Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Penduduk Lanjut usia (lansia) di Indonesia dari tahun ke
tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan
hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka
pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat
(66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk lansia di Indonesia akan
mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun
kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai
28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (KEMENSOS, 2010).
Menua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusiayang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh
daridalam maupun dari luar tubuh. Perubahan tersebut biasanya muncul pada
setiap bagian dari tubuh meliputi fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual.
Perubahan terkait usia menyebabkan timbulnya berbagai masalah yang
umumnya terjadi pada lansia. Hal ini meliputi menurunnya daya fikir,
berkurangnya cita rasa, masalah tidur, gemetar, berkurangnya refleks,
berkurangnya penglihatan dan pendengaran, penyerapan yang kurang (Efendi,
2010).
Berdasarkan survei SKRT tahun 1986 angka kesakitan usia 55 tahun
15,1%, dan menurut SKRT 1995 angka kesakitan usia 45-59 sebesar 11,6
persen. Dalam penelitian Profil Penduduk Usia Lanjut Di Kodya Ujung
Pandang ditemukan bahwa lanjut usia menderita berbagai penyakit yang
berhubungan dengan ketuaan antara lain diabetes melitus, hipertensi, jantung
koroner, rematik dan asma sehingga menyebabkan aktifitas bekerja terganggu
(Ilyas : 1997). Demikian juga temuan studi yang dilakukan Lembaga
Demografi Universitas Indonesia di Kabupaten Bogor tahun 1998, sekitar 74
persen lansia dinyatakan mengidap penyakit kronis. Tekanan darah tinggi
adalah penyakit kronis yang banyak diderita lanjut usia, sehingga mereka tidak
dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari (Efendi, 2010).

1
Hipertensi merupakan faktor risiko terbesar penyakit kardiovaskular.
Perkembangan angka kejadian hipertensi di negara maju dari tahun 1980
hingga 2003 terus menunjukkan peningkatan (Damasceno, 2009). Sebanyak
73,6 juta orang di Amerika Serikat yang berusia 20 tahun ke atas menderita
hipertensi (Smithburger, 2010). Diperkirakan 30% dari penduduk Amerika
sekitar 50.000.000 jiwa menderita tekanan darah tinggi dengan persentase
biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya (Depkes RI, 2007). Prevalensi
hipertensi di Indonesia mencapai 15.000.000 penduduk yang mengalami
hipertensi (Bustan, 2007) . Rata-rata kasus hipertensi di Jawa Tengah adalah
9.800,54 kasus (Depkes Jawa Tengah, 2004).
Keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk kegiatan
dibidang kesehatan yang mencakup beberapa sub bidang, salah satunya adalah
keperawatan komunitas lanjut usia. Keperawatan komunitas lanjut usia
merupakan bentuk pelayanan yang tepat dengan memberikan pelayanan sesuai
dengan kebutuhan para usia lanjut dalam ruang lingkup komunitas. Semua
bentuk pemenuhan kebutuhan usia lanjut dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik yang terjadi dalam proses menua termasuk pemenuhan kebutuhan
lansia dengan hipertensi, sehingga penting adanya proses keperawatan untuk
lansia dengan hipertensi.

B. Perumusan Masalah
Masalah yang dapat di rumuskan adalah bagaimana asuhan
keperawatan dan proses keperawatan komunitas pada lansia dengan hipertensi.

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk megetahui konsep hipertensi pada lansia.
2. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi.
3. Untuk mengetahui bagamana proses keperawatan komunitas lansia dengan
hipertensi.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pendidikan keperawatan

2
Dapat menambah pengetahuan terutama mengenai asuhan komunitas
lansia dengan hipertensi.
2. Bagi masyarakat
Dapat menambah wawasan mengenai hipertensi pada lansia dan
bagaimana mengatasi masalah hipertensi di suatu komunitas.
3. Bagi penulis
Dapat digunakan sebagai latihan bagaimana cara menyusun asuhan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keperawatan Komunitas Lansia
1. Definisi
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai
bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Menurut WHO, lansia adalah orang yang memiliki usia diatas 60
tahun (Nugroho, 2006).
Keperawatan Kesehatan Komunitas lansia adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat khususnya
lansia dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin agar pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan dapat terjangkau, dan melibatkan klien sebagai mitra
dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan/
keperawatan (Efendi, 2010).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2007).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan
dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
a. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang
dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan,
sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

4
mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan
kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai
suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat
secara keseluruhan ingin hidup sehat. Menurut Notoatmodjo
pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
b. Proses Kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari
kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang
terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok
khusus. Perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya
peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan
masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian
masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan
masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat
yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan
pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan
masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
c. Kerjasama atau Kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak
atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling
menguntungkan atau memberikan manfaat. Partisipasi
klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif
diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada
peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait
dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara
komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian
perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian

5
masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
peningkatan kesehatan masyarakat.
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana
sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga
membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain:
adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan
mandiri untuk membentuk pengetahuan baru.

2. Tujuan
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005). Namun, secara terperinici berikut
adalah tujuan keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi:
a. pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan,
b. menjamin agar pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dapat terjangkau
c. melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan kesehatan/ keperawatan
d. optimalisasi kualitas hidup lansia dengan hipertensi di suatu
komunitas dengan menekan angka kesakitan dan mengurangi
gejalanya.

3. Ruang lingkup
Ruang lingkup pelayanan kesehatan komunitas pada lansia adalah
individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat
maupun yang sakit dengan ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif dengan penekanan pada
upaya preventif dan promotif.

6
B. Hipertensi lansia
1. Definisi
Tekanan darah adalah tekanan yang terjadi di dalam pembuluh
darah arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh (ridwan,
2009). Tekanan darah biasanya dicatat sebagai tekanan sistol dan diastol.
Tekanan darah maksimum dalam arteri disebut tekanan sistolik yang
disebabkan sistol ventrikular. Tekanan minimum dalam arteri disebut
tekanan diastolik yang disebabkan oleh diastol ventrikular ( Jain, 2011).
Hipertensi merupakan penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah
(Ridwan, 2009). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastolik di atas 90 mmHg (Smeltzer, 2002). Apabila seseorang memiliki
tekanan darah sistol 140 mmHg dan tekanan darah diastol 90 mmHg atau
lebih yang diukur ketika ia sedang duduk dapat dikategorikan memiliki
tekanan darah tinggi (Ridwan, 2009).

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, Ridwan (2009) menggolongkan
hipertensi ke dalam tiga golongan yaitu hipertensi esensial, sekunder, dan
maligna.
1) Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik)
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil
(intermiten) pada individu pada akhir 30-an dan awal 50-an yang
secara bertahap akan menetap. Hipertensi esensial secara pasti
belum diketahui penyebabnya. Gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol yang berlebih, rangsang kopi yang berlebih,
rangsang konsumsi tembakau, obat-obatan, dan keturunan
berpengaruh pada proses terjadinya hipertensi esensial. Penyakit
hipertensi esensial lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria (
C. smeltzer, 2002).
2) Hipertensi sekunder

7
Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan
karena gangguan pembuluh darah atau organ tertentu (gray et al,
2009) mengelompokkan penyebab hipertensi menjadi tiga
golongan, yaitu:
a) Penyakit parenkim ginjal
Permasalahan pada ginjal yang menyebabkan kerusakan
parenkim akan menyebabkan hipertensi dan kondisi hipertensi
yang ditimbulkan tersebut akan semakin memperparah kondisi
kerusakan ginjal.
b) Penyakit Renovaskular
Merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan
dalam vaskularisasi darah ke ginjal seperti arterosklerosis.
Penurunan pasokan ginjal akan menyebabkan produksi renin
ipsilateral dan meningkatkan tekanan darah, sering diatasi
secara farmakologis dengan ACE Inhibitor.
c) Endokrin
Gangguan aldosteronisme primer akan berpengaruh
terhadap hipertensi. Tingginya kadar aldosteron dan rendahnya
kadar renin mengakibatkan kelebihan natrium dan air sehingga
berdampak pada meningkatnya tekanan darah.

3. Faktor Risiko
Menurut Harrison (2000), kegemukan (obesitas), gaya hidup
yang tidak aktif (malas berolahraga), stress, alkohol, atau garam yang
lebih dalam makanan, bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-
orang yang memiliki kepekaan untuk diturunkan. Faktor yang
mempengaruhi timbulnya hipertensi :
1) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi, diduga terjadi
melalui aktivasi saraf simpatis (saraf yang bekerja saat
beraktivitas). Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak menentu).

8
Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi (Shadine, 2010).
2) Rokok
Meskipun efek jangka panjang merokok terhadap tekanan
darah masih belum jelas, namun efek sinergis merokok dengan
tekanan darah yang tinggi terhadap risiko kardiovaskuler telah
didokumentasikan secara nyata.
3) Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga dapat
meningkatkan tekanan darah, mungkin dengan cara meningkatkan
katekolamin plasma.
4) Konsumsi Garam Dapur
Hubungan antara asupan natrium dan hipertensi masih
kontroversial, tetapi jelas bahwa pada beberapa pasien hipertensi,
asupan garam yang banyak menyebabkan peningkatan tekanan
darah secara nyata. Pasien hipertensi hendaknya mengkonsumsi
garam tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium, 6 gram
natrium klorida).

5) Aktivitas atau Olahraga


Olahraga teratur adalah suatu kebiasaan dan cara yang baik
untuk mengurangi berat badan. Hal itu juga tampak berguna untuk
menurunkan tekanan darah dengan sendirinya (Shadine, 2010).
6) Obesitas
Faktor yang diketahui dengan baik adalah obesitas, dimana
berhubungan dengan peningkatan volume intravaskuler dan curah
jantung. Pengurangan berat badan sedikit saja sudah menurunkan
tekanan darah.
7) Jenis Kelamin
Laki-laki cenderung mengalami tekanan darah yang tinggi
dibandingkan dengan perempuan. Tekanan darah pria mulai
meningkat ketika usianya berada pada rentang 35-50 tahun.

9
Kecenderungan seorang perempuan terkena hipertensi pada saat
menopause karena penurunan hormone seks (Ridwan, 2009).

4. Manifestasi Klinis
Hipertensi merupakan penyakit yang banyak tidak
menimbulkan gejala khas sehingga sering tidak terdiagnosis dalam
waktu yang lama. Gejala akan terasa secara tiba-tiba saat ada kenaikan
tekanan darah (Jain, 2011).
Manifestasi klinis yang ditimbulkan hipertensi bersifat tidak
spesifik. Sakit kepala merupakan gejala umum yang sering dialami
pada pasien hipertensi. Namun, sakit kepala juga disebabkan oleh
beberapa hal sepeti camas, stres, sulit tidur malam, atau infeksi virus
minor sehingga sakit kepala bukan merupakan manifestasi klinis khas
hipertensi. Sesak nafas juga terjadi pada pasien hipertensi. Sesak nafas
pada seseorang yang menderita hipertensi biasanya terjadi karena
kegemukan. Perdarahan di beberapa bagian tubuh juga merupakan efek
hipertensi. Risiko perdarahan dari arteri ke otak atau retina mata
meningkat karena adanya hipertensi terutama pada pasien dengan usia
di atas 50 tahun. Menstruasi yang berat dan munculnya gejala
menopause sering dialami wanita dengan hipertensi. Manifestasi
hipertensi yang lebih serus adalah perdarahan ke otak yang dapat
membunuh seseorang dalam waktu yang singkat atau menyebabkan
kelumpuhan (Jain, 2011).
Hipertensi akan menjadi masalah kesehatan yang serius jika
tidak terkendali karena akan megakibatkan komplikasi yang berbahaya
dan berakibat fatal seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal
ginjal (Anies, 2006).

10
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut WHO
Klasifikasi Sistolik(mmHg) Diastolik(mmHg)
Pilihan < 120 < 80
Normal <130 < 85
Normal tinggi 130-139 85-90
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
( ringan) 160-179 100-109
Hipertensi derajat II >180 >110
(sedang)
Hipertensi derajat III
(berat)
Sumber: Tierney, 2002

5. Patofisiologi
Tekanan darah dapat meningkat melalui beberapa mekanisme.
Pertama, jantung memompa lebih kuat sehingga darah mengalir
dengan kecepatan tinggi setiap detiknya. Kedua, arteri besar
mengalami kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
ketika jantung berdenyut darah harus melewati pembuluh darah yang
sempit sehingga menaikkan tekanan darah. Ketiga, kelainan fungsi
ginjal untuk membuang sejumlah garam dan cairan sehingga
meningkatkan volume darah yang berdampak pada peningkatan
tekanan darah (Ridwan, 2009).
Menurut Anies (2006) peningkatan tekanan darah melalui
mekanisme:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih
banyak cairan setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga
tidak dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui
arteri tersebut. Karena itu, darah dipaksa untuk melalui pembuluh
darah yang sempit dan menyebabkan naiknya tekanan darah.
Penebalan dan kakunya dinding arteri terjadi karena adanya

11
arterosklerosis. Tekanan darah juga meningkat saat terjadi
vasokonstriksi yang diseabkan rangsangan saraf atau hormon.
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah. Hal ini dapat terjadi karena kelainan fungsi ginjal sehingga
tidak mampu membuang natrium dan air dalam tubuh sehingga
volume darah dalam tubuh meningkat yang menyebabkan tekanan
darah juga meningkat.

6. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah untuk mencegah
komplikasi penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta morbiditas
yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan
tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di bawah
90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai melalui
modifikasi gaya hidup atau dengan obat anti hipertensi (Mansjoer,
2001).
Pengobatan utama hipertensi dengan diuretika, penyekat
reseptor beta-adrenergik, penyakit saluran kalsium, inhibitor ACE
(angiotensin-converting enzyme), atau penyekat reseptor alfa-
adernergik bergantung pada keadaan pasien termasuk mengenai biaya,
karakteristik demografi, penyakit yang terjadi bersamaan, dan kualitas
hidup (Pierce dan Wilson, 2005).

12
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Core
1. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Daerah tersebut dinamakan saba manati kareana ada kisah seorang
yang sabar mananti saudaranya yang pergi merantau dan tidak kunjung
pulang dari perantauan,sebanyak 45 % didaerah tesebut adalah
lansia.Daerah tersebut dikelilingi bukit dan pada malam hari terasa dingin
karena embun sering turu dan udara masih terasa segar
2. Data demografi
Yang diKaji adalah jumlah komunitas berdasarkan : usia lansia,
diamana jumlah lansia dan jenis kelamin, status perkawinan, ras atau
suku , bahasa , tingkat pendapatan, pendidikan , produktivitas, masih
bekerja atau tidak, agama dan komposisi keluarga.
Pada kasus yang dapat kita ambil data adalah :
a. Jumlah lansia yang menetap sebanyak 150 orang,dan yang berdasarkan
masalah kesehatannya :
 40% hiprtensi
 30% reumatik
 20 % gastritis
 10% lansia resiko terjatuh
b. Ras atau suku dimana daerah tersebut dihuni oleh 90 % suku minang
dan 10 % dari daerah lain seperti jawa dan medan
c. Produktivitas
 75 % lansia sudah tidak bekerja dan mengharapkan untuk
kehidupan sehari-hari dari kos-kosan yang mereka kelola
 25 % masih bekerja kekebun menanam sayuran dan dijual ke
pasar
3. Vital statistik
Jabarkan atau uraikan data tentang angka kematian kasar atau CDR
penyebab kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.

13
4. Status kesehatan komunitas
Angka mortalitas, morbiditas akibat hipertensi. Kondisi kesehatan
lansia dikaji dengan menganalisis:
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas:
1) Hipertensi
2) Reumatik
3) gastritis
4) resiko jatuh
b. Pemeriksaan fisik
Menurut Jain (2011), pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan
pada pasien hipertensi adalah:
1) Tinggi badan dan berat badan
Tinggi dan berat badan diperlukan karena kondisi obesitas
dapat berpengaruh pada tekanan darah.
2) Pemeriksaan nadi
Semakin parah kondisi hipertensi, maka jarak denyut nadi
(amplitudo) akan semakin kecil. Amplitudo yang besar yaitu denyut
nadi yang penuh dan teratur menunjukkan tekanan darah sistolik
yang tinggi (arterosklerosis).
3) Suara jantung dan dada
Pemeriksaan jantung dan dada dapat mengindikasikan
hipertensi telah mempengaruhi jantung. Gagal jantung yang
disebabkan penumpukan cairan di paru dapat diketahui melalui
pemeriksaan suara dada melalui stetoskop.
4) Suara perut dan leher
Suara arteri perut dan leher dengan nada tinggi dapat
menunjukkan penyempitan arteri yang menuju ginjal, kaki, dan otak.
c. Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis hipertensi biasanya berdasar pada terjadinya
peningkatan tekanan darah setelah dilakukan pengukuran secara
berulang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1) Diagnosis tekanan darah

14
Mengukur tekanan darah merupakan tes rutin paling
penting untuk mendiagnosis hipertensi (Jain, 2011). Pengukuran
tekanan darah dilakukan dengan tujuan untuk memantau tekanan
darah apakah masih dalam kondisi normal atau abnormal. Tekanan
sistolik yang melebihi 130 mmHg dan tekanan diastolik yang
melebihi 80 mmHg merupakan tekanan darah yang abnormal.
Selain itu yang diperhatikan adalah selisih tekanan sistole dan
diastole atau pulse pressure (Ridwan, 2009).
2) Diagnosis dengan Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan menggunakan EKG dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui aktivitas jantung.
3) Dual Energy X-Ray Absorptionmetry (DEXA Scan)
Dexa scan digunakan untuk menetukan densitas tulang
serta komposisi tubuh seperti masa lemak terhadap masa otot.
Untuk keperluan hipertensi, alat ini digunakan untuk mengukur
kadar lemak dalam organ tubuh tertentu. Dengan diketahuinya
penumpukan lemak dalam tuubuh dapat membantu pasien dalam
mengontrol berat badan yang dapat mempengaruhi tekanan darah.
4) Tes Doppler
Tes doppler digunakan untuk menentukan kondisi sirkulasi
darah yang terdistribusi ke seluruh sistem kardiovaskular.
5) Tes Kolesterol
Penimbunan kolesterol dalam tubuh akan mengganggu
sistem kardiovaskular sehingga akan mempengaruhi tekanan darah
seseorang.
6) Tes Darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar kolesterol
darah, gula darah, urea darah, kreatinin dalam darah, tingkat
natrium dan kalium dalam darah.
d. Kejadian penyakit hipertensi pada lansia (dalam satu tahun terakhir).
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keturunan hipertensi

15
f. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1) Pola pemenuhan nutrisi
Konsumsi garam berlebih, lemak, merokok, dan konsumsi kopi.
2) Pola pemenuhan cairan elektrolit
3) Pola istirahat tidur
Kurang tidur, tidur malam, dan kualitas tidur
4) Pola eliminasi
5) Pola aktifitas gerak, olahraga
6) Pola pemenuhan kebersihan diri
7) Status psikososial :
a) Komunikasi dengan sumber-sumber kesehatan
b) Hubungan dengan orang lain
c) Peran di masyarakat
d) Kesedihan yang dirasakan
e) Stabilitas emosi : stress
8) Perlakuan yang salah dalam kelompok dalam hal ini perilaku
tindakan kekerasan.
9) Status pertumbuhan dan perkembanganan lansia, tahapan
perkembangan yang sudah dipenuhi dan belum terpenuhi.
10) Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
11) Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
12) Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsusmsi alkohol, penggunaan obat tanpa
resep, penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi
garam, lemak dan purin.

Data lingkungan fisik


1. Pemukiman
a. Bentuk daerah    : daerah tersebut dikelilingi bukit,akses jalan
raya cukup ramai karena daerah tersebut perbatasan kota dan pedesaan
b. Didaerah tersebut belum terlihat adanya mobil khusus untuk lansia
c. Jarak puskesmas dari daerah tersebut 0,5 km

16
d. Akses keluar daerah menggunakan agdes dan ojek
e. Sedangkan RS berjarak 12 KM
f. Jarak pasar dari daerah tersebut sekitar 3 km
g. Ditengah kampung tersebut terdapat sebuah taman yang dapat
dikunjngi masyarakat pada sore hari.
2. Sanitasi
Pada data yang didapat oleh Ns.W tidak ditemukan data sebagai
berikut,dimana data ini sangat mendukung dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada lansia di daerah ini antara lain :
a. Penyediaan air bersih (MCK).
b. Penyediaan air minum
c. Pengelolaan jamban bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya dan
bagaimana jarak dengan sumber air.
d. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
e. Pengelolaan sampah : apakah ada sarana pembuangan sampah,
bagaimana cara pengelolaannya : dibakar, ditimbun, atau cara lainnya
sebutkan.
f. Polusi udara, air, tanah, atau suara/kebisingan.
g. Sumber polusi : pabrik, rumah tangga, industri lainnya sebutkan.
3. Fasilitas
Fasilitas yang ditemukan dari data Ns.W adalah
a. Adanya puskesmas untuk pelayanan kesehatan
b. Rumah Sakit yang jaraknya 12 KM
c. Pasar
d. Adanya AGDES dan Ojek alat transportasi
e. Taman
4. Batas-batas wilayah
Sebelah utara, barat, timur dan selatan.
5. Kondisi geografis
Ketinggian, cuaca, suhu, sector pertenin, perikanan, jenis tanah, perairan.
Pelayanan kesehatan dan social
1. Pelayanan kesehatan

17
a. Lokasi sarana kesehatan
Puskesmas nya 0,5 KM ,Sedangkan Rumah Sakit Berjarak jauh yaitu
12 KM
2. Fasilitas sosial (pasar, toko, swalayan).
a. Jarak pasar dari daerah tersebut 3 KM
3. Ekonomi
a. Jenis pekerjaan
75 % Lansia sudah tidak bekerja
25 % masih bekerja di kebun menanam sayuran dan dijual ke pasar
4. Kemanan dan transportasi
a. Keamanan
1) Sistem keamanan lingkungan
2) Penanggulangan kebakaran
3) Penanggulangan bencana
4) Penanggulangan polusi, udara, air dan tanah.
Data diatas tidak ditemukan dalam pengkajian Ns.W,Namun ada
sedikit dijelaskan bahwa daerah tersebut dikelilingi bukit dan udara
terasa segar dan jarang sekali adanya polusi udara
b. Transportasi
1) Kondisi jalan
2) Jenis tranportasi yang dimiliki adalah mobil dan motor
3) Sarana transportasi yang ada adalah AGDES dan ojek
5. Politik dan pemerintahan
Belum didapat data sebagai berikut :
a. Sistem pengorganisasian
b. Struktur organisasi
c. Kelompok organisasi dalam komunitas
d. Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan
6. Sistem komunikasi
Belum tergambar data sebagai berikut
a. Sarana umum komunikasi
b. Jenis alat komunikasi yang digunakan dalam komunitas.

18
c. Cara penyebaran informasi
7. Pendidikan
Belum adanya data sebagai berikut :
a. Tingkat pendidikan komunitas
b. Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal atau non formal).
1) Jenis pendidikan yang diadakan di komunitas
2) Sumber daya manusia, tenaga yang tersedia
c. Jenis bahasa yang digunakan
8. Rekreasi
a. Kebiasaan rekreasi
Adanya taman ditengah kampung ,yang umumnya pada sore hari taman
tersebut rame dikunjungi oleh masyarakat untuk melepas rasa capek
mereka setelah bekerja.
b. Fasilitas tempat rekreasi
Tidak tergambar pada data Ns.W

B. Analisis Masalah
Analisa data merupakan suatu studi dan pengujian data yang dapat
berbentuk kuantitatif maupun kuaitatif. Dalam analisa data, semua aspek harus
dipertimbangkan karena analisa data perlu menentukan kebutuhan kesehatan
dan dukungan masyarakat serta trend dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Dalam melakukan analisa data terdapat beberapa langkah antara lain :
pengelompokan data, meringkas, membandingkan dan membuat kesimpulan.
Melakukan analisa data tersebut diatas membutuhkan pengetahuan dan
keterampilan tentang menganalisa dan pengambilan keputusan melalui berpikir
kritis. Oleh karena itu perawat komunitas harus mempelajari dan menguasai
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan tersebut, sehingga perawat
mampu memberikan asuhan keperawatan komunitas.
Analisa data berarti perawat komunitas mempelajari data – data yang
telah terkumpul melalui metode pengumpulan data. Data yang telah terkumpul
dapat berupa data kualitati dan kuantitatif. Analisa data dilakukan untuk
melihat masalah kesehatan yang dialami masyarakat  dan untuk

19
mengidentifikasi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Analisa
data juga memberikan informasi tentang kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat, system pendukung dan sumber – sumber yang dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan kesehatan.
1. Tahap – tahap analisa data
Analisa seperti beberapa prosedur lain yang kita lakukan, dapat
dipandang sebagai suatu proses yang mempunyai beberapa langkah atau
tahapan. Tahapan – tahapan yang digunakan untuk membantu melakukan
analisa tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengelompokan data atau mengkategorikan data
Mengelompokan atau mengkategorikan data sangat membantu
kita dalam melakukan analisa data yang telah dikumpulkan dalam
komunitas. Kategori atau pengelompokan yang biasa digunakan yaitu
berdasarkan :
1) Karakteristik demografi ( jumlah anggota keluarga, usia, jenis
kelamin, kelompok rasial dan etnik  dan lain – lain )
2) Karakteristik geografi ( batas wilayah, jumlah dan tipe tetangga,
lingkungan tempat tinggal dan jalan
3) Karakteristik sosial ekonomi ( pekerajaan, pendapatan, pendidikan,
rumah sewaan, rumah pribadi )
4) Karakteristik sistem pendukung dan pelayanan kesehatan ( rumah
sakit, klinik, pusat kesehatan mental dan sebagainya.
b. Meringkas
Setelah metode pengkategorian dilakukan, langkah selanjutnya
adalah meringkas atau menyimpulkan data pada masing – masing
kategori yang telah dikelompokan dapat dalam bentuk penghitungan,
table, atau grafik.
c. Membandingkan
Langkah berikutnya setelah data diringkas yaitu langkah
membandingkan data, apakah ada yang menyimpang atau abnormal,
apakah ada data – data yang tidak pantas atau keselahan – kesalahan
saat mengelompokan data sehingga perlu adanya revalidasi data.. data –

20
data yang diperoleh dari masyarakat dari wilayah binaan, dibandingkan
dengan data data yang sama seperti data yang bersifat kecamatan,
kabupaten , atau nasional.
d. Pengambilan Kesimpulan
Setelah data yang dikumpulkan dikelompokan, diringkas dan
dibandingkan. Tahapan paling ahir adalah penarikan kesimpulan yang
logis dari bukti – bukti yang diperoleh yaitu pengambilan kesimpulan
yang mengarah pada pernyataan diagnosa keperawatan. Pada tahap ini
dilakukan sintesa apa yang diketahui perawat tentang komunitas, yaitu ;
apa maksud / arti dari data tesebut.

Analisa data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan


menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga
dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh
masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan. Tujuan
analisis data :
a. Menetapkan kebutuhan komunity
b. Menetapkan kekuatan
c. Mengidentifikasi pola respon komunity
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan
Analisa data nya antara lain :
1. Pada Kasus Hipertensi tinggi yaitu 40 % ,ini mungkin diakibatkan pola
hidup yang buruk karena kurangnya aktifitas fisik pada lansia dimana 75%
lansia tidak bekerja dan hanya mengharapkan untuk kehidupan sehari-hari
dari kos-kosan yang mereka kelola.
2. Pada kasus reumatik akan timbul masalah nyeri pada lansia
3. Pada 10 % lansia resiko terjatuh akan karena intoleransi aktivitas pada
lansia

C. Diagnosis
Diagnosis terhadap hipertensi perlu dilakukan dalam interval waktu
tertentu untuk menentukan gejala hipertensi yang dialami seseorang. Diagnosis

21
ini dilakukan dalam keadaan tanpa pembiusan, tidak sedang mengkonsumsi
kopi, alkohol, serta tidak merokok. Terkadang terdapat kesalahan saat
melakukan diagnosa hipertensi terutama pada wanita lanjut usia karena
penurunan sensitivitas refleks baroreseptor sehingga menimbulkan fluktuasi
dalam tekanan darah (Ridwan, 2009).
Diagnosis yang muncul pada asuhan keperawatan komunitas lansia
dengan hipertensi adalah:
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa sabar menanti
berhubungan dengan pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa sabar menanti berhubungan dengan
tekanan vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa sabar menanti
berhubungan dengan kelemahan umum.

D. Skoring
Skoring bertujuan untuk menentukan diagnose prioritas dalam proses
keperawatan. Scoring dilakukan dengan mempertimbangkan 12 aspek.
1. Gangguan curah jantung pada komunitas lansia di desa X berhubungan
dengan pola hidup yang buruk.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 3

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 4

5 Kemungkinan Diatasi 5

6 Sesuai program 4

7 Tempat 4

8 Waktu 3

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

22
11 Sumber dana 2

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 45

2. Nyeri pada komunitas lansia di desa X berhubungan dengan tekanan


vasekuler serebral
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan


kelemahan umum.
No Kriteria Penapisan Skoring

1 Risiko Terjadi 5

2 Risiko Parah 4

3 Potensial untuk pendidikan kesehatan 5

4 Minat masyarakat 2

23
5 Kemungkinan Diatasi 4

6 Sesuai program 5

7 Tempat 4

8 Waktu 2

9 Dana 1

10 Fasilitas kesehatan 4

11 Sumber dana 1

12 Sesuai dengan peran perawat CHN 5

Jumlah 42

E. Prioritas Masalah
1. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa sabar menanti
berhubungan dengan pola hidup yang buruk.
2. Nyeri pada komunitas lansia di desa sabar menanti berhubungan dengan
tekanan vasekuler serebral
3. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia berhubungan dengan
kelemahan umum.

24
F. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Sasaran Tujuan Strategi Rencana kegiatan Sumber kriteria hasil Standar
evaluasi

1 Gangguan Komunitas Setelah Health 1. Pendidikan Mahasiswa, - Klien mampu - Respon


hipertensi lansia dilakukan Promotion kesehatan petugas menjelaskan verbal
dengan proses mengenai puskesmas, definisi hipertensi dan
pada
hipertensi keperawatan hipertensi kader - Klien mampu psikomot
komunitas dan selama 2 x 60 - Jelaskan posyandu menjelaskan or
lansia di desa keluarganya menit klien definisi lansia, secara singkat
mampu hipertensi keluarga factor risiko
SABA
memahami - Jelaskan factor hipertensi
MANANTI konsep risiko - Klien mampu
berhubungan hipertensi dan hipertensi menyebutkan
upaya - Jelaskan upaya minimal 3 upaya
dengan pola
pencegahannya preventif pencegahan
hidup yang
hipertensi hipertensi dan
buruk. - Jelaskan cara cara mengubah
mengubah prilaku sehat
prilaku pada - Klien mampu
klien yang menjelaskan
dapat secara singkat
mencegah penanganan dini
hipertensi untuk hipertensi

25
- Jelaskan - Klien mampu
penanganan mendemonstrasik
dini untuk an terapi relaksasi
hipertensi otot progresif
- Ajarkan terapi
relaksasi otot
progresif untuk
mengatasi
hipertensi

Komunitas Setelah Group 2. Bentuk Komunitas - Terbentuk Respon


lansia dilakukan Process komunitas peduli lansia komunitas psikomotor
pembinaan hipertensi dengan peduli hipertensi dan afektif
selama 2x120 - Adakan hipertensi, dengan kader
menit, klien sosialisasi kader minimal 5 orang
mampu pembentukan posyandu dan anggota
membentuk komunitas lansia, minimal 15
komunitas peduli petugas orang
peduli hipertensi puskesmas - Tersusunnya
hipertensi - Lakukan suatu tujuan
pengkaderan yang sama
untuk menjadi dalam
perintis komunitas

26
komunitas peduli hipertensi
peduli - Minimal sudah
hipertensi berjalannya 1
- Rintis kegiatan rutin
komunitas
peduli
hipertensi
dengan
merumuskan
tujuan
berdirinya
komunitas dan
kegiatan-
kegiatan yang
akan dijalankan
oleh komunitas
peduli
hipertensi
- Pantau dan
berikan
masukan positif
pada komunitas
peduli
hipertensi

27
Komunitas Setelah Partnership 3. Lakukan inisiasi Komunitas - Terlaksananya Respon
lansia dilakukan dengan pihak lansia, pemerikanan psikomotor
dengan pertemuan puskesmas untuk petugas tekanan darah dan afektif
hipertensi, selama 1x 60 melakukan puskesmas secara rutin
petugas menit dapat kerjasama minimal 1 bulan
puskesmas terjalin pemeriksaan oleh petugas
kerjasama tekanan darah puskesmas
pemeriksaan lansia secara - Terlaksananya
tekanan darah rutin dan minimal 2 upaya
dan upaya kegiatan program
preventif preventif untuk pencegahan
penyakit penyakit hipertensi pada
hipertensi hipertensi komunitas lansia.
secara rutin
kepada
komunitas
lansia dengan
hipertensi

28
Komunitas Empowermen 4. Jelaskan pada Komunitas Respon
lansia t komunitas lansia afektif dan
dengan Setelah lansia dengan dengan Komunitas saling psikomotor
hipertensi dilakukan hipertensi dan hipertensi bekerjasama
pembinaan keluarga dan denganpembagian
selama 1x60 masing-masing keluarga peran untuk
menit peranannya mencegah
diharapkan untuk saling hipertensi
komunitas bekerjasama
mampu mencagah
menjalankan hipertensi
perannya
masing-masing
dalam upaya
pencegahan
hipertensi

29
30
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Diagnosa keperawatan komunitas yang bias ditegakkan pada asuhan
keperawatan komunitas lansia dengan hipertensi adalah:
a. Gangguan hipertensi pada komunitas lansia di desa sabar menanti
berhubungan dengan pola hidup yang buruk.
b. Nyeri pada komunitas lansia di desa sabar menanti berhubungan dengan
tekanan vasekuler serebral
c. Risiko intoleransi aktivitas pada komunitas lansia di desa sabar menanti
berhubungan dengan kelemahan umum.
2. Salah satu terapi modalitas yang dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan darah adalah terapi relaksasai otot progresif.

B. Saran
1. Hendaknya dilakukan pengembangan dalam intervensi keperawatan
komunitas lansia dengan hipertensi terutama untuk terapi modalitas yang
dapat digunakan.
2. Dalam pelaksanaan proses keperawatan komunitas hendaknya klien
menjadi subjek, bukan objek.
3. Hendaknya libatkan keluarga lansia dalam setiap intervensi.
4. Posyandu lansia hendaknya diberdayakan dengan optimal karena sangat
membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas lansia.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anies. 2006. Waspada Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Elex Media


Komputerindo

Effendi dan Makhfudi. 2010. Keperawtan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawtan. Jakarta: salemba medika

Harrison. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 3 (13th ed). Jakarta:
EGC.

Jain, Ritu. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama

Kemensos. 2010. Penduduk Lanjut Usia di Indonesia dan Masalah


Kesejahteraannya. Depsos.go.id

Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media Aesculapius

Mubarak, W & dkk. (2006). Ilmu Keperwatan Komunitas. Jakarta: CV. Sagumg
Seto.

Nugroho, Wahjudi.2006. Komunikasi dalam Keperawat n Gerontik. Jakarta:


penerbit Buku Kedokteran EGC

Pakkenberg BD. 2003. Aging and The human neocortex Exp. Gerontology.

Pierce dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta :EGC

Pudjiastututi SS. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Ridwan, Muhamad. 2009. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer


Hipertensi. Semarang: Pustaka Widyamara

Riyadi, sugeng. 2007. Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Volume I. Jakarta: EGC

Tiarney, L. M., McPhee, S. J., and Papadakis, M. A. 2002. Diagnosis dan Terapi
Kedokteran : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Salemba Medika.

32
Lampiran: Cara Melakukan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi bertahap dapat dipraktekan dengan berbaring atau duduk di
kursi dengan kepala ditopang. Tiap otot atau kelompok otot ditegangkan
selama lima sampai tujuh detik dan direlaksasikan dua belas sampai lima
belas detik. Menurut Arden (2002), relaksasi otot progresif dilakukan sekedar
untuk merasakan ketegangannya, sehingga tidak perlu dilakukan terlalu keras
dan buru-buru. Seluruh kelompok otot serentak tegang dan kemudian relaks.
Jangan lupa memperhatikan perbedaan antara perasaan tegang dan relaks.
Langkah langkah untuk memulai Terapi Relaksasi Otot Progresif :
1) Posisi : Terapi Relaksasi Otot Progresif dapat dilakukan dalam
posisi duduk yang nyaman. Akan tetapi, metode ini paling baik
dipelajari dan dipraktikkan untuk pertama kalinya dalam keadaan
berbaring dengan nyaman di atas lantai berkarpet. Lemaskan
kedua lengan di sisi tubuh, dengan telapak tangan menghadap ke
atas. Longgarkan pakaian yang ketat di sekitar leher dan pinggang
anda. Lepaskan perhiasan yang dipakai, seperti jam tangan dan
gelang, juga kacamata atau lensa kontak, jika anda memakainya.
2) Pernapasan : Hiruplah udara saat mengontraksikan otot, kemudian
hembuskan bersamaan dengan saat melepaskan ketegangan.
Pelepasan ketegangan ini dikoordinasikan dengan pelepasan udara
didalam paru, dan relaksasi diafragma memungkinkan untuk
dapat merasakan relaksasi total yang terjadi pada tubuh.
3) Lingkungan : Sesuaikan suhu ruangan jika memungkinkan.
a. Petunjuk untuk mencapai Relaksasi Otot yang dalam dengan cepat :
1) Kepalkan kedua telapak tangan, kencangkan biseps dan lengan
bawah (sikap Charles Atlas), kemudian relaks.

2) Kerutkan dahi ke atas. Pada saat yang sama tekan kepala sejauh
mungkin ke belakang, putar searah dengan jarum dan
kebalikannya. Kerutkan otot muka seperti kenari: cemberut, mata
dikedipkan, bibir dimonyongkan ke depan, lidah ditekan ke
langit-langit, dan bahu dibungkukkan, kemudian relaks.

33
3) Lengkungkan punggung ke belakang sambil menarik napas dalam
masuk, tekan keluar lambung, tahan, kemudian relaks. Lakukan
napas dalam, tekan keluar perut, tahan, kemudian relaks.

4) Tarik kaki dan ibu jari ke belakang mengarah ke muka, tahan,


kemudian relaks. Lipat ibu jari, secara serentak kencangkan betis,
paha dan bokong, lalu relakskan.

34

Anda mungkin juga menyukai