13 58 1 PB PDF
13 58 1 PB PDF
Anita Prihatini Ilyas a, Kukuh Nirmala a, Enang Harris a, dan Tri Widiyanto b
a
Program Studi Ilmu Akuakultur Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
b
Pusat Penelitian Limnolog – LIPI
Email : prihatinianita@gmail.com
Diterima Redaksi: 7 Mei 2014, Disetujui Redaksi: 13 November 2014
ABSTRAK
Lemna perpusilla adalah suatu makrofit yang hidup terapung di air, terdapat
di seluruh dunia dan banyak ditemukan di air tawar yang kaya nutrien. Tumbuhan ini
lebih dikenal sebagai gulma yang cenderung sulit untuk dikendalikan karena memiliki
produktivitas yang sangat tinggi. Penelitian untuk menganalisis kemampuan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dalam memanfaatkan L. perpusilla sebagai pakan kombinasi
telah dilakukan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan konsentrasi
pakan 100% L. perpusilla + 0% pelet, 25% L. perpusilla + 75% pelet, 50% L.
perpusilla + 50% pelet, 0% L. perpusilla + 100% pelet. Ikan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ikan nila (O. niloticus). Padat tebar ikan 20 individu per waring
dengan bobot rata-rata 20±0,01 g per individu. Ikan diberi pakan sebanyak dua kali
per hari selama 50 hari. Setiap tujuh hari sekali dilakukan penimbangan bobot tubuh
ikan nila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L. perpusilla dapat menggantikan pelet
sebagai pakan sebesar 25%. Lemna tidak dapat menggantikan pakan secara
keseluruhan karena terkait dengan tingginya serat yang terkandung di dalamnya yang
dapat mempersingkat waktu tubuh untuk melakukan proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi.
Kata kunci : L. perpusilla, O. niloticus, gulma, pakan
ABSTRACT
USE OF Lemna perpusilla AS A COMBINATION FEED FOR TILAPIA
(Oreochromis niloticus) IN RECIRCULATION SYSTEM. Lemna perpusilla is an
aquatic macrophyte, there are and are found in fresh water rich in nutrients around
the world. This plant is more commonly known as weeds that tend to be difficult to
control because of the high productivity. Research to analyze the ability of tilapia
(Oreochromis niloticus) to consume L. perpusilla for combination of feed has been
done. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with
four treatments level and three replications. Which were feed concentration are of
100% L. perpusilla + 0% pellets, 25% L. perpusilla + 75% pellets, 50% L. perpusilla
+ 50% pellets, and 0% L. perpusilla + 100% pellets. The fish used in this study is
tilapia (O. niloticus). Fish of 20±0,01 g/ind was stocked at density of 20 ind per net.
The fish were fed two times daily for 50 days. Every seven day sampling was done. The
results showed that L. perpusilla can replace pellets as feed by 25%. Lemna can not
replace the feed as a whole because it containes high fiber which shorten the
digestion and absorption procesess.
Keywords : L. perpusilla, O. niloticus, weed, feed
193
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
194
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
195
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
Tabel 1. Kandungan nutrisi L. perpusilla dan pelet dalam bobot kering yang digunakan
dalam penelitian*
Komponen L. perpusilla (%) Pelet (%)
Kadar abu 6.70 8.65
Protein 38.10 30.20
Lemak 5.47 4.72
Serat 44.80 5.48
BETN** 5.03 31.83
Keterangan :
*Analisis proksimat berdasarkan metode Takeuchi 1988
**Bahan ektsrak tanpa nitrogen
196
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
Tabel 2. Rerata pertumbuhan bobot mutlak ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan
konsentrasi pakan L. perpusilla dan pelet yang berbeda*
Perlakuan Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Pertambahan bobot (g)
100%L+0%P 20.01 24.60 4.59c
25%L+75%P 20.02 50.97 23.94b
50%L+50%P 20.03 43.97 30.95a
0%L+100%P 20.02 55.47 35.45a
*Data dianalisis menggunakan program Statistical Program Software System versi 16.
Gambar 2. Sintasan ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan L. perpusilla
dan pelet yang berbeda. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan pengaruh yang sama antar perlakuan pada taraf uji 5% pada taraf uji
5% (Uji Duncan).
197
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
pelet (RKP sebesar 1,83) tidak memberikan cukup baik berkisar 0,8-1,6. Semakin rendah
pengaruh nyata (P<0,05). Olaniyi dan nilai rasio pakan, maka kualitas pakan yang
Oladunjoye (2012) melaporkan bahwa diberikan semakin baik.
pemberian penambahan tepung L. minor Retensi Protein
sebanyak 25% pada pakan ikan nila (O. Webster dan Lim (2002) nilai retensi
niloticus) memberikan rasio konversi pakan protein pakan ditentukan oleh sumber
yang terbaik yaitu sebesar 2,70 protein yang digunakan dalam pakan dan
dibandingkan pemberian 0%, 50%, 75% , sangat erat kaitannya dengan kualitas protein
dan 100% tepung L. minor. Pada penelitian yang ditentukan oleh komposisi asam amino
ini yaitu dengan pemberian L. perpusilla serta kebutuhan ikan akan asam amino
sebesar 25% memberikan RKP yang jauh tersebut. Protein hewani memiliki kualitas
lebih baik yakni sebesar 1,48 (Gambar 3). yang lebih baik dibandingkan dengan
Tingginya serat kasar (44.80%) protein nabati. Hal ini disebabkan
menyebabkan penggunaannya yang melebihi kandungan asam amino pada protein hewani
25% telah menurunkan nilai konversi pakan. lebih lengkap dari pada protein nabati.
Batas maksimal kandungan serat kasar Meskipun menurut Leng (1995) jenis-jenis
dalam pakan ikan omnivora adalah 8% lemna memiliki susunan asam amino yang
(Haetami et al. 2005). NRC (1993) lebih mendekati komposisi asam amino
menjelaskan bahwa besar kecilnya rasio hewani akan tetapi hasil penelitian
konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa menunjukkan retensi protein yang rendah
faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas pada ikan uji yang diberikan pakan L.
dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan perpusilla sebanyak 100% + 0% pelet yaitu
kualitas air yang akan menentukan hanya sebesar 1,66% sedangkan pada
efektivitas pakan tersebut. DKPD 2010 pemberian 0% L. perpusilla + 100% pelet
menyatakan bahwa nilai konversi pakan mencapai 36,35% (Gambar 4).
Gambar 3. Rasio konversi pakan ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan pengaruh yang sama antar perlakuan pada taraf uji 5% (Uji
Duncan).
Gambar 4. Retensi protein ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda. Angka yang diikuti dengan huruf yang
sama menunjukkan pengaruh yang sama antar perlakuan pada taraf uji 5%
198
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
Kandungan serat kasar yang tinggi protein dan karbohidrat, lemak dapat
pada lemna mengakibatkan pakan lebih sulit menghasilkan energi yang lebih besar.
dicerna, karena kemampuan ikan dalam Kandungan lemak yang baik untuk makanan
mencerna serat kasar dibatasi oleh ikan rata-rata berkisar antara 5-8,5%.
kemampuan mikroflora dalam ususnya Retensi lemak menggambarkan kemampuan
untuk mensekresikan enzim selulase (Bureau ikan dalam menyimpan dan memanfaatkan
et al., 1999). Bahkan menurut Halver (1989) lemak pakan. Tingginya lemak yang
ikan kurang mampu mencerna serat kasar dikonsumsi ikan dan yang tidak digunakan
karena di dalam usus ikan tidak terdapat sebagai sumber energi kemudian disimpan
mikroflora yang dapat memproduksi enzim sebagai lemak tubuh. Menurut Zonneveld et
amilase atau selulase, meskipun enzim al., (1991). Lemak biasanya disimpan
selulase dapat dijumpai pada beberapa jenis sebagai cadangan energi untuk kebutuhan
ikan, namun serat kasar sering tidak dicerna energi jangka panjang.
oleh ikan. Menurut penelitian Hemre et al., Retensi lemak tertinggi didapat pada
(2002) bahwa pakan yang mengandung serat pemberian pakan 0% L. perpusilla + 100%
kasar tinggi dapat mengurangi bobot badan pelet yaitu sebesar 145,38%. Tingginya nilai
ikan, dan memberikan rasa kenyang karena retensi lemak diduga karena adanya
komposisi karbohidrat kompleks yang dapat kelebihan nutrien dalam bentuk karbohidrat.
mengurangi nafsu makan sehingga Hal ini didukung oleh Mokogonta (et al.,
mengakibatkan turunnya konsumsi pakan 2005) yang menyatakan bahwa kelebihan
dan menurunkan pertumbuhan ikan. energi karbohidrat dikonversi menjadi lemak
Guillame (1999) menyatakan apabila tubuh dan bukan disimpan dalam bentuk
kandungan serat kasar berlebihan maka akan karbohidrat, yaitu glikogen tubuh.
mempercepat gerakan peristaltik di usus Sedangkan retensi lemak terendah didapat
sehingga penyerapan nutrien yang penting pada perlakuan 100% L. perpusilla + 0%
untuk pertumbuhan berkurang. pelet yaitu hanya sebesar 16,03% (Gambar
5).
Retensi Lemak
Menurut Palinggi et al., (2002), Kualitas air
lemak merupakan sumber energi yang Kualitas air memegang peranan yang
potensial dan mudah dicerna, sebagai penting dalam budidaya ikan Tabel 3. Secara
pembawa vitamin yang terlarut, komponen kualitas air pada sistem resirkulasi ini masih
membran sel yang menguatkan ketahanan dalam kisaran yang layak untuk kehidupan
membran, dan meningkatkan absorbsi ikan nila (O. niloticus).
nutrien. Bahkan dibandingkan dengan
Gambar 5. Retensi lemak ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda.
199
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
Tabel 3. Kisaran parameter kualitas air selama penelitian dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda
Parameter Kisaran
Suhu 27,75 – 27,79oC
pH 7,74 – 7,78
Oksigen terlarut 5,10 – 5,18 mgL-1
TAN 0,024 – 0,10 mgL-1
Nitrit 0,06 – 0,81 mgL-1
Fosfat 0,36 – 0,95 mgL-1
200
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201
Mokoginta, F. Hapsyari, & M.A. Suprayudi, Skillcorn, P., 1993. Duckweed Aquaculture
2004. Peningkatan Retensi Protein a New Aquatic Arming System for
melalui Peningkatan Efisiensi Developing Countries. The
Karbohidrat Pakan yang diberi International Bank. Washington, DC.
Chromium pada Ikan Mas Cyprinus Southgate, D.A.T., 1975. Fiber and Other
carpio LINN. Jurnal Akuakultur Available Carbohydtare and Ebergy
Indonesia. 3: 37-41. Effects in Diet 1975. Proc.Western
National Research Council, 1993. Nutrient Hemisphere Nutr. Con. IV.
Requirement of Warm Water Fishes. Publishing Science Group Inc Action
National Academy Press. press. Hlm. 51-55.
Washington DC. 78. Takeuchi, T., 1988. Laboratory Work
Nurhidayat, M.A., & Sucipto, A., 2002. Chemical Evaluation of Dietary
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Nutriens. In: Fish Nutrition and
niloticus) Berdasarkan Konsep SNI. Mariculture. Department of Aquatic
Departemen Kelautan dan Perikanan. Biosience. Tokyo University of
Direktorat Jendral Perikanan Fisheries. JICA P. 179-226.
Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Tavares, F.A., J.B.R. Rodrigues, D.M.
Sukabumi. Fracalossi, J. Esquivel, & R.
Palinggi N., Rachmansyah, & Usman, 2002. Roubach, 2008. Dried Duckweed and
Pengaruh Pemberian Sumber Lemak Commercial Feed Promote Adequate
berbeda dalam Pakan terhadap Growth Performance of Tilapia
Pertumbuhan Ikan Kuwe, Caranx Fingerlings. Biotemas, 21 (3): 91-97.
sexfasciatus. Jurnal Penelitian Webster, S.D., & Lim, C., 2002. Nutrien
Perikanan Indonesia. 8:25-29. Requirement and Feeding of Finfish
Said, Azwar, 2006. Pengaruh Komposisi for Aquaculture Research Center.
Hydrilla verticillata dan Lemna Kentucky State University. 26:279–
minor sebagai Pakan Harian terhadap 283.
Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila Yuwono, E., & Sukardi, P., 2008. Fisiologi
Merah (Oreochromis niloticus X Hewan Air. Purwokerto: Unsoed
Oreochromis mossambicus) dalam Press.
Keramba Jaring Apung di Perairan Zimmo O. R., Van der Steen N. P., & Gijzen
Umum Das Musi. Peneliti Balai Riset H.J., 2005 Effect of Organic Surface
Perikanan Perairan Umum. Prosiding Load on Process Performance of
Seminar Nasional Ikan IV Jatiluhur, Pilot-Scale Algae and Duckweed-
29-30 Agustus 2006. Based Waste Stabilization Ponds. J
Sidik, A.S., 1996. Pemanfaatan Hidroponik Environ Eng 131:587–594.
dalam Budidaya Perikanan Sistem Zonneveld, N.E.A., Huinsman, & Boon,
Resirkulasi Air Tertutup. Lembaga J.H., 1991. Prinsip-prinsip Budaya
Penelitian Universitas Mulawarman, Ikan. Gramedia Pustaka Utama.
Samarinda. 43 hlm. Jakarta. 318 hal.
201