Anda di halaman 1dari 9

Ilyas,LIMNOTEK

et al../ LIMNOTEK 2014


(2014) 21 (2) 21 (2)–: 201
: 193 193 – 201

PEMANFAATAN Lemna perpusilla SEBAGAI PAKAN KOMBINASI


UNTUK IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA SISTEM RESIRKULASI

Anita Prihatini Ilyas a, Kukuh Nirmala a, Enang Harris a, dan Tri Widiyanto b
a
Program Studi Ilmu Akuakultur Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
b
Pusat Penelitian Limnolog – LIPI
Email : prihatinianita@gmail.com
Diterima Redaksi: 7 Mei 2014, Disetujui Redaksi: 13 November 2014

ABSTRAK
Lemna perpusilla adalah suatu makrofit yang hidup terapung di air, terdapat
di seluruh dunia dan banyak ditemukan di air tawar yang kaya nutrien. Tumbuhan ini
lebih dikenal sebagai gulma yang cenderung sulit untuk dikendalikan karena memiliki
produktivitas yang sangat tinggi. Penelitian untuk menganalisis kemampuan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dalam memanfaatkan L. perpusilla sebagai pakan kombinasi
telah dilakukan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan empat taraf perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan konsentrasi
pakan 100% L. perpusilla + 0% pelet, 25% L. perpusilla + 75% pelet, 50% L.
perpusilla + 50% pelet, 0% L. perpusilla + 100% pelet. Ikan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ikan nila (O. niloticus). Padat tebar ikan 20 individu per waring
dengan bobot rata-rata 20±0,01 g per individu. Ikan diberi pakan sebanyak dua kali
per hari selama 50 hari. Setiap tujuh hari sekali dilakukan penimbangan bobot tubuh
ikan nila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L. perpusilla dapat menggantikan pelet
sebagai pakan sebesar 25%. Lemna tidak dapat menggantikan pakan secara
keseluruhan karena terkait dengan tingginya serat yang terkandung di dalamnya yang
dapat mempersingkat waktu tubuh untuk melakukan proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi.
Kata kunci : L. perpusilla, O. niloticus, gulma, pakan

ABSTRACT
USE OF Lemna perpusilla AS A COMBINATION FEED FOR TILAPIA
(Oreochromis niloticus) IN RECIRCULATION SYSTEM. Lemna perpusilla is an
aquatic macrophyte, there are and are found in fresh water rich in nutrients around
the world. This plant is more commonly known as weeds that tend to be difficult to
control because of the high productivity. Research to analyze the ability of tilapia
(Oreochromis niloticus) to consume L. perpusilla for combination of feed has been
done. The experimental design used was a completely randomized design (CRD) with
four treatments level and three replications. Which were feed concentration are of
100% L. perpusilla + 0% pellets, 25% L. perpusilla + 75% pellets, 50% L. perpusilla
+ 50% pellets, and 0% L. perpusilla + 100% pellets. The fish used in this study is
tilapia (O. niloticus). Fish of 20±0,01 g/ind was stocked at density of 20 ind per net.
The fish were fed two times daily for 50 days. Every seven day sampling was done. The
results showed that L. perpusilla can replace pellets as feed by 25%. Lemna can not
replace the feed as a whole because it containes high fiber which shorten the
digestion and absorption procesess.
Keywords : L. perpusilla, O. niloticus, weed, feed

193
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

PENDAHULUAN yang dikeringkan sebagai suplemen pakan


bagi ikan nila mencapai hingga 50%. Nilai
Lemna merupakan suatu makrofit
rasio konversi pakan pada pemberian L.
yang hidup terapung di air, terdapat di
gibba untuk pakan ikan nila mencapai 1,5
seluruh dunia dan banyak ditemukan di air
(El-Shafaia et al., 2004).
tawar yang kaya nutrien (Skillicorn et al.,
Sistem resirkulasi merupakan suatu
1993). Lemna adalah tumbuhan yang lebih
sistem pemanfaatan kembali air yang sudah
dikenal sebagai gulma di perairan yang
digunakan dengan meresirkulasinya
cenderung sulit untuk dikendalikan (Said,
melewati sebuah filter (Sidik 1996). Sistem
2006). Hal ini akan mengurangi nilai
resirkulasi dipilih karena menurut Helfrich
estetika dari suatu perairan terlebih perairan
dan Libey (2000) memiliki beberapa
yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
kelebihan yaitu lebih hemat dalam
Selain itu, lemna yang terdapat di
penggunaan air, fleksibilitas lokasi
persawahan memiliki daya kompetisi yang
budidaya, budidaya yang terkontrol dan
tinggi baik dari segi ruang, air, udara, dan
lebih higienis, kebutuhan akan lahan relatif
unsur hara terhadap tanaman yang
kecil, kemudahan dalam mengendalikan,
dibudidayakan, sehingga mengganggu
memelihara, dan mempertahankan kualitas
pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan
air.
kuantitas hasil panen tanaman budidaya.
Pemanfaatan lemna ini sangat sesuai
Akan tetapi ternyata tumbuhan ini memiliki
dengan konsep yang diusung oleh
beberapa manfaat penting di bidang
Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu
perikanan. Tumbuhan dari famili Lemnaceae
konsep Blue Economy yang memuat agenda
ini dapat berfungsi sebagai fitoremediator
zero waste atau tidak adanya limbah yang
yaitu salah satu filter biologi yang memiliki
terbuang dari produk kelautan dan
kemampuan sebagai pengolah limbah yang
perikanan. Penerapan konsep Blue Economy
mampu mengasimilasi senyawa organik dan
pada pembangunan kelautan dan perikanan
anorganik yang terdapat dalam limbah.
diharapkan dapat mendorong pemanfaatan
Hasil penelitian Cedergreen dan
sumberdaya alam secara efisien, tanpa
Madsen (2002) menyatakan bahwa L. minor
limbah, namun dapat melipatgandakan
menyerap NH4 dan NO3 melalui bagian akar
manfaat ekonomi, membuka lapangan kerja
dan daunnya. Kemampuan L. gibba dalam
lebih luas, meningkatkan pendapatan
menyisihkan beberapa bahan pencemar
masyarakat dan sekaligus melindungi
diantarannya nitrat, ammonium, ortofosfat,
lingkungan dari kerusakan. Untuk
tembaga, timbal, seng, dan kadmium
mengetahui seberapa besar kemampuan ikan
(El-Kheir et al., 2007). Tumbuhan ini
dalam memanfaatkan lemna sebagai pakan
juga efisien dalam penghapusan
maka perlu adanya penelitian mengenai
nitrogen sehingga membuatnya cocok
evaluasi tumbuhan air ini dalam kegiatan
untuk pengolahan air limbah (Zimmo et al.,
budidaya ikan.
2005).
Selain sebagai fitoremediator, lemna
BAHAN DAN METODE
juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan
alternatif bagi ikan. Jenis-jenis lemna
Ikan uji yang digunakan dalam
memiliki kandungan protein tinggi mencapai
penelitian ini adalah ikan nila (Oreochromis
10 – 43 % dalam berat keringnya (Leng et
niloticus). Beberapa hal yang mendukung
al., 1995; Landesman, 2005). Penelitian Said
pentingnya komoditas nila adalah memiliki
(2006) tentang pengaruh komposisi Hydrilla
resistensi yang tinggi terhadap kualitas air
verticillata dan L. minor sebagai pakan
dan penyakit; memiliki toleransi yang luas
harian terhadap pertumbuhan dan sintasan
terhadap kondisi lingkungan; memiliki
ikan nila merah dalam keramba jaring apung
kemampuan tumbuh yang baik; serta mudah
menunjukkan bahwa sintasan mencapai
tumbuh dalam sistem budidaya intensif
angka 100%. Hasil penelitian Tavares et al.,
(Nurhidayat & Sucipto 2002).
(2008) menunjukkan bahwa biomassa lemna

194
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

Wadah yang digunakan pada Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan


penelitian ini berupa kolam semen sebanyak Bobot tubuh ikan dihitung dengan
empat buah. Wadah diisi air media dengan rumus :
ketinggian 0,8 m. Tiap-tiap kolam dipasang Wm = Wt – Wo
waring sebanyak tiga buah dengan ukuran Keterangan :
0,7 x 0,7 x 1 m3. Untuk mensuplai oksigen Wm = pertambahan bobot tubuh (gram)
dan mengalirkan air dalam media Wt = Berat akhir ikan (gram)
pemeliharaan ikan, digunakan perangkat W0 = Berat awal ikan (gram)
sistem aliran air menggunakan pipa PVC
yang dibantu oleh mesin pompa air. Bobot Sintasan
ikan rata-rata pada awal penelitian adalah Tingkat kelangsungan hidup atau
20±0,01 gram dengan padat tebar 20 ekor sintasan, akan dihitung dengan rumus
per waring. Zonneveld et al., (1991):
Rancangan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan Nt
empat taraf perlakuan dan tiga ulangan. SR   100%
No
Adapun perlakuan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perlakuan kombinasi Keterangan :
pakan berupa L. perpusilla dalam bentuk SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
segar dan pelet yaitu: 100% L. perpusilla + Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir
0% pelet, 25% L. perpusilla + 75% pelet, penelitian (ekor)
50% L. perpusilla + 50% pelet, 0% L. No = Jumlah ikan hidup pada awal
perpusilla + 100% pelet. Pakan diberikan penelitian (ekor)
sebanyak 3% dari bobot biomassa.
L. perpusilla diambil dari kolam Rasio Konversi Pakan (RKP)
yang sebelumnya telah dibudidayakan di Rasio konversi pakan dihitung
Pusat Penelitian Limnologi, LIPI Cibinong dengan menggunakan rumus Zonneveld et
kemudian pakan ditimbang sebanyak al., (1991) :
perlakuan. Pemberian pakan lemna 100% F
dalam berat basah sebanyak 134.1 gram, FCR 
Bt  Bm - Bo
25% sebanyak 33.5 gram, dan 50%
sebanyak 67.1 gram. Pemberian pakan Keterangan :
berupa pelet dengan frekuensi dua kali FCR = Konversi pakan
sehari yaitu pada pukul 08.00 WIB dan F = Jumlah pakan
16.00 WIB. Sedangkan lemna segar Bt = Biomassa ikan akhir penelitian
diberikan secara adlibitum atau pakan selalu (gram)
tersedia. Sampling dilakukan setiap satu kali Bm = Biomassa ikan yang mati
dalam satu minggu sebanyak 50% dari selama penelitian (gram)
jumlah padat tebar dengan melakukan Bo = Biomassa ikan awal penelitian
pengukuran bobot tubuh ikan. (gram)

Gambar 1 Lemna perpusilla umur dua hari (Dokumentasi pribadi)

195
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

Analisis Proksimat hasil yang berpengaruh nyata akan


Analisis proksimat dilakukan dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan
terhadap pakan dan ikan uji meliputi kadar dengan selang kepercayaan 95%.
protein, lemak, serat kasar, kadar abu, dan
kadar air. Tujuan dari analisis proksimat ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah untuk mempermudah dalam
perhitungan retensi protein dan retensi Data kandungan nutrisi pakan
lemak. Analisis kadar air dilakukan dengan komersil (pelet) dan pakan segar L.
metode pemanasan dengan oven pada suhu perpusilla berdasarkan hasil analisis
110oC  1oC. Analisis kadar abu proksimat dapat dilihat pada Tabel 1.
menggunakan metode pemanasan dengan
suhu tinggi mencapai 600°C. Analisis kadar Bobot Mutlak
protein menggunakan metode Kjeldahl. Pakan berupa pelet memiliki
Analisis kadar lemak menggunakana metode kandungan nutrisi yang lebih mencukupi
Folch. Analisis serat kasar menggunakan untuk menunjang pertumbuhan ikan. Pelet
metode pemanasan dengan oven. Analisis merupakan pakan yang telah diformulasi
BETN dilakukan dengan perhitungan dari campuran berbagai bahan pakan yang
menggunakan rumus berikut (Takeuchi disusun secara khusus sesuai dengan jenis
1988). dan masa pertumbuhan ikan (Yuwono dan
BETN = Sukardi 2008). Sedangkan L. perpusilla
100 %  Kadar Air  Protein  Lemak  Abu  Serat Kasar  walaupun memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi namun memiliki kandungan
Retensi Protein serat yang cukup tinggi pula. Serat dapat
Nilai retensi protein dihitung mempersingkat waktu tubuh untuk
berdasarkan persamaan Takeuchi (1988) : melakukan proses pencernaan dan
penyerapan nutrisi. Dinding sel tanaman
akan membatasi proses difusi, akan menahan
zat gizi yang tersedia pada cairan usus dan
Kualitas Air enzim pencernaan (Southgate, 1975).
Pengamatan kualitas air dilakukan Rataan pertambahan bobot mutlak
pada setiap sampling bobot ikan yang ikan nila tertinggi diperoleh pada perlakuan
meliputi suhu, pH, oksigen terlarut, TAN, 0% L. perpusilla + 100% pelet sebesar 35.45
NO2, dan PO4. gram sedangkan yang terendah pada
perlakuan 100% L. perpusilla + 0% pelet
Analisis Statistik sebesar 4.59 gram. Data rataan pertumbuhan
Data yang diperoleh selama bobot ikan selama penelitian dapat dilihat
penelitian dianalisis menggunakan analisis pada Tabel 2.
sidik ragam (ANOVA). Apabila didapatkan

Tabel 1. Kandungan nutrisi L. perpusilla dan pelet dalam bobot kering yang digunakan
dalam penelitian*
Komponen L. perpusilla (%) Pelet (%)
Kadar abu 6.70 8.65
Protein 38.10 30.20
Lemak 5.47 4.72
Serat 44.80 5.48
BETN** 5.03 31.83
Keterangan :
*Analisis proksimat berdasarkan metode Takeuchi 1988
**Bahan ektsrak tanpa nitrogen

196
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

Tabel 2. Rerata pertumbuhan bobot mutlak ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan
konsentrasi pakan L. perpusilla dan pelet yang berbeda*
Perlakuan Bobot awal (g) Bobot akhir (g) Pertambahan bobot (g)
100%L+0%P 20.01 24.60 4.59c
25%L+75%P 20.02 50.97 23.94b
50%L+50%P 20.03 43.97 30.95a
0%L+100%P 20.02 55.47 35.45a
*Data dianalisis menggunakan program Statistical Program Software System versi 16.

Dari analisis sidik ragam sebanyak 25% memberikan sintasan sebesar


menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi 93,33%. Sedangkan pemberian 100% tepung
pakan yang berbeda memberikan pengaruh L. minor untuk menggantikan tepung ikan
nyata terhadap penambahan bobot ikan nila memperlihatkan sintasan terendah yaitu
(O. niloticus) (P<0.05). Hasil uji lanjut sebesar 73,93% nilai tersebut lebih rendah
Duncan pemberian L. perpusilla sebagai dibanding hasil dari penelitian ini yaitu
pakan terhadap pertambahan bobot ikan nila sebesar 88,33%. Hasil uji statistik
selama penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
perlakuan 0% L. perpusilla + 100% pelet yang nyata antar perlakuan (P>0.05). Hal ini
dan 25% L. perpusilla + 75% pelet tidak menunjukkan bahwa pemberian L.
memberikan pengaruh nyata terhadap perpusilla tidak memberikan pengaruh
pertambahan bobot ikan (P>0.05). buruk terhadap sintasan. Sehingga dapat
Sedangkan kedua perlakuan tersebut berbeda dijadikan sebagai campuran bahan pakan.
nyata dengan perlakuan 50% L. perusilla
50% pelet dan 0% L. perpusilla 100% pelet. Rasio Konversi Pakan (RKP)
Rasio konversi pakan berguna untuk
Sintasan mengetahui besarnya jumlah pakan yang
Data sintasan ikan nila (O. niloticus) dimanfaatkan untuk meningkatkan berat
yang diberi perlakuan pakan berkisar antara ikan sebesar 1 kg. Dalam pemanfaatannya
88,33% - 95,00% (Gambar 2). Hasil sebagai pakan, pemberian 100% L.
penelitian Olaniyi dan Oladunjoye (2012) perpusilla tidak mampu menggantikan 100%
menunjukkan pemberian penambahan pelet. Hal ini terlihat dari tingginya nilai
tepung L. minor sebanyak 25% pada pakan konversi pakan yaitu sebesar 6,70. Akan
ikan nila (O. niloticus) memberikan sintasan tetapi berdasarkan uji statistik, perlakuan 0%
terbaik yaitu sebesar 93,83%. Angka ini L. perpusilla + 100% (RKP sebesar 1,39),
tidak berbeda jauh dengan yang didapat pada 25% L. perpusilla dan 75% pelet (RKP
penelitian ini yaitu pemberian L. perpusilla sebesar 1,49), dan 50% L. perpusilla + 50%

Gambar 2. Sintasan ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan L. perpusilla
dan pelet yang berbeda. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan pengaruh yang sama antar perlakuan pada taraf uji 5% pada taraf uji
5% (Uji Duncan).

197
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

pelet (RKP sebesar 1,83) tidak memberikan cukup baik berkisar 0,8-1,6. Semakin rendah
pengaruh nyata (P<0,05). Olaniyi dan nilai rasio pakan, maka kualitas pakan yang
Oladunjoye (2012) melaporkan bahwa diberikan semakin baik.
pemberian penambahan tepung L. minor Retensi Protein
sebanyak 25% pada pakan ikan nila (O. Webster dan Lim (2002) nilai retensi
niloticus) memberikan rasio konversi pakan protein pakan ditentukan oleh sumber
yang terbaik yaitu sebesar 2,70 protein yang digunakan dalam pakan dan
dibandingkan pemberian 0%, 50%, 75% , sangat erat kaitannya dengan kualitas protein
dan 100% tepung L. minor. Pada penelitian yang ditentukan oleh komposisi asam amino
ini yaitu dengan pemberian L. perpusilla serta kebutuhan ikan akan asam amino
sebesar 25% memberikan RKP yang jauh tersebut. Protein hewani memiliki kualitas
lebih baik yakni sebesar 1,48 (Gambar 3). yang lebih baik dibandingkan dengan
Tingginya serat kasar (44.80%) protein nabati. Hal ini disebabkan
menyebabkan penggunaannya yang melebihi kandungan asam amino pada protein hewani
25% telah menurunkan nilai konversi pakan. lebih lengkap dari pada protein nabati.
Batas maksimal kandungan serat kasar Meskipun menurut Leng (1995) jenis-jenis
dalam pakan ikan omnivora adalah 8% lemna memiliki susunan asam amino yang
(Haetami et al. 2005). NRC (1993) lebih mendekati komposisi asam amino
menjelaskan bahwa besar kecilnya rasio hewani akan tetapi hasil penelitian
konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa menunjukkan retensi protein yang rendah
faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas pada ikan uji yang diberikan pakan L.
dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan perpusilla sebanyak 100% + 0% pelet yaitu
kualitas air yang akan menentukan hanya sebesar 1,66% sedangkan pada
efektivitas pakan tersebut. DKPD 2010 pemberian 0% L. perpusilla + 100% pelet
menyatakan bahwa nilai konversi pakan mencapai 36,35% (Gambar 4).

Gambar 3. Rasio konversi pakan ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama
menunjukkan pengaruh yang sama antar perlakuan pada taraf uji 5% (Uji
Duncan).

Gambar 4. Retensi protein ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda. Angka yang diikuti dengan huruf yang
sama menunjukkan pengaruh yang sama antar perlakuan pada taraf uji 5%

198
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

Kandungan serat kasar yang tinggi protein dan karbohidrat, lemak dapat
pada lemna mengakibatkan pakan lebih sulit menghasilkan energi yang lebih besar.
dicerna, karena kemampuan ikan dalam Kandungan lemak yang baik untuk makanan
mencerna serat kasar dibatasi oleh ikan rata-rata berkisar antara 5-8,5%.
kemampuan mikroflora dalam ususnya Retensi lemak menggambarkan kemampuan
untuk mensekresikan enzim selulase (Bureau ikan dalam menyimpan dan memanfaatkan
et al., 1999). Bahkan menurut Halver (1989) lemak pakan. Tingginya lemak yang
ikan kurang mampu mencerna serat kasar dikonsumsi ikan dan yang tidak digunakan
karena di dalam usus ikan tidak terdapat sebagai sumber energi kemudian disimpan
mikroflora yang dapat memproduksi enzim sebagai lemak tubuh. Menurut Zonneveld et
amilase atau selulase, meskipun enzim al., (1991). Lemak biasanya disimpan
selulase dapat dijumpai pada beberapa jenis sebagai cadangan energi untuk kebutuhan
ikan, namun serat kasar sering tidak dicerna energi jangka panjang.
oleh ikan. Menurut penelitian Hemre et al., Retensi lemak tertinggi didapat pada
(2002) bahwa pakan yang mengandung serat pemberian pakan 0% L. perpusilla + 100%
kasar tinggi dapat mengurangi bobot badan pelet yaitu sebesar 145,38%. Tingginya nilai
ikan, dan memberikan rasa kenyang karena retensi lemak diduga karena adanya
komposisi karbohidrat kompleks yang dapat kelebihan nutrien dalam bentuk karbohidrat.
mengurangi nafsu makan sehingga Hal ini didukung oleh Mokogonta (et al.,
mengakibatkan turunnya konsumsi pakan 2005) yang menyatakan bahwa kelebihan
dan menurunkan pertumbuhan ikan. energi karbohidrat dikonversi menjadi lemak
Guillame (1999) menyatakan apabila tubuh dan bukan disimpan dalam bentuk
kandungan serat kasar berlebihan maka akan karbohidrat, yaitu glikogen tubuh.
mempercepat gerakan peristaltik di usus Sedangkan retensi lemak terendah didapat
sehingga penyerapan nutrien yang penting pada perlakuan 100% L. perpusilla + 0%
untuk pertumbuhan berkurang. pelet yaitu hanya sebesar 16,03% (Gambar
5).
Retensi Lemak
Menurut Palinggi et al., (2002), Kualitas air
lemak merupakan sumber energi yang Kualitas air memegang peranan yang
potensial dan mudah dicerna, sebagai penting dalam budidaya ikan Tabel 3. Secara
pembawa vitamin yang terlarut, komponen kualitas air pada sistem resirkulasi ini masih
membran sel yang menguatkan ketahanan dalam kisaran yang layak untuk kehidupan
membran, dan meningkatkan absorbsi ikan nila (O. niloticus).
nutrien. Bahkan dibandingkan dengan

Gambar 5. Retensi lemak ikan nila (O. niloticus) dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda.

199
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

Tabel 3. Kisaran parameter kualitas air selama penelitian dengan perlakuan konsentrasi pakan
L. perpusilla dan pelet yang berbeda
Parameter Kisaran
Suhu 27,75 – 27,79oC
pH 7,74 – 7,78
Oksigen terlarut 5,10 – 5,18 mgL-1
TAN 0,024 – 0,10 mgL-1
Nitrit 0,06 – 0,81 mgL-1
Fosfat 0,36 – 0,95 mgL-1

KESIMPULAN Guillaume Michèle, 1999. Defining Obesity


in Childhood: Current Practice. Am
Kemampuan optimum ikan nila (O. JClin Nutr,126S–30S. Retrieved
niloticus) dalam memanfaatkan L. perpusilla September 15 2014 from
sebanyak 25% dan 75% pelet yang terlihat www.ajcn.org.
dari tingkat produksi biomassa, Haetami, K., Junianto, & Andriani, Y., 2005.
pertumbuhan, rasio konversi pakan, dan Tingkat Penggunaan Gulma Air
retensi lemak yang tidak berbeda nyata Azolla pinnata dalam Ransum
dengan pemberian pakan 100% pelet. terhadap Pertumbuhan dan Konversi
Pakan Ikan Bawal Air Tawar.
DAFTAR PUSTAKA Laporan Penelitian. Fakultas
Pertanian Universitas Padjadjaran.
Bureau, D.P., A.M. Harris, & C.Y. Cho, Bandung.
1999. Apparent Digestibility of Halver, J.E., 1985. Recent Advances in
Rendered Animal Protein Ingredients Vitamin Nutrition and Metabolism in
for Rainbow Trout (Oncorhynchus Fish. In : Cowey CB, Machie AM,
mykiss). Aquaculture, 180:345-358. Bill JG (eds). Nutrition and feeding
Cedergreen, N., & T.V. Madsen, 2002. in fish. Academic Press London 221–
Nitrogen Uptake by the Floating 242.
Macrophyte Lemna minor. New Helfrich, L.A., & Libey, G., 2000. Fish
Phytologist. 155:285–292. Farming In Recirculating System
Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah, 2010. (RAS), Departement of Fisheries and
Petunjuk teknis pembenihan dan Wildlife Sciences. Virginia.
pembesaran ikan nila. Dinas Hemre, G.I., Mommsen, T.P., & Krogdahl,
Kelautan dan Perikanan Sulawesi Å., 2002. Carbohydrates in Fish
Tengah. 2 hlm. Nutrition: Effects on Growth,
El-Kheir, W.A., G. Ismail, F.A. El-Nour, T. Glucose Metabolism and Hepatic
Tawfik, & D. Hammad, 2007. Enzymes. Aquaculture Nutrition, 8:
Assessment of the Efficiency of 175-194.
Duckweed (Lemna gibba) in Landesman, L., Parker, Fedler, & Konikoff,
Wastewater Treatment. International 2005. Modeling Duckweed Growth
Journal of Agriculture and Biology, in Wastewater Treatment Systems.
9(5): 681-687. Livestock Research for Rular
El-Shafaia, S.A., F.A. El-Goharya, F.A. Development.
Nasra, N. P. Van der Steenb, & H.J. Leng, R.A., Stambolie, J.H., & Bell, R.,
Gijzenb, 2004. Chronic ammonia 1995. Duckweed a Potential high
toxicity to duckweed-fed tilapia Protein Feed Resource for Domestic
(Oreochromis niloticus). Animals and Fish. Livestock
Aquaculture, 232:117–127. Research for Rural Development.
New England. 7:1.

200
Ilyas, et al../ LIMNOTEK 2014 21 (2) : 193 – 201

Mokoginta, F. Hapsyari, & M.A. Suprayudi, Skillcorn, P., 1993. Duckweed Aquaculture
2004. Peningkatan Retensi Protein a New Aquatic Arming System for
melalui Peningkatan Efisiensi Developing Countries. The
Karbohidrat Pakan yang diberi International Bank. Washington, DC.
Chromium pada Ikan Mas Cyprinus Southgate, D.A.T., 1975. Fiber and Other
carpio LINN. Jurnal Akuakultur Available Carbohydtare and Ebergy
Indonesia. 3: 37-41. Effects in Diet 1975. Proc.Western
National Research Council, 1993. Nutrient Hemisphere Nutr. Con. IV.
Requirement of Warm Water Fishes. Publishing Science Group Inc Action
National Academy Press. press. Hlm. 51-55.
Washington DC. 78. Takeuchi, T., 1988. Laboratory Work
Nurhidayat, M.A., & Sucipto, A., 2002. Chemical Evaluation of Dietary
Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Nutriens. In: Fish Nutrition and
niloticus) Berdasarkan Konsep SNI. Mariculture. Department of Aquatic
Departemen Kelautan dan Perikanan. Biosience. Tokyo University of
Direktorat Jendral Perikanan Fisheries. JICA P. 179-226.
Budidaya. Balai Budidaya Air Tawar Tavares, F.A., J.B.R. Rodrigues, D.M.
Sukabumi. Fracalossi, J. Esquivel, & R.
Palinggi N., Rachmansyah, & Usman, 2002. Roubach, 2008. Dried Duckweed and
Pengaruh Pemberian Sumber Lemak Commercial Feed Promote Adequate
berbeda dalam Pakan terhadap Growth Performance of Tilapia
Pertumbuhan Ikan Kuwe, Caranx Fingerlings. Biotemas, 21 (3): 91-97.
sexfasciatus. Jurnal Penelitian Webster, S.D., & Lim, C., 2002. Nutrien
Perikanan Indonesia. 8:25-29. Requirement and Feeding of Finfish
Said, Azwar, 2006. Pengaruh Komposisi for Aquaculture Research Center.
Hydrilla verticillata dan Lemna Kentucky State University. 26:279–
minor sebagai Pakan Harian terhadap 283.
Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Nila Yuwono, E., & Sukardi, P., 2008. Fisiologi
Merah (Oreochromis niloticus X Hewan Air. Purwokerto: Unsoed
Oreochromis mossambicus) dalam Press.
Keramba Jaring Apung di Perairan Zimmo O. R., Van der Steen N. P., & Gijzen
Umum Das Musi. Peneliti Balai Riset H.J., 2005 Effect of Organic Surface
Perikanan Perairan Umum. Prosiding Load on Process Performance of
Seminar Nasional Ikan IV Jatiluhur, Pilot-Scale Algae and Duckweed-
29-30 Agustus 2006. Based Waste Stabilization Ponds. J
Sidik, A.S., 1996. Pemanfaatan Hidroponik Environ Eng 131:587–594.
dalam Budidaya Perikanan Sistem Zonneveld, N.E.A., Huinsman, & Boon,
Resirkulasi Air Tertutup. Lembaga J.H., 1991. Prinsip-prinsip Budaya
Penelitian Universitas Mulawarman, Ikan. Gramedia Pustaka Utama.
Samarinda. 43 hlm. Jakarta. 318 hal.

201

Anda mungkin juga menyukai