Anda di halaman 1dari 28

Laporan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB


PARU

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Sarjana Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Ns. Nina Gartika, M.Kep

Oleh
Dimas Faisal Luthfi S
302017025

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERISTAS ‘AISYIYAH BANDUNG
BANDUNG
2020
1. Definisi
Tuberculosis (TB) paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
mycobactrium tuberculosis, tuberculosis paru merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah , yakni kuman aeorob yang dapat hidup
terutama di paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai
tekanan parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai lemak yang
tinggi pada membran selnnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan
terhadap asam dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat.
Bakteri ini tidak tahan terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama
terjadi pada malam hari (tabrani, 2010).
Empiema adalah nanah (pus) yang terdapat dalam rongga pleura, meskipun
studi dan uji klinis paling sering menggunakan istilah infeksi pleura untuk
mencakup empiema dam efusi parapneumonik (PPE) terkomplikasi. Empiema
didefinisikan oleh penampilnnya cairan sangat buram (opaq) kuninhg ke
putihan cairan kental yang merupakan hjasil dari serum koagulasi protein ,
debris seluler dan pengendapan fibrin. Empiema berkembang terutama akibat
tertundannya pengobatan.

Empyema tuberculosis merupakan infeksi aktif, kronis dari rongga pleura yang berisi
sejumlah besar mycobacterium tuberculosis. Komplikasi yang jarang dari pleuropulmonary
TB dibandingkan dengan efusi pleura TB yang dihasilkan dari suatu respon inflamasi yang
berlebihan terhadap infeksi pleura pausibasilary lokal. Proses inflamasi mungkin sudah ada
tetapi dengan gejala klinis yang tidak jelas. Seringnya, pasien datang pada saat foto thoraks
rutin atau setelah berkembangnya fistula bronkopleural atau empiema necessitates.

2. Etiologi
Empiema terjadi karena proses infeksi spesifik dan infeksi non spesifik.
Empiema TB adalah salah satu bentuk dari komplikasi TB, diagnostik TB
berdasarkan klinis adalah adanya gejala khas TB yaitu batuk lebih dari 2
minggu, keringat malam, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan. Diagnostik TB selain berdasarkan klinis juga pemeriksaan
penunjang mikrobiologi dan radiologi

1
TB paru disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang dapat
ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan
organisme. Indivudu yang rentan menghirup dropelet dan menjadi
bterinfeksi. Bakteria di transmisi ke alveoli dan memperbanyak diri. Reaksi
inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,
granuloma, dan jaringan fibrosa (smeltzer&bare,2015).

 Mereka yang kontak dengan seseorang yang mempunyai TB aktif


 Individu imunnosuresif ( termasuk lansia, pasien dengan kanker ,
mereka yang dalam terapi kortikosteroid, atau mereka yang
terinfeksi dengan HIV ).
 Pengguna obat-obat IV dan alkoholik.
 Individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma
thanan, etnik dan ras minoritas , terutama anak anak dibawah usia 15
tahun dan dewasa muda antara yang berusia 15 samapai 44 tahun.)
 Dengan gangguan medis yang suadah ada dalam sebelumnya
(misalkan diabetes < gagal ginjal kronis,silkolisis , penyimpangan
gizi).
 Individu yang tinggal di daerah yang kumuh
 Pekerjaan ( misalkan , tenaga kesehatan , terutama yang melakukan
aktivitas yhang berisiko tinggi.
Empiema terjadi karena proses infeksi spesifik dan infeksi non spesifik. Empiema
TB adalah salah satu bentuk dari komplikasi TB, diagnostik TB berdasarkan klinis
adalah adanya gejala khas TB yaitu batuk lebih dari 2 minggu, keringat malam,
penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan. Diagnostik TB selain
berdasarkan klinis juga pemeriksaan penunjang mikrobiologi dan radiologi.

3. Klasifikasi

2
Tuberkulosis paru diklasifikasikan menurut wahid & imam

tahun 2013 yaitu :

a. Pembagian secara patologis

 Tuberculosis primer (chilhood tuberclosis)

 Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)

b. Pembagian secara aktivitas radiologis TB paru (koch

pulmonum) aktif , non aktif dan quisent ( bentuk aktif

yang mulai menyembuh )

Klasifikasi TB paru diabuat berdasarkan gejala klinik

bakterologik , radiologik dan riwayat pengobatannya

sebelumnnya . klasifikasi ini penting karena merupakan

salah satu faktor determinan untuk menentukan strategi

terapi.

Klasifikasi sebagai berikut:

I. TB paru BTA positif dengan kriteria:

 Dengan atau tanpa gejala klinik

 BTA positif mikroskopik positif 2 kali

postif 1 kali disokong biakan positif 1

kali atau disokong radiologik positif 1

kali

 Gambaran radiologik

3
II. TB paru BTA negatif dengan kriteria:

 Gejala klinik dan gambaran radiologik

sesuai dengan TB paru aktif.

 BTA negatif , biakan negatif tapi

radiologik positif

III. Bekas TB paru dengan kriteria:

 Gejala klinik tiadak ada atau ada gejala

sisa akbiat kelainan paru

 Ada riwayat pengobatan OAT yang lebih

adekuat (lebih mendukung).

4. Komplikasi
Menurut sudoyo, dkk (2009) komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan tuberkulosis paru yaitu:
 Empiema
Penumpukan cainra yang terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas
pleura, rongga pleura yang disebabkan oleh terinfeksinya pleura
oleh bakteri mcrobacterium tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
 Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melaui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah
bening. Sebab lain dapat juga dari robeknnya perkijuan kearah
saluran getah yang menuju rongga pleura , iga atau columna
vetebralis.
 Efusi pleura

4
Keluarnya cairan dari pembuluh darah atau pembuluh limfe kedalam
jaringan selaput paru , yang disebabkan oleh adnya penjelasanya
material masuk kerongga pleura.material mengandung bakteri
dengan cepat mengakibatkan reaksi inflamasi dan exudat pleura.
 Laringtis
Infeksi mycobacterium pada laring yang kemudian menyebabkan
laringritis tuberculosis.
 TBC milier (tulang usus otak limfe)
Bakteri mycrobacterium tuberculosis bila masuk dan berkumpul di
dalam saluran pernafasan akan berkembang biak terutama pada
orang yang daya tahan tubuhnnya lemah dan dapat menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh karena itu
infeksi mycrobacterium tuberculosis dapat menginfeksi seluruh
orang tubuh seperti paru,otak , ginjal , ddan saluran pencernaan.

5. Patofisiologi
Mycrobacterium tuberkulosis

Dfrolet

Menetap di udara

terhirup

menempel di jalan nafas

cairan dlm pleura meningkat

5
efusi pleura

empiema kronis / akut

sekret meningkat

menghalangi proses oksigenasi

sesak

bersihan jalan nafas

respon batuk

pengunaan otot”abdomen

refleks fagal

mual muntah/anoreksia

berat badan menurun

defisit nutrisi

6. Penatalaksanaan
Menurut zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian pengobatan dan penemuan penderitaan
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap
individu yang bergaul erat dengan penederita TB
paru BTA postof. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin
positif maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang.

6
2. Mass chest X-ray , yaitu pemeriksaan massal
terhddap kelompok populasi tertentu misalnnya:
Karyawan rumah sakit/puskesmas /balai pengobatan
, Penghuni rumah tahanan.
3. Vaksinasi BCG dapat melindungi anak berumur
kurang dari 15 tahun samapai 80%, akan tetapi
dapat mengurangi makna pada tes tuburkulin.

Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati , juga untuk untuk mencegah
kematian , kekmbuhan , resistensi terhdap OAT,serta memutuskan mata rantai penularan .
untuk penata laksanaan pengobtan tuberkulosis paru, berikut inin adalah hal yang penting u
tuk diketahui. Mekanisme kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) (arif mutqqin 2012).

 Aktivitas bakterisidal , untuk bakteri yang membelah cepat.


 Aktivitasi strelilasi , terhadap the persister (bakteri semidomant)
 Aktivitas bakteriostatis , obat obatan yang mempunyai akativitas bakteriotatis
terhdap bakteri tahan asam.
.

7. Pemeriksaan Penunjang
 Uji tuberkulin
 Pemeriksaan radiologi
 Pemeriksaan bakterilogis
 Pemeriksaan patologi anatomi
 Uji BCG

7
DAFTAR PUSTAKA

Tabrani. 2010. Bakteri ini tidak tahan terhdap ultra violet , karena itu
penurannya terutama terjadi pada malam hari .

Smeltzer & bare. 2015. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan
bronkupneumoni.

Mutqqin arif . 2012 . apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat maka orang
itu berpontesi terkena bakyteri tuberculosis

Bakti husuda. 2012. Penemuan dan pengobatan pasien tuberculosis :jakarta

8
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny.N
Tanggal Lahir : 33 tahun / 14-07-1982
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Blok tanah baru RT 15 RW 02 utara
penembehan plered kabupaten cirebon
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Nomor RM :
Diagnosa Medis : TB paru dengan empiyema thorak sinistra

9
Tanggal Pengkajian : 22 Desember
Tanggal Masuk RS : 21 Desember

2. Identitas Penanggung Jawab Pasien


Nama : Tn. E
Jenis Kelamin : Laki laki
Pendidikan : SMA
Hubungan dengan Pasien : Suami
Alamat : Blok tanah baru RT 15 RW 02 utara
penembehan plered kabupaten cirebon

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak 1 minggu SMRS pasien merasakan perut membesar disertai mual dan
muntah diare , panas badan naik turun meningkat pada malam hari, pasien
juga mengeluh berat badan menurun sebanyak 20 kg selama 3 bulan adanya
keringat berlebihan pada malam hari , batuk berdahak yang hanya di periksa
di puskesmas dan pasien belum pernah mendapatkan / mengkonsumsi obat
yang dapat membuat air kencing menjdai merah. Pasien mengeluh sesak
nafas oleh karena itu yang membuat kondisinya semakin menurun dan
memutuskan untuk dirawat di RS cirebon karena tidak ada perbaikan dan
terdapat. Oedema pad kedua kaki sehingga dari RS cirebon merujuk pasien ke
RSHS bandung.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sejak 3 bulan yang lalu pasien merasakan nyeri perut dan memperbesar tetapi
hanya di periksa di puskesmas dan dirawat dirumah , pasien tidak memiliki
riwayat penyakit DM dan hipertensi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah dan ibu pasien tidak memiliki riwayat keluarga. Didalam keluraga tidak
ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien
ataupun penyakit lainnya seperti DM, hipertensi atau jantung.

4. Riwayat Psikososial Spiritual


a. Data Psikologis

10
Pasien dengan keadaan seperti ini merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas
dan nmelihat suami pasien merasa kasihan berharap pasein bisa sembuh
kembali
b. Data Sosial
Pasien merasa lelah dan pasrah dengan penyakitnya. Pasien mengungkapkan
harapan dan perasaannya agar bisa sembuh kembali dan segera ingin
berkeumpul kembali dengan keluarganya.
c. Data Spiritual
a. Praktik ibadah saat di rumah
pasien selalu melakukan ibadah sollat pengajian dzikir , tetapi semenjak
sakit ibadah pasien terhambat karena penyakit nya tetapi sollat masih
dilakukan di tempat tidur
b. Praktik ibadah saat di rumah sakit
Pasien masih melakukan ibadah sollat di RS walaupun di tempat tidur dan
di b imbimng oleh suami nya dan pasien merasa dihadapinya ini adalah
merupakan cobaan dari SWT , dan yakin bisa menjalaninya dengan
pasrah dan ikhlas
Tidak terkaji , namun harus dikaji mengenai kegiatan ibadah pasien pada saat
sakit contohnya sollat, mengaji.
5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)
No Kebiasaan di rumah di rumah sakit
1 Nutrisi Klien makan 3x Pasien makan 3x sehari
Makan sehari , dengan menu dengan menu dari
 Jenis seadanya , kadang juga rumah sakit dan hanya
 Frekuensi mengkonsumsi ikan , menghabiskan
 Porsi atau sayuran setengah porsi setiap
 Keluhan makan

Minum Psien minum 7-8 gelas Psien minum sekitar


 Jenis sehari dengan jenis air 1100 ml air putih tetapi
 Frekuensi putih dan air teh pada saat saya
 Jumlah (cc) melakukan pengkajian
 Keluhan pasien puasa karena
akan dilakukan USG
2 Eliminasi Pasien BAB sehari Pasien selama di RS
BAB sekali dan BAK sekitar dipasang pampers,
 Frekuensi sering dengan warna sehari bisa 4 kali ganti
 Warna kuning jernih pampers

11
 Konsistensi
 Keluhan
BAK Pasien BAK sekitar
 Frekuensi sering dengan warn
 Warna kuning jernih
 Jumlah (cc)
 Keluhan
3 Istirahat dan tidur Pasien tidur selama 6-7 Pasien malam hari
 Waktu tidur jam per hari. Dan tidak bisa tidur dan
o Malam, pukul kadang-kadang tidur siangnnya baru bisa
o Siang, pukul siang tidur tetapi tidak
 Lamanya nyenyak karenaa sesak
 Keluhan nafas
4 Kebiasaan diri Pasien mandi dan Pasien hanya diseka
 Mandi gosok gigi 2x sehari. 1xsehari dan gosok
 Perawatan kuku Memotong kuku gigi 1x sehari oleh
 Perawatan gigi 1x/minggu suaminya.
 Perawatan rambut
 Ketergantungan
 Keluhan/gangguan

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan Umum
Penampilan umum :
Kesadaran :
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg
HR = 100 kali/menit
RR = 40 kali/menit
S = 36,5 OC
Status Antopometri : BB =
TB =
IMT =

b. Sistem Pernapasan
Hidung pasien simetris dan terlihat bersih terpasang binasal canul 3ltr/menit,
mukosa hidung lembab, terdapat pernapasan cuping hidung, tidak tampak
adanya kelainan bentuk dada, pengembangan dada simetris.
c. Sistem Kardiovaskular
Konjungtiva pucat anemis, adanya peningkatan pena jugularis dengan nilai
jpv 5+3 cm H2O, teraba kuat arteri karotis. Terdengar bunyi jantung 1 dan 2
normal, kulit terlihat sianosis, kulit hangat dan CRT <3 detik.

12
d. Sistem Pencernaan
Tidak ada pendarahan atau radang gusi, tidak ada tanda tanda infeksi pada
mulut. Hepar tidak teraba peristaltik 5x/menit. Pasien BAB 5x sehari.
e. Sistem Endokrin
Tidak terkaji ,namun harus dikaji hal hal seperti ada rasa nyeri atau tidak
terpasang kateter atau tidak.
f. Sistem Perkemihan
Tidak terkaji , namun harus terkaji apakah terpasang kateter
g. Sistem Persarafan
 N1 (Olfaktorius): tidak terkaji namun harus dikaji dapat membedakan bau
atau tidak
 N2 (Optikus): tidak terkaji , namun harus dikaji mampu membaca papan
nama perawat dalam jarak 30 cm.
 N3, N4, N6 (Okulomotoris, Trokhealis, Abdusen): tidak terkaji namun
harus dikaji mengenai gerak bola mata ke segala arah
 N5 (Trigeminus): tidak terkaji mengenai mata klien saat reflek cahaya
langsung
 N7 (Fasialis): tidak terkaji
 N8 (Auditorius): tidak terkaji namun harus dikaji kemampuan mendengar .
 N9 dan N10 (Glosofaringeus):tidak terkaji
 N11 (Asesorius): tidak terkaji
 N12 (Vagus): tidak terkaji
 Pemeriksaan Tanda Meningeal
- Test kaku kuduk (+)
-
h. Sistem Muskuloskeletas
Tidak ada nyeri pada tulang belakang namun pasien menyatakan tidak bisa
menggerakan kedua kaki, karena terdapat pada dua kakinya.
i. Sistem Integumen
Tugor kulit baik lemas pada wajah klien .
j. Sistem Reproduksi
Pasien menolak saat akan dilakukan pemeriksaan.

13
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan foto thorax pada tanggal 21desember
Kesan: TB paru aktif , efusi pleura kiri dan tidak ada kardiomegali
USG pad tanggal 22 Desember
Kesan : efusi pleura sanistra di sertai paru kolaps di medial
“Tambahkan foto ct-scan jika ada”

b. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Tanggal 2 November 2019
Hematologi
- Hemoglobin
- Hematokrit
- Eritrosit
- Lekosit 12.900 /ul
- Trombosit 614.000 /ul
Index Eritorsit
- MCV
- MCH
- MCHC
Hitung Jenis Lekosit
- Basofil
- Eosinofil
- Batang
- Segmen
- Limfosit
- Monosit
Kimia Klinik
- Ureum
- Kreatinin
- Natrium (Na)
- Kalium (K)
- Kalsium (Ca Bebas)
- Magnesium (Mg)

14
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Analisa Gas Darah
- pH
- PCO2
- PO2
- HCO3
- TCO2
- Base Excess
- Saturasi O2

c. Program Terapi
Tanggal 5 November 2019
 Kotrimoksazol 1x960 mg/po  FDC OAT line 1 1x2 tab
 Flucunazole 1x150mg/po
 KSR 1x1200mg/po
 Albumin 20% 1x100
 Paracetamol 3x500mg/po
 Omeprazole 1x40mg/IV

B. ANALISA DATA
No. Data Subjektif Etiologi Masalah

15
1. DS: mcyobacterium tuberkulosis Bersihan jalan
 Pasien mengeluh sesak ↓ nafas tidak
nafas Saluran pernafasan efektif
 . ↓
Masuk dalam lapang paru
DO: ↓
 Tekanan darah 110/70 alveoli
mmhg ↓

 Nadi 100x/menit Proses peradangan

 RR 40x/menit ↓
tuberkel
 Suhu 36,5 C

 Penurunan kesadaran
Infeksi primer pada alveoli

Produksi sekret

Batuk produktif

Sekret kental

Bersihan jalan nafas tidak
efektif

2. DS: mikrobacterium tuberkulosa defisit nutrisi


-Pasien mengeluh berat
badan menurun sebanyak 20 saluran pernafasan
kg
- Omasuk dalam lapang paru

alveoli

proses peradangan

16
tuberkel
DO:
-Porsi makan Pasien tidak infeksi primer pada alveoli
habis
-Pasien 4 kali ganti pempers TBC primer
-diare
Tekanan darah 110/70 meluas
mmhg
Nadi 100x/menit Hematogen
RR 40x/menit
Suhu 36.5 C Bakterimia
Peritonoium
Asam lambung meningkat
Mual muntah
Anoreksia

Risiko defisit nutrisi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1) Bersihan jalan napas tidak efektif
2) Defisit nutrisi

17
D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Pasien : Ny. N Ruangan : Azalea
No. Medrek : 0001489931 Diagnosa Medis : TB paru

Diagnosa
No. Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
tidak efektif selama 2 x 24 jam bersihan jalan nafas 1) Monitor pola nafas (frekunsi kedalaman 1) Untuk mengatahui apakah
dapat teratasi, dengan kriteria: usaha nafas ) pola nafas pasien normal
a. Respirasi dalam batas normal 2) Monitor sputum atau tidak
20x/menit
b. Adanya penurunan produksi
sputum 2) Untuk mengetahui tekstur
c. Pola nafas membaik Terapetutik sputum
3) Berikan terapi oksigen sesuai indikasi 3) Terapi oksigen diberikan
4) Posisikan semi fow-ler 12 – 16 liter
5) Lakukan penghisapan lendir kuarang dari MV=VT x RR 6-8/50kg
15 detik 50 x 6 = 330 x 40=12000
ml > 12 liter
Edukasi 50 x 8 =440 x 40=
Ajarkan teknik batuk efektif. 16000ml > 16 liter
Memakai Non rebreating
mask

18
4) Meningkatkan ekpansi
paru dan memudahkan
pernafasan
5) Untuk membersihakan
jalan nafas
6) Suatu metode batuk
dengan benar, dimana
pasien dapat menghemat
energi sehingga tidak
mudah lelah dan dapat
mengeluarkan dahak
secara maksimal.

19
2. Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi observasi
selama 2 X 24 jam risiko defisit nutrisi 1) Identifikasi status nutrisi Manajemen nutrisi observasi
tertasi dengan kriteria hasil : 2) Identifikasi makanan yang disukai 1) Memvalidasi dan
a. Mual dan muntah (-) 3) Monitor asupan makanan menetapkan derajat
b. Porsi makan habis 4) Monitor berat badan masalah untuk
c. BB bertambah menetapkan pilihan
d. Keluhan diare berkurang 2) Untuk meningkatkan
Terapeutik nafsu makan pasien.
1) Lakaukan oral hygine sebelum makan. 3) Untuk mengukur ke
2) Berikan makan tinggi kalori dan tinggi efektipan asupan gizi
protein. dan dukungan cairan.
4) Untuk mengetahui
berat badan.
Terapeutik
5) Menurunkan rasa tidak
enak karena sisa makan
sisa seputum atau obat
pada pengobatan sistem
pernapasan yang dapat
merangsang pusat

20
muntah.
6) Agar pasien memenuhi
kebutuhan kalori dan
protein yang
meningkat.

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

21
Nama Pasien : Ny. N Ruangan : Azalea
No. Medrek : 0001489931 Diagnosa Medis : TB paru

Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf


Rabu 23 Tuliskan tindakan keperawatan dan hasilnya Diagnosa Keperawatan 1
Desember Memonitor pola nafas (seperti frekuensi , kedalaman, S : Pasien mengeluh sesak.
2020 I 07.00 usaha napas ) dan bunyi nafas tambahan seperti mengi , O : RR 40 kali/menit, nadi 100x/menit
ronhci wheezing . serta memonitor adanya produksi A : bersihan jaslan nafas tidak efektif belum
sptum. teratasi
Hasil: kondisi pasien mengeluh sesak napas. P : Lanjutkan intervensi
RR: 40x/menit. Nadi 100x/menit

memeberikan terapi oksigen 13 liter / menit dan Diagnosa Keperawatan 2


memposisikan semi fowler untuk memperthankan S : -
II 08.30 kepatenan jalan nafas. O : mual muntah (+) porsi makan tidak habis ,
diare(+)
Mengidentifikasi status nutrisi dan makanan yang A :defisit nutrisi belum teratasi
disukai pasien . untuk mengetahui asupan makanan P :lanjutkan intervensi
II / III 12.30

22
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf
I 13.30

Kamis 24 14.00 Tuliskan tindakan keperawatan dan hasilnya Diagnosa Keperawatan 1


Desember Memonitor pola nafas (seperti frekuensi , kedalaman, S : pasien mengeluh nsesak napas
2020 15.30 usaha napas ) dan bunyi nafas tambahan seperti mengi , O : RR 40x/menit nadi 90x/menit
ronhci wheezing . serta memonitor adanya produksi A :bersihan jalan nafas tidak efektif belum
sptum. tertasi
P : lanjutkan intervensi
17.00 memeberikan terapi oksigen 13 liter / menit dan Diagnosa Keperawatan 2
memposisikan semi fowler untuk memperthankan S :-,
kepatenan jalan nafas. O : mual muntah (+), habis setengah porsi
18.00 makan , diare(+)
20.00 Mengidentifikasi status nutrisi dan makanan yang A :defisit nutrisi belum tertasi
disukai pasien . untuk mengetahui asupan makanan P : lanjutkan intervensi

23
Hari/Tanggal DX Waktu Implementasi dan Catatan Perkembangan Evaluasi Paraf

Jumat 25 I/II/II Tuliskan tindakan keperawatan dan hasilnya Diagnosa keperawatan 1


Desember Memonitor pola nafas (seperti frekuensi , kedalaman, S : pasien mengeluh sesak berkurang
2020 usaha napas ) dan bunyi nafas tambahan seperti mengi , O : RR 25x/menit, nadi 90x/mnit
ronhci wheezing . serta memonitor adanya produksi A : bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi
sptum. sebagian
P : lanjutkan intervensi
memeberikan terapi oksigen 13 liter / menit dan
memposisikan semi fowler untuk memperthankan
kepatenan jalan nafas. Diagnosa keperawatan 2
S:-
Mengidentifikasi status nutrisi dan makanan yang O : mual muntah (-), habis setengah porsi
disukai pasien . untuk mengetahui asupan makanan. makan, diare(+)
Melakukan oral hygine sebelum makan. A : defisit nutrisi tertasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

24
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Dimas faisal


NIM : 302017025
Kelompok : 7

Resume Analisis Tindakan Keperawatan


Nama Prosedur : Batuk efektif
Tujuan Tindakan : Untuk meningkatkan mobilisasi sekresi dan
mencegah risiko tinggi retensi sekresi. Tujuan
lainnya yaitu untuk membebaskan jalan napas dari
akumulasi sekret, mengeluarkan sputum untuk
pemeriksaan diagnostik laborat dan mengurangi
sesak napas akibat akumulasi sekret.
Indikasi Pasien yang : Tindakan ini ditujukan pada pasien TB paru.
Membutuhkan Tindakan

Rasionalisasi Prosedur
RASIONAL
NO KEGIATAN
(Integrasi Jurnal)
1. Persiapan: Batuk efektif adalah
tindakan yang diperlukan
Pra Interaksi
untuk membersihkan sekret.
a. Validasi nama pasien Batuk efektif merupakan
b. Keadaan umum dan TTV suatu metode batuk yang
c. Pastikan tidak ada kontraindikasi benar, dimana pasien dapat
Alat: menghemat energi sehingga

a. Tissue tidak mudah lelah dan dapat

b. Bengkok mengeluarkan dahak secara

c. Perlak/alas maksimal dengan tujuan

d. Sputum pot berisi desinfektan meningkatkan ekspansi

e. Air minum hangat paru, mobilisasi sekresi

25
2. Langkah kerja: mencegah efek samping
dari retensi ke sekresi.
Orientasi
Dampak dari pengeluaran
a. Mengucapkan salam. dahak yang tidak lancar
b. Memperkenalkan diri. antara lain kesulitan
c. Menjelaskan tujuan prosedur tindakan. bernapas, gangguan
d. Menanyakan kesiapan pasien. pertukaran gas, sianosis,
kelelahan, apatis serta

Fase Kerja merasa lemah dan obstruksi


jalan napas.
a. Membaca basmallah.
b. Mencuci tangan.
c. Menjaga privasi pasien.
d. Mempersiapkan posisi pasien.
e. Meminta pasien meletakkan satu tangan di
dada dan satu tangan di abdomen.
f. Melatih pasien melakukan napas perut
(menarik napas dalam melalui hidung
hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap
tertutup).
g. Meminta pasien merasakan mengembangnya
abdomen (cegah lengkung pada punggung).
h. Meminta pasien untuk menahan napas
hingga 3 hitungan.
i. Meminta menghembuskan napas perlahan
dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup).
j. Meminta pasien merasakan mengempisnya
abdomen dan kontraksi dari otot.
k. Memasang perlak/alas dan bengkok (di
pangkuan pasien bila duduk atau di dekat
mulut bila tidur miring).
l. Meminta pasien untuk melakukan napas
dalam 2 kali, yang ke 3 : inspirasi, tahan

26
napas dan batukkan dengan kuat.
m. Menampung lendir dalam sputum pot.
n. Merapihkan posisi pasien agar nyaman.
o. Menanyakan respon pasien.
p. Membaca hamdalah.
q. Mencuci tangan.

Fase Terminasi

a. Mengevaluasi tindakan.
b. Menjelaskan rencana tindak lanjut.
c. Berpamitan kepada pasien.
d. Mengucapkan salam.

27

Anda mungkin juga menyukai