KMB 4 - Ekka Nurfitrya Agustin
KMB 4 - Ekka Nurfitrya Agustin
Oleh
Ekka Nurfitrya Agustin
302017027
A. Definisi
Katarak adalah suatu keadaan lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh, asal kata katarak dari kata yunani cataractayang
berarti air terjun. Mungkin sekali karena pasien katarak seakan-akan
melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun di depan matanya.
Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti ditutupi kabut.
(Ilyas.2006)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa katarak adalah opasitas lensa
kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses penuaan
tapi dapat timbul pada saat kelahiran ( katarak congenital ). Dapat juga
berhubungan karena trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, seperti diabetes miletus
atau hipopara tiroidisme, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari
( ultraviolet ) yang lama, atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior.
B. Klasifikasi
Secara umum terdapat 4 jenis katarak seperti berikut:
1. Katarak congenital:
Merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir yang terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin.
2. Katarak Traumatik :
Merupakan katarak yang terjadi karena kecelakaan pada mata akibat
trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior.
3. Katarak Sekunder:
Katarak yang disebabkan oleh konsumsi obat seperti prednisone dan
kortikosteroid, serta penderita diabetes. Katarak diderita 10 kali lebih
umum oleh penderita diabetes daripada oleh populasi secara umum.
4. Katarak yang berkaitan dengan usia:
Merupakan jenis katarak yang paling umum. Berdasarkan lokasinya,
terdapat 3 jenis katarak ini, yakni nuclear sclerosis, cortical, dan
posterior subcapsular. Nuclear sclerosis merupakan perubahan lensa
secara perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan.
Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat
(pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
Penderita juga mengalami kesulitan membedakan warna, terutama
warna birru. Katarak jenis cortical terjadi bila serat-serat lensa menjadi
keruh, dapat menyebabkan silau terutama bila menyetir pada malam
hari. Posterior subcapsular merupakan terjadinya kekeruhan di sisi
belakang lensa. Katarak ini menyebabkan silau, pandangan kabur
pada kondisi cahaya terang, serta pandangan baca menurun.
C. Etiologi
G. PATHWAY
Katarak
Sudut bilik mata depan Sinar terpantul kembali Blocking sinar yang masuk
sempit kornea
Risiko cidera;infeksi
Gangguan sensori Pandangan kabur
Daya akomodasi lensa perceptual (visual)
terganggu
Membentuk daerah keruh Protein Lensa terputus
Pupil kontriksi menggantikan serabut2 disertai dengan influx
protein air kelapa
Menghambat jalan
cahaya keberkabut
Pandangan retina
H. Pemeriksaan Diagnostik
Risiko jatuh
1. Kartu mata snellen / mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa akues/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,
karotis, glukoma.
3. Pengukuran tonografi :TIO (12-25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif (menentukana danya/tipe glaukoma.
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik.
8. EKG, kolesterol serum, lipid, Tes toleransi glukosa : Kontrol DM.
I. Penatalaksanaan
Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat
progresivitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih tetap
dengan pembedahan. (Vaughan DG & Arif, Mansjoer).
Penatalaksanaan Non-Bedah :
Pembedahan Katarak
J. Komplikasi
Komplikasi katarak akan terjadi apabila penanganan terhadap penyakit
ini tidak cepat. Beberapa komplikasi katarak yang biasa terjadi antara lain
adalah sebagai berikut.
K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketakutan b.d. kehilangan pandangan komplet, jadwal pembedahan
atau ketidakmampuan pandangan.
2. Risiko infeksi b.d pertahanan primer dna prosedur invasif (bedah
pengangkatan katarak).
3. Risiko cidera b.d peningkatan tekanan intra orbital (TIO).
4. Risiko jatuh.
5. Defisiensi pengetahuan b.d terbatasnya informasi atau kesalahan
interpretasi informasi yang sudah didapat sebelumnya.
L. Discharge Planning
1. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2. Lakukan pemeriksaan rutin pre operasi.
3. Pahami tentang katarak, kejadian pre dan post operasi.
4. Aktivitas yang perlu diperhatikan setelah dioperasi yaitu berbaring
pada sisi yang dioperasi, membungkuk melewati pinggang,
mengangkat benda yang beratnya nelebihi, mengedan selama defekasi
karena pembatasan tersebut diperlukan untuk mengurangi gerakan
mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler.
5. Pelajari cara menjaga hygiene mata (membuang drainase yang
mengeras dengan menyeka kelopak mata yang terpejam dengan
menggunakan bola kapas yang dilembabkan dengan larutan irigasi
mata), dan tidak menekan mata bila merawat mata.
ASUHAN KEPERAWATN PADA PASIEN NY A
DENGAN KATARAK DI RUANG MATA
RSUP dr. HASAN SADIKIN BANDUNG
KASUS
Seorang pasien berusia 64 tahun datang ke poli mata dengan keluhan pandangan
mata kabut setelah dilakukan pengkajian didapatkan data TD; 150/90 N; 80 x/m
Suhu 37.0 visus mata sebelah kanan 1/500 pasien menyatakan pandangan mata
kabut sejak 6 bulan yg lalu sudah berobat ke puskesmas beberapa kali tidak
mengalami perubahan kemudian ke spesialis mata dirujuk untuk dilakukan
operasi katarak
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Umur : 64 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nomor RM : 29022000
Nama : Ny. Y
Pendidikan : SMA
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien dirawat di ruang mata dengan keluhan pada mata sebelah kiri
bila melihat seperti kabut, klien hanya bisa melihat bayangan seperti
lambaian tangan
3) Data Sosial
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut : Berisi
hubungan pasien dengan yang lain, keluarga, teman, kerabat dan
perawat.
4) Data Spiritual
Tidak terkaji namun harus ada yang dikaji sebagai berikut :
Hubungan pasien dengan Allah SWT, melaksanakan sholat saat
sehat- sakit, sakit menurut agama pasien seperti apa.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan umum
Penampilan umum : Tidak ada Penurunan kesadaran
Kesadaran : GCS 15
Tanda-tanda vital : TD = 150/90 mmHg
N = 80 kali/menit
RR = 18 kali/menit
S = 37,0 OC
Status Antopometri : BB = 50 Kg
TB = 160 cm
IMT = 19,5
b. Sstem pernafasan
Hidung pasien bersih, tidak terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada
penggunaan otot bantu napas tambahan, bentuk dada simetris, irama
napas reguler, pengembangan dada seimbang, vocal fremitus seimbang
kanan kiri, saat di auskultasi tidak terdengar wheezing (-/-)
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak terdapat peningkatan JVP, tidak terlihat kebiruan pada bagian
dada/jantung, tidak terdapat kardiomegali, saat di perkusi pada daerah
lapang jantung terdengar suara dullness, saat dipalpasi tidak terdapat
pulsasi di 4 area katup jantung.
d. Sistem pencernaan
Warna bibir kehitaman, lidah klien bersih, tidak ada luka pada daerah
bibir, bentuk bibir simetris, gigi klien lengkap, terdapat caries. Abdomen
datar lembut, suara perkusi area lambung tympani, tidak terdapat
pembengkakan dan nyeri tekan pada hepar dan lien, tidak terdapat asites,
pasien merasa mual, bising usus 12 kali/menit.
e. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening
f. Sistem perkemihan
Kandung kemih tidak distensi, tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada
rasa nyeri, tidak terjadi inkontensia urine.
g. Sistem persarafan
- N1 (Olfaktorius): fungsi penciuman normal tidak ada keluhan
a. Pemeriksaan labolatorium: -
b. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek: -
c. Pemeriksaan retinometri: -
d. Pemeriksaan biometri: -
8. Program Terapi
Terapi yang dilakukan pada pasien yang mengalami katarak yaitu dengan
melakukan prosedur pembedahan atau operasi katark yaitu dengan
mengangkat lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa yang
bening atau baru, atau bisa dilakukan operasi laser katarak.
B. ANALISIS DATA
lambain tangan ↓
pada jarak 1 meter Hilangnya tranparansi
sedangkan pada lensa.
pasien katarak ↓
seperti melihat pada Perubahan kimia
dalam
jarak 300m) protein lensa.
↓
Koagulasi.
↓
Mengabutkan
pandangan.
↓
Terputusnya protein
lensa disertai influks
air
kedalam lensa.
↓
Terjadi gangguan
penerimaan
sensori/status organ
indera.
↓
Menurunnya
ketajaman
penglihatan.
↓
Gangguan persepsi
sensori: penglihatan
b.d