istiadat yang di
anut.

3) Data Sosial
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut : Berisi
hubungan pasien dengan yang lain, keluarga, teman, kerabat dan
perawat.

4) Data Spiritual
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Hubungan pasien dengan Allah SWT, melaksanakan sholat saat
sehat- sakit, sakit menurut agama pasien seperti apa.

5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)


No Kebiasaan di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi
Makan
 Jenis  Nasi,sayur  Nasi,sayur dan
 Frekuensi dan lauk lauk pauk

 Porsi pauk  3x sehari

 Keluhan  3x sehari  1/2 mangkuk


 1/2  Tidak ada
mangkuk
 Tidak ada
Minum
 Air putih,  Air putih, Susu
 Jenis
Susu
 5x sehari
 Frekuensi
 5x sehari
 5
 Jumlah (cc)
 5 gelas
gelas
 Keluhan
 Tidak ada Tidak
ada
2 Eliminasi
BAB
 Frekuensi  1 hari sekali  1 hari sekali

 Warna  Coklat  Coklat

 Konsistensi  Lunak  Lunak

 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada


BAK
 2x sehari  2x sehari
 Frekuensi
 Kuning  Kuning jernih
 Warna
jernih
 Kurang
 Jumlah (cc)
 Kurang
lebih
 Keluhan lebih
Tidak
 Tidak ada
ada
3 Istirahat dan tidur
 Waktu tidur
o Malam, pukul  10:00- 4:00  10:00-4:00

o Siang, pukul  11:00-12:00  11:00-12:00

 Lamanya  8jam  8 jam

 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada


4 Kebiasaan diri
 2 kali sehari  2 kali sehari
 Mandi
 1 minggu  1 minggu
 Perawatan kuku
sekali sekali
 Perawatan gigi
 2 kali sehari  2 kali sehari
 Perawatan
 2 hari sekali  2 hari sekali
rambut  Mandiri  Mandiri
 Ketergantungan  Tidak ada  Tidak ada
 Keluhan/ganggua
n

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan umum
Penampilan umum : Tidak ada Penurunan kesadaran
Kesadaran : GCS 15
Tanda-tanda vital : TD = 150/90 mmHg
N = 80 kali/menit
RR = 18 kali/menit
S = 37,0 OC
Status Antopometri : BB = 50 Kg
TB = 160 cm
IMT = 19,5
b. Sstem pernafasan
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada
penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada simetris, irama
napas reguler, pengembangan dada seimbang, vocal fremitus seimbang
kanan kiri, saat di auskultasi tidak terdengar wheezing (-/-)
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak terlihat kebiruan pada bagian
dada/jantung, tidak terdapat kardiomegali, saat di perkusi pada daerah
lapang jantung terdengar suara dullness, saat dipalpasi tidak terdapat
pulsasi di 4 area katup jantung.
d. Sistem pencernaan
Warna bibir kehitaman, lidah klien bersih, tidak ada luka pada daerah
bibir, bentuk bibir simetris, gigi klien lengkap, terdapat caries. Abdomen
datar lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites,
pasien merasa mual, bising usus 12 kali/menit.
e. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening
f. Sistem perkemihan
Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada
rasa nyeri, tidak terjadi inkontensia urine.
g. Sistem persarafan
- N1 (Olfaktorius): fungsi penciuman normal tidak ada keluhan

- N2 (Optikus): tidak bisa melihat demgan jelas, penglihatan seperti


pandangan kabut, hanya bisa melihat bayangan saja, VOS 1/500
(dimana pada orang dengan penglihatan normal bisa melihat lambain
tangan pada jarak 1 meter sedangkan pada pasien katarak seperti
melihat pada jarak 300m)

- N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): penurunan


gerakan kelopak mata pada sisi yang sakit

- N5 (Trigeminus): mata klien berkedip saat diberi pilinan kapas yang


diusapkan pada kelopak mata, klien dapat membedakan sensasi kasar,
halus, tajam, dan tumpul pada area wajah. Reflek mengedip (+).

- N7 (Fasialis): baik, wajah pasien simetris saat tersenyum.

- N8 (Auditorius): kemempuan mendengar (+) namun harus dengan


suara dan intonasi yang jelas dan agak keras agar dapat mendengar
dengan baik.

- N9 dan N10 (Glosofaringeus): klien dapat menelan dengan baik saat


minum

- N11 (Asesorius): klien dapat menoleh ke kanan dan ke kiri dengan


normal. Kekuatan otot sternokleidomastoideus dan trapezius (+).

- N12 (Vagus): klien dapat menggerakan lidahnya ke segala arah


dengan bebas.
h. Sistem muskuloskeletal
Ektremitas atas: Kekuatan otot kanan dan kiri: 5/4
Ektremitas bawah: kekuatan otot kaki kanan dan kiri: 5/4.
i. Sistem integumen
Warna kulit sawo matang, kebersihan kulit bersih, kulit kepala bersih, rambut
rontok saat di sisir dan terlihat lepek, turgor kulit elastis tidak kering tidak ada
lesi/ dekubitus.
j. Sistem reproduksi
Tidak ada gangguan pada area genital.
7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan labolatorium: -
b. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek: -
c. Pemeriksaan retinometri: -
d. Pemeriksaan biometri: -
8. Program Terapi
Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami katarak yaitu dengan
melakukan prosedur pembedahan atau operasi katark yaitu dengan
mengangkat lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa yang
bening atau baru, atau bisa dilakukan operasi laser katarak.

B. ANALISIS DATA

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Usia lanjut dan proses Gangguan
 Pasien mengatakan penuaan. persepsi
pandangan mata ↓ sensori :
kabur seperti Nukleus mengalami penglihatan
melihat kabut perubahan warna b.d
DO: menjadi coklat kening- adanya
 Pasien hanya bisa kuningan. kekeruhan pada
melihat bayangan ↓ lensa mata.
saat dilambaikan Perubahan pada
tangan. serabut halus multiple

 VOS 1/300 (dimana (zunula) yg

pada orang dengan memanjang dari badan

penglihatan normal silier ke sekitar daerah

bisa melihat lensa.

lambain tangan ↓
pada jarak 1 meter Hilangnya tranparansi
sedangkan pada lensa.
pasien katarak ↓
seperti melihat pada Perubahan kimia
dalam
jarak 300m) protein lensa.

Koagulasi.

Mengabutkan
pandangan.

Terputusnya protein
lensa disertai influks
air
kedalam lensa.

Terjadi gangguan
penerimaan
sensori/status organ
indera.

Menurunnya
ketajaman
penglihatan.

Gangguan persepsi
sensori: penglihatan
b.d

C. DIAGNOSA BERDASARKAN PRIORITAS


1. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d adanya kekeruhan pada lensa
mata.
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. D

No. Medrek : 29022000


: Mata
Ruangan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Gangguan persepsi Setelah dilakukan - Observasi tanda-tanda - Pengawasan keadaan umum
sensori tindakan keperawatan vital (TD, Nadi, suhu, pasien.
: penglihatan b.d 2x24 jam diharapkan respirasi). - Untuk mengetahui kemampuan
adanya kekeruhan gangguan persepsi - Kaji tingkat ketajaman pasien untuk
pada lensa mata. sensori dapat teratasi. penglihatan pasien memfokuskan atau
(visus). melihat benda.
- Orientasikan klien - Memudahkan pasien
terhadap ruangan melakukan aktivitas dan
- Letakkan alat yang sering mengurangi resiko cedera
digunakan di deket klien - Memberikan rasa aman dan
atau pada sisi mata yang nyaman terhadap kebutuhan
lebih sehat pasien
- Kolaborasi dengan dokter - Untuk mengangkat lensa yang
untuk melakukan tindakan
keruh sehingga tidak
pembedahan.
menghambat penglihatan
pasien.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama Pasien : Tn. D Ruangan : Mata

No.Medrek : 29022000 Diagnosa Medis : Katarak

Hari/Tanggal DX Wakt Implementasi Evaluasi Paraf


u
Selasa, 29- 1 08.00 1. Observasi TTV S :Pasien datang dengan keluhan
12-2020 2. Mengkaji tingkat ketajaman penglihatan pandangan mata kabur seperti melihat
pasien kabut.
Dari hasil pengkajian didapatkan hasil: TD = O : Visus mata berkurang,
130/80 mmHg, N = 80 kali/menit, RR = 18 pasien hanya bisa melihat
kali/menit, S= 36,8 OC. Pasien mengatakan bayangan saat dilambaikan
mengeluh Pasien mengatakan pandangan tangan, VOS 1/300, TD:
mata kabur seperti melihat kabut, hanya bisa 130/80mmHg, N: 80x/menit,
melihat bayangan saat dilambaikan tangan. S: 36,8 R: 18x/menit
VOS 1/300 (dimana pada orang dengan A : Gangguan persepsi sensori
penglihatan normal bisa melihat lambain : penglihatan belum teratasi
tangan pada jarak 1 meter sedangkan pada P : lanjutkan intervensi.
pasien katarak seperti melihat pada jarak - Tindakan pembedahan
300m)
3. Mengorientasikan ruangan kepada pasien
4. Meletakkan alat yang sering digunakan di
deket klien atau pada sisi mata yang lebih
sehat
13.00 5. Memberikan edukasi mengenai prosedur
oprasi pembedahan katarak yang akan pasien
jalankan
13.30 6. Mempersiapkan tindakan pre operatif
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.

Brunner dan Suddarth.2001.Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC: Jakarta

Barbara C, Long.1996. Perawatan medikal bedah. EGC: Jakarta

Katarak mata.Katarak Mata http://www.katarakmata.com/(Diakses pada hari Selasa, 7 April

2015 pukul 03.11 wita)

Operasi katarak.Komplikasi Katarak

http://operasi-katarak.com/komplikasi-katarak/(Diakses pada hari Selasa, 7 April 2015

pukul 03.56 wita)

Anda mungkin juga menyukai