Metastasis
Metastasis merupakan anak sebar, artinya kemampuan suatu jaringan tumor untuk lepas
dari induknya dan menempel serta mampu hidup dan berkembang lebih lanjut pada
jaringan tubuh lain yang letaknya jauh dari jaringan tumor induk. Misalnya kanker
payudara dapat bermetastasis hingga ke paru-paru dan menyebabkan gangguan proses
pernapasan. Jalur metastasis bisa melalui aliran darah, aliran limfe maupun proses
terlepas/terjatuh langsung menempel pada tempat tertentu. Metastasis hanya terjadi pada
tumor ganas. Tumor jinak tidak pernah bermetastasis. Oleh karena metastasis inilah maka
tumor ganas pada kaki misalnya dapat berakibat fatal terhadap penderitanya.
Gambaran seluler
Tumor ganas di bawah mikroskop akan tampak sekumpulan sel-sel yang seringkali tidak
menyerupai jaringan normal semestinya, bahkan sel-sel ganas bisa memberi gambaran
yang sama sekali tidak menyerupai sel apapun dalam tubuh manusia (tidak
berdiferensiasi/anaplasi). Sedangkan tumor jinak umumnya diferensiasinya baik, artinya
gambaran sel-selnya masih serupa sel-sel normal asalnya namun aktvitas pembelahannya
saja yang lebih aktif. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin anaplastik / berdiferensiasi
semakin buruk suatu tumor maka tumor itu pastilah semakin ganas.
Kekambuhan
Tumor jinak umumnya dengan dioperasi secara tepat jarang untuk kambuh lagi. Tumor
ganas memiliki kekambuhan lebih tinggi dikarenakan proses pembedahannya sulit untuk
benar-benar tuntas dikarenakan memang jaringan abnormal ini tidak berkapsul sehingga
sulit untuk dibedakan dan dipisahkan dari jaringan normal sekitarnya yang sudah
diinfiltrasi. Selain itu tumor ganas tahap lanjut umumnya penyebaran sudah lebih luas
bahkan sudah bermetasasis jauh sehingga operasi adalah tidak mungkin menyembuhkan
lagi karena sel-sel ganas sudah ada hampir di setiap bagian tubuh.
A. Limfoma Hodgkin
LH merupakan penyakit keganasan yang mengenai sel-B limfosit dan khas ditandai oleh
adanya sel Reed-Sternberg dengan latar belakang sel radang pleomorf (limfosit, eosinofil,
nutrofil, sel plasma, dan histiosit). Pada limfoma Hodgkin, salah satu jenis sel darah putih
(limfosit), yaitu limfosit tipe B, akan mulai menggandakan diri secara abnormal dan
menyebabkan limfosit kehilangan fungsinya dalam melawan infeksi, sehingga
mengakibatkan penderitanya rentan terhadap infeksi. Sel Reed-Sternberg adalah sebuah sel
yang sangat besar dengan ukuran diameter sekitar 15 sampai dengan 45 mikrometer,
berinti besar multilobuler dengan banyak anak inti yang menonjol dan sitoplasma yang
sedikit eusinofilik. Karakteristik utama dari sel Reed Sternberg adalah adanya dua buah inti
yang saling bersisian yang di dalamnya masing-masing berisi sebuah anak inti asidofilik
yang besar dan mirip dengan inklusi yang dikelilingi oleh daerah sel yang jernih.
Berdasarkan teori, pada saat dilakukan anamnesis, penderita limfoma Hodgkin (LH)
cenderung akan mengeluhkan adanya gejala konstitusional, seperti simtom B, demam Pel-
Ebstein, pruritus dan rasa nyeri yang timbul di daerah limfa setelah meminum alkohol.
Selain itu, penderita LH juga cenderung akan mengeluhkan adanya rasa nyeri dada, batuk,
sesak napas dan nyeri punggung atau nyeri tulang.
Berdasarkan teori, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksa cenderung akan
menemukan adanya tanda-tanda limfadenopati asimptomatik, splenomegali, hepatomegali
dan sindrom superior vena cava pada penderita limfoma Hodgkin (LH).
B. Limfoma non-Hodgkin
LNH merupakan keganasan primer limfosit yang berasal dari limfosit B, limfosit T dan
kadang-kadang berasal dari sel natural killer yang berada dalam sistem limfe dengan
gambaran yang sangat heterogen baik secara histologis, gejala, perjalanan klinis, respon
terhadap pengobatan maupun prognosis. Seperti keganasan lain, LNH merupakan hasil dari
akumulasi kelainan genetika yang bertahap sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak
terkendali klon sel-sel ganas. Translokasi berulang yang terjadi pada beberapa tingkat
deferensiasi sel B merupakan awal dari transformasi maligna. Translokasi ini
mengakibatkan deregulasi ekspresi onkogen yang mengontrol proliferasi, survival dan
deferensiasi sel. Menariknya, translokasi saja tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya
limfoma, sehingga diperlukan gangguan genetika sekunder berikutnya untuk terjadinya
transformasi maligna seutuhnya.
Manifestasi klinis limfoma non Hodgkin bervariasi, karena jaringan limfatik tersebar
luas dalam tubuh. Jaringan limfatik di bagian manapun dapat menjadi lesi primer atau
dalam perjalanan penyakit mengalami invasi. Kelainan di bagian tubuh berbeda dapat
menunjukkan manifestasi berbeda. Selain itu limfoma non Hodgkin stadium lanjut dapat
menginvasi jaringan di luar limfatik, maka gejalanya pun lebih rumit lagi. Berikut adalah
gejala dan tanda yang dapat dijumpai pada pasien limfoma non Hodgkin:
Limfadenopati
Yang tampil dengan gejala pertama berupa pembesaran kelenjar limfe superfisial
menempati lebih dari 60% pasien, di antaranya yang mengenai kelenjar limfe bagian
leher (60-80%), aksila (6-20%), inguinal (6-12%). Pembesaran kelenjar limfe sering
asimetri, konsistensi padat dan kenyal, serta tidak nyeri.
Kelainan Hati
Terjadi pada stadium lanjut, hepatomegali dan gangguan fungsi hati. Sebagian pasien
dapat menderita ikterus obstruktif akibat limfadenopati portal atau akumulasi cairan
empedu intrahepatik.
Kelainan skeletal
Pada limfoma non Hodgkin sering ditemukan invasi ke sumsum tulang.
Destruksi kulit
Kelainan kulit ada yang spesifik dan non spesifik. Kelainan spesifik adalah invasi kulit
limfoma malignum, tampil bervariasi, massa, nodul, plak, ulkus, papul, dan makula.
Ada kalanya berupa eritroderma maligna. Yang non spesifik hanya transformasi dari
dermatitis biasa, berupa pruritus, prurigo, herpes zoster, iktiosis akuisita, dan lain-lain.
Kelainan sistem neural
Yang sering ditemukan adalah paralisis neural, sefalgia, serangan epileptik, peninggian
tekanan intrakranial, kompresi spinal, dan paraplegia.
Gejala sistemik
Dapat berupa demam, keringat malam, dan penurunan berat badan.
b. Pencegahan
Melindungi diri dari penyakit infeksi
Menjaga penyakit terkait sistem kekebalan tubuh tetap terkendali
Menghindari paparan bahan kimia toksik
Menghindari paparan radiasi yang tidak perlu
Menjaga berat badan ideal
Mengkonsumsi makanan kaya antioksidan seperti sayur dan buah
3. Hubungan Gejala (benjolan, demam, keringat malam hari, dan penurunan berat badan)
dengan penyakit yang dialami pasien?
Gejala seperti demam, berkeringat pada malam hari, dan penurunan berat badan
merupakan trias dari gejala sistemik limfoma yang dapat kita sebut sebagai B symptoms. B
symptoms adalah faktor prognostik yang buruk pada limfoma (baik limfoma Hodgkin maupun
non-Hodgkin). Karena alasan ini, jika terdapat B symptoms, maka tumor dikalahkan di bawah
sistem klasifikasi Lugano. Kehadiran B symptoms berkorelasi baik dengan peningkatan
tingkat sitokin inflamasi dalam cairan tubuh. Peningkatan tingkat sitokin inflamasi ini akan
menginisiasi respons berupa inflamasi di dalam tubuh. Adanya demam ini terjadi karena
adanya inflamasi atau peradangan. Demam disebabkan oleh pirogen endogen dari makrofag
yang diaktivasi oleh fagosit, kompleks imun dan produk lain. Pirogen ini bekerja pada pusat
pengatur suhu di hipotalamus untuk meningkatkan titik pengatur termostat. Tujuannya adalah
agar fagositosis bekerja lebih cepat, metabolisme meningkat.
Patofisiologi limfadenopati melalui beberapa mekanisme, di antaranya terjadi replikasi sel-
sel nodus limfe, masuknya sel-sel eksogen, deposisi materi asing, pembesaran vaskuler dan
edema atau terjadi supurasi jaringan. Karena terjadi pembesaran vaskuler maka terjadi
peredarahan darah yang cepat, sehingga tubuh lebih cepat mengeluarkan panas tubuh. Dan
juga dikarenakan adanya infeksi maka respon dari tubuh adalah naiknya suhu tubuh, sehingga
kompensasi yang dilakukan tubuh adalah mengeluarkan panas tersebut dengan cara
mengeluarkan cairan. Berkeringat adalah cara tubuh kita untuk tetap dalam suhu yang normal.
Tetapi, berkeringat pada malam hari ini bisa disebabkan karena adanya infeksi. Infeksi akan
menyebabkan kenaikan suhu tubuh dan keringat adalah salah satu kompensasi untuk berusaha
menurunkannya. Dan banyak juga yang menghubungkan banyak berkeringat pada malam hari
ini dengan adanya kanker. Dan ini juga bisa berhubungan dengan kehilangan berat badan
secara tiba-tiba.
Penurunan berat badan drastis tanpa melakukan apapun adalah salah satu gejala limfoma
yang dapat terjadi. Seseorang yang mengidap limfoma mungkin akan mengalami kehilangan
berat badan lebih dari 10 persen dalam 6 bulan. Hal tersebut terjadi karena sel kanker
tersebut menghabiskan sumber energi seseorang. Selain itu, tubuh juga akan
menggunakan energi untuk menyingkirkan sel kanker yang berada di dalam tubuh.
4. Perbedaan pemeriksaan eksisi biopsy dan FNAB? Bagaimana mekanismenya dan apa
hubungannya dengan diagnosisnya?
Fine needle aspiration biopsy (FNAB) atau biopsi aspirasi jarum halus merupakan suatu
metode atau tindakan pengambilan sebagian jaringan tubuh manusia dengan suatu alat
aspirator berupa jarum suntik yang bertujuan untuk membantu diagnosis berbagai penyakit
tumor. Tindakan ini ditujukan pada tumor yang letaknya superfisial dan palpable, seperti
tumor kelenjar getah bening, tiroid, kelenjar liur, dll. Untuk mendiagnosa limfoma maligna
pada kelenjar getah bening, ketepatannya tinggi pada lesi tumor yang derajat keganasannya
high-grade.
Biopsi merupakan tindakan pengambilan sebagian kecil jaringan kulit atau jaringan lain
atau organ tubuh lain untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Tujuan biopsi sebenarnya
untuk menegakkan diagnosis secara pasti apakah jaringan tersebut mengandung sel-sel
abnormal, mengalami proses infeksi atau gangguan lainnya. Hasil biopsi sangat membantu
dokter untuk mendiagnosis sekaligus menentukan langkah tepat dalam melakukan
pengobatan. Biopsi eksisi dilakukan agar dapat mengambil jaringan kulit lebih luas. Tindakan
biopsi ini dilakukan menggunakan pisau bedah dengan luas tertentu dan memerlukan
penjahitan sesudahnya.